3400 6822 1 PB
3400 6822 1 PB
1 (19-26)
Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111
*Corresponding Author: malikyakubi@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar persentase tingkat pemahaman siswa pada
materi ikatan kimia dengan menggunakan instrumen penilaian four-tier multiple choice
(FTMC) dan mengetahui tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC dalam
menganalisis tingkat pemahaman siswa. Jenis penelitiannya adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 2 sebanyak 31
orang dan 5 orang guru mata pelajaran kimia Tahun Ajaran 2016/2017 yang ditentukan
berdasarkan teknik random sampling. Data penelitian diperoleh menggunakan tes dan
angket. Tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda FTMC sebanyak 15 butir dan lembar
angket tanggapan guru sebanyak 5 pertanyaan. Hasil analisis terhadap data penelitian
menunjukkan bahwa persentase tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia yang
menggunakan instrumen FTMC yang dikategorikan memahami konsep sebesar 43%, tidak
memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11% serta tanggapan guru terhadap
penggunaan instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat pemahaman siswa pada
materi ikatan kimia dikategorikan baik sekali dengan persentase 92%.
Abstract
The study titled “Analyze of level of students’ understanding in learning of chemical bonding
by using instrumentation of Four-Tier Multiple Choice” had been done in Class X of SMA Negeri
4 Banda Aceh. The objectives of study were to understand level of understanding in learning
of chemical bonding by using the instrumentation of four-tier multiple choice (FTMC) and to
understand teacher’s responses to the instrumentation in analyzing of students’
understanding. The descriptive research used qualitative approach. Then, subject of study
was 31 students of class X IPA 2 and 5 teachers of chemistry department in academic year
of 2016/2017 which was determined by using technique of random sampling. Data were
collected by using test and questionnaire. The test used 15 questions of FTMC and 5 questions
of questionnaire. The result of study indicated that the level of students’ understanding which
was analyzed by using FTMC were 43% of understand the concept, 27% of wrong conception,
19% of misconception, and 11% of error conception. Furthermore, the teachers’ responses
to the implementation of FTMC were categorized as very good with a percentage of 92%.
Pendahuluan
Kimia merupakan mata pelajaran yang memiliki kompleksitas yang cukup tinggi, terdapat
banyak sekali konsep abstrak dan berkembang sangat cepat. Materi yang diberikan dalam
kegiatan pembelajaran sangat banyak dan saling berhubungan, sehingga apabila salah satu
konsep materi tidak tertanam dengan kuat maka siswa cenderung akan mengalami kesulitan
dengan konsep materi yang lain. Selain dituntut menguasai materi yang kuat, siswa juga
harus memahami tiga aspek yang saling berhubungan yakni aspek makroskopik, mikroskopik,
dan simbolik. Aspek makroskopik berhubungan dengan sifat suatu materi yang dapat diamati
langsung oleh siswa, aspek mikroskopik berhubungan dengan partikel penyusun suatu materi
(atom, molekul, ion), sedangkan aspek simbolik berhubungan dengan simbol dan perhitungan
kimia (Chandra dalam Rachmawati, 2014).
19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Berdasarkan hasil observasi penulis selama Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan
wawancara dengan guru-guru kimia di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 4 Banda Aceh
pada tanggal 20 Februari 2016 diperoleh informasi bahwa salah satu materi yang dianggap
sulit adalah ikatan kimia. Menurut siswa konsep materi ikatan kimia jauh dari pengalaman
sehari-hari, siswa tidak dapat melihat atom, struktur, dan interaksi antar atom sehingga sulit
bagi siswa untuk memahami konsep-konsep yang terdapat dalam materi ikatan kimia.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ikatan kimia dapat menghambat siswa untuk
memahami materi yang lebih tinggi. Hasilnya siswa membangun suatu pemahaman pribadi
terhadap fenomena dan konsep sains yang mereka terapkan dalam pelajaran sains.
Konsep yang dibangun oleh siswa dengan berdasarkan pemahaman pribadi, memunculkan
implikasi dimana siswa membangun pemahaman konsep yang tidak lengkap (Dahar, 2011).
Kesulitan siswa dalam memahami materi ikatan kimia perlu dianalisis untuk mengetahui
penyebab kesulitannya sehingga dapat ditentukan pemecahannya. Penilaian yang tepat
berperan penting dalam meningkatkan hasil belajar, memotivasi siswa untuk belajar dan
sebagai penghargaan atas usaha yang telah mereka lakukan. Penilaian harus bersifat
diagnostik agar dapat memperbaiki proses pembelajaran, artinya penilaian tersebut dapat
digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian penanganan yang tepat (Arikunto, 2012). Oleh karena
itu, perlu dilakukannya suatu penilaian agar dapat mengetahui kemajuan siswa dalam
memahami materi pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapi oleh siswa
dalam proses kegiatan belajar (Hamalik, 2010).
Instrumen penilaian yang baik adalah yang memenuhi syarat-syarat atau kaidah tertentu
yang dapat memberikan data akurat sesuai dengan fungsinya, dan hanya mengukur sampel
perilaku tertentu (Arifin, 2009). Salah satu bentuk instrumen penilaian yang dapat digunakan
untuk melakukan diagnostik adalah four-tier multiple choice (FTMC). Instrumen ini
merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat. Instrumen penilaian
FTMC dirancang untuk menentukan seberapa kuat siswa menguasai konsep melalui tingkat
keyakinan dalam menjawab pertanyaan. Menurut Kaltakci (2016) format FTMC disusun atas
4 tingkatan, yaitu tingkatan pertama untuk soal pengetahuan dalam bentuk pilihan ganda
dengan empat atau lima pilihan jawaban, tingkat kedua berisi tentang tingkat keyakinan atas
jawaban pada tingkat pertama, tingkat ketiga berisi tentang penyajian alasan jawaban pada
tingkat pertama dan tingkat terakhir disajikan pertanyaan penegasan tentang keyakinan
terhadap jawaban pada tingkat ketiga. Penambahan tingkat keyakinan masing-masing
jawaban dan alasan dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan siswa sehingga akan
membantu dalam mendeteksi tingkat pemahaman siswa.
Metode Penelitian
Pendekatan yang diterapkan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana
penelitian ini fokus pada identifikasi tingkat pemahaman konsep siswa dengan menggunakan
instrumen penilaian FTMC. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat (Sukardi, 2010). Deskripsi yang akan diberikan dalam penelitian ini
mengenai identifikasi tingkat pemahaman konsep pada materi ikatan kimia dan mengetahui
tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X IA 2 berjumlah 31 orang dan 5 orang guru mata pelajaran SMA Negeri
4 Banda Aceh Tahun Ajaran 2016/2017.
20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Berdasarkan Tabel 1, opsi tingkat keyakinan yang digunakan dalam FTMC dalam penelitian
ini menggunakan Confidence Rating Index (CRI) dengan empat pilihan jawaban yang
didasarkan skala Likert yang digunakan oleh Schafer (2013) dalam penelitiannya yang
ditunjukkan pada Tabel 2.
Kemungkinan jawaban siswa tersebut dihitung untuk mengetahui persentase siswa pada
masing-masing kategori memahami, tidak memahami, error, dan miskonsepsi dalam setiap
konsep.
f
P= x 100%
n
Keterangan:
21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
P = Persentase (% kelompok)
F = Frekuensi (jumlah) pada setiap kelompok
N = Jumlah seluruh siswa
Selanjutnya dideskripsian data tingkat pemahaman konsep siswa menurut (Sudijono, 2009),
yaitu:
Validasi Instrumen
Validasi instrumen dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisisis butir soal
secara kualitatif terhadap butir soal objektif bentuk pilihan ganda beralasan sebanyak 20 butir
soal dilakukan oleh validator ahli yaitu dosen pada Program Studi Pendidikan Kimia Unsyiah.
Setiap validator diminta untuk memberikan penilaian dengan menelaah terhadap butir soal
dan dosen penelaah diberikan kesempatan untuk memperbaiki langsung pada teks soal dan
memberikan komentar, kritik dan saran serta memberikan nilai pada setiap butir soal dengan
kriteria soal baik, perlu diperbaiki, atau diganti. Soal-soal yang tidak sesuai dengan aspek
yang dinilai selanjutnya diperbaiki hingga hasil analisis diperoleh 100%. Butir soal yang telah
mencapai 100% dikatakan sudah mencapai tingkat validitasnya.
Analisis secara kuantitatif meliputi validitas item soal dan reliabilitas. Validitas item tes
dihitung dengan Microsoft Excel dibandingkan dengan harga rtabel dengan db 28 pada taraf
signifikan 5% yaitu 0,361. Berdasarkan hasil analisis dari 15 butir item yang diuji ternyata
hanya 11 item yang dinyatakan valid sedangkan 4 item yang dinyatakan tidak valid. Butir
item yang valid tersebut yakni item nomor 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 11, 12, 13 dan 15 dan butir
item yang tidak valid yakni iten nomor 2, 9, 10 dan 14. Data yang digunakan untuk uji
reliabilitas adalah data yang diperoleh dari jawaban yang diberikan oleh siswa terhadap 15
butir soal. Hasil tersebut diolah dan dihitung indeks korelasi dengan persamaan korelasi
product moment menggunakan Microsoft Excel. Analisis reliabilitas menghasilkan nilai
reliabilitas 0,7177. Hasil r11 ini lebih dari nilai rtabel. Artinya, soal tes item yang dianalisis
reliabel dengan kriteria tinggi.
Data hasil penelitian yang diperoleh dari instrumen penilaian FTMC dianalisis untuk
mengetahui persentase tingkat pemahaman konsep siswa terhadap penggunaan tes tersebut
sehingga dapat membedakan siswa yang berpeluang memahami konsep, tidak memahami
konsep, miskonsepsi ataupun error. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis
jawaban siswa diketahui bahwa tingkat pemahaman yang dimiliki siswa pada materi ikatan
kimia masing-masing indikator soal yang diberikan menunjukkan hasil berbeda-beda. Siswa
dikatakan memahami konsep terhadap materi ikatan kimia apabila jawaban menjawab benar
pada soal tingkat satu dengan tingkat keyakinan > 2,5 dan menjawab benar pada soal tingkat
tiga dengan tingkat keyakinan > 2,5. Rekapitulasi persentase tingkat pemahaman siswa pada
materi ikatan kimia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Ikatan Kimia
Indikator Soal Persentase (%)
22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
2. Analisis Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Ion
Beserta Contohnya
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator II berdasarkan Tabel 2 yang
memahami konsep sebesar 33,33%, tidak memahami konsep 22,58%, miskonsepsi
29,03%, dan error 15,05%. Dari hasil persentase rata-rata dapat dikategorikan
pemahaman siswa gagal karena siswa yang memahami konsep hanya 33,33%. Hal ini
disebabkan karena siswa belum sepenuhnya memahami cara menentukan rumus
senyawa, tidak bisa menentukan unsur yang melepas dan menangkap elektron
berdasarkan konfigurasi elektron, siswa tidak bisa menentukan rumus senyawa dan jenis
ikatan yang mungkin terjadi pada senyawa berdasarkan suatu reaksi serta siswa hanya
menghafal pengertian dari ikatan ion tanpa mengetahui mekanisme dan interaksi yang
terjadi dalam ikatan ion.
3. Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Menjelaskan Proses Pembentukan Ikatan Kovalen
Beserta Contohnya
23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Persentase rata-rata tingkat pemahaman siswa pada indikator III berdasarkan tabel 2 yang
memahami konsep 32,26%, tidak memahami konsep 26,88%, miskonsepsi 22,58% dan
error 18,28%. Dari hasil persentase rata-rata tersebut dapat dikatakan pemahaman siswa
gagal karena hanya 32,26% siswa yang paham konsep. Hal ini disebabkan siswa hanya
mampu menuliskan senyawa yang terbentuk tanpa menjelaskan cara-cara senyawa
tersebut berikatan, siswa tidak memahami hubungan energi afinitas dengan ikatan
kovalen, tidak bisa menentukan rumus senyawa dan jenis ikatan yang mungkin terjadi
pada senyawa berdasarkan suatu reaksi serta siswa masih memahami bahwa pasangan
elektron yang digunakan dalam ikatan kovalen koordinasi berasal dari kedua atom yang
berikatan, padahal pasangan elektron yang digunakan bersama-sama berasal dari salah
satu atom yang berikatan.
24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Berdasarkan data Tabel 2, dapat dilihat bahwa tingkat pemahaman siswa pada materi ikatan
kimia sangat rendah. Padahal tes ini diberikan tepat setelah materi ikatan kimia diajarkan.
Sehingga seharusnya materi tersebut masih teringat jelas dalam ingatan siswa. Berikut
diagram perbandingan persentase tingkat pemahaman siswa dapat dilihat pada Gambar.
Memahami Konsep
19% 11%
27% Tidak Memahami Konsep
43%
Miskonsepsi
Error
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa persentase siswa yang tergolong memahami konsep
sebesar 43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11%, maka dari
hasil persentase yang diperoleh dapat disimpulkan secara keseluruhan tingkat pemahaman
siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan gagal karena hanya 43% siswa yang menjawab
benar pada tingkat pertama dan tingkat ketiga serta nilai CRI pada tingkat kedua dan tingkat
keempat >2,5.
Instrumen penilaian FTMC yang digunakan dapat menggambarkan tingkat pemahaman siswa
pada materi ikatan kimia dengan mudah dan jelas dilihat dari hasil persentase yang diperoleh.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ismail (2015) tentang FTMC yang digunakan untuk
mendiagnostik siswa yang berpeluang memahami konsep sebesar 13,9%, miskonsepsi
39,9%, tidak memahami konsep 44,01%, serta siswa yang mengalami error 2,1%.
Selanjutnya, Kaltakci (2015) berpendapat bahwa instrumen penilaian FTMC lebih akurat
mendeteksi tingkat pemahaman siswa dalam suatu konsep serta data yang diperoleh sesuai
dengan fakta. Pernyataannya itu diperkuatnya dengan berpendapat bahwa instrumen
penilaian berupa FTMC dapat menilai tingkat pemahaman konsep suatu materi dan dapat
dikembangkan dalam sampel yang lebih besar (Kaltakci, 2016).
Angket tanggapan guru terdiri dari 5 butir pertanyaan terhadap penggunaan instrumen
penilaian FTMC. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu mengenai instrumen penilaian FTMC dan
kelebihannya. Pertanyaan dalam angket tersebut bertujuan untuk mengetahui tanggapan
guru terhadap instrumen yang digunakan ini untuk menganalisis tingkat pemahaman siswa
pada materi ikatan kimia. Berdasarkan jawaban dan alasan yang diisi oleh guru, peneliti dapat
menyimpulkan kelayakan instrumen penilaian ini dalam membantu guru mengevaluasi dan
menganalisis pemahaman konsep siswa pada materi ikatan kimia.
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Pertanyaan 1 Pertaanyaan 2 Pertanyaan 3 Pertanyaan 3 Pertanyaan 4 Pertanyaan 5
25
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)-Vol 2 . No.1 (19-26)
Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Persentase ingkat pemahaman siswa pada materi ikatan kimia yang dianalisis
menggunakan instrumen penilaian FTMC yang dikategorikan memahami konsep sebesar
43%, tidak memahami konsep 27%, miskonsepsi 19%, dan error 11%.
2. Tanggapan guru terhadap instrumen penilaian FTMC dalam menganalisis tingkat
pemahaman siswa pada materi ikatan kimia dikategorikan baik sekali dengan persentase
92%.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh, maka penulis menyarankan
kepada guru diharapkan dapat memilih metode atau model pembelajaran yang lebih variatif
disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa dalam pembelajaran kimia khususnya
pada materi ikatan kimia agar dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi ikatan
kimia. Karena banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk memperluas
konsep siswa dengan menambah bahan ajar dan informasi. Misalnya dengan menggunakan
multimedia animasi, diskusi kelompok, peta konsep serta percobaan dan pengalaman
lapangan.
Referensi
26