Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

INVESTASI BERBASIS AKAD JUAL BELI (MURABAHAH,SALAM DAN ISTISHNA)


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Investasi Syariah
Dosen Pengampu: Syuhada’. MEI

Disusun Oleh:
Nur Aini Latifah (19053013)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM
LAMONGAN
2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala nikmat dan rahmatnya, puji syukur kami haturkan kepada Tuhan
semesta alam Allah SWT. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada kesulitan
apapun yang mana selalu diberikan kesehatan jasmani serta rohani. Sholawat serta salam tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW yang mana telah membawa kita
semua dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang yaitu Addinul Islam.Yang
nantinya kita nantikan syafaat beliau di yaumul qiyamahnanti. Aamiin.

Dalam pembuatan makalah ini membahas tentang “Investasi Berbasis Akad Jual Beli
Murabahah Salam Dan Istishna” yang dimana menjelaskan produk penyaluran dana bank syariah
melalui akad jual beli yangmencakup murabahah, salam, ishtishna. Sehingga penyaluran
pembiayaan bank syariah dapat diketahui secara khalayak umum. Adanya makalah ini bisa
menjadi kebermanfatan bagi pembaca dan penulis, jika ada salah diksi dalam kalimat ataupun
materi kurang lengkap di makalah ini mohon saran dan kritik, agarmenjadi lebih baik lagi dalam
penulisan makalah ini.

Lamongan, 10 Oktober 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................ii


BAB 1 ...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN .............................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................................... 1
BAB II ..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN ...............................................................................................................................2
A. Pengertian Murabahah ................................................................................................................... 3
B. Pengertian Salam ............................................................................................................................. 4
C. Pengertian Ishtisna .......................................................................................................................... 5
D. Perbedaan Murabahah, Salam, dan Ishtisna ................................................................................ 7
BAB III .......................................................................................................................................................12
PENUTUP ..................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN .............................................................................................................................. 12
B. SARAN............................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................12

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kegiatan jual beli dalam kehidupan sehari-hari merupakan fenomena


yang menjadi kebiasaan masyarakat. Terutama masyarakat Indonesia yang
banyak berprofesi sebagai pedagang. Jual beli diatur juga dalam syariah islam.
Akan tetapi pengetahuan masyarakat tentang jual beli berdasarkan syariah
Islam masih kurang, oleh karena itu banyak masyarakat yang melakukan jual
beli menyimpang dari syariat Islam.
Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas para ulama dalam fiqih
muamalah islamiah terbilang sangat banyak. Jumlahnya bisa mencapai belasan
bahkan sampai puluhan. Sungguhpun demikian, dari sekian banyak itu, ada tiga
jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai sandaran pokok dalam
pembiayaan modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah .
Jual beli terdiri dari dua macam, yaitu jual beli tunai dan jual beli secara
tangguh. Jual beli secara tangguh pun terbagi lagi menjadi tiga, yaitu jual beli
murabahah, salam dan istishna’. Jual beli salam dan istishna’ sebenarnya jual
beli yang serupa, hanya saja perbedaannya terletak dari keberadaan barang yang
dijadikan sebagai objek akad dan cara pembayaran yang sedikit berbeda, dan
ketiga kad jual beli inilah yang sering digunakan dalam perbankan syari’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari akad murabahah, salam, dan istisna ?
2. Apa landasan hukum serta syarat dan rukun akad tersebut ?
3. Apa perbedaan dari akad murabahah, salam, dan istisna ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari ketiga akad tersebut.
2. Untuk mengetahui landasan hukum serta syarat dan rukun akad tersebut.
3. Untuk mengetahui perbedaan dari ketiga akad tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Kata Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna:
saling) yang diambil dari bahasa Arab, yaitu ar-ribhu (‫)الربْح‬
ِ yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Jadi, murabahah diartikan dengan
saling menambah (menguntungkan). Sedangkan dalam definisi para ulama
terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang
diketahui. Hakekatnya adalah menjual barang dengan harga (modal) nya
yang diketahui kedua penjual dan pembeli dengan tambahan keuntungan
yang jelas.
Murabahah adalah jual belibarang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan/margin yang disepakati.
Akad yang banyak mendapat penilaian tentang “kehalalan”
pelaksanaannya adalah murabahah, yaitu jual beli dengan harga jual terdiri
dari harga beli dan keuntungan yang sudah disepakati.1
Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah) dimana dalam
jual beli musawamah terdapat proses tawar-menawar (bargaining) antara
penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, dimana penjual juga
tidak menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Sedangkan
murabahah, harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada
pembeli.
Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi
sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.

1
2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Jakarta: PT Raja Grafindo,
2014, h. 37.

2
2. Landasan Hukum Murabahah
Murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berlandaskan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al Qur’an, Al Hadits
ataupun ijma ulama. Di antara dalil (landaan syariah) yang memerbolehkan
praktik akad jual beli murabahah adalah sebagai berikut :

a. Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli,
diantaranya adalah firman Allah:
ِّ ِ ‫َوأَ َح َّل هللا ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم‬
‫الربَا‬
Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba" (QS. Al-Baqarah:275).
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan
murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli
b. Assunah
Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:
‫ َو‬,‫ضة‬ َ َ‫ َوالمقـ‬,‫لى أَ َج ٍل‬
َ ‫ار‬ َ ‫ ال َبيْع ِإ‬:‫ث ِف ْي ِهنَّ ال َب َركَة‬ َ َ‫ ث‬:َ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو َسلَّ َم قَال‬
ٌ ‫ال‬ َ ‫ى هللا‬ َ ‫أَنَّ النَّ ِبي‬
َّ ‫صل‬
َ .‫ت الَ ل ِْلبَي ِْع‬
‫)ر َواه ابْن َما َجه‬ ِ ‫خ َْلط الب ِّر بِال َّش ِعي ِْر ل ِْلبَ ْي‬
”Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual
dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari
mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).
3. Syarat dan Rukun Murabahah
a. Rukun Murabahah
- Penjual (Bai’)
- Pembeli (Musytari’)
- Barang/Obyek (Mabi’)
- Harga (Tsaman)
- Ijab Qabul (Sighat)
b. Syarat Murabahah

3
- Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
- Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
- Kontrak harus bebas riba
- Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian
- Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian

4. Teknis Penerapan Murabahah di Perbankan Syari’ah


Murabahah merupakan sistem fiqh yang paling sering
diterapkan dalam perbankan syariah. Murabahah dalam perbankan
syariah didefinisikan sebagai jasa pembiayaan dengan mengambil
bentuk transaski jual beli barang antara bank dengan nasabah dengan
cara pembayaran angsuran.
Dalam perjanjian murabahah, bank membiayai pembelian
barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli
barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada
nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau margin
keuntungan, sehingga menghasilkan profit.
Untuk memahami Murabahah di perbankan syari’ah maka lebih
dahulu kita ketahui jenis akad murabahah. Ada dua jenis akad
murabahah, yaitu :
- Murabahah dengan pesanan (murabaha to the purchase order).
Bank melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
Nasabah.
1. Nasabah bernegosiasi kepada bank untuk melakukan pembiayaan
murabahah
2. Karena bank tidak memiliki stok barang yang dibutuhkan nasabah,
maka bank

4
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada supplier/pemasok
.
3. a. Nasabah dan bank melakukan akad murabahah.
b. Bank melaksanakan serah terima barang.
c. barang yang diinginkan pembeli (nasabah) selanjutnya diantar
oleh pemasok (supplier) kepada nasabah (pembeli).
4. Setelah menerima barang, nasabah (pembeli)selanjutnya membayar
kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara
mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.
- Murabahah tanpa pesanan murabahah jenis ini bersifat tidak
mengikat.
1. Kedua belah pihak melakukan akad yaitu pihak penjual (ba’i) dan
pembeli
(musytari) melaksanakan akad murabahah.
2. a. Bank menyerahkan barang kepada pembeli karena memilikinya
terlebih dahulu
b. Membayar atas barang beserta margin yang telah disepakati.
.

B. Salam
1. Pengertian Salam
Secara bahasa as-salam atau as-salaf berarti pesanan. Secara
terminologis para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang ciri-cirinya
jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari” .
Menurut ulama syafi’iyyah akad salam boleh ditanggungkan hingga
waktu tertentu dan juga boleh diserahkan secara tunai. Secara lebih rinci
salam didefenisikan dengan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka

5
dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward
buying atau future sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal
dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian.
Fuqaha menamakan jual beli ini dengan “penjualan Butuh” (Bai’ Al-
Muhawij). Sebab ini adalah penjualan yang barangnya tidak ada, dan
didorong oleh adanya kebutuhan mendesak pada masing-masing penjual
dan pembeli. Pemilik modal membutuhkan barang untuk dibeli, sedangkan
pemilik barang butuh uang dari harga barang. Berdasarkan ketentuan-
ketentuannya, penjual bisa mendapatkan pembiayaan terhadap penjualan
produk sebelum produk tersebut benar-benar tersedia.2
2. Dasar Hukum Salam
Jual beli salam dilaksanakan berdasarkan pada ayat al-Qur’an, al-Sunnah.
a. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 282:
‫يَآ أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمن ْوا ِإذَا تَدَايَ ْنت ْم بِدَي ِْن ِإلَى أَ َج ٍل م َس ًّمى فَا ْكتب ْوه‬...
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai
sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...".
b. Hadist
ٍ ‫وم إِلَى أَ َج ٍل َم ْعل‬
‫وم‬ ٍ ‫وم َو َو ْز ٍن َم ْعل‬ ْ ‫يءٍ فَ ِف‬
ٍ ‫ي َك ْي ٍل َم ْعل‬ َ َ‫ َم ْن أَ ْسل‬.
ْ ‫ف فِي َش‬
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka
waktu yang diketahui" (HR. Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-
Fikr, 1955], jilid 2, h. 36).

3. Rukun dan Syarat Salam

a. Rukun Salam
Jumhur ulama berpandangan bahwa rukun salam ada tiga, yaitu:

2
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h.82

6
1. Aqidani (dua orang yang melakukan transaksi) yaitu orang yang
memesan (muslam) dan yang menerima pesanan (muslam ilaih).
2. Obyek transaski, yaitu harga (tsaman) dan barang yang dipesan
(muslam fiih).
3. Sighat, yaitu ijab dan qabul.
b. Syarat Salam
Ulama telah bersepakat bahwa salam diperbolehkan dengan syarat
sebagai berikut:
1. Uangnya dibayar di tempat akad, berarti pembayaran dilakukan
terlebih dahulu
2. Barangnya menjadi utang bagi penjual
3. Barangnya dapat diberikan sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
Berarti pada waktu dijanjikan barang tersebut harus sudah ada. Oleh
sebab itu, men-salam buah-buahan yang yang waktunya ditentukan
bukan pada musimnya tidak sah
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukuranny, takarannya, ataupun
bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang itu
5. Diketahui dan ditentukan sifat-sifat dan macam barangnya dengan
jelas, agar tidak ada keraguan yang mengakibatkan perselisihan
antara dua belah pihak. Dengan sifat itu, berarti harga dan kemauan
orang pada barang tersebut dapat bebeda
6. Disebutkan tempat menerimanya.

4. Pembiayaan Salam Pada Perbankan Syariah


Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan
belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan secara tangguh sementara
pembayaran dilakukan tunai. Bank bertindak sebagai pembeli, sementara
nasabah sebagai penjual.
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank,
maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu

7
sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh
bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.
Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan
talangan (bridginng financing). Adapun dalam hal bank menjualnya secara
cicilan, kedua pihak harus nmenyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksi ini
diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian
komoditas pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai
atau secara cicilan.3
C. Ishtisna
1. Pengertian Ishtisna
Al-Istishna’ adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen /
pengrajin / penerima pesanan ( shani’) dengan pemesan ( mustashni’) untuk
membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’)
dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak
produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah
atau akhir.
Transaksi bai’ al-istisna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan
dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati
dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas
harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan di muka,
melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang
akan datang.

3
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu ekonomi, Bandung:Pustaka Setia, 2014, h.200.

8
Menurut jumhur fuqaha, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus
dari bai’ as-salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan dalam bidang
manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti
ketentuan dan aturan akad bai’ as-salam.4

2. Dasar Hukum Ishtisna


a. Al-quran
‫َّللا ْالبَ ْي َع‬
ُ َّ ‫َوأَ َح َّل‬
‫الربا‬
ِّ ‫َو َح َّر َم‬

Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. (Qs. Al


Baqarah: 275)

b. Hadist
Hadits Nabi Muhammad Saw : “Pendapatan yang paling afdhal
adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mambrur”.
(H.R.Ahmad, Abu Zar dan Thabrani).
3. Syarat dan Rukun Istishna’
a. Rukun Ishtisna
1. Mustashni’ (pembeli)
2. Shani’(Penjual)
3. Mashnu’ (Barang)
4. Tsaman (Harga)
5. Shighat (Ijab Kabul)
b. Syarat Ishtisna
1. Kedua belah pihak yang bertransaksi berakal, cakap hukum dan
mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli
2. Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.

4
Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya Indonesia,
Jakarta: Erlangga, 2012, h. 58.

9
3. Shani’ menyatakan kesanggupan untuk membuat barang itu
4. Apabila bahan baku berasal dari Mushtasni’, maka akad ini bukan
lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah
5. Apabila isi akad mensyaratkan shani’ hanya bekerja saja, maka akad
ini juga bukan lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah
6. Manshnu’ (barang yang dipesan) mempunyai kriteria yang jelas
seperti jenis, ukuran(tipe), mutu dan jumlahnya.
7. Barang yang dipesan tidak termasuk kategori yang dilarang syara’
(najis, haram /tidak jelas)atau menimbulkan kemudharatan
(menimbulkan maksiat).

D. Perbedaan Murabahah, Salam dan Istishna


Murabahah, salam, dan istishna’ merupakan jenis pembiayaan
berdasarkan akad jual beli. Inti dari pembiayaan berdasarkan pada akad jual
beli adalah bahwa nasabah yang membutuhkan suatu barang tertentu, maka
padanya akan menerima barang dari pihak bank dengan harga sebesar harga
pokok ditambah besarnya keuntungan yang dikehendaki oleh bank (profit
margin) dan tentu saja harus ada kesepakatan mengenai harga tersebut oleh
kedua belah pihak. Murabahah merupakan jual beli, dimana barangnya sudah
ada, sedangkan dalam salam dan istishna’ adalah jual beli dengan pemesanan
terlebih dahulu.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al bai’ (jual beli) bererti pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Secara istilah,
menurut madzhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta
dengan menggunakan cara tertentu.
Bai’ Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang di sepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga
produk yang di beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya. Murabahah dapat di lakuakan dengan pembelian secara pemesanan
dan biasa di sebut sebagai murabahah pemesanana pembelian.
Bai’ Salam adalah akad atas barang pesanan dengan spesifikasi tertentu yang
di tangguhkan penyerahanya pada waktu tertentu dimana pembayaran dilakukan
secara tunai di majlis akad.

11
Para imam mazhab telah bersepakat bahwasanya jual beli salam adalah benar
dengan enam syarat yaitu jenis barangnya diketahui, sifat barangnya diketahui,
banyaknya barang diketahui, waktunya diketahui oleh kedua belah pihak,
mengetahui kadar uangnya, jelas tempat
Bai’ Istishna’ atau pemesanan secara bahasa artinya meminta di buatkan.
Menurut terminologi artinya perjanjian terhadap barang jualan yang berada dalam
kepemilikan penjual dengan syarat di buatkan oleh penjual, atau meminta di
buatkan secara khusus sementara bahan bakunya dari pihak penjual.
B. Saran
Dengan ditulisnya laporan ini, diharapkan mahasiswa/I lebih mengetahui
konsep atau pengertian dari murabahah, salam, dan ishtisna. Selain itu wawasan
mahasiswa mengenai ketiga aspek diatas semakin meningkat guna untuk bekal
dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Misbahuddn, E-Commerce dan hukum islam (cet. I; Makassar: alauddin


university Press, 2012). h. 271
Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Jakarta: PT
Raja Grafindo, 2014, h. 37.
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu ekonomi, Bandung:Pustaka Setia, 2014, h.200.
Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannya Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2012, h. 58.
Muhammad Firdaus, ed., Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah. h.25.
Muhammad Firdaus, ed., Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah,

12
(Jakarta, Renaisan, 2005), h. 13

13

Anda mungkin juga menyukai