Disusun Oleh:
Nur Aini Latifah (19053013)
Dalam pembuatan makalah ini membahas tentang “Investasi Berbasis Akad Jual Beli
Murabahah Salam Dan Istishna” yang dimana menjelaskan produk penyaluran dana bank syariah
melalui akad jual beli yangmencakup murabahah, salam, ishtishna. Sehingga penyaluran
pembiayaan bank syariah dapat diketahui secara khalayak umum. Adanya makalah ini bisa
menjadi kebermanfatan bagi pembaca dan penulis, jika ada salah diksi dalam kalimat ataupun
materi kurang lengkap di makalah ini mohon saran dan kritik, agarmenjadi lebih baik lagi dalam
penulisan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari akad murabahah, salam, dan istisna ?
2. Apa landasan hukum serta syarat dan rukun akad tersebut ?
3. Apa perbedaan dari akad murabahah, salam, dan istisna ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari ketiga akad tersebut.
2. Untuk mengetahui landasan hukum serta syarat dan rukun akad tersebut.
3. Untuk mengetahui perbedaan dari ketiga akad tersebut.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Murabahah
1. Pengertian Murabahah
Kata Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna:
saling) yang diambil dari bahasa Arab, yaitu ar-ribhu ()الربْح
ِ yang berarti
kelebihan dan tambahan (keuntungan). Jadi, murabahah diartikan dengan
saling menambah (menguntungkan). Sedangkan dalam definisi para ulama
terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang
diketahui. Hakekatnya adalah menjual barang dengan harga (modal) nya
yang diketahui kedua penjual dan pembeli dengan tambahan keuntungan
yang jelas.
Murabahah adalah jual belibarang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan/margin yang disepakati.
Akad yang banyak mendapat penilaian tentang “kehalalan”
pelaksanaannya adalah murabahah, yaitu jual beli dengan harga jual terdiri
dari harga beli dan keuntungan yang sudah disepakati.1
Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah) dimana dalam
jual beli musawamah terdapat proses tawar-menawar (bargaining) antara
penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, dimana penjual juga
tidak menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan. Sedangkan
murabahah, harga beli dan margin yang diinginkan harus dijelaskan kepada
pembeli.
Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat transaksi
sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh ataupun dicicil.
1
2 Adiwarman A. Karim, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), Jakarta: PT Raja Grafindo,
2014, h. 37.
2
2. Landasan Hukum Murabahah
Murabahah merupakan akad jual beli yang diperbolehkan, hal ini
berlandaskan atas dalil-dalil yang terdapat dalam Al Qur’an, Al Hadits
ataupun ijma ulama. Di antara dalil (landaan syariah) yang memerbolehkan
praktik akad jual beli murabahah adalah sebagai berikut :
a. Al-Quran
Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli,
diantaranya adalah firman Allah:
ِّ ِ َوأَ َح َّل هللا ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم
الربَا
Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba" (QS. Al-Baqarah:275).
Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan
murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli
b. Assunah
Hadits dari riwayat Ibnu Majah, dari Syuaib:
َو,ضة َ َ َوالمقـ,لى أَ َج ٍل
َ ار َ ال َبيْع ِإ:ث ِف ْي ِهنَّ ال َب َركَة َ َ ث:َعلَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو َسلَّ َم قَال
ٌ ال َ ى هللا َ أَنَّ النَّ ِبي
َّ صل
َ .ت الَ ل ِْلبَي ِْع
)ر َواه ابْن َما َجه ِ خ َْلط الب ِّر بِال َّش ِعي ِْر ل ِْلبَ ْي
”Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual
dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari
mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk
keperluan rumah dan tidak untuk dijual” (HR. Ibnu Majah).
3. Syarat dan Rukun Murabahah
a. Rukun Murabahah
- Penjual (Bai’)
- Pembeli (Musytari’)
- Barang/Obyek (Mabi’)
- Harga (Tsaman)
- Ijab Qabul (Sighat)
b. Syarat Murabahah
3
- Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
- Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
- Kontrak harus bebas riba
- Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian
- Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian
4
selanjutnya melakukan pembelian barang kepada supplier/pemasok
.
3. a. Nasabah dan bank melakukan akad murabahah.
b. Bank melaksanakan serah terima barang.
c. barang yang diinginkan pembeli (nasabah) selanjutnya diantar
oleh pemasok (supplier) kepada nasabah (pembeli).
4. Setelah menerima barang, nasabah (pembeli)selanjutnya membayar
kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya dilakukan dengan cara
mencicil sejumlah uang tertentu selama jangka waktu yang disepakati.
- Murabahah tanpa pesanan murabahah jenis ini bersifat tidak
mengikat.
1. Kedua belah pihak melakukan akad yaitu pihak penjual (ba’i) dan
pembeli
(musytari) melaksanakan akad murabahah.
2. a. Bank menyerahkan barang kepada pembeli karena memilikinya
terlebih dahulu
b. Membayar atas barang beserta margin yang telah disepakati.
.
B. Salam
1. Pengertian Salam
Secara bahasa as-salam atau as-salaf berarti pesanan. Secara
terminologis para ulama mendefinisikannya dengan: “Menjual suatu barang
yang penyerahannya ditunda, atau menjual suatu (barang) yang ciri-cirinya
jelas dengan pembayaran modal lebih awal, sedangkan barangnya
diserahkan kemudian hari” .
Menurut ulama syafi’iyyah akad salam boleh ditanggungkan hingga
waktu tertentu dan juga boleh diserahkan secara tunai. Secara lebih rinci
salam didefenisikan dengan bentuk jual beli dengan pembayaran dimuka
5
dan penyerahan barang di kemudian hari (advanced payment atau forward
buying atau future sale) dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal
dan tempat penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam
perjanjian.
Fuqaha menamakan jual beli ini dengan “penjualan Butuh” (Bai’ Al-
Muhawij). Sebab ini adalah penjualan yang barangnya tidak ada, dan
didorong oleh adanya kebutuhan mendesak pada masing-masing penjual
dan pembeli. Pemilik modal membutuhkan barang untuk dibeli, sedangkan
pemilik barang butuh uang dari harga barang. Berdasarkan ketentuan-
ketentuannya, penjual bisa mendapatkan pembiayaan terhadap penjualan
produk sebelum produk tersebut benar-benar tersedia.2
2. Dasar Hukum Salam
Jual beli salam dilaksanakan berdasarkan pada ayat al-Qur’an, al-Sunnah.
a. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 282:
يَآ أَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمن ْوا ِإذَا تَدَايَ ْنت ْم بِدَي ِْن ِإلَى أَ َج ٍل م َس ًّمى فَا ْكتب ْوه...
"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai
sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...".
b. Hadist
ٍ وم إِلَى أَ َج ٍل َم ْعل
وم ٍ وم َو َو ْز ٍن َم ْعل ْ يءٍ فَ ِف
ٍ ي َك ْي ٍل َم ْعل َ َ َم ْن أَ ْسل.
ْ ف فِي َش
"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan
dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka
waktu yang diketahui" (HR. Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-
Fikr, 1955], jilid 2, h. 36).
a. Rukun Salam
Jumhur ulama berpandangan bahwa rukun salam ada tiga, yaitu:
2
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h.82
6
1. Aqidani (dua orang yang melakukan transaksi) yaitu orang yang
memesan (muslam) dan yang menerima pesanan (muslam ilaih).
2. Obyek transaski, yaitu harga (tsaman) dan barang yang dipesan
(muslam fiih).
3. Sighat, yaitu ijab dan qabul.
b. Syarat Salam
Ulama telah bersepakat bahwa salam diperbolehkan dengan syarat
sebagai berikut:
1. Uangnya dibayar di tempat akad, berarti pembayaran dilakukan
terlebih dahulu
2. Barangnya menjadi utang bagi penjual
3. Barangnya dapat diberikan sesuai dengan waktu yang dijanjikan.
Berarti pada waktu dijanjikan barang tersebut harus sudah ada. Oleh
sebab itu, men-salam buah-buahan yang yang waktunya ditentukan
bukan pada musimnya tidak sah
4. Barang tersebut hendaklah jelas ukuranny, takarannya, ataupun
bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual barang itu
5. Diketahui dan ditentukan sifat-sifat dan macam barangnya dengan
jelas, agar tidak ada keraguan yang mengakibatkan perselisihan
antara dua belah pihak. Dengan sifat itu, berarti harga dan kemauan
orang pada barang tersebut dapat bebeda
6. Disebutkan tempat menerimanya.
7
sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh
bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.
Dalam hal bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan
talangan (bridginng financing). Adapun dalam hal bank menjualnya secara
cicilan, kedua pihak harus nmenyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran.
Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati
tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Umumnya transaksi ini
diterapkan dalam pembiayaan barang yang belum ada seperti pembelian
komoditas pertanian oleh bank untuk kemudian dijual kembali secara tunai
atau secara cicilan.3
C. Ishtisna
1. Pengertian Ishtisna
Al-Istishna’ adalah akad jual beli pesanan antara pihak produsen /
pengrajin / penerima pesanan ( shani’) dengan pemesan ( mustashni’) untuk
membuat suatu produk barang dengan spesifikasi tertentu (mashnu’)
dimana bahan baku dan biaya produksi menjadi tanggungjawab pihak
produsen sedangkan sistem pembayaran bisa dilakukan di muka, tengah
atau akhir.
Transaksi bai’ al-istisna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli
dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan
dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk
membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati
dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas
harga serta sistem pembayaran: apakah pembayaran dilakukan di muka,
melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang
akan datang.
3
Siti Nur Fatoni, Pengantar Ilmu ekonomi, Bandung:Pustaka Setia, 2014, h.200.
8
Menurut jumhur fuqaha, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus
dari bai’ as-salam. Biasanya, jenis ini dipergunakan dalam bidang
manufaktur. Dengan demikian, ketentuan bai’ al-istishna’ mengikuti
ketentuan dan aturan akad bai’ as-salam.4
b. Hadist
Hadits Nabi Muhammad Saw : “Pendapatan yang paling afdhal
adalah hasil karya tangan seseorang dan jual beli yang mambrur”.
(H.R.Ahmad, Abu Zar dan Thabrani).
3. Syarat dan Rukun Istishna’
a. Rukun Ishtisna
1. Mustashni’ (pembeli)
2. Shani’(Penjual)
3. Mashnu’ (Barang)
4. Tsaman (Harga)
5. Shighat (Ijab Kabul)
b. Syarat Ishtisna
1. Kedua belah pihak yang bertransaksi berakal, cakap hukum dan
mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli
2. Ridha/kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji.
4
Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannya Indonesia,
Jakarta: Erlangga, 2012, h. 58.
9
3. Shani’ menyatakan kesanggupan untuk membuat barang itu
4. Apabila bahan baku berasal dari Mushtasni’, maka akad ini bukan
lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah
5. Apabila isi akad mensyaratkan shani’ hanya bekerja saja, maka akad
ini juga bukan lagi Istishna’,tetapi berubah menjadi Ijarah
6. Manshnu’ (barang yang dipesan) mempunyai kriteria yang jelas
seperti jenis, ukuran(tipe), mutu dan jumlahnya.
7. Barang yang dipesan tidak termasuk kategori yang dilarang syara’
(najis, haram /tidak jelas)atau menimbulkan kemudharatan
(menimbulkan maksiat).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al bai’ (jual beli) bererti pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Secara istilah,
menurut madzhab Hanafiyah, jual beli adalah pertukaran harta (mal) dengan harta
dengan menggunakan cara tertentu.
Bai’ Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang di sepakati. Dalam murabahah penjual harus memberitahu harga
produk yang di beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya. Murabahah dapat di lakuakan dengan pembelian secara pemesanan
dan biasa di sebut sebagai murabahah pemesanana pembelian.
Bai’ Salam adalah akad atas barang pesanan dengan spesifikasi tertentu yang
di tangguhkan penyerahanya pada waktu tertentu dimana pembayaran dilakukan
secara tunai di majlis akad.
11
Para imam mazhab telah bersepakat bahwasanya jual beli salam adalah benar
dengan enam syarat yaitu jenis barangnya diketahui, sifat barangnya diketahui,
banyaknya barang diketahui, waktunya diketahui oleh kedua belah pihak,
mengetahui kadar uangnya, jelas tempat
Bai’ Istishna’ atau pemesanan secara bahasa artinya meminta di buatkan.
Menurut terminologi artinya perjanjian terhadap barang jualan yang berada dalam
kepemilikan penjual dengan syarat di buatkan oleh penjual, atau meminta di
buatkan secara khusus sementara bahan bakunya dari pihak penjual.
B. Saran
Dengan ditulisnya laporan ini, diharapkan mahasiswa/I lebih mengetahui
konsep atau pengertian dari murabahah, salam, dan ishtisna. Selain itu wawasan
mahasiswa mengenai ketiga aspek diatas semakin meningkat guna untuk bekal
dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
12
(Jakarta, Renaisan, 2005), h. 13
13