Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 19 No.

1, Hlm: 76-91 Januari 2018


Artikel ini tersedia di website: http://journal.umy.ac.id/index.php/ai
DOI: 10.18196/jai.190193

Studi Kasus Fenomena Tingkat Serapan Anggaran pada


Satuan Kerja Perangkat Daerah
Perdana Kusuma Negara¹; Lilik Handajani²; Lukman Effendy2
¹Biro Umum Setda Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia
²Magister Akuntansi, Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia
ARTICLE INFO ABSTRACT
Article history: This Study aims to identify factors causing the low absorption budget local
received 23 Mar 2017 government units (SKPD) especially in early year at Biro Umum Setda Provinsi
reviewed 12 Apr 2017 Nusa Tenggara Barat. To get deeply understanding and to find objective of
revised 04 Nov 2017 research, this study uses qualitative method namely case study approach. In this
accepted 11 Nov 2017
study the authors emphasize on the point of view of individuals/actors who have
experience in terms of financial management and disbursement of funds, not from
the views of the organization. The results of this study provide an illustration that
there are three factors affecting the absorption rate of the budget on Biro Umum
Setda Provinsi NTB after being identified using data analysis techniques from Miles
Keywords: and Huberman. Those dominant factors are policy, administratition and human
Absorption Budgets; resource. These three factors have a strong impact on the budget absorption rate
APBD; Biro Umum; which tends to be low in early year and as a result occur accumulation of budget in
Phenomenom the end of the year.
© 2018 JAI. All rights reserved

PENDAHULUAN Instrumen kebijakan fiskal pemerintah dalam


menggerakkan perekonomian salah satunya ada-
Anggaran memiliki fungsi sebagai alat peren- lah melalui konsumsi pemerintah (belanja/penge-
canaan dan sebagai alat pengendalian. Anggaran luaran pemerintah). Pada dasarnya pengeluaran
sebagai alat perencanaan mengindikasikan target pemerintah tersebut bertujuan untuk menye-
yang harus dicapai oleh pemerintah, sedangkan diakan barang dan jasa, serta memenuhi kebu-
anggaran sebagai alat pengendalian mengindi- tuhan dasar masyarakat yang tidak dapat dise-
kasikan alokasi sumber dana publik yang disetujui diakan oleh pihak swasta. Namun seiring dengan
legislatif untuk dibelanjakan (Putri dan bergulirnya era otonomi daerah hingga sekarang,
Fachruzzaman, 2014). Setelah memasuki era terjadi sebuah fenomena yang menarik yaitu
reformasi, pemerintah mengesahkan Undang- minimnya penyerapan APBD di sebagian besar
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Peme- wilayah Indonesia.
rintah Daerah atau sering juga disebut sebagai Kegagalan mengoptimalkan penyerapan ang-
Undang-Undang Otonomi Daerah. Diberlaku- garan ini mengakibatkan hilangnya manfaat belan-
kannya Undang-Undang tersebut menjadi awal ja, karena dana yang dialokasikan ternyata tidak
sejarah dimulainya era otonomi daerah dimana semuanya dapat dimanfaatkan. Apabila pengalo-
siklus keuangan daerah yang awalnya berpusat di kasian anggaran efisien, maka keterbatasan sum-
pemerintah pusat kini diserahkan kepada daerah ber dana yang dimiliki dapat dioptimalkan untuk
untuk mengelola keuangannya sendiri dalam mendanai kegiatan strategis. Sumber-sumber pe-
bentuk Anggaran Pendapatan Dan Belanja nerimaan yang terbatas mengharuskan pemerintah
Daerah (APBD). Penyusunan rancangan APBD menyusun prioritas kegiatan dan pengalokasian
berpe-doman pada Rencana Kerja Pemerintah anggaran yang efektif dan efisien. Data yang
Daerah (RKPD) dalam rangka mewujudkan dipublikasikan oleh Kementerian Keuangan pada
tercapainya tujuan bernegara (Mahsun dan tahun anggaran 2013 untuk semester pertama
Heribertus, 2011). penyerpan anggaran belanja pemerintah rata-rata
hanya mencapai 35,2 %, untuk tahun anggaran

*Corresponding author, e_mail address: koesumaperdana@gmail.com


Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

2014 angka pencapaian sebesar 37,5 %. Sedang- serta berfungsi sebagai target serapan anggaran. Ini
kan untuk tahun anggaran 2015 hanya mencapai diharapkan untuk proses pelaksanaan pemba-
33,1 %. ngunan dan pencairan anggaran seharusnya dapat
Fenomena tersebut terjadi juga di Provinsi berlangsung tepat waktu, lebih merata dan mem-
Nusa Tenggara Barat (NTB), terutama pada awal berikan dampak yang berulang dan besar kepada
tahun anggaran atau semester pertama (triwulan I kegiatan perekonomian.
dan II). Namun demikian berbeda pada saat Berdasarkan pemaparan uraian diatas
menjelang akhir tahun anggaran, instansi peme- peneliti mencoba mengembangkan argumentasi
rintah berusaha menyerap anggaran mendekati bahwa untuk dapat memahami fenomena tentang
100 %, agar tidak ditetapkan penyerapan angga- penyebab rendahnya penyerapan anggaran diawal
rannya rendah. Sesuai data serapan APBD tahun anggaran berjalan pada Pemerintah Provinsi
Provinsi NTB dari Biro Administrasi Pemba- Nusa Tenggara Barat maka harus dilakukan pen-
nguan Setda Provinsi NTB, pada tiga tahun dekatan penelitian yang mendalam pada tingkat
terakhir yaitu anggaran 2013 semester pertama Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hal ini
serapan anggaran sebesar 35,39 % dan pada akhir karena pada entitas inilah tanggungjawab penge-
tahun serapan anggaran sebesar 92,70 %, sehingga lolaan anggaran berada mulai dari perencanaan,
terjadi deviasi sebesar 57,31 % yang diserap pelaksanaan, pelaporan sampai dengan pertang-
menjelang akhir tahun anggaran. Begitu juga tahun gungjawaban anggaran.
anggaran 2014, pada semester pertama serapan Beberapa studi yang membahas masalah
anggaran sebesar 41,39 % dan pada akhir tahun rendahnya penyerapan anggaran pada tingkat
sebesar 92,51 % sehingga deviasi sebesar 51,12 %. SKPD seperti Rozai dan Subagiyo (2015) yang
Sedangkan tahun anggaran 2015, serapan melakukan penelitian pada Inspektorat Kabu-
anggaran semester pertama sebesar 32,95 % dan paten Boyolali. Saridewi et al. (2013) yang mene-
pada akhir tahun sebesar 89,44 % sehingga deviasi liti topik yang sama pada Dinas Pekerjaan Umum
sebesar 56,49 %. Kota Denpasar. Satuan Kerja Perangkat Daerah
Berdasarkan fenomena yang terjadi tentunya (SKPD) yang berperan sebagai stakeholders pe-
ini menimbulkan permasalahan karena tidak pro- merintah daerah berperan penting untuk mema-
porsionalnya penyerapan anggaran disepanjang jukan suatu daerah karena pemerintah diharapkan
tahun anggaran. Hal ini disebabkan pola penye- mampu melaksanakan pembangunan secara
rapan anggaran menunjukan kecenderungan yang maksimal. Suatu daerah dapat dikategorikan maju
relatif sama setiap tahunnya, yaitu mulai mening- bisa dilihat dari peran pemerintah selaku peme-
kat pada pertengahan triwulan ketiga dan pun- gang kekuasaan tertinggi suatu daerah yang
caknya pada triwulan keempat, sementara pada mampu mengelola anggaran yang ada untuk
triwulan–triwulan sebelumnya -awal tahun- me- kepentingan masyarakat. Kepentingan masyarakat
ningkat secara landai dan hampir stagnan. Selain yang dimaksud adalah bagaimana anggaran yang
itu, proses pengajuan dokumen pertanggung- telah disahkan merupakan representasi dari apa
jawaban yang menumpuk diakhir tahun dapat yang diinginkan oleh masyarakat yang hasilnya
menimbulkan masalah lain seperti kurangnya nanti akan dinikmati oleh masyarakat itu sendiri.
pengawasan terhadap kelengkapan dokumen per- Hal tersebut dapat tercermin dari penyerapan
tanggungjawaban. Karena mengejar target realisasi anggaran yang efektif dan efisien hasilnya sesuai
dan juga terbentur dengan waktu, maka terkadang dengan yang diharapkan.
menjadikan kelengkapan dokumen tersebut ter- Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
abaikan. Arif (2011) pada lingkup yang lebih luas di
Seharusnya permasalahan tingkat serapan Provinsi Riau memberikan kesimpulan bahwa-
anggaran tersebut dapat ditekan jika instansi sanya masing-masing daerah kabupaten/kota di
pemerintah dapat konsisten membelanjakan ang- Provinsi Riau memiliki faktor-faktor yang ber-
garannya sesuai dengan target yang telah ditetap- beda-beda yang mengakibatkan minimnya penye-
kan demi terwujudnya manajemen kas yang baik. rapan APBD. Walaupun ada sebagian kecil faktor
Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri yang hampir sama namun memiliki karakteristik
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang faktor yang berbeda. Faktor kapasitas SDM, faktor
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, setiap regulasi, faktor tender/lelang dan faktor lamban-
instansi pemerintah daerah diwajibkan menyusun nya pengesahan APBD masih merupakan faktor
dan menetapkan anggaran kas yang berguna yang mendominasi minimnya penyerapan APBD.
sebagai pengendali arus kas masuk dan keluar

77
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

Berbeda dengan beberapa penelitian sebe- dapat berjalan sesuai dengan target dan mampu
lumnya, penelitian ini lebih fokus untuk mengeks- merepresentasikan fungsi anggaran sebagai pendo-
plorasi penyebab rendahnya penyerapan anggaran rong pertumbuhan ekonomi.
diawal tahun anggaran pada tingkat SKPD dan
menarik kesimpulan tentang fenomena yang
terjadi pada SKPD yang diteliti yaitu pada Biro TINJAUAN LITERATUR DAN
Umum Setda Provinsi NTB. Adapun pemilihan FOKUS PENELITIAN
lokasi penelitian pada Biro Umum Setda Provinsi
NTB dengan alasan Biro Umum Setda Provinsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
NTB adalah salah satu SKPD di Provinsi Nusa
Tenggara Barat yang memiliki tugas pokok dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
fungsi cukup kompleks terhadap hubungannya merupakan suatu rencana keuangan tahunan
dengan pelayanan seperti Kepala Daerah dan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
Pimpinan Daerah, SKPD lain, Lembaga Teknis daerah tentang APBD yang disetujui oleh Dewan
Daerah, Lembaga Non Pemerintah/BUMN/ Perwakilan Rakyat Daerah (Arif, 2011). Untuk
BUMD dan terhadap masyarakat sehingga perma- menetapkan anggaran pendapatan daerah yang
salahan dan kendala yang dihadapi terutama akuntabel dan transparan, dibutuhkan pengelo-
dalam pengelolaan anggaran juga cukup kom- laan suatu sistem manajemen keuangan yang jelas
pleks. Kemudian, Biro Umum Setda Provinsi dan berdaya guna. Jika disederhanakan ada bebe-
NTB memiliki karakteristik penyerapan anggaran rapa siklus utama dalam pengelolaan keuangan di
yang terjadi setidaknya pada 3 (tiga) tahun terakhir daerah, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan,
mulai dari 2013-2015 menunjukkan pola penye- dan (3) pengendalian.
rapan anggaran yang rendah pada awal tahun Pada tahap perencanaan, input yang diguna-
anggaran atau semester pertama (triwulan I dan kan adalah dari aspirasi masyarakat melalui Mus-
II), namun kemudian mengalami peningkatan renbang yang dilakukan oleh Dewan Per-wakilan
menjelang berakhirnya tahun anggaran. Karak- Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah,
teristik belanja pada Biro Umum Setda Provinsi sebagai cikal bakal keterlibatan masyarakat dalam
NTB mencakup semua jenis belanja yang ada penetapan kebijakan strategis dalam penetapan
seperti belanja pegawai, belanja barang/jasa dan anggaran pendapatan dan belanja daerah
belanja modal juga menjadi pertimbangan. (Yuwono, 2008). Pada tahap pelaksanaan, setelah
Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi APBD ditetapkan, nanti seluruh kegiatan pelaksa-
faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab naan akan dicatat melalui sistem akuntansi untuk
masih rendahnya serapan APBD terutama pada menghasilkan laporan pelaksanaan APBD dan
awal tahun anggaran atau semester pertama pada pertanggung jawaban kepada kepala daerah
Biro Umum Setda Provinsi NTB. Tujuan (Yuwono, 2008). Selanjutnya Yuwono (2008)
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi menjelaskan pada tahap pengendalian, laporan
faktor-faktor penyebab rendahnya penyerapan pertanggung jawaban kepala daerah diserahkan
anggaran SKPD diawal tahun anggaran atau kepada DPRD, proses evaluasi laporan pertang-
semester pertama tahun anggaran pada Biro gung jawaban, serta keputusan evaluasi berupa
Umum Setda Provinsi NTB. Secara teoritis kon- penolakan atau penerimaan pertanggung jawaban
tribusi penelitian ini dapat dilihat dari penerapan kepala daerah.
teori birokrasi karena proses pengelolaan keua-
ngan pada SKPD mulai dari perencanaan, pelak- Penyerapan Anggaran
sanaan, pertanggungjawaban sampai pada pela-
poran diatur dan dikendalikan oleh proses birok- Penyerapan anggaran merupakan salah satu
rasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan tahapan dari siklus anggaran yang dimulai dari
yang berlaku. Sedangkan kontribusi praktis dapat perencanaan anggaran, penetapan dan pengesahan
digunakan sebagai sumbangsih pemikiran dan anggaran oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
kontribusi nyata kepada para pengambil kebija- penyerapan anggaran, pengawasan anggaran dan
kan/keputusan ditingkat SKPD, sehingga dapat pertanggungjawaban penyerapan anggaran
mengantisipasi sedini mungkin hal-hal yang diang- (Kuncoro, 2013). Tahapan penyerapan anggaran
gap menghambat realisasi anggaran dan dapat ini dimulai ketika Undang-Undang (UU) Angga-
segera mengambil kebijakan/keputusan tentang ran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
pengelolaan keuangan agar penyerapan anggaran disahkan oleh DPR. Dalam rangka terjadinya

78
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

kesatuan pemahaman serta kesatuan langkah penelitian kualitatif menganggap segala sesuatu
dalam pelaksanaan, pemerintah sebagai pelaksana yang melibatkan manusia akan bersifat kompleks
dari Undang-Undang APBN selanjutnya mener- dan multidimensi, apalagi jika melibatkan seke-
bitkan Keputusan Presiden (Keppres) tentang lompok manusia dan interaksinya, kompleksitas
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan tersebut akan sangat sulit diukur dengan angka-
Belanja Negara sebagai dasar hukum pelaksanaan angka statistik (Sarosa, 2012:9). Penelitian kua-
APBN. Pada saat ini Keppres yang berlaku adalah litatif berusaha memahami kompleksitas feno-
Keppres nomor 42 tahun 2002 (Kuncoro, 2013). mena yang diteliti dimana peneliti berusaha untuk
Begitu pula yang berlaku didaerah, peneta- menginterpretasikan suatu fenomena dan mema-
pan dan pengesahan anggaran dilaksanakan oleh hami suatu fenomena dari sudut pandang pelaku
DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Selanjutnya didalamnya.
tahapan penyerapan ini dimulai ketika Peraturan Untuk mendapatkan pemahaman yang men-
Daerah (Perda) tentang APBD disahkan oleh dalam maka fenomena ini dikaji dengan menggu-
DPRD. Dalam rangka terjadinya persamaan nakan pendekatan wawancara yang berfokus pada
langkah dan pemahaman pelaksanaan, pemerin- individu/aktor yang terlibat pada suatu kasus atau
tah sebagai pelaksana Perda APBD menerbitkan fenomena yang terjadi. Individu/aktor ini dianggap
Peraturan Gubernur (Pergub)/ Peraturan Bupati/ paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau
Wali Kota tentang Pedoman Pelaksanaan Angga- mungkin sebagai penguasa sehingga akan memu-
ran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai dasar dahkan peneliti mencari penyebab fenomena yang
hukum pelaksanaan APBD. terjadi pada awal tahun anggaran, mengapa pada
Penyerapan anggaran, khususnya belanja awal tahun anggaran tersebut penyerapan anggaran
barang dan jasa, memiliki pengaruh yang cukup cenderung sangat rendah (Latuconsina, 2016).
signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekono- Penelitian kualitatif dianggap tepat digunakan
mi. Untuk itu setiap instansi pemerintah harus dalam penelitian ini karena eksplorasi fenomena
mengatur pengeluarannya agar berjalan lancar dan dapat digali secara langsung dan mendalam
dapat mendukung keberhasilan pencapaian dengan berinteraksi dengan aktor, daripada dila-
sasaran pembangunan nasional. Namun demikian kukan secara empiris, misalnya dengan pengujian
penyerapan anggaran tidak diharuskan mencapai hipotesis secara statistik.
100%, tetapi penyerapan anggaran diharapkan
mampu memenuhi setidak-tidaknya lebih dari Sumber Data
80% anggaran yang telah ditetapkan. Tinggi
rendahnya penyerapan anggaran dalam suatu Sumber data yang digunakan dalam pene-
SKPD menjadi tolok ukur kinerja dari SKPD litian ini digolongkan menjadi dua, yaitu data
tersebut. primer dan data sekunder yang langsung dipe-
Akan tetapi, SKPD belum mampu konsisten roleh dari sumber informasi. Data primer dalam
dalam hal penyerapan anggaran sesuai dengan penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara yang
target yang telah ditetapkan dari segi jumlah dilakukan dengan para stakeholder yang relevan
penyerapan anggaran maupun waktu pelaksa- pada Biro Umum Setda Provinsi NTB yang
naannya. Penyerapan anggaran SKPD cenderung berhubungan langsung dengan penyerapan
rendah diawal tahun anggaran dan akan mulai anggaran. Data sekunder dalam penelitian ini
meningkat secara signifikan menjelang akhir tahun diperoleh dari hasil telaah dokumen yang berisi
anggaran. Hal ini menjadi pertanyaan peneliti, hal- informasi yang berhubungan dengan penyerapan
hal apa saja yang menyebabkan rendahnya penye- anggaran pada Biro Umum Setda Provinsi NTB
rapan anggaran pada SKPD yang menyebabkan serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
masih rendahnya penyerapan APBD khususnya tujuan penelitian.
pada semester pertama tahun anggaran.
Informan dan Lokasi

METODE PENELITIAN Agar mendapatkan pemahaman yang menda-


lam terhadap fenomena yang menjadi objek
Pendekatan Penelitian penelitian, penentuan informan menggunakan tek-
nik snowball sampling, yakni teknik pengambilan
Jenis penelitian yang digunakan dalam pene- sampel yang pada awalnya sedikit, lama-lama
litian ini adalah penelitian kualitatif, dimana menjadi besar (Sugiyono, 2015). Informan kunci

79
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

dalam penelitian ini adalah Pejabat Penatausahaan Provinsi Nusa Tenggara Barat, didukung oleh 177
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK- (seratus tujuh puluh tujuh) orang Pegawai Negeri
SKPD). Sipil, dan 8 (delapan) orang Pegawai Tidak Tetap
PPK-SKPD merupakan pihak yang ditunjuk (PTT).
oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk Adapun tugas pokok dari Biro Umum Setda
membuat keputusan dan/atau mengambil tinda- Provinsi NTB adalah “Menyiapkan perumusan
kan yang dapat mengakibatkan pengeluaran angga- kebijakan, pembinaan, kooordinasi, dan evaluasi
ran belanja yang ditetapkan dengan Surat Kepu- penyelenggaraan kesekretariatan dan pengolahan
tusan (SK) KPA. PPK-SKPD merupakan indivi- data elektronik, rumah tangga, keuangan dan
du/aktor yang memiliki hubungan yang sangat erat urusan dalam”. Sedangkan fungsi dari Biro
dengan baik/buruknya penyerapan anggaran Umum Setda Provinsi NTB adalah : (1) Peru-
disuatu SKPD. Ini dapat dilihat dari tugas PPK- musan dan penyiapan pembinaan penyelengga-
SKPD tersebut sesuai dengan surat keputusan. raan kesekretariatan dan pengolahan data elektro-
Adapun lokasi penelitian adalah bertempat pada nik, Pembinaan LPSE, rumah tangga, keuangan
Biro Umum Setda Provinsi NTB serta urusan dalam, (2) Perumusan dan penyu-
sunan rencana/program dibidang kesekretariatan
Analisis Data dan pengolahan data elektronik, Pembinaan
LPSE, rumah tangga, keuangan serta urusan
Analisis data ini menggunakan pendekatan dalam, (3) Perumusan kebijakan penyelenggaraan
kualitatif secara interaktif dan berlangsung secara dibidang kesekretariatan dan pengolahan data
terus menerus sampai tuntas, sampai datanya elektronik, Pembinaan LPSE, rumah tangga,
sudah jenuh, aktivitas dalam menganalisis data keuangan serta urusan dalam, (4) Koordinasi
meliputi: reduksi data (reduction data), penyajian pelaksanaan tugas dibidang kesekretariatan dan
data (display data), menarik kesimpulan atau pengolahan data elektronik, Pembinaan LPSE,
verifikasi (concluncing drawing) (Sugiyono, 2014). rumah tangga, keuangan serta urusan dalam, (5)
Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
dibidang kesekretariatan dan pengolahan data
HASIL DAN PEMBAHASAN elektronik, rumah tangga, keuangan dan urusan
dalam, (6) Pelaksannaan tugas kedinasan lain yang
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi diberikan pimpinan sesuai dengan bidang tugas.
Nusa Tenggara Barat Nomor 11 Tahun 2014 Sesuai dengan tujuan penelitian untuk
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah mengidentifikasi faktor-faktor penyebab rendah-
Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun nya penyerapan anggaran pada Biro Umum Setda
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Provinsi NTB disemester pertama tahun angga-
Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat ran, dan juga telah dibahas sebelumnya mengenai
dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah informan kunci pada penelitian ini adalah Pejabat
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Biro Umum Penatausahaan Keuangan (PPK-SKPD), maka
Komplementer dari Sekretariat Daerah Provinsi untuk mendapatkan informasi yang lebih menda-
Nusa Tenggara Barat. Dimana Biro Umum lam sesuai dengan teknik penentuan informan
merupakan 1 (satu) dari 9 (sembilan) Biro pada dengan teknik snowball sampling, namun para
Sekretariat Daerah yang berada dibawah koor- pejabat pengelola keuangan lainnya dapat juga
dinasi Asisten Administrasi Umum dan Kesejah- dijadikan informan dalam penelitian ini tentunya
teraan (Asisten III Sekda), terdiri dari 4 (Empat) sesuai dengan arahan dari informan kunci.
Bagian dan 12 (Dua Belas) Sub Bagian.
Biro Umum Setda Provinsi NTB merupakan Target dan Realisasi Anggaran Biro Umum
salah satu unit kerja pendukung (supporting unit) Sekretariat Daerah Provinsi NTB
dan unit koordinator (coordinating unit) dalam
memberikan pelayanan kepada Pimpinan dalam Biro Umum Setda Provinsi NTB memiliki
pelaksanaan tugas Pemerintahan. Salah satu unsur karakteristik penyerapan anggaran yang terjadi
yang paling penting dalam organisasi adalah selama 3 (tiga) tahun terakhir mulai dari tahun
Sumber Daya Manusia (SDM) atau pegawai yang 2013-2015 yang menunjukkan pola penyerapan
akan menggerakkan dan melaksankan tugas anggaran yang rendah pada awal tahun anggaran
organisasi. Untuk menunjang pelaksanaan tugas atau semester pertama (triwulan I dan II)
pokok dan fungsi Biro Umum Sekretariat Daerah kemudian mengalami peningkatan menjelang ber-

80
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

Tabel 1. Data penyerapan anggaran semester I tahun 2013-2015 pada Biro Umum Sekretariat Daerah
Provinsi NTB
Tahun Pagu Target Penyerapan Anggaran
No. %
Anggaran Anggaran (Rp) Semester I (Rp) (Rp)
1 2013 88.710.317.000 45.551.912.725 29.934.697.14 33,74
2 2014 107.720.823.200 55.131.574.675 31.513.611.571 29,25
3 2015 113.667.717.492 56.833.858.746 37.480.469.708 32,98
Sumber : Bagian Keuangan Biro Umum NTB

akhirnya tahun anggaran. Menurut data yang disampaikan juga oleh PPK-SKPD ketika peneliti
diperoleh, realisasi penyerapan anggaran pada menanyakan ada serapan lain selain belanja tidak
Biro Umum Setda Provinsi NTB dalam tiga tahun langsung yang sifatnya rutin pada awal tahun
terakhir pada semester pertama tahun anggaran anggaran.
rata-rata penyerapannya tidak sesuai target yang
telah ditetapkan yaitu sebesar 50 % dari total “...tapi ada beberapa komponen belanja
APBD yang dikelola oleh Biro Umum Setda barang yang juga bersifat rutin tetapi tetap
Provinsi NTB. Pada Tabel 1 disajikan data harus dibayarkan. Ada beberapa yang tidak
serapan anggaran semester pertama pada Biro bisa diestimasi juga, karena itu tergantung dari
intensitas pekerjaannya contohnya seperti
Umum Setda Provinsi NTB tahun 2013-2015.
belanja listrik, air dan telpon, dan ini sifatnya
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyerapan yang fluktuatif, masing-masing bulan otomatis
anggaran semester pertama pada Biro Umum berbeda tagihannya, pada saat banyak kegiatan
Setda Provinsi NTBhanya rata-rata sekitar 30 terkadang jumlah tagihan terhadap listrik akan
%masih jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu meningkat”.
sebesar 50 %. Tentu ini menjadi suatu hal yang
kurang baik, karena penyerapan anggaran pada Kedua pernyataan dari PPK-SKPD tersebut
awal tahun anggaran tersebut lebih banyak pada dibenarkan juga oleh Bendahara Pengeluaran
belanja tidak langsung seperti gaji dan tunjangan pada Biro Umum Setda Provinsi NTB sebagai
PNS yang memang sifatnya rutin. Sedangkan pejabat pengelolaan keuangan yang bertanggung-
untuk belanja yang sifatnya belanja barang/jasa jawab terhadap pengeluaran kas.
tidak terlalu signifikan realisasinya, seperti yang
disampaikan oleh PPK-SKPD ketika disinggung “...Kalau untuk yang awal-awal, biasanya
peneliti mengenai permasalahan yang sama dari memang kita itu lebih ke belanja rutin misal
tahun ke tahun. seperti gaji atau tunjangan yang memang sudah
ada, istilahnya SK atau kebijakannya sudah
“...Pada awal tahun anggaran, penyerapan ada, ataupun belanja-belanja kantor, listrik, air,
anggaran itu lebih banyak pada belanja yang telpon. Kalau untuk pengadaan biasanya ada
sifatnya rutin seperti gaji atau tunjangan- kebijakan tersendiri, mungkin ada jadwal juga,
tunjangan lainnya, di Pemerintah Provinsi ada itu juga yang membuat serapan diawal itu agak
TKD-nya, itu yang sifatnya rutin, karena untuk rendah”.
pembayaran gaji dan tunjangan tidak memer-
lukan regulasi-regulasi tambahan karena itu
sudah berjalan otomatis, maksudnya regula- Tingkat serapan anggaran yang cenderung rendah
sinya tidak banyak berubah”. diawal tahun adalah situasi yang mem-berikan
dampak adanya penumpukan anggaran yang
Selain penyerapan anggaran pada belanja belum dilaksanakan menjelang akhir tahun. Hal
tidak langsung tersebut, ada juga penyerapan ini merupakan suatu akibat dari pelaksanaan
anggaran pada belanja langsung tetapi sama halnya kegiatan yang belum berjalan optimal. Pelaksa-
dengan belanja tidak langsung hanya pembayaran naan kegiatan yang tidak berjalan optimal tersebut
yang sifatnya rutin saja dan tidak membutuhkan menyebabkan inkonsistensi SKPD dalam melak-
banyak regulasi tetapi harus tetap dibayarkan sanakan kegiatan sesuai dengan target yang telah
contohnya seperti pembayaran listrik, telpon dan ditetapkan. Tentu ini menjadi suatu hal yang
air. Pembayaran listrik, telpon dan air tersebut kurang baik, karena penyerapan anggaran saat ini
juga tidak bisa diprediksi jumlah besarannya menjadi tolok ukur penilaian kinerja suatu SKPD
karena tergantung dari intensitas penggunaannya. karena pengukuran kinerja dilakukan dengan
Hal ini diperkuat dengan pernyataan yang membandingkan target dan realisasi. Karena

81
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

kejadian ini sudah sering terjadi bahkan berulang- seharusnya semua PPTK, semua pengelola
ulang setiap tahunnya ini bisa dikatakan sebagai kegiatan harus paham terhadap aturan ini,
budaya organisasi karena kejadiannya terus tetapi karena ada pejabat pengelola keuangan
berulang. yang diangkat berdasarkan jabatannya sehingga
itu yang menyebabkan kekurangtahuan penge-
Kegiatan-kegiatan yang seharusnya bisa dilak-
tahuannya itu tidak diimbangi dengan penam-
sanakan diawal-awal tahun lebih banyak dilaksa- bahan pengetahuan. Dengan menyandang se-
nakan menjelang akhir tahun sehingga kesannya bagai pejabat pengelolaan keuangan seharus-
cenderung dipaksakan. Karena kesannya cende- nya mereka juga menambah pengetahuan
rung dipaksakan, dalam proses pengajuan doku- terhadap aturan-aturan pengelolaan keua-
men SPJ rawan terjadi kesalahan karena cende- ngan”.
rung mengabaikan aturan yang ada baik dari segi
proses dan kelengkapannya. Oleh karena itu, Berdasarkan petikan wawancara tersebut
peneliti mencoba menarik kesimpulan secara dapat dikatakan bahwa ternyata ada pejabat
umum tentang penyebab rendahnya penyerapan pengelola keuangan yang memang kurang paham
anggaran diawal tahun anggaran yang mempe- terkait pengelolaan keuangan. Ini disebabkan
ngaruhi tingkat serapan anggaran pada Biro karena ada pejabat struktural yang secara otomatis
Umum Setda Provinsi NTB berdasarkan hasil juga menjadi pejabat pengelola keuangan karena
wawancara terhadap informan selama melakukan menjadi pejabat pengelola keuangan tersebut juga
penelitian. Berdasarkan hasil wawancara tersebut melekat pada tugas dan fungsinya sebagai pejabat
peneliti mengklasifikasikan faktor-faktor tersebut struktural tersebut contohnya Pengguna Anggaran
kedalam tiga faktor. (PA), Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).
Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) Sehingga bisa disimpulkan bahwa seseorang
paham atau tidak terhadap pengelolaan keuangan
Keberadaan manusia dalam organisasi memi- tetapi jika seseorang tersebut diangkat menjadi
liki posisi yang sangat vital. Keberhasilan organi- pejabat struktural yang otomatis menjadi PA, KPA
sasi sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang dan PPTK maka bertanggungjawab terhadap
yang bekerja di dalamnya. SDM sangat berperan pengelolaan keuangan sesuai dengan tugas dan
penting untuk mencapai tujuan dari organisasi. fungsinya masing-masing. Ini dipertegas oleh PPK-
SDM merupakan aset dari organisasi yang dapat SKPD ketika disinggung oleh peneliti mengenai
menentukan baik buruknya kinerja dari sebuah kriteria-kriteria penunjukan pejabat pengelola
organisasi. Bisa dikatakan hampir semua persoa- keuangan.
lan yang dihadapi oleh suatu organisasi selalu
terkait dengan SDM yang ada di dalamnya. “...Selain itu juga tadi ada jelaskan bahwa peja-
Begitu juga pada Biro Umum Setda Provinsi NTB bat pengelola keuangan berdasarkan jabatan
sebagai sebuah SKPD, layaknya seperti organisasi yang dimilki sekarang, itu terkait dengan
pada umumnya Biro Umum Setda Provinsi NTB pejabat struktural contohnya ada PA, KPA
kemudian ada PPTK. Beberapa jabatan itu
juga memiliki permasalahan yang sama dengan
dimiliki oleh seseorang berdasarkan jabatan
organisasi lain terkait SDM terutama terkait struktural yang dimiliki. Di Biro Umum ini
dengan pengelolaan keuangan yang dapat mempe- Kepala Biro itu selaku KPA, siapapun Kepala
ngaruhi tingkat serapan anggaran yang rendah Bironya, punya sertifikat (Pengadaan barang/
pada awal tahun anggaran. Pernyataan tersebut jasa) atau tidak, mau paham keuangan mau
sesuai keterangan yang dikatakan oleh PPK-SKPD tidak, otomatis akan menjadi KPA. Itu adalah
ketika peneliti menanyakan penyebab dari beberapa kriteria-kriteria dasar yang terkait
fenomena yang terjadi. dengan pejabat pengelola keuangan”.

Pada dasarnya pejabat pengelolan keuangan


“...Tidak semua pejabat pengelola keuangan tersebut dibagi menjadi dua kategori, ada pejabat
itu paham terhadap aturan-aturan dalam pengelola keuangan yang dibahas sebelumnya
mengelola keuangan, sehingga inilah yang yang secara otomatis melekat langsung pada
menyebabkan terkadang penyerapan anggaran jabatan strukturalnya dan ada pula yang ditunjuk
itu menjadi lambat.Salah satu contohnya berdasarkan kemampuan dan pengetahuan yang
dalam mengadakan barang dan jasa peme- dimiliki. Contohnya seperti Pejabat Pembuat
rintah, kita punya aturan berupa Perpres, yang
Komitmen (PPK) dan Pejabat Pengadaan Barang/
terbaru adalah Perpres 4 tahun 2015, jadi

82
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

Jasa Pemerintah. Mengenai hal tersebut PPK- ini diperlukan pemahaman dan persepsi yang
SKPD juga memberikan komentar yang dikutip sama terhadap aturan yang berlaku. Ketika seo-
oleh peneliti. rang pejabat kurang paham terhadap pengelolaan
keuangan sementara pejabat tersebut sebagai
“...Terkait pejabat pengelola keuangan ada penanggungjawab dari kegiatan tersebut tentunya
beberapa kriteria. Ada pejabat pengelolaan ini menjadi sesuatu yang kurang baik karena akan
keuangan yang memang di dasarkan terhadap memperlambat proses realisasi anggaran yang
kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki dikarenakan kurangnya pemahaman pejabat ter-
dan ada juga yang melekat dengan jabatan.
sebut terhadap pengelolaan keuangan. Untuk
Untuk pejabat pengelola keuangan yang
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki salah mendapatkan kesamaan persepsi sebenarnya peja-
satu contohnya adalah pejabat pengadaan, bat struktural itu penting menguasai mekanisme
pejabat pengadaan ini ditunjuk adalah orang pengelolaan keuangan dan sistematika pengadaan
yang memiliki sertifikat pengadaan barang dan barang/jasa tetapi tidak wajib bersertifikat. Hal ini
jasa tingkat nasional. Begitu juga PPK (Pejabat cukup dengan mengikuti bimbingan teknis
Pembuat Komitmen), harus memiliki sertifikat (Bintek) saja, karena ini untuk menyamakan pe-
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang mahaman dan persepsi tersebut.
syarat minimalnya adalah dua tahun menjadi
pejabat pengadaan”. Faktor Administrasi
PPK dan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pada awal tahun anggaran SKPD biasanya
adalah pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan disibukkan dengan persiapan-persiapan adminis-
kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dan trasi untuk pelaksanaan kegiatan seperti pener-
tentunya harus memiliki sertifikat pengadaan bitan Surat Keputusan (SK) sebagai payung
barang/jasa. Untuk mendapatkan sertifikat penga- hukum untuk pelaksanaan kegiatan selama satu
daan barang/jasa tersebut tentunya harus mengi- tahun kedepan pada SKPD. Akan tetapi juga
kuti ujian sertifikasi pengadaan barang/jasa peme- terdapat pekerjaan yang seyogyanya harus sudah
rintah dan dinyatakan lulus oleh Lembaga Kebi- selesai pada tahun sebelumnya tetapi dikarenakan
jakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP). ada kesalahan-kesalahan sehingga harus disesuai-
Jika memiliki sertifikat pengadaan barang/jasa kan kembali pada awal tahun anggaran berjalan,
tersebut seseorang sudah dianggap mampu dan sehingga SKPD tidak dapat menjalankan aktifitas
mengetahui seluk beluk pengadaan barang/jasa, pelaksanaan kegiatannya secara efektif pada awal
maka dianggap layak untuk ditunjuk sebagai tahun.
pejabat yang menangani kegiatan pengadaan Menurut Permendagri Nomor 13 Tahun
barang/jasa. 2006, proses pengelolaan keuangan daerah itu
Berbeda halnya dengan pejabat pengelola sudah diatur secara detail mulai dari perencanaan,
keuangan yang secara otomatis melekat pada pelaksanaan dan pertanggungjawaban, evaluasi
jabatan strukturalnya, pejabat ini tidak memiliki dan pelaporan. Khusus untuk proses perencanaan
kriteria khusus sebagai pengelola keuangan dan pada Biro Umum Setda Provinsi NTB ini masih
juga terkadang tidak memiliki sertifikat pengadaan sering terjadi permasalahan terkait penyusunan
barang/jasa sehingga diindikasikan banyak dari rencana kerja anggaran (RKA), ini diungkapkan
pejabat tersebut kurang paham terhadap pengelo- oleh PPK-SKPD dalam wawancara ketika ditanya-
laan keuangan dan mekanisme pengadaan barang/ kan tentang permasalahan penyusunan dokumen
jasa. Padahal usulan pertama untuk perencanaan perencanaan.
pengadaan itu letaknya pada pejabat tersebut
contohnya Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan “...Dalam setiap proses perencanaan pasti ada
(PPTK) yang juga dapat dikatakan sebagai masalahnya, karena banyak bagian-bagian atau
pengelola kegiatan dan pengelola anggaran. PPTK ini terkadang dalam mengajukan
Hal seperti inilah yang terjadi pada Biro perencanaan itu tidak didalam bentuk RKA,
Umum Setda Provinsi NTB sehingga permasa- hanya berupa kegiatan-kegiatan yang akan
lahan mengenai kompetensi SDM ini menjadi dilaksanakan tetapi rincian kegiatannya itu
salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat tidak diberikan. Jadi daftar kebutuhan belanja
serapan anggaran pada SKPD ini. Kompetensi itu terkadang sering berubah-ubah”.
SDM ini menjadi penting untuk ditingkatkan
karena dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan Terlepas dari permasalahan tersebut, Peme-
rintah Provinsi NTB dalam hal proses perenca-

83
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

naan anggaran sudah jauh lebih baik dibandingkan Biro Umum Setda Provinsi NTB sesuai tugas
pada waktu sebelumnya. Penetapan Anggaran dan fungsinya sebagian besar sebagai pelayanan
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk terhadap pimpinan daerah, tentunya revisi DPA
tahun berikutnya sudah ditetapkan dan disahkan tersebut ada juga yang disebabkan karena ada
pada akhir tahun sebelumnya. Ini diharapkan agar permintaan atau kebijakan dari pimpinan terkait
pada awal tahun anggaran berikunya seluruh pelayanan tersebut. Bisa dikatakan penyusunan
kegiatan pelaksanaan APBD sudah dapat langsung perencanaan kegiatan pada Biro Biro Umum
dilaksanakan tepat pada bulan januari. Berdasar- Setda Provinsi NTB sebagian besar adalah buy
kan hasil wawancara dengan PPK-SKPD hal ini request dari pimpinan daerah dalam hal ini
dijelaskan kepada peneliti. KDH/WKDH. Pernyataan ini sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh salah seorang PPTK pada
“...jadi pada era kepemimpinan Gubernur kita Biro Umum Setda Provinsi NTB yang banyak
yang sekarang ini ada perubahan-perubahan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya
atau perbaikan-perbaikan dari apa yang pelayanan pimpinan.
dilaksanakan pada era-era sebelumnya. Jadi
pada era Gubernur yang sekarang ini APBD
“...Contoh dirumah tangga ini, sebagian
itu ditetapkan pada akhir tahun anggaran
sebelumnya. Jadi misalkan untuk anggaran besar kegiatannya berdasarkan buy
2017 itu harus ditetapkan pada akhir tahun request, karena ini pelayanan langsung
anggaran 2016, dan itu juga sama dengan kepada pimpinan KDH/WKDH. Ada
regulasi yang ditetapkan oleh pusat bahwa beberapa kegiatan yang sudah kita
sebelum 30 november harus sudah rancang tapi ternyata dikemudian hari
menetapkan APBD untuk tahun berikutnya. permintaan pimpinan berubah, sepanjang
Itu adalah regulasi-regulasi yang mungkin tetap itu sesuai aturan dan kita bisa ada peluang,
diperbaharui dalam rangka meningkatkan ada celah untuk revisi DPA ya kita ubah,
penyerapan anggaran yang kaitannya nanti tetapi tetap saja memang terasa pada
diharapkan dapat membantu perkembangan
penyerapan anggaran, tetapi tentunya
perekonomian pada masyarakat”.
sekali lagiini harus”.
Output dari seluruh proses perencanaan itu
Hal tersebut juga dibenarkan oleh PPK-
menghasilkan dokumen pelaksanaan anggaran
SKPD ketika ditanyakan mengenai hal yang
(DPA) yang digunakan sebagai acuan dalam
serupa pada saat wawancara. Berikut kutipan
pelaksanaan anggaran. Tetapi pada pelaksana-
penjelasan PPK-SKPD:
annya DPA yang sudah ditetapkan dan disahkan
sebelum tahun anggaran berjalan terkadang pada
“...Seperti saya katakan tadi, disini Biro
waktu pelaksanakan masih sering dijumpai
Umum adalah Biro yang melayani
kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang sering dijum-
pimpinan secara langsung, terkadang apa
pai antara lain adalah kesalahan penulisan seperti
yang sudah kita rencanakan tapi ada
salah ketik, salah volume, salah redaksi dan lain-
permintaan atau kebijakan dari pimpinan
lain. Jika terjadi demikian kita harus melakukan
sehingga apa yang kita rencanakan itu bisa
revisi DPA, revisi DPA harus dilakukan karena
berubah, itu yang harus kita lakukan
jika dokumen perencanaannya salah akan mem-
revisi”.
pengaruhi pada proses pertanggungjawabannya.
Hal ini disampaikan oleh PPK pada saat
Seperti yang dikatakan diawal, selain perma-
wawancara.
salahan mengenai dokumen perencanaan yang
“...Kemudian juga revisi DPA tentu ada harus direvisi karena ada kesalahan-kesalahan dan
pengaruh-pengaruhnya karena ada koreksi- juga permintaan atau kebijakan pimpinan sehingga
koreksi walaupun sudah ada ini [Pengesahan berdampak pada serapan anggaran pada awal
DPA] tetap ada koreksi-koreksi DPA. tahun anggaran, masalah lain adalah penerbitan
Kemudian, walaupun DPA itu sudah ditetap- SK penunjukan pejabat pengelolaan keuangan
kan tetapi proses-proses untuk pencairannya yang terlambat sehingga para pejabat yang ditunjuk
itu aja yang keliru-keliru. Misalnya salah ketik, sebagai pejabat pengelola keuangan belum bisa
salah redaksi, salah volume, itumempengaruhi melaksanakan tugasnya karena SK tersebut
juga, kalau keliru itu juga ndak bisa di-SPJ- merupakan payung hukum untuk melindungi
kan”.
pejabat-pejabat tersebut dari kesalahan-kesalahan

84
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

yang bersifat administrasi, karena ini berkaitan keduanya harus selesai terlebih dahulu sebelum
dengan masalah regulasi dalam pelaksanaan melaksanakan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan
kegiatan SKPD yang menganut azas legalitas. Ini pada SKPD didasarkan pada DPA dan SK, jika
senada dengan apa yang dikatakan oleh PPK- kedua hal tersebut pengesahannya terlambat maka
SKPD saat disinggung masalah regulasi-regulasi pelaksanaan kegiatannya juga akan terlambat
yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. memulainya. Inilah yang menyebabkan serapan
anggaran pada Biro Umum Setda Provinsi NTB
“...Mengenai penerbitan SK juga seperti itu, diawal tahun anggaran itu cenderung rendah
jadi setiap pelaksanaan kegiatan harus ada karena harus menyelesaikan regulasi-regulasi yang
payung hukumnya. SK merupakan payung bersifat administrasi tadi.
hukum dalam menunjuk pejabat pengelolaan
keuangan tersebut, tanpa SK tentunya kita
Faktor Kebijakan
tidak bisa bekerja, jadi kita harus menunggu
SK, jadi terkadang dengan lambatnya turunnya
SK juga mempengaruhi dalam keterlambatan Kebijakan identik dengan pengambilan kepu-
dalam bekerja. Jadisaya rasa masalah SK, tusan oleh pemegang kekuasaan yang memiliki
masalah regulasi-regulasi itu sangat mempe- wewenang dan tanggung jawab yang besar dalam
ngaruhi dalam pelaksanaan kegiatan”. mengambil setiap keputusan. Pengambilan kebi-
jakan yang telah diputuskan ini biasanya dilegalkan
Penerbitan SK ini memang menjadi kendala dalam bentuk surat keputusan dan surat edaran.
jika pihak-pihak yang berwenang dalam mener- Contohnya surat edaran mengenai pedoman
bitkan SK ini terlambat menerbitkannya. Karena penyusunan dokumen perencanaan, dalam surat
sesungguhnya pihak yang berwenang menerbitkan edaran pedoman penyusunan dokumen perenca-
ini ada dari pihak eksternal dan ada pula dari naan tersebut ditentukan kegiatan-kegiatan dan
pihak internal SKPD. SK yang berkaitan dengan belanja-belanja apa saja yang boleh dianggarkan
penunjukan PA, KPA dan Bendahara Penge- untuk dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
luaran adalah SK yang diterbitkan oleh pihak Proses penyusunan dokumen perencanaan
eksternal karena ditandatangani oleh Gubernur. dimulai dengan penyusunan rencana kerja angga-
Sedangkan SK penunjukan yang ditandatangani ran (RKA) sesuai dengan edaran pedoman penyu-
oleh Kepala SKPD adalah SK penunjukan dari sunan. Setelah seluruh proses penyusunan RKA
pihak internal, contohnya seperti SK penunjukan rampung dan telah disetujui oleh tim anggaran
PPK-SKPD, PPK dan PPTK. Petikan wawancara pemerintah daerah (TAPD) barulah kemudian
dengan PPK berikut menggambarkan hal-hal dokumen perencanaan tersebut diterbitkan dalam
tersebut. bentuk dokumen perencanaan anggaran (DPA).
Untuk menerbitkan DPA, SKPD juga harus
“...Tapi kalau menurut saya kendalanya ada menyusun anggaran kas yang mengatur perkiraan
faktor eksternal dan internal. Eksternal ini arus kas keluar berdasarkan ketersediaan dana
terkait dengan contoh realnya masalah SK, SK yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan
pejabat pengelola keuangan seperti Benda- dalam satu periode.
hara, KPA, PAyang memang sangat tergantung
Anggaran kas besarannya disusun berdasar-
pada BPKAD karena SK Gubernur. Kalau
terkait dengan internalseharusnya hal-hal kan surat edaran dari Gubernur melalui BPKAD
seperti ini bisa diantisipasi khususnya terkait (Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah)
dengan SK Kepala Biro contohnya untuk SK selaku pengelola keuangan daerah. Besaran
PPK, PPTK, dan sebagainya. Itu kendalanya persentase anggaran kas ditentukan oleh kebijakan
kalau saya lihat. Kalau secara aturansangat kepala daerah, karena bersifat kebijakan tentunya
memungkinkan, seharusnya sudah tidak ada besaran persentase anggaran kas tersebut berbeda-
alasan awal tahun itu realisasi mandek”. beda disetiap daerah. Untuk di Provinsi NTB
besaran persentase anggaran kas tersebut dibagi
Berdasarkan pernyataan-pernyataan infor- menjadi empat, sesuai dengan jumlah triwulan
man tersebut dapat disimpulkan bahwa revisi dalam satu tahun anggaran. Pada triwulan satu
dokumen perencanaan (DPA) dan terlambatnya sebesar 20 %, triwulan kedua sebesar 30 %,
penerbitan surat keputusan penunjukan pejabat triwulan ketiga sebesar 30 % dan pada triwulan
pengelolaan keuangan sangat mempengaruhi keempat sebesar 20 % sehingga jumlahnya
pelaksanaan kegiatan pada Biro Umum Setda menjadi 100 %. Penyusunan dan besaran persen-
Provinsi NTB. Karena sifatnya administratif

85
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

tase anggaran kas ini juga disampaikan oleh PPK- gap tidak fleksibel jika melihat dari kompleksitas
SKPD ketika peneliti menanyakan hal tersebut. pekerjaan yang ada pada pelaksana kegiatan. Ada
yang beranggapan diawal terlalu kecil sedangkan
“...Anggaran kas itu adalah suatu kewajiban diakhir terlalu besar, ada pula yang beranggapan
yang harus kita lakukan dalam proses peren- yang harus besar itu di triwulan dua dan tiga
canaan anggaran. Apabila kita tidak mengatur sedangkan ditriwulan akhir itu cukup kecil saja.
anggaran itu otomatis kita tidak bisa melak-
Pernyataan ini didapatkan dari keterangan yang
sanakan anggaran, karena itu adalah salah satu
dasar atau syarat yang harus kita masukan diberikan oleh salah seorang PPTK kepada
dalam aplikasi SIMDA. Setelah kita masukan peneliti.
dalam SIMDA akan nanti tercetak didalam
DPA. Di DPA itu akan terlihat anggaran kas “...DiTAPD itu menetapkan anggaran kas,
masing-masing triwulan dimana triwulan anggaran kas itu 20% ditriwulan satu, 30%
pertama itu ada sebesar 20%, triwulan dua dan ditriwulan dua. Sebenarnya memang pernah
tiga itu 30%, dan triwulan empat itu besa- kita usulkan pola anggaran kas ini, harusnya
rannya 20%, karena ini berdasarkan surat ditriwulan satu itutidak perlu terlalu besar,
edaran dari Gubernur yang diterbitkan oleh ditriwulan dua ini yang harus besar. Kalau ini
BPKAD, itu adalah syarat atau acuan mutlak 20%, 30%, 30%, 20%. Kalau saya seharusnya
kita dalam menyusun anggaran”. 10%, 60%, diterkahirnya baru kecil, karena
kalau diterakhirnya masih dikasi 20% bisa aja
Tujuan dari penyusunan anggaran kas ini menumpuk, tapi kembali lagi ke pendapatan,
seharusnya memang membuat anggaran kas
dimaksudkan agar setiap pelaksana kegiatan
itu tidak begitu, harusnya kalau kita memang
memiliki pedoman yang dapat dijadikan acuan punya kemampuan sudah di perencanaan itu
agar setiap kegiatan tersebut menjadi terjadwal jangan lagi 20% ditriwulan empat, itu 10% aja
baik dari segi pelaksanaan dan pertanggungjawa- ditriwulan empat”.
ban keuangannya, dengan kata lain membantu
pelaksana kegiatan agar lebih tertib dalam Hal senada juga disampaikan oleh informan
melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwalnya. lain yang juga seorang PPTK yang kompleksitas
Jangan sampai kegiatan yang belum ada diangga- pekerjaannya lebih banyak tidak dapat diprediksi
ran kas tetapi justru dilaksanakan. Hal ini juga karena semua tergantung dari kebijakan pimpinan.
disampaikan Bendahara Pengeluaran kepada
peneliti. “...Seperti yang saya bilang tadi seharusnya
20% waktu triwulan satu, contoh20%, triwulan
“...Memang anggaran kas juga sudahada kedua 30%, triwulan tiga 30%, triwulan
kebijakan, triwulan satu, dua atau tiga dan keempat 20%.Itu sekali lagi kalau menurut
empat. Jadi memang itu tetap, supaya untuk saya pribadi harus fleksibel, fleksibel dalam
kita menjagajangan sampai terjadi istilahnya arti dilihat dalam kompleksitas pekerjaannya,
untuk memperkecil kesalahan seandainya satu contoh saya dirumah tangga dengan dinamika
kegiatan ini belum dianggarkan jangan sampai kegiatan yang demikian banyak tidak bisa saya
itu direalisasikan di triwulan pertama misalnya berpatokan pada itu (anggaran kas), kadang-
seperti itu,dan memang disini juga kita kadang itu kesulitan saya, tapi tetap sajasetiap
mengacu pada aplikasi di SIMDA, dalam hal penyusunan anggaran kas tentunya kita harus
ini kita di Biro Umum, jadi memang sudah positif tingking, ini dimaksudkan agar kinerja
ada ditetapkan sendiri anggaran triwulan satu, itu selalu terukur, targetnya tercapai otomatis
dua, tiga atau empat. Dan sebagai untuk rapor SKPDnya baik”.
kendali kita disini juga, teman-teman disini
juga memangada istilahnya semacam buku Di sisi lain penetapan besaran persentase
kendali untuk anggaran kasnya. Ada acuannya anggaran kas ini juga sangat berdampak pada
memang, biasanya triwulan pertama itu
realisasi pelaksanaan kegiatan, karena terkadang
sebesar 20%, 30%, 30% dan 20% jadi 100%”.
pada Biro Umum Setda Provinsi NTB terdapat
kegiatan yang membutuhkan anggaran yang cukup
Penyusunan anggaran kas yang sudah
besar misalnya untuk pengadaan-pengadaan yang
ditentukan besaran persentasenya ini ternyata juga
harus dilelang. Pengadaan-pengadaan yang dile-
menimbulkan masalah bagi sebagian pelaksana
lang ini tentu satuannya adalah paket sehingga
kegiatan, beberapa berpendapat bahwa besaran
anggarannya tidak mungkin dipecah-pecah. Tetapi
persentase anggaran kas tersebut justru mengham-
yang terjadi terkadang pelakasana kegiatan harus
bat dalam merealisasikan anggaran karena diang-
memecah anggaran kegiatan tersebut karena

86
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

mengacu pada pedoman persentase penyusunan harus mengetahui PPTK dan itu kemudian
anggaran kas. Jika anggaran kegiatan tersebut tidak yang diusulkan kepada Kasubbag Perencanaan
didipecah akan berdampak juga pada anggaran untuk dijadikan dasar penyusunan anggaran
kegiatan yang bersifat rutin. Maka dari itu kas”.
pelaksana kegiatan tidak punya pilihan lain jika
ingin melaksanakan kegiatan tersebut harus Penjelasan diatas menggambarkan bagiamana
menunggu anggaran kas pada triwulan berikutnya kordinasi antara pelaksana kegiatan dan Subbag
agar anggarannya menjadi satu paket. Hal ini juga Perencanaan dalam penyusunan anggaran kas.
yang dirasakan oleh salah satu PPTK pada Biro Penyusunan anggaran kas tersebut diharapkan
Umum Setda Provinsi NTB yang diungkapkan mampu menjadi pengendali arus kas pada Biro
pada saat wawancara. Umum Setda Provinsi NTB sehingga proses
pelaksanaan kegiatan dan serapan anggaran
“...Ini yang sulit, saya bilang belum sesuai, menjadi lebih tertib. Akan tetapi berbeda dengan
karena kita menetapkan, umpamanya apa yang terjadi pada saat pelaksanaan, anggaran
anggaran ditriwulan dua atau ditriwulan tiga kas yang seharusnya digunakan sebagai pengendali
harusnya 80% contohnya, tapi kenyataannya arus kas tidak digunakan secara konsisten. Ini
ada anggaran yang tidak ada, kita tunggu tidak menggambarkan kondisi yang ideal seperti
digabungkan”. apa yang diharapkan oleh sebuah organisasi.
Tingkat serapan anggaran yang tidak sesuai
Pernyataan tersebut juga senada dengan yang dengan target persentase anggaran kas ini disinya-
dikatakan oleh PPTK yang lain terkait permasa- lir disebabkan oleh berbagai faktor, seperti yang
lahan tersebut. diungkapkan oleh PPK-SKPD ketika disinggung
masalah konsistensi penyerapan anggaran terha-
“...Karena ini menyangkut perencanaan sebe- dap anggaran kas.
narnya, tidak berjalan juga, ini berpengaruh.
Umpamanya kita laksanakan sudah kita dikasi “...Terkait penyerapan anggaran, setiap SKPD
20%, kita sebenarnya bisa melaksanakan punya permasalahan atau punya situasi
ditriwulan satu itu kegiatan, tapi dananya dipe- masing-masing. Disini Biro Umum karena
cah, tidak mencukupi, akhirnya kita menung- unit kerja yang melayani pimpinan, Biro
gu lagi, harus ngumpulin. Ini berpengaruh Umum punya keunikan sendiri terhadap
pada serapan, jadi gak berani dilaksanakan, pelaksanaan anggaran. Karena misalkan
tunggu klop dana dulu”. sebuah kegiatan yang kita usulkan atau kita
anggarkan ditriwulan pertama, ini saya
Terlepas dari permasalahan mengenai besa- ambilkan contoh pada fisik karena berdasar-
ran persentase anggaran kas, anggaran kas tersebut kan arahan atau adaran dari pimpinan bahwa
harus dususun oleh setiap SKPD. Pada Biro untuk pekerjaan fisik harus kita anggarkan
Umum Setda Provinsi NTB proses penyusunan pada triwulan pertama, tetapi dalam pelaksa-
anggaran kas dilakukan pertama kali oleh pelak- naannya dilapangan terkadang kita membu-
sana kegiatan kemudian diusulkan ke Subbag tuhkan atau ada suatu kebijakan tertentu yang
dikeluarkan oleh pimpinan, salah satu contoh-
Perencanaan untuk dimasukkan kedalam aplikasi
nya tadi yang bersifat fisik. Sehingga dengan
SIMDA sehingga dokumen perencanaan dapat adanya kebijakan itu otomatis pekerjaan-
dicetak atau diterbitkan. Dalam penyusunan pekerjaan fisik yang kita anggarkan itu menjadi
anggaran kas tentunya Subbag Perencanaan ber- tertunda dan otomatis anggaran kas yang kita
kordinasi dengan masing-masing PPTK atau rencanakan itu tidak bisa kita laksanakan
pembantu PPTK karena pada entitas inilah karena edaran tadi atau kebijakan”.
tempat kegiatan tersebut dilaksanakan. Hal ini
disampaikan oleh PPK-SKPD yang juga sebagai Hal senada juga diungkapkan oleh PPK Biro
Kepala Bagian Keuangan yang membawahi Umum Setda Provinsi NTB terkait permasalahan-
Subbag Perencanaan. permasalahan yang dihadapi pada saat pelaksa-
naan sehingga terjadinya inkonsistensi penyerapan
“...Sebagai perencana tidak serta merta kita anggaran terhadap anggaran kas. Berikut petikan
mengetahui semua kegiatan yang akan kita wawancaranya.
laksanakan, karena perencanaan awal ini
bermula tentunya dari masing-masing Subbag “...Memang seperti kita ketahui, Biro Umum
atau Pembantu PPTK. Jadi yang mengusulkan itu basicnya adalah pelayanan, pelayanan ke
suatu kegiatan adalah pembantu PPTK yang pimpinan. Pelayanan itu memang kadang-

87
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

kadang tidakserta merta harus kita jadwalkan nya, ini terbukti adanya kegiatan yang dilaksana-
kita contohkan belanja makan minum tamu, kan tidak sesuai dengan perencanaan anggaran kas
itu tergantung tamunya, gak mungkin kita yang telah disusun sebelumnya. Kejadian ini
harus paskan tamunya semester ini harus 1000 mengindikasikan bahwa tidak tuntasnya proses
misalnya, tamunya besok 1000 juga, bagi rata,
perencanaan, karena ketika pada proses pelak-
tapi ketika tiba-tiba mungkin lagi tidak ada
event-event, kosong misalnya tamu, serapan sanaan ada kegiatan yang dilaksanakan tetapi ang-
kita rendah, karena itu basicnya pelayanan garan kasnya tidak tersedia, begitu juga sebaliknya
memang kita sudah diberikan anggaran kas, ada ketika anggaran kasnya sudah tersedia tetapi
tetapi sifat kita yang pelayanan itu bisa kegiatan tersebut justru tidak dilaksanakan.
dikatakan unik”. Kutipan wawancara dengan PPK berikut meng-
indikasikan bahwa kejadian tersebut terkadang
Contoh permasalahan yang diungkapkan terjadi.
oleh kedua informan tersebut adalah salah satu
contoh yang dihadapi pada saat pelaksanaan “...Memang ada, kita tidak memungkiri itu,
kegiatan selain masih banyak contoh-contoh lain. karena sifatnya pelayanan, seperti yang saya
Pada saat pelaksanaan kegiatan sebenarnya Biro sampaikan tadi memang kita sudah merenca-
Umum Setda Provinsi NTB berusaha untuk nakan sesuatu tapi karena kita sifatnya layanan
jadi anggaran kas kadang tidak sesuai dengan
konsisten dalam merealisasikan kegiatan baik
waktu, kemudian juga pemeliharaan-pemeliha-
secara keuangan maupun secara fisik sesuai raan itu juga sangat dipengaruhi memang oleh
dengan target yang ada pada anggaran kas, tetapi kondisi real”.
kembali lagi kepada tugas dan fungsi dari Biro
Umum Setda Provinsi NTB yang sebagian besar Menurut salah seorang PPTK, kejadian
melayani pimpinan sehingga sebagian besar seperti ini terjadi diakibatkan karena melihat dari
kegiatannya dipengaruhi oleh kebijakan pimpinan dinamika kegiatan yang ada. Kegiatan-kegiatan
baik pimpinan daerah maupun pimpinan SKPD yang dilaksanakan sebagian besar mengikuti kebi-
tersebut. Beberapa informan berdasarkan hasil jakan pimpinan daerah sehingga sering kali pelak-
wawancara membenarkan hal tersebut, antara lain sanaan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal yang
PPK ketika disinggung tentang hal tersebut. ada yang berpengaruh terhadap serapan anggaran
pada setiap triwulannya. Berikut petikan wawan-
“...Kita sebenarnya mau konsisten, tapi karena caranya.
ada hal-hal diluar itu yang menjadi salah satu
kenapa mungkin target kita tidak pas-pas “...Kalau saya sering mengalami yang anggaran
sekali. Kemudian juga misalnya kita ada kasnya sudah tidak ada tetapi pagu dananya
rencana belanjafisik, tapi ketika dalam tahap secara umum masih ada tapi karena direktif
perencanaan itu misalnya ada kendala- pimpinan harus saya laksanakan. Terkait
kendala, bisa jadianggaran kas yang sudah kita dengan hal ini sekali lagi tentunya iniadalah
rencanakan tidak konsisten, tidak terlaksana mekanisme yang wajar dilihat dari dinamika-
sesuai dengan harapan, jadinya anggaran kas nya sekali lagi, bagi saya yang penting pagu
kita tertunda”. dananya ada”.

Lebih lanjut informan lain seperti Bendahara Dinamika kegiatan yang dilaksanakan oleh
Pengeluaran juga memberikan keterangan yang Biro Umum Setda Provinsi NTB memang
sama. menjadi permasalahan tersendiri yang kompleks
terhadap penyerapan anggarannya, sehingga
“...Kita berusaha konsisten sebenarnya. Jadi
terkadang terlihat kecil pada salah satu triwulan
karena di Biro Umum ini terkait pelayanan
pimpinan, jadi agak lebih komplit permasa- tetapi terkadang juga tiba-tiba langsung melonjak
lahannya di Biro Umum ini. Kalau untuk besar pada triwulan yang lain. Terkait dengan
seperti tadi konsisten memang kita terus permasalahan tersebut, sebenarnya anggaran kas
berusaha untuk bisa sesuai dengan yang sudah itu dapat dievaluasi dengan melakukan revisi
direncanakan ataupun dengan anggaran yang anggaran kas. Revisi anggaran kas dilakukan sesuai
sudah dipersiapkan”. dengan kebutuhan dan aturan yang berlaku sesuai
dengan besaran persentase yang telah ditetapkan.
Penyerapan anggaran yang tidak berjalan Karena harus tetap berdasarkan persentase yang
konsisten ini dapat terlihat dari tidak tertibnya ada, revisi anggaran kas tersebut dilakukan dengan
pelaksana kegiatan dalam merealisasikan kegiatan-

88
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

cara menggeser anggaran kas yang kegiatannya walaupun sebenarnya kegiatan tersebut sudah
belum dilaksanakan diganti dengan anggaran kas dilaksanakan. Ini berpengaruh terhadap serapan
yang kegiatannya harus segera dilaksanakan. anggaran karena jika suatu kegiatan belum merea-
Dalam wawancara yang dilakukan, PPK-SKPD lisasikan anggarannya sering dianggap kegiatan
membenarkan hal tersebut jika dijumpai permasa- tersebut belum dilaksanakan. Tolok ukur keber-
lahan seperti itu pada saat pelaksanaan. hasilan suatu SKPD untuk saat ini masih sering
dilihat dari serapan anggaran yang tinggi dan
“...Kita diberikan target untuk penyerapan konsisten.
anggaran misalkan di triwulan pertama 20%,
triwulan dua 30%, triwulan tiga 30% dan
triwulan empat 20%. Jadimisalkan ada SIMPULAN
kegiatan-kegiatan yang sudah kita pastikan
tidak bisa kita laksanakan atau ada kegiatan
lain di triwulan berikutnya yang harus segera Pendekatan kualitatif digunakan dalam
kita laksanakan di triwulan awal, itu kita bisa penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor
mengadakan revisi, jadiberdasarkan kebijakan- penyebab terlambatnya serapan anggaran yang
kebijakan pimpinan atau berdasarkan kondisi mempengaruhi tingkat serapan anggaran khusus-
di lapangan kita bisa menyesuaikan melalui nya pada awal tahun anggaran yang dilihat dari
revisi anggaran kas”. sudut pandang individu/aktor yang berhubungan
langsung dengan proses realisasi anggaran.
Senada dengan apa yang dikatakan PPK- Individu/aktor tersebut adalah pejabat-pejabat
SKPD tersebut, PPK juga memberikan ketera- pengelola keuangan pada Biro Umum Setda
ngan bahwa revisi anggaran kas dapat dilakukan. Provinsi NTB yang memiliki pengalaman pada
Terlebih lagi PPK menyebutkan bahwa pada Biro proses tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
Umum Setda Provinsi NTB ini telah beberapa mendalam sebagai dasar proses analisis dan
kali melakukan revisi anggaran kas karena penyajian data, maka ditemukan simpulan yang
memang berdasarkan kebutuhan. Berikut petikan menjadi penyebab rendahnya tingkat serapan
wawancaranya. anggaran Biro Umum Setda Provinsi NTB pada
awal tahun anggaran yang dapat dikelompokkan
“...Kalau tidak salah memang anggaran kas itu menjadi tiga faktor yaitu : (1) Faktor Sumber Daya
beberapa kali kita revisi, setelah kita evaluasi Manusia, (2) Faktor Administrasi, dan (3) Faktor
ternyata ada hal-halnya yang lebih mendesak Kebijakan.
untuk direalisasikan pada triwulan pertama
Sumber daya manusia dalam dalam sebuah
misalnyayang sebenarnya kita anggarkan di
triwulan berikutnya itu bisa dikoreksi. Cuman organisasi sangatlah penting, begitu juga dengan
kita untuk mengkoreksi anggaran kas itu harus SDM yang ditunjuk sebagai pejabat pengelola
ada alasan, memang kajian yang jelas dan real keuangan pada Biro Umum Setda Provinsi NTB.
kenapa anggaran kas itu kira-kira kita revisi”. Akan tetapi terkadang tidak semua pejabat
pengelola keuangan yang ditunjuk paham terha-
Revisi anggaran kas ini membutuhkan waktu dap pengelolaan keuangan, karena ada pejabat
untuk prosesnya, karena anggaran kas ini pengelola keuangan itu melekat terhadap tugas
termasuk dalam dokumen perencanaan. Usulan dan fungsinya sebagai pejabat struktural contohnya
revisi anggaran kas ini disampaikan oleh pelaksana PA, KPA dan PPTK. Ini terkadang yang menye-
kegiatan kepada kepala SKPD melalui Subbag babkan proses penatausahaan keuangan pada Biro
Perencanaan dengan melampirkan alasan serta Umum Setda Provinsi NTB ini menjadi terham-
kajian sebagai dasar perubahan anggaran kas. bat karena kurang pahamnya pejabat tersebut
Usulan revisi anggaran kas tersebut disampaikan terhadap pengelolaan keuangan.
ke PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) Faktor administrasi juga berpengaruh
untuk diproses didalam aplikasi SIMDA Keua- terhadap serapan anggaran jika proses adminis-
ngan dan disahkan oleh Kepala BPKAD selaku trasinya terlambat. Contohnya terlambat diterbit-
PPKD. Proses birokrasi seperti itulah yang kannya SK sebagai payung hukum untuk pelaksa-
terkadang memerlukan waktu yang sedikit lama naan kegiatan. Karena menganut sistem legalitas,
karena harus melewati beberapa tahapan dan SK tersebut menjadi sangat penting karena semua
persetujuan berbagai pihak. Karena proses admi- pelaksanaan kegiatan dan penunjukan pejabat-
nistrasinya yang memerlukan waktu tentunya pejabat pengelola keuangan harus dilegalkan
proses pertanggungjawabannya menjadi terhambat dalam bentuk surat keputusan yang disahkan oleh

89
Jurnal Akuntansi dan Investasi, 19 (1), 76-91: Januari 2018

pejabat yang berwenang. Begitu juga dengan revisi melakukan kegiatan itu apa dasar hukumnya,
DPA yang dapat menghambat proses realisasi, kapan kegiatannya, berapa jumlah biayanya itu
karena proses pertanggungjawaban kegiatan tidak harus jelas, ini dilakukan untuk meminimalisir
dapat dilaksanakan jika kegiatan tersebut doku- kesalahan pada saat pelaksanaannya, (4) Di dalam
men perencanaannya masih dalam tahap revisi. melaksanakan program dan kegiatan seharusnya
Kedua hal tersebut biasa dilakukan pada saat awal ada sumber daya manusia yang berkompeten agar
tahun anggaran sehingga kegiatan-kegiatan yang nantinya setiap pelaksanaan pekerjaan pada Biro
berhubungan dengan kedua hal tersebut menjadi Umum Setda Provinsi NTB dapat dipertanggung
terhambat pelaksanaannya. jawabkan dan bukan hanya sekedar menyele-
Dalam pelaksanaan kegiatan kebijakan- lesaikan pekerjaan yang telah diprogramkan saja,
kebijakan pimpinan juga menjadi pertimbangan (5) Perlu diadakan bimbingan teknis untuk para
yang harus dilihat efeknya terhadap tingkat sera- pejabat pengelola keuangan yang jabatannya
pan anggaran. Terkadang kebijakan tersebut justru melekat pada tugas dan fungsi jabatan struktural
dapat menghambat realisasi anggaran seperti sehingga paham terhadap pengelolaan keuangan.
halnya di Biro Umum Setda Provinsi NTB yang Penelitian ini memiliki keterbatasan, dianta-
tugas dan fungsinya sebagai palayanan terhadap ranya adalah deskripsi faktor-faktor yang menye-
pimpinan. Jika berhubungan dengan pimpinan babkan terjadinya keterlambatan penyerapan
tentu sebagian besar kegiatannya berdasarkan anggaran hanya diungkap dari satu sisi yakni
kebijakan dari pimpinan dalam hal ini KDH/ argumentasi yang disampaikan oleh pihak
WKDH. Hal inilah yang terkadang menjadi faktor internal SKPD. Lebih jauh, penelitian ini belum
yang membuat serapan anggaran tidak berjalan mampu mengungkap atau mengeksplorasi argu-
konsisten sesuai dengan target yang telah disusun mentasi terjadinya keterlambatan penyerapan
dalam anggaran kas. Anggaran kas digunakan anggaran dari pihak eksternal SKPD. Keterba-
untuk mengendalikan arus kas keluar agar menja- tasan dalam penelitian ini dapat menjadi “bahan”
di lebih tertib dan terkendali. untuk menjadi pengembangan dalam penelitian
Secara garis besar, dibalik permasalahan- selanjutnya. Penelitian ini dapat dikembangkan
permasalahan yang dialami yang mempengaruhi dengan penelitan kualitatif yang lebih kompleks
tingkat serapan anggaran Biro Umum Setda dan mendalam, seperti dengan pendekatan studi
Provinsi NTB pada awal tahun anggaran, realisasi kasus dengan melihat keterkaitan kasus yang
anggaran pada akhir tahun anggaran Biro Umum terjadi di tingkat internal dan eksternal SKPD.
Setda Provinsi NTB terbilang cukup baik karena Penggunaan model riset campuran juga dianjur-
walaupun terjadi permasalahan, Biro Umum kan agar dapat menghasilkan temuan penelitian
Setda Provinsi NTB mampu untuk mencari solusi yang lebh kaya (Sofyani dan Akbar, 2013; 2015).
dari permasalahan yang ditimbulkan dan dapat
merealisasikan anggarannya tepat dalam waktu
satu tahun anggaran. DAFTAR PUSTAKA
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
Biro Umum Setda Provinsi NTB mengenai Arif, E. 2011. Identifikasi Faktor-faktor Penyebab
faktor-faktor yang mempengaruhi serapan angga- Minimnya Penyerapan Anggaran
ran pada Biro Umum Setda Provinsi NTB, maka Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
ada beberapa rekomendasi saran yang dapat Kabupaten/Kota di Provinsi Riau Tahun
peneliti sampaikan adalah sebagai berikut : (1) 2011. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Seluruh pimpinan pada Biro Umum Setda Akutansi,, 19 (2), 45-199.
Provinsi NTB seharusnya memiliki komitmen Kuncoro, D. E. 2013. Analisis Penyerapan
untuk mengawal pelaksanaan anggaran, pelaksa- Anggaran Pasca Penerapan Aplikasi Sipp
naan kegiatan khususnya pada proses perenca- Pada Satker Pelaksanaan Jalan Nasional
naan yang harus tuntas agar tidak sering terjadi Wil. I Dinas Pu Prov. Kaltim. E-Journal
revisi terhadap dokumen perencanaan tersebut, Administrasi Bisnis, 1 (4), 364-373.
(2) Diharapkan PPTK dan pembantu PPTK Latuconsina, Y. M. 2016. Mengungkap Fenomena
dalam mengusulkan kegiatnnya tersebut harus ber- Potongan Angsuran Murabahah di
dasarkan kebutuhan bukan berdasarkan keingi- Perbankan Syariah. Jurnal Akuntansi dan
nan, atau memiliki skala prioritas, (3) Dalam Investasi, 17 (2), 132-140.
setiap kegiatan seharusnya dilengkapi dengan
kerangka acuan atau TOR sehingga jelas dalam

90
Kusuma et al. - Fenomena Tingkat Serapan Anggaran

Mahsun, F.S. dan A. P. Heribertus. 2011. dan implementasi sistem pengukuran


Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: kinerja: Perspektif ismorfisma institusional.
BPFE. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia,
Mangkoesoebroto, G. 2001. Ekonomi Publik. 19 (2), 153-173.
Yogyakarta: BPFE UGM. Sugiyono. 2015. Memahami penelitian kualitatif.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Bandung: Alfabeta.
Tahun 2006tentang Pengelolaan Keuangan Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif,
Daerah. Kualitatif dan R&D, Cetakan
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat kedelapanbelas. Bandung; Penerbit CV
Nomor 11 Tahun 2014 tentang Perubahan Alfabeta.
Kedua atas Peraturan Daerah Provinsi Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999tentang
Nusa Tenggara Barat Nomor 6 Tahun Pemerintah Daerah.
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Keuangan Negara.
Barat dan Sekretariat Dewan Perwakilan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Pemerintah Daerah.
Barat. Yuwono, S. 2008. Memahami APBD dan
Putri, C. T. dan Fachruzzaman. 2014. Analisis Permasalahannya: Panduan Pengelolaan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keuangan Daerah. Malang: Bayumedia.
Penyerapan Anggaran pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi
Bengkulu. Skripsi, Universitas Bengkulu.
Rahayu, S. 2007. Studi Fenomenologis terhadap
Proses Penyusunan Anggaran Daerah
(Bukti Empiris dari satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah di Provinsi Jambi). Paper
Dipresentasikan Pada Simposium Nasional
Akuntansi X, Makassar.
Rozai, M. A. dan L., Subagiyo. 2015. Optimalisasi
penyerapan anggaran dalam rangka
pencapaian kinerja organisasi (Studi Kasus :
Inspektorat Kabupaten Boyolali). Jurnal
Manajemen Sumberdaya Manusia, 9 (1),
72-89.
Samuelson, P. A. dan W. D., Nordhaus. 1996.
Makro Ekonomi. Edisi ke-. 17. Cetakan
ketiga. Jakarta: Erlangga.
Saridewi, A. A. A. N., P. A., Noak., dan N. W.,
Supriliyani. 2013. Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi realisasi anggaran
pendapatan dan belanja daerah(Studi Kasus
: Anggaran Dinas Pekerjaan Umum Kota
Denpasar Tahun 2013). E-Journal
Universitas Udayana, 1 (2), 12827-23800.
Sarosa, S. 2012. Penelitian Kualitatif. Jakarta
Barat: Indeks.
Sofyani, H. dan R. Akbar. 2013. Hubungan
Faktor Internal Institusi dan Implementasi
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) di Pemerintah
Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, 10(2), 184-205.
Sofyani, H. dan R. Akbar. 2015. Hubungan
karakteristik pegawai pemerintah daerah

91

Anda mungkin juga menyukai