Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia, setiap orang mempunyai hak

untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Di Indonesia pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai

investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara

sosial dan ekonomis (UU RI Nomor 36 , 2009).

Dalam mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan tersebut, Rumah sakit

memiliki kegiatan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang antara lain

berupa memelihara dan meningkatkan kesehatan serta bertujuan untuk

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, rumah sakit

sebagai salah satu sarana kesehatan yang mmemberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat

peningkatan derajat kesehatan masyarakat. (Made Martini Widi Lestari ddk,

2016)

Rumah sakit sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan

kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup

pelayanan medik, pelayanan penunang medik, rehabilitasi medis dan

pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilaksanankan melalui unit gawat

1
2

darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Fokus perhatian rumah sakit

adalah pasien yang datang atau yang dirawat sebagai individu dan bagian dari

keluarga dan masyarakat umum. (Merryani E. Oroh ddk, 2015)

Ruang perawatan interna merupakan ruangan medis yang berhubungan

dengan berbagai penyakit dan masalah kesehatan yang memengaruhi organ-

organ bagian dalam orang dewasa dan lansia, interna merawat pasien secara

menyeluruh, tidak hanya satu gejala atau penyakit tertentu. dapat memberikan

bimbingan, konseling, dan intervensi pencegahan lain untuk meningkatkan

kualitas hidup. Dengan demikian, mereka ideal untuk pasien yang

membutuhkan perawatan jangka panjang atau rawat inap sehingga tenaga

medis dapat memantau atau mengurangi kemungkinan penyakit yang

disebabkan oleh risiko genetik. (Baharuddin ddk, 2015)

Unit rawat inap merupakan sebuah unit pelayanan yang digunakan sebagai

tempat perawatan umum pasien setelah pasien masuk ke rumah sakit.

Spesifikasi unit rawat inap disetiap rumah sakit berbeda, tergantung

management rumah sakit tersebut, misalnya dibedakan berdasarkan penyakit

dalam, anak, atau medis secara umum. Unit rawat inap merupakan tempat

untuk berinteraksi antara pasien dan pihak-pihak yang ada di rumah sakit dan

berlangsung cukup lama Pelayanan rawat inap melibatkan pasien, dokter, dan

perawat dalam hubungan yang sensitif yang menyangkut kepuasan pasien,

mutu pelayanan dan citra rumah sakit (Mulyadi ddk, 2015)

Mutu pelayanan kesehatan bagi pasien tidak lepas dari rasa puas terhadap

pelayanan kesehatan yang diterima, dimana mutu yang baik dikaitkan dengan
3

kesembuhan dari penyakit, peningkatan derajat kesehatan atau kesegaran,

kecepatan pelayanan, lingkungan perawatan yang menyenangkan, keramahan

petugas, kemudahan prosedur, kelengkapan alat, obat-obatan dan biaya yang

terjangkau. (Manengkei, 2016)

Kepuasan pasien adalah salah satu target kinerja dari setiap rumah sakit.

Secara global telah ditetapkan bahwa dalam menilai kualitas layanan

kesehatan, kepuasan pasien menjadikriteria pokok untuk mengontrol kualitas

layanan dalam mempertahankan pangsa pasar dibidang pelayanan kesehatan

(Bleich & Jl, 2019). Dalam hal ini kepuasan pasien tersebut hanya dapat

diwujudkan jika sebuah RS telah berhasil mencukupi atau memenuhi semua

kebutuhan pasien dalam memperoleh pelayanan yang bermutu, adil dan

merata (Hasan ddk, 2018). Akan tetapi pada kenyataannya pasien masih

banyak yang belum mendapatkan pelayanan sesuai dengan yang mereka

inginkan dan tingkat kepuasan pasien masih dibawah standar yang telah

ditetapkan oleh pemerintah, untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya secara

sungguh-sungguh untuk mengatasinya.

Dengan dilaksanakannya survei kepuasan pasien terhadap pelayanan

rumah sakit akan menyebabkan pihak manajemen rumah sakit mengetahui apa

yang menjadi kebutuhan pasien dan hal-hal yang memerlukan perbaikan

sehingga mereka dapat membuat perencanaan dalam upaya meningkatkan

kinerja layanan kesehatan yang lebih baik dan lebih efektif. Pada kondisi yang

lebih tinggi, adanya kepuasan pasien terhadap layanan yang diterima akan

mempengaruhi tingkat loyalitas pasien untuk kembali menggunakan layanan


4

rumah sakit bahkan memungkinkan pasien menganjurkan orang lain untuk

memanfaatkan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. (Barbaatar

et al, 2016; Batbaatar et al, 2015)

Berdasarkan data Index Kesehatan Global, tingkat kesehatan negara

Indonesia ada di posisi peringkat 101 dari seluruh negara yang ada di dunia

(149 negara). Hal ini menunjukan bahwa kondisi kesehatan negara Indonesia

berada dibawah negara-negara lain yang berarti bahwa negara Indonesia masih

berada dalam permasalahan kualitas kesehatan (Dinkes Kabupaten

Banyuwangi, 2018).

Banyaknya warga negara Indonesia yang pergi berobat keluar negeri

seperti ke Malaysia ataupun Singapura karena masyarakat Indonesia

beranggapan bahwa pengobatan di luar negeri lebih baik dari pada pengobatan

di dalam negeri. Layanan yang diberikan oleh rumah sakit Indonesia masih

kurang dibanding dengan pelayanan yang diberikan rumah sakit di luar negeri,

sering kali masyarakat mendengar bahwa rumah sakit menolak pasiennya

dikarenakan tidak ada tempat untuk merawat pasien (Haryanto & Ollivia,

2017).

Pelayanan keperawatan sebagai lini terdepan berpesan sangat penting atas

kepuasan yang diterima pasien. Pelayanan perawatan tidak optimal tentunya

dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien. Kepuasan pasien adalah keinginan

pasien untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik sehingga pasien

merasa puas, yang dilihat dari dimensi : bukti nyata kehandalan, ketanggapan,

responsif, jaminan dan empati. (Lasa, 2020)


5

Selain itu faktor fasilitas dan teknologi rumah sakit diluar negeri dianggap

lebih canggih dan modern, kemampuan rumah sakit untuk memberikan

pelayanan yang lebih baik kepada pasien-pasiennya, terdapatnya pelayanan

dalam satu paket sehingga lebih praktis, cara dan sistem penanganan terhadap

pasien dinilai lebih cepat, dengan adanya sistem paket maka biaya yang

dikeluarkan akan lebih murah, serta keramahtamahan dan keterampilan tenaga

medis dinilai lebih baik (Haryanto & Ollivia, 2017).

Beberapa hasil penelitian di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan

bahwa tingkat kepuasan pasien di Indonesia masih berada di bawah standar

kepuasan pelanggan yang telah ditetapkan oleh Kementerian kesehatan RI

tentang Standar Pelayanan Minimal di Rumah Sakit, yaitu>90%.Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Wahdania, dkk (2015) menyebutkan bahwa

indeks kepuasan masyarakat terhadap setiap unsur pelayanan Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Polewali Mandar adalah sebesar 63,93 %

(Wahdania ddk., 2015).

Selain itu, berdasarkan hasil laporan survey indeks kepuasan masyarakat

yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018

menunjukan bahwa Indeks Kepuasan Pasien dari ke empat (4) rumah sakit

yang disurvey di Indonesia masing-masing adalah RS Hasan Sadikin 78,74%;

RS Fatmawati 78,23%; RS Marzoeki Mahdi 79, 95% dan RS

Persahabatan78,99% (Kementerian Kesehatan, 2017). Berdasarkan hal

tersebut memperlihatkan bahwa tingkat kepuasan pasien di beberapa rumah

sakit tersebut belum memenuhi standar nilai yang telah ditetapkan pemerintah
6

karena menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

nomor129/Menkes/SK/II/2008 standar kepuasan pelanggan (pasien) adalah

>90% (Permenkes RI Nomor 129, 2008). Melihat kenyataan tersebut, maka

permasalahan kualitas kesehatan di Indonesia membutuhkan perhatian dan

penanganan yang lebih serius dari semua pihak baik dari pemerintah maupun

masyarakat Indonesia secara menyeluruh.

Penelitian yang dilakukan oleh Bolla di RSUD Subang tahun 2017

terdapat sebesar 43,7% komunikasi perawat tidak baik, dan pasien tidak

puassebesar 37,5% terhadap komunikasi perawat. Penelitian yang dilakukan

Wike Diah Anjaryani pada tahun 2015 di RSUD Tugu Rejo Semarang

didapatkan hasil 28,3% tidak puas dengan responsiveness pelayanan

keperawatan dan 25% tidak puas terhadap reliability pelayanan keperawatan.

(Aida Andriani, SKM & Heru Adita Putra, 2019)

Berdasarkan penelitian Ahmad Hasan Basri tahun 2015 di Rumah Sakit

Ibnu Sina Kabupaten Gresik di Ruang Cempaka, 75% pasien mengatakan

belum puas terhadap fasilitas dan sarana ruangan. Mereka mengatakan bahwa

pada fasilitas rawat inap kurang, salah satunya adalah pada ruangan masih

terdapat tempat tidur pasien yang tidak ada penghalangnya serta alat yang

seharusnya bisa membantu dalam penanganan pasien masih ada yang tidak

berfungsi yaitu tabung oksigen. (Ahmad Hasan Basri & Dadang Filani

Leoganda, 2016)

Sehubung dengan penelitian sebelumnya oleh Elwindra & Alfatihah Reno

Maulani Nuryaningsih Soekri Putri Muna, dengan judul Faktor-Faktor yang


7

Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2014 khususnya Kota Kendari,

masih memperoleh banyak keluhan-keluhan dari masyarakat yang tidak puas

dengan pelayanan yang diberikan. Tak jarang keluhan dan ketidakpuasan ini

disoroti dalam media massa lokal. Keluhan-keluhan ini diantaranya yaitu

sikap petugas kesehatan yang kurang ramah, jadwal pelayanan yang tidak

jelas, lebih memperhatikan pasien dengan biaya sendiri daripada pasien

pengguna Askes, petugas kesehatan yang kurang sigap, kebersihan yang

kurang terpelihara.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Baubau merupakan rumah

sakit kelas C millik pemerintah yang menjadi penunjang kesehatan masyarakat

Kota Baubau, yang memberikan fasilitas pelayanan spesialisasi klinik berupa

penyakit dalam, penyakit bedah, penyakit kebidanan/kandungan, dan

kesehatan anak. Selain itu, RSUD Kota Baubau juga memberikan fasilitas

berupa pelayanan rawat inap.

Ruang Interna adalah ruang perawatan penyakit dalam yang merupakan

salah satu ruang rawat inap di RSUD Kota Baubau. Dimana pada masing-

masing bagian memiliki struktur organisasi pelayanan keperawatan.

Berdasarkan data awal Ruang interna di pimpin oleh seorang kepala

ruangan dan beranggota perawat pelaksana sebanyak 25 orang, memiliki

fasilitas ruang rawat inap sebanyak 3 ruangan yaitu kelas 3 terdiri dari 8

tempat tidur, kelas 2 terdiri dari 4 tempat tidur, kelas 1 terdiri dari 2 tempat

tidur, dengan kapasitas tempat tidur berjumlah 50 buah.


8

Kepuasan pasien seringkali dipandang sebagai suatu komponen yang

penting dalam pelayanan kesehatan. Baik dalam asuhan keperawatan. sarana

fisik, dan fasilitas ataupun dalam hal pelayanannya. Sehingga perlu adanya

umpan balik terutama dari pasien sebagai pengguna pelayanan, dengan adanya

umpan balik, peneliti dapat membagai informasi tentang kepuasan pasien

untuk tenaga medis rumah sakit agar pihak rumah sakit dapat meningkatkan

dan menyempurnakan serta mempertahankan mutu pelayanan sehingga

kepuasan pasien rawat inap di ruangan interna RSUD Kota Baubau menjadi

lebih baik.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan

Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD

Kota Baubau”.

B. Rumusan Maasalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan skil tenaga medis dengan kepuasan pasien rawat

inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau ?

2. Bagaimana hubungan sarana dan prasarana dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.

3. Bagaimana hubungan pelayanan administrasi dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD kota Baubau.


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat

kepuasan pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota

Baubau.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan skil tenaga medis dengan kepuasan pasien rawat

inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.

b. Mengetahui hubungan sarana dan prasarana dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.

c. Mengetahui hubungan pelayanan administrasi dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD kota Baubau.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasana

keilmuan keperawatan rawat inap khususnya di ruangan interna dan

menjadi suatu bahan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut yang

terkait dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruang perawatan interna.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Rumah Sakit


10

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pihak

rumah sakit khususnya di ruang rawat inap interna agar dapat

meningkatkan dan menyempurnakan serta mempertahankan mutu

pelayanan sehingga kepuasan pasien menjadi lebih baik, khususnya

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan di STIKES (sekolah tinggi ilmu

kesehatan) IST Buton, peneliti ini dapat dijadikan panduan dan sumber

pengetahun untuk menambah wawasan bagi mahasiswa/mahasiswi

mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna.

c. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di ruang

perawatan interna RSUD Kota Baubau.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial

ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan

yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya. (Purba, 2018)

Menurut WHO, rumah sakit adalah keseluruhan dari organisasi dan

medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya

menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga

merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian

biososial. (Made Ayu Lely Suratri ddk, 2018)

Menurut UU nomor 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang rumah

sakit, Pengertian rumah sakit adalah institusi yang memberikan pelayanan

kesehatan paripurna yang menyediakan pelayanan melalui rawat jalan,

rawat inap dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan yang paripurna

menurut UU nomor 44 tahun 2009 pasal 1 ayat 3 adalah pelayanan yang

meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. (Purba,

2018)

11
12

3. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,

fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemuluhan kesehtan

sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

dengan kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemauan dalam pemberi pelayanan

kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pemembangan serta penapisan

teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang

kesehatan.

4. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 30

tahun 2019 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit adalah sebagai

berikut :
13

Tabel 2.1 Klarifikasi Rumah Sakit

Rumah Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D


sakit
Penilaian Mempunyai Mempunyai Mempunyai Mempuny
fasilitas dan fasilitas dan fasilitas dan ai fasilitas
kemampuan kemampuan kemampuan dan
pelayanan pelayanan pelayanan kemampua
medik paling medik paling meduk paling n
sedikit : sedikit : sedikit : pelayanan
1. 4 (empat) 1. 4 (empat) 1. 4 (empat) medik
spesialis spesialis spesialis paling
dasar, dasar, dasar, dan sedikit :
1. 2 (dua)
2. 5 (lima) 2. 4 (empat) 2. 4 (empat)
spesiali
penunjang penunjang penunjang
s dasar
medik medik medik
spesialis, spesialis, spesialis
3. 12 (dua 3. 8
belas) (delapan)
spesialis spesialis
lain selain lain selain
spesialis dasar, dan
dasar, dan 4. 2 (dua)
4. 13 (tiga subspesial
belas) is dasar
subspesia
lis
Dalam hal ini Rumah Sakit Umum (RSUD) Kota Baubau termasuk

dalam pengklarifikasi rumah sakit tipe C.

B. Tinjauan Umum Tentang Rawat Inap

1. Definisi Rawat Inap

Menurut American Hospital Association di tahun 1978 Rawat Inap

adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan

kepada pasien untuk diagnostik dan terapeutik serta berbagai penyakit dan
14

masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah.

(Hidayah, 2016)

Rawat inap adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kedokteran

intensif (hospitalization) yang diselenggarakan oleh rumah sakit, baik

rumah sakit umum maupun rumah sakit bersalin”. Menurut Azwar

(1996:73) Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses

perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit

tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Ruang

rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat dan pasien tersebut harus

mandapatkan perawatan intensif oleh dokter dan tenaga kesehatan lain

yang merawatnya. (Hidayah, 2016)

Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi

observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medis dengan

menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit

pemerintah atau swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin,

yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. (Hidayah, 2016)

2. Definisi Pasien Rawat Inap

Menurut UU Nomor 44 Tahun 2009 yang dimaksud pasien adalah

setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung

maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

Berdasarkan KODEKI yang tercantum dalam Etika Kedokteran &

Hukum Kesehatan (Saputri, 2016) setiap pasien mempunyai hak :


15

a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara

wajar.

b. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan

standar profesi kedokteran.

c. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang

mengobatinya.

d. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya.

e. Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadinya.

f. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.

Dari apa yang dimuat dalam KODEKI atas hak pasien tersebut,

betapa besar dan luasnya hak-hak yang seharusnya diketahui dan dipahami

oleh setiap pasien.

C. Tinjauan Umum Tentang Perawatan Interna

1. Definisi Perawatan Interna

Perawatan interna adalah perawatan penyakit dalam yang berfokus

pada penanganan berbagai macam penyakit yang berkaitan dengan

masalah kesehatan pada organ tubuh bagian dalam yang diderita. Ruang

perawatan interna ini biasanya menangani pasien dewasa hingga lansia

namun tidak melakukan proses pembedahan untuk mengobati penyakit.

(Mahadisuta, 2021)

2. Jenis Penyakit Perawatan Interna

Pengobatan yang tepat harus dilakukan oleh tim medis atau dokter

yang berkompeten. Ada berbagai macam jenis penyakit yang memerlukan


16

penanganan dokter khusus atau dokter spesialis, salah satunya adalah

penyakit dalam. (Florencia, 2021)

Dokter penyakit dalam atau yang dikenal sebagai internis adalah

dokter yang menangani berbagai macam keluhan semua organ dalam

tubuh manusia. Ada beberapa jenis penyakit yang nyatanya perlu

penanganan dokter spesialis penyakit dalam (Florencia, 2021), di

antaranya:

a. Alergi Imunologi. Penyakit dalam yang berkaitan dengan alergi dan

gangguan terhadap sistem kekebalan tubuh manusia.,

b. Gastroenterohepatologi. Penyakit dalam yang berkaitan dengan

gangguan terhadap sistem pencernaan dan organ hati.

c. Geriatri. Penyakit dalam yang berkaitan dengan bertambahnya usia

seseorang. Biasanya penyakit ini berupa gangguan medis yang terjadi

akibat proses penuaan.

d. Ginjal Hipertensi. Penyakit dalam ini berkaitan dengan gangguan pada

organ ginjal dan tekanan darah tinggi.

e. Hematologi Onkologi Medik. Penyakit dalam ini berkaitan dengan

adanya gangguan atau kelainan pada darah. Biasanya penyakit ini

berkaitan dengan kanker.

f. Kardiologi. Penyakit dalam yang berkaitan dengan adanya gangguan

pada jantung.

g. Metabolik Endokrin. Penyakit ini berkaitan dengan gangguan pada

metabolisme tubuh.
17

h. Psikosomatik. Penyakit dalam ini disebabkan oleh gangguan penyakit

lain dan biasanya semakin diperparah dengan adanya gangguan mental

pada pengidap.

i. Pulmonologi. Kondisi ini akan terkait dengan adanya gangguan pada

penyakit paru-paru.

j. Reumatologi. Penyakit ini berhubungan dengan adanya gangguan pada

sendi dan gangguan autoimun.

k. Tropik Infeksi. Penyakit dalam yang berhubungan dengan adanya

infeksi bagian dalam yang umum muncul pada daerah beriklim tropis.

3. Kelas pelayanan

Berdasarakn fasilitas pelayanan ruang perawatan interna terdiri dari

3 jenis ruangan yaitu sebagai berikut. Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit

(Anonim,2020) :

a. Kelas I (2 TT)

1) Jumlah tempat tidur max. 2 TT dengan pengaman, 2 crank

manual/otomatis

2) 1 tempat duduk/TT

3) 1 buah kamar mandi pasien

4) 1 nakas/TT

5) 1 Overbed table/TT

6) 1 unit TV/ruangan

7) Menu makanan sesuai yang ditetapkan RS

8) Ukuran minimal: 2,4m x 3 m untuk 1 TT


18

b. Kelas II (4 TT)

1) Jumlah tempattidurmax. 4 TT denganpengaman, 2 crank

manual/otomatis

2) 1 tempat duduk/TT

3) 1 buah kamar mandi pasien

4) 1 nakas per tempat tidur

5) 1 Overbed table/TT

6) Menu makanan sesuai yang ditetapkan RS

7) Ukuran minimal: 2,4m x 3 m untuk 1 TT

c. Kelas III (6 TT)

1) Jumlah tempattidur: max 6 TT dengan pengaman

2) 1 tempat duduk/TT

3) 1 buah kamar mandi pasien

4) 1 nakas/TT

5) Menu makanan sesuai yang ditetapkan RS

6) Ukuran minimal: 2,4m x 3m untuk 1 TT.

D. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Tingkat Kepuasan Pasien

1. Definisi Kepuasan Pasien

Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah

memenuhi harapannya. Jadi kepuasan pelanggan adalah hasil dari

akumulasi konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau

jasa). Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang
19

diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya

ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja

layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai harapan (Nursalam,

2015). Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan kesehatan yang

diperolehnya sama atau melebihi harapannya dan sebaliknya ketidak

puasan atau perasaan kecewa pasien akan muncul apabila kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya tidak sesuai harapan (Yulianti Wulandari

ddk, 2019)

Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasan pasien yang timbul

sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah

pasien membandingkannya dengan yang diharapkannya (Mezemir et al.,

2014)

Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk

respon emosional (perasaan senang dan puas) pada pasien karena

terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menggunakan dan menerima

pelayanan kesehatan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien

Menurut Budiastuti, faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien

yaitu (Lestari, 2016) :

a. Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi

mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan

berkualitas. Persepsi pasien terhadap kualitas produk atau jasa


20

dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas produk atau jasa dan

komunikasi perusahaan, dalam hal ini rumah sakit dalam

mengiklankan tempatnya.

b. Kualitas pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh

pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

c. Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap

rumah sakit yang dipandang “rumah sakit mahal”. d. Harga, semakin

mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih

besar. Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga

murah, memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.

d. Biaya, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau

tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan,

maka pasien cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.

3. Pengukur Kepuasan Pasien

Ada lima elemen yang digunakan pelanggan untuk menilai kualitas

pelayanan (Made Ayu Lely Suratri ddk. 2018) :

a. Tangible (kenyataan), fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai

dapat berupa ketersedian sarana dan prasarana termasuk alat yang siap

pakai serta penampilan staf yang menyenangkan.

b. Empathy (empati), kriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan

perhatian khusus staf kepada pelanggan/pasien, petugas medis mampu

menempatkan dirinya dengan pelanggan, dapat berupa kemudahan

dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk perhatiannya


21

terhadap pelanggannya, serta dapat memahami kebutuhan

pelanggannya. Peranan SDM kesehatan sangat menentukan mutu

pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi

kepuasan para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

c. Reliability (kehandalan), kemampuan memberikan pelayanan dengan

segera, tepat waktu, akurat dan memuaskan sesuai dengan yang

ditawarkan. Dari kelima dimensi mutu kualitas jasa, reliability dinilai

paling penting oleh para pelanggan berbagai industri jasa . Karena sifat

produk jasa yang nonstandardinez output, dan produknya juga sangat

tergantung dari aktivitas manusia sehingga akan sulit mengharapkan

output yang konsisten. Untuk meningkatkan reliability dibidang

kesehatan pihak manajemen puncak perlu membangun budaya kerja

bermutu yaitu budaya tidak ada kesalahan atau corporate culture of no

mistake yang diterapkan mulai dari pimpinan puncak sampai ke front

line staff yang langsung berhubungan dengan pasien.

d. Responsiveness (cepat tanggap), kemauan petugas kesehatan untuk

membantu pasien dengan cepat serta mendengar dan mengatasi

keluhan dari pelanggan/pasien. Dimensi ini merupakan penilaian mutu

pelayanan yang paling dinamis, harapan pelanggan terhadap

kecepatan.

e. Empathy (empati), petugas medis mampu menempatkan dirinya

dengan pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan

dan komunikasi termasuk perhatiannya terhadap pelanggannya, serta


22

dapat memahami kebutuhan pelanggannya. Peranan SDM kesehatan

sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan karena mereka dapat

langsung memenuhi kepuasan para pengguna jasa pelayanan

kesehatan.

f. Assurance (kepastian), kemampuan petugas kesehatan untuk

menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji yang telah

dikemukakan pada pelanggan/pasien. Kriteria ini berhubungan dengan

pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dapat dipercaya oleh

pelanggan, pemenuhan terhadap kriteria ini akan mengakibatkan

pengguna jasa akan terbebas dari risiko.

Kepuasan yang dirasakan oleh pasien merupakan aspek yang

sangat penting bagi kelangsungan Rumah Sakit. Kepuasan pasien adalah

nilai yang subjektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.

4. Faktor Penyebab Ketidak Puasan Pasien

Ada 6 faktor yang meyebabkan ketidak puasan pelanggan

(Baharuddin ddk, 2015) :

a. Tidak sesuai harapan dan kenyataan

b. Layanan selama proses menikmati jasa tidak memuaskan

c. Perilaku personil kurang memuaskan

d. Suasana dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang

e. Cist terlalu tinggi, karena terlalu jauh, banyak waktu terbuang dan

harga tidak sesuai.

f. Promosi/iklan tidak sesuai dengan kenyataan.


23

5. Faktor Keterampilan Tenaga Medis dan Kepuasan Pasien

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti

cakap, mampu, dan cekatan. Keterampilan membutuhkan pelatihan dan

kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu

menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai dengan lebih cepat. (Dewi

Nurlina ddk, 2019)

Keterampilan adalah kemampuan praktis untuk mengaplikasikan

pengetahuan teoritis dalam situasi tertentu. Proses perubahan pada

ketrampilan seseorang melibatkan hal berikut, yaitu persepsi, kesiapan,

respon terpimpin, mekanisme, respons yang tampak kompleks,

penyesuaian dan penciptaan (Mar’ah Has ddk, 2019).

Keterampilan tenaga medis mencakup pengetahuan, kemampuan,

kesopanan dan sifat dapat dipercaya dari petugas. Selain itu, bebas dari

bahaya saat pelayanan merupakan jaminan bagi pasien. Suatu organisasi

kerja sangat memerlukan adanya kepercayaan yang diyakini sesuai

dengan kenyataan bahwa organisasi tersebut dapat memberikan kualitas

pelayanan yang dapat dijamin sesuai dengan (Dewi Nurlina ddk, 2019) :

a. Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu

memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar, dan

berkualitas.

b. Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai

dengan bentuk-bentuk integritas kerja, etos kerja, dan budaya


24

kerja yang sesuai dengan visi, misi suatu organisasi dalam

memberikan pelayanan.

c. Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan

prilaku yang ditunjukkan, agar orang yakin sesuai dengan

prilaku yang dilihatnya.

6. Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan dan Kepuasan Pasien

Sarana prasarana pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai

proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan

secara efektif dan efisien untuk memberikan layanan secara profesional

dibidang sarana dan prasarana dalam proses pelayanan kesehatan yang

efektif dan efisien pula. Kelengkapan sarana prasarana yang baik

merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan kepuasan

pelanggan. Febriani (2012) yang menyatakan bahwa kualitas jasa lebih

sukar untuk dievaluasi dibandingkan dengan kualitas barang. (Ristiani,

2017)

7. Faktor Pelayanan Administrasi dan Kepuasan Pasien

Bagian penerimaan pasien di rumah sakit mempunyai pengaruh

dan nilai penting walaupun mungkin belum ada tindakan-tindakan

pelayanan medis khusus yang diberikan kepada pasien. Kesan pertama

akan memberikan arti tersendiri bagi pasien untuk melalui proses

pelayanan selanjutnya. Kesiapan petugas, kelengkapan sarana dan

prasarana di bagian penerimaan pasien haruslah optimal. Diperlukan

petugas-petugas yang mempunyai dedikasi tinggi, seperti : terampil,


25

ramah, sopan, simpati, luwes, penuh pengertian, mempunyai kemampuan

komunikasi dengan baik (Yolanda, 2019)

Dengan semakin canggihnya teknologi membuat system

operasional rumah sakit mempunyai sejumlah pilihan yang bisa

diterapkan, sesuai dengan kebutuhan rumah sakit tersebut. Ada tiga

macam teknologi yang digunakan untuk kegiatan tersebut, yaitu:

a. Secara manual, yaitu semua data dan system pelaporan masih

menggunakan tulisan tangan dalam pengisian formulir-formulir.

b. Secarasemi otomatis, yaitu penggabungan cara maual dengan

komputerisasi/ menggunakan peralatan elektronik lainnya.

c. Secara otomatis penuh, komputerisasi, yaitu semua pendataan pasien

sudah dikerjakan secara otomatis oleh program computer yang diset-up

khusus untuk keperluan saling menghubungan satu unit dengan unit

lainnya. (Andriani, 2016)

Dukungan sarana bagi staf bertujuan untuk meningkatkan kinerja

mereka dalam melakukan kegiatan. Peralatan dalam operasionalnya

merupakan unsure penting untuk menunjang pelayanan, mempercepat

pekerjaan, dan meningkatkan efisiensi staf serta menentukan persepsi

pasien terhadap rumah sakit. (Andriani, 2016)


26

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dari penelitian ini sebagai berikut :

Konsep Dasar Rumah Sakit : Pelayanan Rawat Inap :

1. Definisis Rumah Sakit 1. Definisis Rawat


2. Fungsi Rumah Sakit Inap
3. Klarifikasi Rumah 2. Pasien Rawat
Sakit Inap

Faktor-Faktor Yang Berhubungan


Dengan Tingkat Kepuasan Pasien : Konsep Perawatan Interna :
1. Definisi Kepuasan Pasien 1. Definisi Perawatan
2. Faktor-Faktor Yang Interna
Mempengaruhi Kepuasan 2. Jenis Penyakit
Pasien Perawatan Interna
3. Pengukur Kepuasan Pasien 3. Kelas pelayanan
4. Faktor Penyebab Ketidak
Puasan Pasien
5. Faktor Keterampilan Petugas
Kesehatan Dan Kepuasan
Pasien
6. Faktor Sarana Dan Prasarana
Dan Kepuasan Pasien
7. Faktor Pelayanan Administrasi
Dan Kepuasan Pasien

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi dari Milton Roemer dan Friedman (1971) dalam


Tjandra Yoga A (2010), Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2009) dan Imbalo S.
Pohan (2013).
27

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah landasan rangkuman dari teori yang digunakan

dalam penelitian yang disusun dalam bentuk kerangka atau bagan, sehingga

dapat menghubungkan antara hasil penemuan dengan teori. (Afiyanti et

al.,2014). Dalam penelitian ini, varibel independen berhubungan dengan

variabel dependen yaitu kepuasan pasien di instalasi gawat darurat, untuk

lebih jelasnya dilihat pada gambar berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Skil Tenaga Medis

Tingkat
Kepuasan
Sarana & Prasarana
Pasien Instalasi
Gawat Darurat

Pelayanan
Administrasi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen (variabel bebas) yang di teliti

: Variabel Dependen (variabel terikat) yang di teliti

: Garis penghubung variabel yang di teliti


28

G. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena (Nurdin & Hartati, 2019).

Tabel 2.2 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Kriteria Skala


Objektif Data
Skil asuhan perawatan dalam kuesioner 1. Sangat Ordinal
tenaga penanganan pasien yang di Tidak Baik
medis berikan oleh dokter dan 2. Cukup Baik
perawat. 3. Baik
4. Sangat Baik
Penilaian :
1. Sangat
Tidak Baik
= >25% -
43,75%
2. Cukup Baik
= >43,75% -
62,75%
3. Baik =
>62,75% -
81,25%
4. Sangat Baik
= >81,25% -
100%
(Adhannis,2020)
Sarana suatu fasilitas berupa kuesioner 1. Sangat Ordinal
dan pelayanan dan peralatan Tidak Baik
prasarana yang disediakan guna 2. Cukup Baik
menunjang dan 3. Baik
mempermudah 4. Sangat Baik
terselenggaranya suatu
tujuan Penilaian :
1. Sangat
Tidak Baik
= >25% -
29

43,75%
2. Cukup Baik
= >43,75% -
62,75%
3. Baik =
>62,75% -
81,25%
4. Sangat Baik
= >81,25% -
100%
(Adhannis,2020)
Pelyanan Pelayanan yang kuesioner 1. Sangat Ordinal
Administr menghasilkan berbagai Tidak Baik
asi bentuk dokumen resmi 2. Cukup Baik
yang dibutuhkan oleh 3. Baik
publik, misalnya status 4. Sangat Baik
kewarganegaraan,
sertifikat kompetensi, Penilaian :
kepemilikan atau 1. Sangat
penguasaan terhadap suatu Tidak Baik
barang dan sebagainya. = >25% -
43,75%
2. Cukup Baik
= >43,75% -
62,75%
3. Baik =
>62,75% -
81,25%
4. Sangat Baik
= >81,25% -
100%
(Adhannis,2020)
Kepuasan suatu tingkat perasaan kuesioner 1. Sangat Ordinal
Pasien pasien dan keluarga yang Tidak Puas
timbul sebagai akibat dari 2. Tidak Puas
kinerja pelayanan 3. Puas
kesehatan yang diperoleh 4. Sangat Puas
setelah pasien
membandingkannya Penilaian :
dengan apa yang 1. Sangat
diharapkannya. Tidak Puas
= >25% -
43,75%
2. Tidak Puas
= >43,75% -
62,75%
30

3. Puas =
>62,75% -
81,25%
4. Sangat Puas
= >81,25% -
100%
(Adhannis,2020)

H. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan awal peneliti yang belum terbukti

kebenarannya sehingga perlu dilakukan uji kebenaran melalui metodologi

yang standar atau diakui. Hipotesis dari penelitian melihat pengaruh antar

variabel yang merupakan jawaban peneliti, kemungkinan tentang hasil

penelitian (Dharma, 2013). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Hipotesis nol (H0) sebagai berikut :

a. Tidak ada hubungan antara skil tenaga medis dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.

b. Tidak ada hubungan antara Sarana dan prasarana dengan tingkat

kepuasan pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota

Baubau.

c. Tidak ada hubungan antara pelayanan administrasi dengan tingkat

kepuasan pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota

Baubau.

2. Hipotesis Alternatif (Ha) sebagai berikut :

a. Ada hubungan antara skil tenaga medis dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.


31

b. Ada hubungan antara sarana dan prasaran dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.

c. Ada hubungan antara pelayanan administrasi dengan tingkat kepuasan

pasien rawat inap di ruangan perawatan interna RSUD Kota Baubau.


32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan

pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan melakukan pengukuran

variabel independen dan variabel dependen pada saat bersamaan (sekali

waktu). Dalam hal ini untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan

dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di ruangan perawatan interna

RSUD Kota Baubau.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di ruangan perawatan Interna

RSUD Kota Baubau.

2. Waktu Penelitian

Rencana waktu penelitian yang akan dilakukan yaitu bulan juli

sampai bulan agustus tahun 2021.

C. Pupulasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di

ruang perawatan Interna RSUD Kota Baubau. Dengan jumlah sampel 39

responden

Sampel diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling.

Accidental sampling merukapan teknik penentuan sampel berdasarkan


33

kebetulan ata sampel yang ada, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu

dengan peneliti yang cocok dapat digunakan sampel sampai data terpenuhi.

D. Cara Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini yaitu dengan

menggunakan metode kuesioner yang di peroleh dari responden dengan yang

jumlah responden 39 orang.

E. Analisis Data

Data yang sudah ditabulasi selanjutnya di analisis dengan menggunakan

program SPSS (Sofware Product Servis Solution) versi 20/21 for windows dan

di analisis sebagai berikut :

1) Analisa Univariat

Untuk mengetahui dan memperoleh distribusi frekuensi serta

persentasi dari tiap variabel yang diteliti.

2) Analisa Bivariat

Untuk mengetahui hubungan variable dependen dan independen di

gunakan uji stastistik Chi-Square dengan tingkat signifikan yang

digunakan sesuai definisi operasional yaitu p = 0,05, hipotesis ditolak jika

p >0,05 artinya tidak ada hubungan antara variable independen dengan

variable dependen, dan hipotesis diterima jika p <0,05 artinya ada

hubungan dengan variable independen denga variable dependen.

F. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang tejadi subyek

penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak dasar manusia.
34

Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya, sehingga penelitian

yang alan dilakukan benar-benar menjunjung tinggi kebebasan manusia. Etika

yang diperhatikan antara lain :

1. Informed Consent (lembar persetujuan melalui responden).

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dan responden dengan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Jika subyek

bersedia, maka mereka harus mendatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati

hak itu. Beberapa informasi yang harus ada dalam Informed Consent

antara lain : partisiasi responden, maksud dan tujuan penelitian, jenis data

yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensi masalah yang

akan terjadi, manfaat, kerahasiaan informasi yang mudah dihubungi.

2. Anonimity (tanpa nama)

Selama untuk menjaga kerahasiaanya identitas nama responden

tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut hanya

diberikan kode tertentu.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang

berhubungan dengan penelitian ini dilaporkan pada hasil riset.


35

4. Rigt To Justice (keadilan)

Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi manusia dengan

menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga

privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau secara geografis terletak

di Kecamatan Murhum bagian Utara di antaranya 5o47’ - 5o48’ Lintang

Selatan dan 122o59’ - 122o60’ Bujur Timur, berlokasi di Jalan Drs. H. La

Ode manarfa No.20 Kelurahan Baadia, Kecamatan murhum, Kota Bau-

Bau dengan luas tanah 6000 m2 dan luas bangunan 2071,10 m2. Dengan

lokasi yang sangat stragis dan dikelilingi oleh pusat-pusat pertumbuhan

ekonomi sosial dan budaya sehingga sangat potensial untuk

pengembangan di masa mendatang.

RSUD Kota Baubau merupakan rumah sakit rujukan bagi fasilitas

kesehatan yang menjadi milik pemerintah Kota Baubau untuk itu keadaan

geografis dan demografi RSUD Kota Baubau digambarkan dari keadaan

geografis dan demografi Kota Bau-Bau.

2. Lingkungan Fisik

Seiring dengan pertumbuhan penduduk Kota Baubau dan

perkembangan pembangunan wilayah Kota Baubau, sarana dan prasarana

rumah sakit yang ada dinilai sudah tidak layak lagi, maka sejak tahun 2002

Pemerintah Kota Baubau merencanakan relokasi ke tempat yang lebih luas

di kawasan palagimata. Pembangunan fisik. secara bertahap dimulai tahun

36
37

2003 sampai sekarang dan dibangun diatas lahan seluas 41.470 m 2 dan

luas bangunan 2071,10 m2.

3. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit

Sejak pelaksanaan Otonomi Daerah, maka telah diadakan

perubahan struktur organisasi dan tata kerja RSUD Kota Baubau

bedasarkan Perdda No.2 Tahun 2006 yang bertujuan :

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dengan

mengutamakan upaya penyembuhan/pemulihan yang dilakukan secara

serasi terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta fungsi

rujukan.

b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengn standar

pelayanan Rumah sakit.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau adalah unsur penunjang

penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Baubau dipimpin oleh Direktur yang

berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota dalam

penyelenggaraan pemerintah kota di bidang pelayanan kesehatan dan

mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Pelayanan Kesehatan

b. Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di

bidang pelayanan kesehatan

c. Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi, dan pelaporan

di bidang pelayanan kesehatan


38

d. Pelayanan medis kesehatan

e. Pelayanan penunjang medis dan non medis

f. Pelayanan keperawatan

g. Pelayanan rujukan

h. Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan

i. Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat

j. Pengelolaan uurusan kepegawaian, keuangan, hukum, hubungan

masyarakat, organisasi, dan terlaksana, serta rumah tangga,

perlengkapan umum.

Untuk melaksanakan fungsi tersebut, RSUD Kota Baubau

mempunyai wewenang atau tugas :

a. Penyelenggaraan pelayanan medis,

b. Penyelenggaraan pelayanan penunjang medis dan non medis,

c. Penyelenggaraan pelayanan dan asuhan keperawatan,

d. Penyelenggaraan pelayanan rujukan,

e. Penyelenggaraan pendidikan dan latihan,

f. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan,

g. Penyelenggaraan administrasi umum dan keuangan di bidang

pelayanan kesehatan,

h. Pengelolaan personil, keuangan dan oelengkapan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku,

i. Pemanfaatan peluang pasar sesuai kemampuannya dengan tetap

melaksanakan fungsi sosial,


39

j. Penyelenggaraan kerjasama di bidang pelayanan kesehatan.

4. Visi dan Misi RSUD Kota Baubau

a. Visi

Seiring dengan tujuan pembangunan bidang kesehatan di Kota

Baubau, dalam menjalankan fungsi pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna, RSUD Kota

Baubau menetapkan Visi sebagai berikut :

“Menjadi Rumah Sakit Rujuan Wilayah Kepulauan Yang Profesional

Dan Terjangkau”

Pada visi RSUD Kota Baubau Tahun 2003-2019 terdapat empat

pokok visi adalah sebagai berikut :

1) Rumah sakit rujukan adalah suatu organisasi tenaga medis yang

mempunyai pelimpahan tanggungan jawaban timbal balik atas

kasus atau masalah sehatan yang terorganisir serta sarana

kedokteran yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran asuhan

keperawatan/kebidanan yang berkeseimbangan. Diagnosis serta

pengobatan penyakit.

2) Kepulauan adalah Suatu Gugusan Pulau, termasuk bagian pulau,

perairan, diantaranya dan lain-lain wujud alamiah yang

hubungannya satu sama lain demikian erat sehingga pulau-pulau,

perairan, wujud alamiah lainnya merupakan satu kesatuan

geografis, ekonomi, politik, dan budaya yang hakiki atau secara

historis.
40

3) Yang profesional adalah penyelenggaraan Rumah Sakit oleh

Tenaga Kesehatan yang memiliki Etika Profesi dan Sikap

Profesional, serta mematuhi etika Rumah Sakit.

4) Terjangkau adalah Penyelenggaran Rumah Sakit Berdasarkan

Fungsi Sosial dimana merupakan bagian dari tanggung jawab yang

melekat pada setiap RS, yang merupakan ikatan morl dan etik dari

Rumah Sakit dalam membantu pasien khususnya yang

kurang/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan

kesehatan sehingga terjangkau seluruh lapisan masyrakat.

b. Misi

Dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan, BLUD RSUD

Baubau menetapkan misi sebagai berikut :

1) Memberikan pelayanan kesehatann profesional, efisien dan efektif

yang berorientasi kepada pelanggan, tanpa membeda-bedakan asal-

usul dan kondisi finansial pasien mampu atau tidak mampu, pasien

dengan jaminan atau tanpa jaminan.

2) Menyelenggarakan manajemen rumah sakit dengan kaidah bisnis

yang sehat, terbuka, efisien, efektif, dan akuntabel guna

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umum serta

kesejahteraan karyawan.

3) Mengelola rumah sakit, poliklinik, dan fasilitas kesehatan lainnya

senantiasa mengutamakan kepentingan pasien, peka dan tanggap

terhadap keluhan serta selalu berpenampilan prima.


41

4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sesuai

dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, kemajuan, ilmu

pengetahuan dan teknologi tinggi.

5) Meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki,

membangun dan mengembangkan fasilitas di RSUD Kota Baubau

melalui penambahan investasi sarana dan prasarana layanan

kesehatan sebagai salah satu unsur penting ujung tombak dalm

memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi masyarakat

Kota Baubau dan sekitarnya.

6) Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan dengn institusi

dan organisasi profesi terkait dengan bidang kesehatan.

Dengan peryataan misi tersebut, diharapkan seluruh jajaran

organisasi dan pihak lain yang berkepentingan dapat mengenal dan

mengetahui keberadaan dan peran dari RSUD Kota Buabau

sebagai lembaga pemerintah yang menyediakan layanan kesehatan

terbauk dan memenuhi standar nasional sehingga mempu menjadi

rumah sakit yang terbaik di Sulawesi Tenggara.

5. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Pelayanan yang diselenggarakan RSUD Kota Baubau melayani 12

poliklinik dan 5 penunjang medis terdiri dari :

a. Poliklinik

1) Poliklinik Umum

2) Poliklinik Gigi dan Bedah Mulut


42

3) Poliklinik Penyakit Dalam

4) Poliklinik Kesehatan Anak

5) Poliklinik Bedah

6) Poliklinik Obstetri dan Gynekologi

7) Poliklinik Mata

8) Poliklinik THT

9) Poliklinik VCT Edelweis

10) Poliklinik Syaraf

11) Poliklinik NAPZA

12) Poliklinik Kulit dan Kelamin

13) Poliklinik Jantung

b. Instalasi Penunjang Medik

1) Instalasi Radiologi

2) Instalasi Rehabilitasi Medik

3) Instalasi Laboratorium

4) Instalasi Gizi

5) Instalasi Farmasi

6) Instalasi CSDD (belum beroperasi sepenuhnya)

7) Instalasi Loundry

c. Sarana pelayanan rawat inap dilaksanakan di ruangan perawatan :

1) Ruang Perawatan Penyakit Dalam dan Jantung

a) Ruang Melati (Kelas 1 dan 2)

b) Ruang Bugenvile (Kelas 3)


43

2) Ruang Perawatan Bedah

a) Ruang Flamboyan (Kelas 1 dan 2)

b) Ruang Kamboja (Kelas 3)

3) Ruang Perawatan Anak

4) Ruang Perawatan Obstetri dan Gynekologi

5) Ruang Perawatan Intensif (ICU)

6) Ruang Perawatan Perinatologi

7) Ruang Perawatan Mata, THT, Syaraf, dan Kulit Kelamin

Dalam menunjang pelaksanaan tupoksinya, RSUD Kota Baubau

telah dilengkapi sarana pelayanan medis, pelayanan penunjang medis,

dan pelayanan non medis. Dari segi jumlah, secara umum, sarana dan

prasarana sudah mulai memadai untuk mengimangi pesatnya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan sehingga

sarana dan prasarana penunjang masih perlu ditingkatkan dimasa

mendatang dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kepada

masyarakat.
44

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengelolaan data yang telah dilakukan, maka disajikan

hasil penelitian sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

a. Jenis Kelamin

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan kelompok jenis kelamin

reponden sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di
Ruangan Rawat Inap Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Jenis Kelamin Jumlah Presentase
(n) (%)
Laki-Laki 16 41,0
Perempuan 23 59,0
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa, jenis kelamin

laki-laki sebanyak 16 responden dengan presentasi 41,0%, dan

jenis kelamin perempuan sebanyak 23 responden dengan presentasi

59,0%.

b. Lama Dirawat

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan lama dirawat reponden


sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Lama Dirawat Responden Di Ruangan
Rawat Inap Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Lama Dirawat Jumlah Presentase
(n) (%)
1-7 Hari 33 84,6
8-14 Hari 6 15,4
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
45

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa lama dirawatnya

responden terbanyak yaitu 33 responden 1-7 hari dengan presentasi

84,6% dan yang paling sedikit yaitu 6 responden 8-14 hari dengan

presentase 15,4%.

c. Kelas Keperawatan

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan kelas perawatan responden

sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kelas Perawatan Responden Di Ruang
Rawat Inap Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Kelas Perawatan Jumlah Presentase
(n) (%)
Kelas 2 39 100,0
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa kelas perawatan yang

ditempati seluruh responden yaitu di kelas 2 yang berjumlah 39

responden dengan presentase 100%.

d. Skil Tenaga Medis

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan skil tenaga medis sebagai

berikut :

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Skil Tenaga Medis Di Ruangan Rawat Inap
Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Skil Tenaga Medis Jumlah Presentase
(n) (%)
Baik 38 97,4
Cukup Baik 1 2,6
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer, 2021
46

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa skil tenaga medis yang

menyatakan baik 38 responden dengan presentase 97,4%, dan cukup

baik 38 responden dengan presentase 97,4%.

e. Sarana dan Prasarana

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan sarana dan prasarana

sebagai berikut :

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Sarana Dan Prasarana Di Ruangan Rawat
Inap Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Sarana dan Prasarana Jumlah Presentase
(n) (%)
Baik 38 97,4
Cukup Baik 1 2,6
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa sarana dan prasarana

yang menyatakan baik 38 responden dengan presentase 97,4%, dan

cukup baik 1 responden dengan presentase 2,6%.

f. Pelayanan Administrasi

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan pelayanan administrasi

sebagai berikut :

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Pelayanan Administrasi Di Ruangan Rawat
Inap Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Pelayanan Administrasi Jumlah Presentase
(n) (%)
Baik 36 92,3
Cukup Baik 3 7,7
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer 2021
47

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa pelayanan administrasi

yang menyatakan baik 36 responden dengan presentase 92,3%, dan

cukup baik sebanyak 3 responden dengan presentase 7,7%.

g. Tingkat Kepuasan Pasien

Dari hasil pengelolaan data berdasarkan tingkat kepuasan pasien

sebagai berikut :

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Di
Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota Baubau
Tingkat Kepuasan Pasien Jumlah Presentase
(n) (%)
Puas 38 97,4
Tidak Puas 1 2,6
Total 39 100,0
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa tingkat kepuasan pasien

menyatakan puas 38 responden dengan presentase 97,4%, dan tidak

puas 1 responden dengan presentase 2,6%.


48

2. Bivariat

a. Hubungan Skil Tenaga Medis Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota Baubau

Hasil pengelolaan data hubungan antara skil tenaga medis dengan

tingkat kepuasan pasien, sebagai berikut :

Tabel 4.8
Hubungan Skil Tenaga Medis Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota Baubau.
Tingkat Kepuasan Pasien
Skil Tenaga Total
p
Medis Puas Tidak Puas
N % N % N %
Baik 38 97,4 0 0,0 38 100 0,000
Cukup Baik 0 0,0 1 2,6 1 100
Total 38 97,4 1 2,6 39 100
Sumber : Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa dari 39

responden mengatakan skil tenaga medis baik dengan tingkat puas

berjumlah 38 responden (97,4%), dan skil tenaga medis kurang ba ik

dengan tingkat tidak puas berjumlah 0 responden (0,0%). Sedangkan

skil tenaga medis cukup baik dengan tingkat puas berjumlah 0

reponden (0,0%) dan skil tenaga medis cukup baik dengan tingkat

tidak puas berjumlah 1 responden.

Berdasarkan hasil uji statistik chi-square di dapatkan nilai p =

0,464 pada tingkat signifikan 5%, maka Ho di tolak dan Ha di terima,

yang berarti ada hubungan antara skil tenaga medis dan tingkat

kepuasan pasien rawat inap di ruang interna RSUD Kota Baubau.


49

b. Hubungan Sarana Dan Prasarana Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota Baubau

Hasil pengelolaan data hubungan antara sarana dan prasarana

dengan tingkat kepuasan pasien, sebagai berikut :

Tabel 4.9
Hubungan Sarana Dan Prasarana Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota
Baubau
Tingkat Kepuasan Pasien Total df, p
Sarana dan
Prasarana Tidak Puas Puas Sangat Puas
N % N % N % N %
Tidak Baik 0 0,0 2 8,7 0 0,0 2 100 df = 4
1 60, p=
Baik 4,0 15 9 36,0 25 100 0,640
0
0 50,
Sangat Baik 0,0 6 6 50,0 12 100
0
1 59,
Total 2,6 23 15 38,5 39 100
0
Sumber : Data Primer 2021

Hasil analisis Tabel 4.9 menunjukan dari 2 responden yang

menyatakan sarana dan prasarana tidak baik dengan tingkat tidak puas

0 responden (0,0%), puas 2 responden (8,7%) dan sangat puas 0

responden (0,0%). Sedangkan 25 responden yang menyatakan sarana

dan prasarana baik dengan tingkat tidak puas 1 responden (4,0%), puas

15 responden (60,0%), dan sangat puas 9 responden (50,0%). Dan dari

12 responden yang menyatakan sarana dan prasarana sangat baik

dengan tingkat tidak puas 0 responden (0,0%), puas 6 responden

(50,0%), dan sangat puas 6 responden (50,0%).

Berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,640

pada tingkat signifikan 5%, maka Ho di tolak dan Ha di terima, yang


50

berarti ada hubungan antara pelayanan administrasi dan tingkat

kepuasan pasien rawat inap di ruang interna RSUD Kota Baubau.

c. Hubungan Pelayanan Administrasi Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota Baubau

Hasil pengelolaan data hubungan antara pelayanan administrasi

dengan tingkat kepuasan pasien, sebagai berikut :

Tabel 4.10
Hubungan Pelayanan Administrasi Dengan Tingkat Kepuasan
Pasien Rawat Inap Di Ruangan Perawatan Interna RSUD Kota
Baubau
Tingkat Kepuasan Pasien
Pelayanan Total
Administra Tidak Sangat
Puas df, p
si Puas Puas
N % N % N % N %
Tidak Baik 0 0,0 6 85,7 1 14,3 7 100 df =
Baik 1 3,6 16 57,1 11 39,3 28 100 4
Sangat 0 p=
0,0 1 25,0 3 75,0 4 100 0,34
Baik
1 3
Total 2,6 23 59,0 15 38,5 39 100
Sumber : Data Primer 2021

Hasil analisis Tabel 4.10 menunjukan dari 7 responden yang

menyatakan pelayanan administrasi tidak baik dengan tingkat tidak

puas 0 responden (0,0%), puas 6 responden (57,1%) dan sangat puas 1

responden (14,3%). Sedangkan 28 responden yang menyatakan

pelayanan administrasi baik dengan tingkat tidak puas 1 responden

(3,6%), puas 16 responden (57,1%) dan sangat puas 11 responden

(39,3%). Dan dari 4 responden yang menyatakan pelayanan

administrasi sangat baik dengan tingkat tidak puas 0 responden (0,0%),

puas 1 responden (25,0%), dan sangat puas 3 responden (75,0%).


51

Berdasarkan hasil uji statistik chi square diperoleh nilai p = 0,343

pada tingkat signifikan 5%, maka Ho di tolak dan Ha di terima, yang

berarti ada hubungan antara pelayanan administrasi dan tingkat

kepuasan pasien rawat inap di ruang interna RSUD Kota Baubau.

C. Pembahasan

1. Hubungan Skil Tenaga Medis Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Skil adalah suatu keahlian yang dimiliki seseorang dalam bidang

tertentu, skil tenaga medis adalah keahlian yang dimiliki perawat dan

dokter dalam melakukan proses keperawatan atau tindakan asuhan

keperawatan. Proses keperawatan adalah aktivitas yang mempunyai

maksud yaitu praktik keperawatan dilakukan dengan cara yang sistematik

atau metode yang sistematik dan rasional dalam merencanakan dan

memberikan pelayanan keperawatan atau tindakan kepada individu.

(Layuk, 2017)

Berdasarkan Hasil penelitian terhadap skil tenaga medis yang

ditunjukan pada tabel 4.8 menyatakan dari 39 responden didapatkan

jumlah tertinggi adalah responden yang memberikan penilaian terhadap

skil tenaga medis dengan kategori baik dengan tingkat puas yaitu 65,4%

terendah dengan kategoti tidak baik dengan tingkat puas 0,0 % yang

artinya tidak ada yang tidak puas terhadap skil tenaga medis yang di

berikan oleh tenaga medis di ruang perawatan interna RSUD Kota baubau.

Reponden puas terhadap layanan tenaga medis karena keramahan,


52

kesopanan dan kesabaran tenaga medis serta serta kemampuan dan

pengetahuan tenaga medis menjelaskan tindakan yang di berikan.

Hasil perhitungan dengan Chi Square test diperoleh nilai p = 0,464

(p<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, hasil ini memiliki makna ada

hubungan yang sangat signifikan antara skil tenaga medis dengan tingkat

kepuasan pasien. Semua pasien di ruang rawat inap pada dasarnya

memiliki motivasi yang tinggi berobat di RSUD Kota Baubau Jika

diberikan pelayanan yang baik, dengan demikian dengan sikap yang baik

maka dapat memacu tenaga medis untuk bekerja keras sehingga dapat

mencapai tujuan yaitu kepuasan pasien.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Suaib pada tahun 2019 di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa yang

menyatakan ada hubungan signifikan faktor skil tenaga medis dengan

kepuasan pasien dimana semakin bagus pelayanan perawat terkait dengan

kemampuan perawat dalam memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

berkaitan dengan tindakan medik, serta kemampuan dalam memberikan

rasa aman dan sikapsopan santun dalam memberikan pelayanan kepada

pasien maka semakin puas pulapasien sebagai penerima pelayanan.

Tujuan tenaga medis adalah memberikaan metode sistematis bagi

praktek keperawatan : proses keperawatan menyatukan, menstandardisasi,

dan mengarahkan praktek keperawatan. Peran dan fungsi tenaga medis

ditentukan, dan komunikasi, kolaborasi, dan sinkronisasi anggota tim

kesehatan ditingkatkan oleh proses keperawatan. (Layuk 2017) Tujuan


53

lain dari pentingnya skil tenaga medis adalah Memudahkan

pendokumentasian data, diagnosis, rencana, respon klien, dan evaluasi,

Mengevaluasi efektivitas dan efisisensi asuhan, Memberikan arahan,

pedoman, dan makna untuk asuhan keperawatan, Memberikan

kemungkinan asuhan yang bersinambungan dan mengurangi kelalaian dan

mengindividualisasikan keikutsertaan klien dalam keperawatan. (Mar’ah

Has ddk, 2019)

2. Hubungan Sarana dan Prasarana Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Kotler (2016) mendefinisikan kepuasan adalah sebagai tingkat

perasaan seseorang setelah membandingkan antara kinerja atau hasil yang

dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Untuk itu dalam rangka

mencapai tingkat kepuasan pasien maka rumah sakit khususnya ruang

rawat inap harus ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik seperti

tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, sehingga memberi

kenyamanan pada pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya. Ruang

tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai dengan sarana yang

sesuai dengan harapan pasien. Kamar mandi dan WC bersih, tidak berbau

dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari (Ristiani, 2017).

Berdasarkan Hasil penelitian terhadap sarana dan prasarana yang

ditunjukan pada tabel 4.9 menyatakan dari 39 responden didapatkan

jumlah tertinggi adalah responden yang memberikan penilaian terhadap

sarana dan prasarana dengan kategori baik dengan tingkat puas yaitu

60,0%, dan terendah dengan kategoti tidak baik dengan tingkat tidak puas
54

0,0 % yang artinya dari 39 reponden tidak ada yang tidak merasa puas

dengan sarana dan prasarana yang telah di berikan oleh pihak RSUD Kota

Baubau khususnya di ruangan perawatan interna. Dengan kata lain RSUD

Kota Baubau memberikan berbagai sarana dan prasarana yang baik,

lengkap, tertata rapi, bersih, indah. Sehingga timbulnya rasa puas terhadap

sarana dan prasarana yang telah di rasakan oleh pasien di ruang perawatan

interna.

Hasil perhitungan dengan Chi Square test diperoleh nilai p = 0,64

(p<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, hasil ini memiliki makna ada

hubungan yang sangat signifikan antara sarana dan prasarana dengan

tingkat kepuasan pasien. Hal ini disebabkan sarana prasarana merupakan

dimensi kualitas pelayanan dari unsur keberwujudan, yakni wujud fisik

yang langsung dapat dilihat, diraba, dirasakan oleh semua pelanggan.

Ketika sarana dan prasarana yang disediakan kurang, atau ada tetapi tidak

tertata dengan rapi, tidak bersih, tidak indah, maka pasien secara langsung

dapat melihat, mencermati, menilai sarana dan prasarana yang disediakan

kurang baik sehingga pasien langsung kecewa atau tidak terpuaskan.

(Ristiani, 2017)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Sripina Ulandari & Sunarsih Yudawati, 2019. Yang menunjukkan bahwa

ada hubungan yang signifikan antara sarana prasarana terhadap kepuasan

pasien di Puskesmas Pujon Kabupaten Malang (p value 0,034 < 0,05 maka

Ho ditolak), artinya semakin tinggi skor sarana prasarana maka semakin


55

tinggi skor kepuasan pasien dan sebaliknya. Hal ini disebabkan terciptanya

perasaan puas mau tidak mau pemberi pelayanan harus memenuhi terlebih

dahulu berbagai sarana dan prasarana di tempat pelayanan yang baik,

lengkap, tertata rapi, bersih, indah karena unsur ini dapat dilihat secara

langsung oleh semua pelanggan.

Sarana dan prasarana yang baik merupakan wujud nyata yang

langsung dapat dilihat dan dirasakan pasien atau pelanggan, sehingga

dengan cepat dapat menilai bahwa sarana dan prasarana yang disediakan

sudah memenuhi harapan atau keinginan dan kebutuhannya atau belum.

Ketika keberadaan sarana dan prasarana memenuhi harapannya maka saat

itu juga langsung memberikan penilaian positif dan langsung terpuaskan.

Jika yang terjadi sebaliknya maka pasien atau pelanggan langsung kecewa

dan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karenanya

proporsi sarana dan prasarana untuk dapat mewujudkan kepuasan

pelanggan juga sangat tinggi. (Sripina Ulandari & Sunarsih Yudawati,

2019)

3. Hubungan Pelayanan Administrasi Dengan Tingkat Kepuasan Pasien

Pelayanan administrasi merupakan salah satu gerbang pertama

ketika akan mendapatkan pelayanan di rumah sakit. dalam pelayanan

administrasi daya tanggap petugas merupakan hal yang utama, Daya

tanggap petugas yaitu kemauan dari keryawan dan dari Rumah Sakit untuk

membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar

dan mengatasi keluhan dari pasien dan hal tersebut berhubungan dengan
56

tingkat kepuasan pasien. Dimensi ini meliputi kemauan dari petugas

kesehatan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa yang cepat

serta mendengar dan mengatasi keluhan dari pasien atau pelanggan dalam

memenuhi persyaratan administrasi pasien. (Yolanda, 2019)

Berdasarkan Hasil penelitian terhadap pelayanan administrasi yang

ditunjukan pada tabel 4.10 menyatakan dari 39 responden didapatkan

jumlah tertinggi adalah responden yang memberikan penilaian terhadap

pelayanan adminisrasi dengan kategori baik dengan tingkat puas yaitu

85,7%, dan terendah dengan kategoti tidak baik dengan tingkat tidak puas

0,0 % yang artinya dari 39 reponden tidak ada yang tidak merasa puas

dengan pelayanan administrasi baik dari segi pelayanan, keramahan dan

ketanggapan petugas bagian pelayanan administrasi.

Hasil perhitungan dengan Chi Square test diperoleh nilai p = 0,343

(p<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, hasil ini memiliki makna ada

hubungan yang sangat signifikan antara pelayanan administrasi dengan

tingkat kepuasan pasien. Dimensi ini mencakup segala fasilitas yang

ditawarkan dalam bentuk fisik, perlengkapan, peralatan, sarana informasi,

serta penampilan pekerja (kerapihan penampilan petugas), pada pelayanan

adminsitarsi rawat inap.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

setyobudi tahun 2018 tentang “hubungan pelayanan administrasi dengan

kepuasan pasien dan keluarga di RSD Balung Jember” yang menyatakan

bahwa ada hubungan pelayanan administrasi dengan kepuasan pasien. Hal


57

ini di sebabkan daya tanggap petugas administrasi dari RSD Balung

Jember untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat

serta mendengar dan mengatasi keluhan dari pasien atau pelanggan dalam

memenuhi persyaratan administrasi.

Bentuk pelayanan yang efektif antara pasien dan pemberi

pelayanan (provider) disadari sering terjadi perbedaan persepsi. Pasien

mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanannya

nyaman, menyenangkan dan petugasnya ramah yang mana secara

keseluruhan memberikan kesan kepuasan terhadap pasien. Sedangkan

provider mengartikan pelayanan yang bermutu dan efiktif jika pelayanan

sesuai dengan standar pemerintah. Adanya perbedaan persepsi tersebut

sering menyebabkan keluhan terhadap pelayanan. (Setyobudi, 2018)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan skil tenaga medis dengan tingkat kepuasan pasien rawat

inap di ruang interna RSUD Kota Baubau, dengan nilai p = 0,464 < 0,05.

2. Ada hubungan sarana dan prasarana dengan tingkat kepuasan pasien rawat

inap di ruang interna RSUD Kota Baubau, dengan nilai p = 0,640 < 0,05.

3. Ada hubungan pelayanan administrasi demgam tingkat kepuasan pasien

rawat inap di ruang interna RSUD Kota Baubau, dengan p = 0,343 < 0,05.

B. Sarana

1. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber

informasi dan bahan bacaan bagi mahasiswa program studi kesehatan

masyarakat yang berkaitan dengan fakto-faktor yang berhubungan dengan

tingkat kepuasan pasien rawat inap.

2. Bagi Institusi Tempat Penelitian

Bagi RSUD Kota Baubau hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan masukan sehingga selalu melakukan survey kepuasan

pasien rawat inap, hal tersebut untuk mempertahankan atau meningkatkan

pelayanan keperawatan dan tercapainya kepuasan pasien rawat inap.

58
59

3. Bagi Tenaga Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan agar

perawat dapat mempertahankan atau meningkatkan skil tenaga medis,

sarana prasarana dan pelayanan administrasi dengan lebih berfokus pada

peran dan fungsinya yaitu melakukan pelayanan yang profesional sehingga

tercapainya kepuasan pasien.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai proses belajar dalam

menilai faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat

inap dengan melihat keterbatasan/kekurangan yang ada sehingga peneliti

lebih baik lagi dalam peelitian selanjutnya.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Daharapkan agar Peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang faktor-

faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat jalan.

Anda mungkin juga menyukai