Anda di halaman 1dari 1

Pada hakekatnya, Revitalisasi Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya mendudukkan, memerankan

dan memfungsikan serta menata kembali penyuluhan pertanian agar terwujud kesatuan pengertian,
kesatuan korp dan kesatuan arah kebijakan. Keberhasilan pelaksanaan revitalisasi ini memerlukan
dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat pelaku
usaha pertanian. Program revitalisasi difokuskan pada beberapa sub program, yaitu penataan
kelembagaan penyuluhan pertanian, peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluh pertanian,
peningkatan kelembagaan dan kepemimpinan petani, peningkatan sistem penyelenggaraan penyuluhan
pertanian, dan pengembangan kerjasama antara sistem penyuluhan pertanian dan agribisnis. Program
ini berupaya memperbaiki sistem dan kinerja penyuluhan pertanian yang semenjak akhir 1990-an sangat
menurun kondisinya serta karena tingkat kemiskinan dikalangan petani semakin meningkat.

Salah satu tonggak untuk pelaksanaan revitalisasi ini adalah telah keluarnya Undang-Undang Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) No. 16 Tahun 2006 tanggal 18 Oktober 2006.
Dalam UU ini disebutkan perlunya penataan kelembagaan penyuluhan pertanian pemerintah dari
tingkat pusat sampai dengan tingkat kecamatan, serta menyediakan sumber dana yang merupakan
kontribusi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. UU ini merupakan satu titik awal dalam
pemberdayaan para petani melalui peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan para penyuluh
pertanian PNS, swasta, dan penyuluh pertanian Swadaya.

Inti dari revitalisasi penyuluhan pertanian adalah bagaimana menempatkan petani/nelayan sebagai
pemeran utama dalam pembangunan pertanian atau pemberdayaan masyarakat tani/nelayan. Purwoko
et al. (2007) menjabarkan bahwa tujuan revitalisasi penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut:

a. Kelompok tani menjadi sistem pengguna aktif berbagai kesempatan berusaha dan mampu
mengambil manfaat dari keberadaan BPP.

b. BPP sebagai pusat komunikasi, informasi dan penyuluhan.

c. Adanya jaringan komunikasi dan informasi yang handal dalam melayani kebutuhan pengembangan
usaha petani/nelayan.

d. Penyuluh pertanian yang profesional.

e. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian oleh Pemerintah Daerah Tk. II lebih mapan. Penyuluhan
pertanian lebih banyak menggunakan pendekatan sistem usahatani dengan penerapan prinsip-prinsip
agribisnis.

f. Kegiatan penyuluhan pertanian dilaksanakan dengan penerapan kombinasi metode penyuluhan


pertanian yang tepat dan partisipatif.

Anda mungkin juga menyukai