Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS FIQH SIYASAH TERHADAP KEWENANGAN KEPALA

DESA DALAM PENYELESAIAN KONFLIK KONVERSI AGAMA


MENURUT UU NO 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA
(Studi Kasus Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang
Kabupaten Aceh Tamiang)

PROPOSAL

Diajukan Oleh :

Mira Gusmara
Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Langsa
Fakultas/Prodi : SYARIAH/HTN
Nomor Pokok : 2032018020

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM TATA NEGARA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LANGSA
2021
KATA PENGANTAR

Bissmillahirahmanirrahim

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, Sang Maha

Pencipta semesta alam yang telah memberikan nikmat pemahaman, kesehatan, serta

hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini, dengan

judul “Analisis Fiqh Siyasah Terhadap Kewenangan Kepala Desa Dalam

Penyelesaian Konflik Konversi Agama Menurut UU No 6 Tahun 2014 Tentang

Desa (Studi Kasus Di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten

Aceh Tamiang)”

Selanjutnya shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad Saw beserta seluruh keluarga dan para sahabat. Penulis menyadari

bahwa dalah penyusunan proposal ini masih banyak tedapat kekurangan dan jauh

dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi perbaikan proposal ini kedepannya.

Akhirnya hanya kepada Allah Swt penulis menyerahkan semuanya, semoga

proposal ini senantiasa berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

sekalian, Amin yaa Rabbal’alamin.

Aceh Tamiang, 05 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

E. Kajian Teoritis ..................................................................................... 8

F. Metodologi Penelitian ......................................................................... 16

1. Data Yang Dikumpulkan ......................................................... 17

2. Sumber Data ............................................................................ 17

3. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 18

4. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 19

5. Teknik Analisis Data ............................................................... 20

G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

ii
A. Latar Belakang Masalah

Desa adalah suatu wilayah yang ditinggali oleh sejumlah orang yang

saling mengenal, hidup bergotong-royong, memiliki adat istiadatnya yang relatif

sama dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan

kemasyarakatan. Sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani.

Masyarakatnya lebih memanfaatkan bahan-bahan disekitar karena sudah tersedia.

Karakter sosial masyarakat Desa juga sangat erat, dan tidak cenderung

individualis.1

Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 tertulis

bahwa:

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui
dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.2

Desa dipimpin oleh seorang penguasa tunggal, yaitu Kepala Desa. Ia

bertugas dalam melindungi warganya. Termasuk menyelesaikan permasalahan

apabila terdapat suatu permaslahan warganya. Ia bertanggung jawab atas

keamanan, ketertiban serta kesejahteraan warganya. Tepatnya dalam Undang-

Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa dalam pada pasal 25 yang bertuliskan.

Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 adalah Kepala


Desa atau yang disebut dengan nama lain dan yang dibantu oleh perangkat
Desa atau yang disebut dengan nama lain.3

1
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2011), h. 2
2
Dalam Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 1
3
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 25

1
Di dalam Desa memiliki lembaga sendiri untuk mengatur rumah

tangganya. Baik lembaga politik, ekonomi, peradilan dan sosial budaya yang

dikembangkan oleh masyarakatnya sendiri. Begitu juga dengan kehidupan sosial

masyarakat Desa, yang kadang diwarnai dengan permasalahan/konflik sosial yang

bisa timbul akibat dari interaksi antarmanusia. Adapun penyebab yang tidak lain

adalah adanya gesekan antara nlai sosial, akibat dari suatu gejala di masyarakat

dan permasalahan sosial yang nyata dan tersembunyi.4

Seperti halnya konflik masyarakat di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota

Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang yaitu adanya permasalahan sosial yang

timbul akibat dari suatu masalah, dan menjadi fokus kajian studi kasus pada

skripsi penulis nantinya. Adapun permasalahan tersebut adalah perselisihan

pendapat antar warga, yang berasal dari pemakaman salah satu warga Desa

Sriwijaya yang meninggal dalam keadaan non muslim namun harus dimakamkan

di pemakaman untuk warga muslim dikarenakan belum adanya tanah pemakaman

untuk warga non muslim di Desa tersebut. Hingga akhirnya menyebabkan kurang

setujunya warga Desa Sriwijaya akan hal itu, bahkan sebagian warga juga

meminta untuk pemakamannya dipindah ke tempat lain.

Salah satu permasalahan yang pernah diselesaikan oleh Kepala Desa dan

Perangkat Desa adalah pemakaman salah satu warga yang berbeda Agama dengan

masyarakat yang ada di Desa Sriwijaya, yang terjadi pada bulan September tahun

2019.

Dari adanya konflik tersebut, sesuai dengan Undang-Undang Desa yang

berlaku Kepala Desa melaksanakan kewenangan untuk menyelesaikan perselisihan

4
Hanif Nurcholis, Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa…. h. 12.

2
dan menertibkan warganya apabila terjadi perselisihan. Maka sesuai dengan

Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 26 tertulis bahwa :

(1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa,

melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,

dan pemberdayaan masyarakat Desa.5

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Kepala Desa berwenang :6

a. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

c. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f. Membina kehidupan masyarakat Desa;

g. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

Kewenangan Kepala Desa dalam membina kehidupan masyarakat Desa

bertujuan untuk mengatur agar warganya idup tertata, damai dan taat pada aturan.

Begitu pula ketika menetapkan keputusan dari hasil sebuah musyawarah untuk

menjawab permasalahan, Kepala Desa berusaha untuk mampu memberikan hasil

terbaik agar keadilan bisa dirasakan manfaatnya oleh orang banyak. Dan warga

Desa diharapkan mampu untuk menaati aturan yang ditetapkan oleh Kepala Desa

apabila memang ditujukan untuk kemaslahatan warganya. Philipus M Hadjon

mengemukakan bahwa :

5
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 26
6
Ibid, Pasal 26

3
Kewenangan membuat keputusan hanya dapat diperoleh dengan dua cara
yaitu dengan atribusi atau delegasi. Atribusi adalah wewenang yang
melekat pada suatu jabatan (Pasal 1 angka 6 Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 menyebutnya: wewenang yang ada pada badan atau pejabat tata
usaha negara dengan wewenang yang dilimpahkan). Kita berbicara tentang
delegasi dalam hal ada pemindahan/pengalihan suatu kewenangan yang
ada. Apabila kewenangan itu kurang sempurna berarti bahwa keputusan
yang berdasarkan kewenangan itu tidak sah menurut hukum. Oleh karena
itu atribusi dan delegasi adalah alat untk membantu memeriksa apakah
suatu badan berwenang atau tidak.7

Maka dari pernyataan tersebut, wewenang adalah kekuasaan untuk

melakukan suatu tindakan hukum publik, yaitu wewenang untuk menimbulkan

akibat-akibat hukum yang sifatnya publik, misal seperti mengeluarkan aturan,

mengambi keputusan atau menetapkan suatu rencana dengan akibat hukum.

Hanya badan-badan yang memiliki wewenang hukum publik yang sesuai aturan

saja yang menimbulkan akibat hukum bersifat publik.

Dalam kajian Hukum Islam terdapat pembahasan Fiqh Siyasah

artinya, pengambilan kebijakan, pengaturan kepentingan dan pemeliharaan

kemaslahatan rakyat untuk mencapai suatu tujuan. Siyasah juga memiliki

pengertian mengatur atau memimpin sesuatu dengan cara membawa kepada hal

yang mendatangkan kebaikan. Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai dalam

kajian Fiqh Siyasah adalah al-Qur’an, dan Hadits yang mengandung pembahasan

tersebut.8

Dalam lingkup Fiqh terbagi menjadi beberapa kajian yang meliputi

Siyasah Dusturiyah (Konstitusi Dan Ketatanegaraan), Siyasah Dauliyah

7
Philipus M Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta: Gajah
University Press, 2008), h. 67
8
Suyuthi Pulungan, Fiqh Siyasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h. 22

4
(Hubungan Luar Negeri Dan Diplomasi Internasional) dan Siyasah Maliyah

(Sistem Moneter Negara).9

Namun pada penelitian ini hanya terfokus pada kajian Siyasah Dusturiyah,

yang merupakan undang-undang atau peraturan. Pengertian secara umum dari

Siyasah Dusturiyah adalah siyasah yang berhubungan dengan peraturan dasar

tentang bentuk pemerintahan dan batasan kekuasaannya, cara pemilihan kepala,

batasan kekuasaan yang sudah biasa bagi pelaksanaan urusan umat, serta menjalin

hubungan antar penguasa dan rakyat menyangkut hal-hal yang mendasar dari

suatu pemerintahan yaitu keharmonisan bubungan antara warga negara dengan

pemimpinnya untuk memenunhi kebutuhannya.20

Maka sesuai dengan penelitian ini, kajian Siyasah Dusturiyah lebih

menuju pada kepemimpinan yang menurut ahli Fiqh adalah Imamah yang artinya

pemimpin, seperti ketua atau yang lainnya. Imam juga disebut khalifah yaitu

pemimpin tertinggi rakyat dalam menyelesaikan sengketa antar warga, serta

menetapkan aturan ditengan-tengah masyarakat yang sedang berselisih agar

terciptanya kehidupan yang tenteram.

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap kasus yang terjadi di Desa Sriwijaya tersebut.

Maka dalam penelitian ini penulis memilih judul “Analisis Fiqh Siyasah

Terhadap Kewenangan Kepala Desa Dalam Penyelesaian Konflik Konversi

Agama Menurut UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Di Desa

Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang)”

9
Mutiara Fahmi, Prinsip Dasar Hukum Politik Islam Dalam Perspektif Al-Quran, Jurnal:
UIN Ar-Raniry Fakultas Syariah Dan Hukum, (2017), h. 2

5
B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis merumuskan beberapa rumusan masalah

dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut :

1. Bagaimana kewenangan kepala desa dalam penyelesaian konflik

masyarakat desa menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang

Desa di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten

Aceh Tamiang ?

2. Bagaimana analisis Fiqh Siyasah terhadap kewenangan kepala desa

dalam penyelesaian konflik masyarakat di Desa menurut Undang-

Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa di Desa Sriwijaya Kecamatan

Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan utama penelitian ini

adalah :

1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terhadap kewenangan

Kepala Desa dalam penyelesaian konflik masyarakat Desa menurut

Undang- Undang No 6 Tahun 2014 di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota

Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang, sehingga diperoleh uraian

keterangan bagaimana Kepala Desa menjalankan kewenangannya

dalam menyelesaikan konflik masyarakat dari sudut pandang Undang-

Undang yang berlaku.

2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dari sudut pandang Fiqh

Siyasah terhadap kewenangan Kepala Desa dalam penyelesaian

6
konflik masyarakat Desa di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota

Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang, sehingga diperoleh

penjelasan bagaimana Kepala Desa dalam penyelesaian konflik

masyarakat Desa dari sudut pandang Fiqh Siyasah.

D. Manfaat Penelitian

Dari permasalahan di atas, peneliti mengharapkan penelitian ini

bermanfaat baik untuk peneliti sendiri maupun pembaca, adapun untuk dua aspek

yaitu:

1. Secara Teoritis

a. Diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan

tentang analisis terhadap kewenangan kepala desa dalam

menyelesaikan masyarakat Desa, dari sudut pandang hukum positif

dan Fiqh Siyasah.

b. Memberikan tambahan pemikiran dalam mengembangkan dan

menambah khazanah keilmuan hukum Islam mahasiswa Fakultas

Syari’ah dan hukum pada umumnya dan mahasiswa prodi Hukum

Tata Negara.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dan sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan kewenangan kepala desa dan pemerintahan desa.

7
E. Kajian Teoritis

1. Pengertian Fiqh Siyasah

Fiqh secara etimologis berarti “paham yang mendalam”. Bila

“paham” dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah, maka

fiqh berarti paham yang menyampaikan ilmu lahir kepada ilmu batin.

Karena itulah at-Tirmidzi menyebutkan “fiqh tentang sesuatu”, berarti

mengetahui batinnya sampai kepada kedalamannya.10

Secara terminologis fiqh adalah suatu ilmu tentang hukum-

hukum yang sesuai dengan syara’ mengenai amal perbuatan yang

diperoleh dari dalil-dalilnya yang tafshil (terinci, yakni dalil-dalil atau

hukum-hukum khusus yang diambil dari dasar-dasarnya, al-quran dan

Sunnah). Jadi fiqh menurut istilah adalah pengetahuan tentang agama

Islam yang disusun oleh mujtahid yakni orang yang mumpuni dalam

agama Islam untuk ber-ijtihad yang diperolehnya dari sumber al-quran

dan hadist nabi.11

Sedangkan kata siyasah berasal dari kata sasa yang berarti

mengatur, mengurus dan memerintah, memimpin, membuat

kebijaksanaan, pemerintahan dan politik. Siyasah secara terminologis

dalam lisan al-Arab, adalah mengatur atau memimpin sesuatu

dengan cara membawa kepada kemaslahatan. Siyasah adalah ilmu

pemerintahan untuk mengatur tugas dalam negeri dan luar negeri, yaitu

10
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 2
11
Ibid, h. 2

8
politik dalam negeri dan politik luar negeri serta kemasyarakatan,

yakni mengatur kehidupan umum dengan berdasarkan keadilan.12

Dengan demikian dari uraian tentang pengertian fiqh dan

siyasah dari segi etimologis dan terminologis serta definisi-definisi

yang dinyatakan oleh ahli hukum Islam, dapat disimpulkan bahwa

pengertian dari fiqh siyasah adalah‚ suatu ilmu yang mempelajari hal

ihwal dan pengaturan urusanumat dan Negara dengan segala bentuk

hukum, peraturan dan kebijaksanaan yang dibuat oleh pemegang

kekuasaan yang sejalan dengan dasar-dasar ajaran dan syariat untuk

mewujudkan kepada hal yang mendatangkan kebaikan umat.13

2. Ruang Lingkup Fiqh Siyasah

Dikalangan ulama dalam menentukan ruang lingkup fiqh siyasah,

memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari segi pembagian ruang lingkup

fiqh siyasah. Namun perbedaan tersebut tidaklah menjadi patokan dasar

dalam berpikir, karena hanya bersifat teknis saja. Menurut Imam al-

Mawardi, didalam kitabnya yang berjudul al-Ahkam Al-Sulthaaniyyah,

lingkup kajian fiqh siyasah mencakup sebagai berikut :14

a. Siyasah Dusturiyah;

b. Siyasah Maliyah;

c. Siyasah Qadlaiyah;

d. Siyasah Harbiyah

12
Jeje Abdul Rojak, Hukum Tata Negara Islam. Surabaya: UINSA Press. 2014, h. 5
13
Ibid, h. 6
14
Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah (Kontekstual Doktrin Politik Islam), (Jakarta: Gaya
Media Pratama, 2007), h. 5

9
3. Pengertian Siyasah Dusturiyah

Kata dusturi berasal dari bahasa persia yang berarti

seseorang yang memiliki kekuasaan yang sah, baik dalam bidang

politik maupun agama. Setelah mengalami penyerapan ke dalam

bahasa Arab, kata dustur berkembang pengertiannya menjadi

asas dasar atau pembinaan. Menurut istilah, dustur berarti kumpulan

kaidah yang mengatur hal dasar dan hubungan kerja sama antara

sesama anggota masyarakat dalam sebuah negara baik yang tidak

tertulis (konvensi) maupun yang tertulis (konstitusi).15

Siyasah Dusturiyah adalah fiqh siyasah yang membahas

masalah perundang-undangan Negara agar berjalan beriringan dengan

nilai-nilai syariat, dasar tentang bentuk pemerintahan dan batasan

kekuasaannya, cara pemilihan kepala Negara, batasan kekuasaan yang

sudah biasa bagi pelaksanaan urusan umat, serta hubungan antar

penguasa dan rakyat menyangkut hal-hal yang mendasar dari suatu

pemerintahan yaitu keharmonisan/kerukunan bubungan antara warga

negara dengan pemimpinnya untuk memenunhi kebutuhannya. 16

Objek kajian dari siyasah dusturiyah yaitu antara lain:

a. Siyasah tasyri’iyah, termasuk didalamnya persoalan ahlu

al-hall wa al-‘aqdi, perwakilan rakyat. Hubungan muslimin

dengan non muslim di suatu negara.

b. Siyasah tanfidiyah, yang didalamnya termasuk persoalan

imamah, baiat, wizarah, wali al ahdi.

15
Ibid, h. 5
16
Jeje Abdul Rojak, Hukum Tata Negara Islam.., 4

10
c. Siyasah idariyah, termasuk didalamnya yaitu masalah-

masalah administratif dan kepegawaian.

4. Pengertian Imamah (Khalifah)

Dalam terminologi Islam, istilah pemimpin tertinggi disebut

dengan khalifah, imam dan amir. Arti kata khalifah, yang bentuk

jamaknya khulafa’ dan khalaf yang berasal dari kata khalafa adalah

‚pengganti‛ yaitu seseorang yang menggantikan tempat orang lain

dalam beberapa persoalan. Dalam ensiklopedia Inggris, khalifah berarti

wakil (deputy) pengganti (successor) atau penguasa (vicegerent).

Dalam ensiklopedi Indonesia khalifah adalah istilah ketatanegaraan

Islam dan berarti kepala Negara atau pemimpin tertinggi umat Islam.17

Menurut istilah, khalifah adalah pemimpin yang menggantikan

posisi Nabi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab umum

terhadap pengikut agama ini untuk membuat manusia tetap mentaati

segala aturan-Nya yang mempersamakan orang lemah, orang kuat,

orang mulia, dan orang hina dihadapan kebenaran sebagai khalifah

Rasul dalam memelihara dan mengatur dunia. Dengan demikian dapat

dikatakan, kata khalifah yang berarti “pengganti” telah berkembang

menjadi sebutan bagi pemimpin masyarakat muslim.18

Al Mawardi menyebutkan bahwa keberadaan imamah ini untuk

menggantikan kenabian dalam rangka memelihara agama dan

mengatur kehidupan dunia. Sependapat dengan itu Abd Al

17
Jeje Abdul Rojak, Hukum Tata Negara Islam.., h. 35.
18
Suyuthi Pulungan, Fikih Siyasah: Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran.., h. 52

11
Qadir’Audah dalam Muhammad Iqbal mendefiniskan bahwa khilafah

atau imamah adalah kepemimpinan umum umat muslim dalam

persoalan kehidupan dan keagamaan untuk menggantikan nabi

Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan agama dan memelihara

segala hal yang wajib dilaksanakan oleh segenap umat Islam.19

5. Gambaran Umum Desa Sriwijaya Kecamatan Kota

Kualasimpang.

Desa Sriwijaya, Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten

Aceh Tamiang merupakan salah satu tempat yang terletak di Provinsi

Aceh yang memiliki luas wilayah 1.12 Km2. Pembagian wilayah di

Desa Sriwijaya terbagi menjadi tiga Dusun, yaitu Dusun Karya, Dusun

Bakti dan Dusun Sedar. Kondisi geografis Desa Sriwijaya dekat

dengan daerah perkotaan, Desa Sriwijaya juga sangat strategis dengan

tempat- tempat umum seperti puskesmas, sekolah baik Negeri ataupun

Swasta, tempat belajar non formal, pasar dan masih banyak lagi yang

dapat dijangkau masyarakat.20

Berdasarkan data administrasi pemerintah, penduduk Desa

Sriwijaya terdiri dari 628 KK, dengan jumlah total penduduk 3.117

jiwa, dengan rincian 1.534 laki-laki dan 1.583 perempuan. Jumlah

penduduk dari tahun ke tahun yang selalu mengalami peningkatan,

yang tidak lain disebabkan oleh banyaknya pasangan yang baru

19
Ibid, h. 53
20
Profil Desa Sriwijaya Kec. Kota Kualasimpang. Kab. Aceh Tamiang

12
menikah, memiliki anak dan memutuskan tinggal di Desa Sriwijaya.

Maka secara otomatis akan menambah banyaknya jumlah penduduk.92

Saat ini pemerintahan Desa Sriwijaya dipimpin oleh Kepala

Desa yang bernama Bapak Ismail Lubis serta dibantu oleh perangkat

desa dengan tugas Sekretaris Desa, Kepala Urusan Umum, Kepala

Urusan Keuangan, Kepala Seksi Pemerintahan, Kepala Seksi

Perencanaan, Kepala Seksi, Kesejahteraan Rakyat, Kepala Seksi

Pelayanan, Kepala Dusun.

6. Kewenangan Kepala Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa

Kepala Desa adalah penguasa tunggal dalam pemerintahan

Desa. Bersama-sama dengan pembantunya ia merupakan Perangkat

Desa yang merupakan pelaksana dan penyelenggara rumah tangga

Desa. Disamping itu, ia menyelenggarakan urusan-urusan

pemerintahan Desa. Ia tetap memiliki batasan- batasan tertentu dalam

melaksanakan tugasnya. Dengan kata lain ia tidak dapat menuruti

keinginannya sendiri dalam mengurus Pemerintahan Desa. 21

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 84 Tahun 2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja

Pemerintah Desa, dijelaskan bahwa pada Pasal 1 Ayat (5)‚ Kepala

Desa atau sebutan lain adalah pejabat Pemerintah Desa yang

mempunyai wewenang, tugas dan kewajiban untuk menyelenggarakan

21
Surianingrat Bayu, Pemerintahan Administrasi Desa Dan Kelurahan, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 1992), h. 81

13
rumah tangga Desanya dan melaksanakan tugas dari Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.22

Jabatan Kepala Desa tidak bersifat keturunan, melainkan

jabatan yang didapat dari pemilihan oleh dan dari penduduk Desa.

Kepala Desa diangkat oleh Pemerintahan Desa tingkat 1, selanjutnya

Pemerintahan Desa tingkat 1 menentukan syarat-syarat untuk menjadi

Kepala Desa, menentukan siapa yang boleh memilih, dipilih, serta

bagaimana cara pemilihannya. Usia minimal Kepala Desa adalah 25

tahun, dan ia berpendidikan paling rendah SLTP dan termasuk

penduduk Desa setempat. Penyelenggara Pemilihan Kepala Desa

dilakukan oleh Panitia Pemilihan yang dibentuk oleh BPD yang

beranggotakan dari perangkat Desa, pengurus lembaga

kemasyarakatan dan tokoh masyarakat. Setiap Desa memiliki cara

yang bervariasi dalam melaksanakan pemilihan Kepala Desa.23

Dalam menjalankan tugasnya, seorang Kepala Desa memiliki

wewenang untuk melakukan perbuatan bagi Desa yang dipimpinnya.

Sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang

Desa dalam Pasal 26:

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Kepala Desa berwenang :24

a) Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b) Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;

22
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015 Tentang
Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa
23
Surianingrat Bayu, Pemerintahan Administrasi Desa Dan Kelurahan.., h. 82
24
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Pasal 26

14
c) Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d) Menetapkan Peraturan Desa;

e) Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;

f) Membina kehidupan masyarakat Desa;

g) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;

h) Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta

mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala

produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa;

i) Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan

negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l) Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m) Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;

n) Mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

o) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Tugas Kepala Desa secara hukum memiliki tanggung jawab yang

besar, oleh karena itu dalam melaksanakan tanggung jawab secara efektif

harus ada penunjukan hak dan kewajiban kepada pembantunya atau

memberikan arahan yang bertujuan untuk membantu Kepala Desa dalam

melaksanakan tugas pemerintahan kemasyarakatan sebagai pemimpin

15
Desa. Termasuk ketika menyelesaikan perselisihan masyarakat Desa,

seorang Kepala Desa tidak sendirian terjun ke tempat kejadian

permasalahan. Ia dibantu oleh beberapa perangkat Desa untuk menemui

pihak-pihak yang tengah berselisih. Disamping seorang Kepala Desa

memiliki pembantu dalam tugasnya, tapi dalam menentukan proses

penyelesaian masalah hingga pengambilan keputusan atas suatu masalah ia

tidak bisa melakukan sendirian, dikarenakan menyangkut kesejahteraan

masyarakatnya. Sehingga, Kepala Desa dibantu dalam menentukan

penyelesaian.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis socio legal research yakni penelitian sosial

hukum yang dilakukan dalam kehidupan sebenarnya terhadap Kewenangan

Kepala Desa Dalam Menyelesaikan Konflik Masyarakat Desa. Jenis penelitian ini

merupakan suatu jenis penelitian yang meneliti obyek di lapangan untuk

mendapatkan data dan gambaran yang jelas dan konkrit tentang hal-hal yang

berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Sebelum menentukan lokasi penelitian, peneliti telah melakukan observasi

ke beberapa Desa untuk melihat kejadian konflik masyarakat Desa yang pernah

terjadi dan diselesaikan oleh Kepala Desa, dari beberapa informasi yang

diperoleh, sebagian tentang konflik yang sama dengan objek penelitian terdahulu

sehingga peneliti berpikir untuk membuat penelitian yang berbeda dari

sebelumnya.

16
Maka peneliti lebih tertarik untuk memilih konflik yang pernah terjadi di

Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang. Lokasi

tersebut dipilih peneliti karena pernah terjadi suatu permasalahan warga Desa

yang menimbulkan perselisihan antar warga, sehingga menyebabkan Kepala Desa

harus turun tangan untuk meredakan permasalahan tersebut. Yaitu permasalahan

pemakaman warga yang sebelumnya beragama Islam namun pindah keyakinan ke

agama Kristen dan meninggal dalam keadaan masih beragama kristen.

Untuk memberikan deskripsi yang baik, dibutuhkan rangkaian langkah-

langkah yang sistematis, sebagai berikut:

1. Data Yang Dikumpulkan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan di atas,

maka data yang akan ditampilkan adalah data yang diperlukan antara lain:

a. Data mengenai profil Desa;

b. Data mengenai kependudukan Desa;

c. Data mengenai tugas-tugas Kepala Desa;

d. Data mengenai permasalahan yang pernah diputuskan oleh Kepala

Desa beserta perangkat Desa.

e. Undang-Undang No 6 Tahun 2014 Tentang Desa

2. Sumber Data

Sumber data adalah sumber dari mana data akan digali untuk

penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Dua

jenis sumber data yang biasa digunakan dalam penelitian, yaitu sumber

17
data primer dan sekunder. Adapun sumber data yang dipakai peneliti

adalah sebagai berikut :25

a. Sumber Primer

Adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh

langsung dari sumbernya. Sumber data yang digunakan yaitu hasil

wawancara dari sumber informasi utama yaitu Kepala Desa Sriwijaya,

dan beberapa perangkat desa yang dapat memberikan informasi rinci

untuk kebutuhan penelitian ini .26

b. Sumber Sekunder

Adalah berbagai informasi yang diperoleh tidak langsung dari

sumbernya, yaitu berbagai karya ilmiah, buku serta sumber lain yang

berhubungan dengan tujuan penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adalah teknik pengumpulan data yang secara nyata dalam

penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung di

lapangan yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dibahas. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data,

yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data esensial dalam

suatu penelitian terlebih dalam penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan

25
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), h. 94
26
Ibid, h. 95

18
data ini yaitu peneliti mengamati dan mencatat wawancara tentang konflik

dan penanganan kasus yang pernah terjadi dan diselesaikan oleh Bapak

Kepala Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh

Tamiang.27

b. Wawancara

Metode wawancara disini adalah suatu kegiatan Tanya jawab

dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara dengan narasumber

tentang masalah yang diteliti. Dalam melakukan wawancara, peneliti

menggunakan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara

juga dilakukan secara terbuka pada saat aktivitas narasumber berlangsung.

Hasil wawancara nanti akan didokumentasikan sendiri oleh peneliti.

Peneliti melakukan tanya jawab dengan Kepala Desa Sriwijaya, Bapak

Ismail Lubis dan Bapak Kepala Urusan Kesejahteraan yaitu Bapak

Baharuddin, beliau lah yang turun ke lapangan ketika terjadi permasalahan

warga-warganya sehingga sangat tepat untuk dijadikan narasumber.28

4. Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, penelitian ini selanjutnya dilakukan

pengolahan data dengan tahapa-tahapan sebagai berikut :29

27
Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013),. 96
28
Ibid, h. 90
29
Ibid, h. 92

19
a. Editing

Yaitu memeriksa kembali dari semua data yang diperoleh terutama

dari segi kelengkapannya, antara data dan relevansi peneliti. Salah satu hal

yang terdapat pada proses editing yaitu memeriksa jawaban yang diajukan,

apakah sudah sesuai dengan kebenaran atau tidak, sebelum diproses lagi.

Teknik ini digunakan untuk memeriksa kembali data-data yang sudah

terkumpul. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil data Analisis

Fiqh Siyasah Terhadap Kewenangan Kepala Desa Dalam

Menyelesaikan Konflik Konversi Agama Masyarakat Desa Menurut

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus di Desa

Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang).

b. Organizing

Yaitu menyusun kembali data yang telah didapat dalam penelitian

yang diperlukan, dan yang sudah direncanakan dalam rumusan masalah.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menyusun kembali data Analisis Fiqh

Siyasah Terhadap Kewenangan Kepala Desa Dalam Penyelesaian Konflik

Konversi Agama Di Masyarakat Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 Tentang Desa (Studi Kasus Di Desa Sriwijaya Kecamatan

Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang) sesudah melalui proses

editing.

20
5. Teknik Analisis Data

Adalah proses dimana data pada penelitian ini diolah dengan

metode Deskriptif Analisis. Dan dengan menggunakan pola pikir deduktif.

Pada penelitian mendeskripsikan kewenangan Kepala Desa dengan

berlandaskan dasar hukum dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2014

Tentang Desa dan Fiqh Siyasah di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota

Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang.30

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dibutuhkan agar penelitian lebih mudah dipahami

dan sistematis dalam penyusunannya, dan tidak keluar dari jalur yang sudah

ditentukan oleh peneliti, maka peneliti membagi dalam lima bab penelitian

sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teoritis, metode penelitian

metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II berisi landasan teori landasan teori fiqh siyasah, pada bab ini akan

diuraikan tentang teori fiqh siyasah meliputi definisi, ruang lingkup, fiqh siyasah

termasuk siyasah dusturiyah.

Bab III berisi tentang Kewenangan Kepala Desa Dalam Menangani

Konflik Masyarakat Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa.

30
Ibid, h. 92

21
Bab IV merupakan analisis terhadap data penelitian yaitu Analisis

Kewenangan Kepala Desa Dalam Menyelesaikan Konflik Konversi Agama

Masyarakat Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

Dalam Perspektif Fiqh Siyasah (Studi Kasus di Desa Sriwijaya Kecamatan Kota

Kualasimpang Kabupaten Aceh Tamiang).

Bab V bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari

pembahasan dan kritik saran.

22
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mawardi, Imam. Al-Ahkam As-Sulthaniyyah: Hukum-Hukum


Penyelenggaraan Negara Dalam Syariat Islam. (Fadli Bahri). Bekasi: PT
Darul Falah, 2012
Bayu, Surianingrat Bayu. Pemerintahan Administrasi Desa Dan Kelurahan.
Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1992
Djazuli. Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat Dalam Rambu-Rambu
Syariah. Jakarta: Kencana, 2017
Fahmi, Mutiara. “Prinsip Dasar Hukum Politik Islam Dalam Perspektif Al-
Quran”. Jurnal: UIN Ar-Raniry Fakultas Syariah dan Hukum, 2017
Hadjon, Philipus M, dkk. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta:
Gajah University Press, 2008
Nurcholis, Hanif. Pertumbuhan Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015
Profil Desa Sriwijaya Kecamatan Kota Kualasimpang, Kabupaten Aceh Tamiang,
Provinsi Aceh
Pulungan, Suyuthi. Fikih Siyasah: Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran. Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2014
Rojak, Jeje Abdul. Hukum Tata Negara Islam. Surabaya: UINSA Press, 2014.
Subagio Joko. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta , 2004
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Welly, Anthonius. Implementasi Undang-undang No.6 Tahun 2014 tentang Desa,
eJournal Ilmu Pemerintahan, No. 2,Volume 4, 2016.

Anda mungkin juga menyukai