1. Tahap Germinal Tahap germinal, mengacu pada waktu dari pembuahan, pengembangan embrio awal hingga implantasi selesai di dalam rahim. Tahap germinal memakan waktu sekitar 10 hari.. Selama tahap ini, zigot (yang didefinisikan sebagai embrio karena mengandung materi genetik yang lengkap) mulai membelah dalam proses yang disebut dengan pembelahan (cleavage). Sebuah blastocyst (blastosit) kemudian terbentuk dan tertanam di dalam rahim Tahap – tahap Germinal adalah sebagai berikut : 1.1. Fertilisasi (Pembuahan) Fertilisasi terjadi ketika spermatozoon telah berhasil memasuki sel telur dan dua set materi genetik yang dibawa oleh gamet melebur sehingga terbentuk zigot (sel diploid tunggal). Proses ini biasanya terjadi di ampula dari salah satu saluran tuba. Pembuahan berhasil diaktifkan oleh tiga proses yang juga bertindak sebagai kontrol untuk memastikan kekhususan (ciri khas) spesies. Pertama adalah kemotaksis yang mengarahkan pergerakan sprma menuju ke sel telur. Kedua, adalah adanya kompatibilitas perekat antara sel sprma dan sel telur. Pada saat sel sprma menempel pada sel telur proses ketiga berlangsung, proses ini berupa terjadinya reaksi akrosom; bagian kepala depan spermatozoon dibatasi oleh akrosom yang mengandung enzim pencernaan yang berfungsi memecah zona pelusida sehingga memungkinkan masuknya spermatozoon ke dalam sel telur (ovum). Masuknya sprma menyebabkan pelepasan kalsium yang akan menghambat masuknya sel-sel sperma lainnya. Reaksi paralel terjadi di dalam ovum disebut reaksi zona (zona reaction). Reaksi ini memicu pelepasan butiran kortikal yang melepaskan enzim yang mencerna protein reseptor sprma, sehingga mencegah polispermia. Granula juga berfusi (melebur) dengan membran plasma dan memodifikasi zona pelusida sedemikian rupa untuk mencegah masuknya sprma lebih lanjut. Zigot mengandung materi genetik gabungan yang dibawa oleh kedua gamet jantan dan betina yang terdiri dari 23 kromosom dari inti sel telur dan 23 kromosom dari inti sprma. Kromosom yang berjumlah 46 tersebut akan mengalami perubahan sebelum terjadinya pembelahan mitosis yang mengarah pada pembentukan embrio yang memiliki dua sel. 1.2. Pembelahan (Cleavage) Terjdinya pembelahan pertama menandai awal dari proses pembelahan yang dilanjutkan dengan pembelahan dua sel pertama dengan mitosis untuk menghasilkan empat sel yang kemudian membelah menjadi delapan sel dan seterusnya. Ini merupakan proses yang berjalan lambat dan memakan waktu 12 sampai 24 jam untuk masing-masing pembelahan. Sel-sel yang disebut dengan blastomer (“blastos” bahasa Yunani untuk kecambah) tersebut masih tertutup oleh membran kuat berupa glikoprotein (disebut zona pelusida) dari ovum yang berhasil ditembus oleh spermatozoon. Zigot (lebih besar dibandingkan dengan sel lain) mengalami pembelahan lebih lanjut, mengalami peningkatan jumlah sel-sel tanpa peningkatan ukuran zigot awal. Hal ini berarti bahwa, proporsi materi genetik pada nuklear (inti sel) lebih besar bila dibandingkan pada sitoplasma dalam setiap sel. Ketika delapan blastomer telah terbentuk mereka dibedakan dan dikumpulkan ke menjadi sebuah bola, dan ketika sel-sel berjumlah sekitar enam belas atau tiga puluh dua, bola padat sel-sel tersebut disebut amorula. Pada tahap ini sel-sel mulai terikat bersama-sama dalam proses yang disebut pemadatan, dan proses pembelahan terus terjadi hingga dimulainya tahapan diferensiasi seluler. 1.3. Blastulasi Pembelahan adalah tahap pertama dalam blastulasi, blastulasi adalah proses pembentukan blastocyst. Sel-sel berdiferensiasi menjadi lapisan luar sel, trophoblast (tropoblas), dan massa sel bagian dalam. Dengan pemadatan lanjutan, trophoblast (blastomer terluar) menjadi tidak bisa dibedakan, dan masih tertutup di dalam zona pelusida. Pemadatan ini berfungsi untuk membuat struktur kedap air karena sel-sel nantinya akan mengeluarkan cairan. Massa dalam sel terdiferensisasi menjadi embryoblast dan berpolarisasi di salah satu ujungnya. Embryoblast (embrioblas) kemudian mendekat bersama-sama dan membentuk gap junction untuk memfasilitasi komunikasi seluler. Polarisasi ini meninggalkan rongga, yang disebut dengan blastsosol (blastocoel) yang kini disebut blastocyst. (Pada hewan selain mamalia, bagian ini disebut blastula). Trophoblast mengeluarkan cairan ke blastosol tersebut. Pada saat ini ukuran blastocyst telah meningkat sehingga membuatnya 'menetas' melalui zona pelusida yang kemudian hancur. Massa sel dalam akan mengembangkan embrio yang terdiri atas, amnion, yolk sac (kantung kuning telur) dan alantois, sedangkan bagian janin plasenta akan terbentuk dari lapisan trophoblast luar. Embrio dengan semua lapisan membrannya disebut konseptus dan pada tahap ini konseptus berada di dalam rahim. Zona pelusida akhirnya menghilang sepenuhnya, sehingga sel-sel trophoblast yang terpapar memungkinkan blastocyst untuk menempelkan dirinya sendiri ke endometrium, di mana blastocyst akan melakukan implantasi. 1.4. Implantasi Setelah ovulasi, lapisan endometrium berubah menjadi lapisan sekretori untuk persiapan menerima embrio. Lapisan ini akan menebal dan memiliki kelenjar sekresi yang memanjang, dan semakin vaskular. Lapisan pada rongga rahim (atau rahim) ini sekarang dikenal sebagai desidua dan menghasilkan banyak sel-sel desidual besar di dalam jaringan interglandular. Trophoblast kemudian berdiferensiasi menjadi lapisan dalam, sitotrophoblast dan lapisan luar (sinsitiotrophoblast). Sitotrophoblast (sitrofoblas) berisi sel-sel epitel kuboid yang memiliki batas-batas sel (merupakan sumber dari pembelahan sel) dan sinsitiotrophoblast (sinsitiotrofoblas) adalah lapisan tanpa batasan sel. Sinsitiotrophoblast mengimplan blastocyst pada epitel desidua, dengan menggunakan proyeksi vili korionik membentuk bagian embrionik dari plasenta. Plasenta berkembang setelah blastocyst tertanam, dan menghubungkan embrio ke dinding rahim. Desidua di sini disebut sebagai desidua basalis dan terletak antara blastocyst dan miometrium dan membentuk bagian maternal plasenta. Proses implantasi dibantu oleh enzim hidrolitik yang mengikis epitel. Sinsitiotrophoblast juga memproduksi Human Chorionic Gonadotropin (hCG), hormon yang merangsang pelepasan progesteron dari korpus luteum. Progesteron memperkaya rahim dengan lapisan tebal pembuluh darah dan kapiler sehingga dapat mempertahankan perkembangan embrio. Vili mulai bercabang dan mengandung pembuluh darah embrio. Arteri pada daerah desidua direnovasi untuk meningkatkan aliran darah dari ibu ke dalam ruang intervilus di dalam plasenta, sehingga memungkinkan berlangsungnya pertukaran gas serta transfer nutrisi ke embrio. Produk limbah dari embrio akan berdifusi melintasi plasenta . Seiring sinsitiotrophoblast mulai menembus dinding rahim, massa sel dalam / inner cell mass (embrioblast) juga turut berkembang. Massa sel dalam adalah sumber dari sel induk embrionik, yang bersifat pluripotent dan dapat berkembang menjadi salah satu dari tiga lapisan sel germinal. 2. Gastrulasi Embryoblast membentuk sebuah disc embrionik yang merupakan disc bilaminar yang terdiri dari dua lapisan, lapisan bagian atas epiblast (ektodermis primitif) dan lapisan bawah hypoblast (endoderm primitif). Disc ini membentang antara daerah yang nantinya akan menjadi rongga amnion dan kantung kuning telur (yolk sac). Epiblast yang berdekatan dengan trophoblast terbuat dari sel-sel kolumnar, sedangkan hypoblast yang paling dekat dengan rongga blastocyst terbuat dari sel-sel kuboid. Epiblast bermigrasi jauh ke bawah dari trophoblast, membentuk rongga ketuban ; lapisan yang terbentuk dari amnioblast yang dikembangkan dari epiblast. Hypoblast didorong ke bawah dan membentuk lapisan kantung kuning telur / yolk sac (rongga exocoelomic). Beberapa sel hypoblast bermigrasi sepanjang lapisan dalam sitotrophoblast yang ada pada blastocoel dan sambil mensekresi matriks ekstraseluler sepanjang perjalanannya. Sel-sel hypoblast dan matriks ekstraseluler ini disebut membran Heuser (atau membran exocoelomic), membran ini menutupi blastocoel untuk membentuk kantung kuning telur (atau rongga exocoelomic). Sel-sel dari epiblast yang bermigrasi di sepanjang tepi luar retikulum dan membentuk mesoderm ekstraembrionik, hal inilah yang membuat sulit untuk mempertahankan retikulum ekstraembrionik. Sesaat setelah itu kantong terbentuk di retikulum, yang akhirnya akan bergabung membentuk rongga chorionic atau coelom ekstraembrionik . Alur primitif adalah garis linear sel yang dibentuk oleh migrasi epiblast. Pada saat alur ini muncul, maka akan menandai awal proses gastrulasi, yang berlangsung sekitar enam belas (minggu ke-3) setelah pembuahan. Proses gastrulasi mereorganisasi embrio dua lapis menjadi embrio tiga lapis, dan juga memberikan orientasi dorsal-ventral dan anterior-posterior yang spesifik pada embrio, melalui alur primitif yang menetapkan simetri bilateral. Sebuah node primitif (atau simpul primitif) terbentuk di depan alur primitif yang merupakan pengatur terjadinya neurulasi. Sebuah lubang primitif terbentuk sebagai akibat dari depresi di tengah simpul primitif yang menghubungkan ke notochord yang terletak tepat di bawahnya. Simpul telah muncul dari epiblast pada lantai rongga amnion, dan simpul inilah yang menginduksi pembentukan lempeng neural yang berfungsi sebagai dasar untuk pembentukan sistem saraf. Piringan saraf akan terbentuk berlawanan dengan alur primitif dari jaringan ektodermal yang mengental dan merata ke piringan saraf. Epiblast di daerah tersebut bergerak ke bawah menuju alur yang berada pada lubang primitif, proses ini disebut ingresi. Ingresi mengarah pada pembentukan mesoderm.Sel-sel dari epiblast bergerak menuju alur primitif bersamaan dengan proses transisi mesenkim epiteliel; sel-sel epitel menjadi sel-sel punca mesenkim (sel-sel yang bersifat multipotent dan dapat berdiferensiasi menjadi berbagai macam jenis sel. HYPOBlast akan didorong keluar dan membentuk amnion. Epiblast terus bergerak dan membentuk lapisan kedua (mesoderm). Epiblast pada saat ini telah terdiferensiasi menjadi tiga lapisan germinal dari embrio, dan piringan yang tadinya bilaminar menjadi trilaminar (gastrula). Ketiga lapisan germinal adalah ektoderm, mesoderm dan endoderm, dan terbentuk sebagai tiga cakram datar yang tumpang tindih. Dari tiga lapisan ini, semua struktur dan organ- organ tubuh akan diperoleh melalui proses histogenesis dan organogenesis. Lapisan atas (ektoderm) akan berdiferensiasi menjadi lapisan terluar kulit, sistem saraf pusat dan perifer, mata, telinga bagian dalam, dan banyak jaringan ikat. lapisan tengah (mesoderm) akan berdiferensiasi menjadi jantung dan awal dari sistem peredaran darah serta tulang, otot dan ginjal. Lapisan dalam (endoderm) akan berfungsi sebagai titik awal untuk pengembangan paru-paru, usus dan kandung kemih. Setelah ingresi, blastopore akan berkembang pada sel-sel yang telah teringresi pada satu sisi embrio dan menjadi arkenteron (tahap formatif pertama dari usus). Blastopore menjadi anus serta membentuk kolom usus melalui sisi lain embrio di mana terjadi pembukaan yang akan menjadi mulut. Dengan berfungsinya tabung pencernaan, proses grastulasi telah selesai dan tahap neurulasi akan dimulai. 3. Neurulasi Setelah gastrulasi, ektoderm akan mengembangkan jaringan epitel dan saraf, dan gastrula ini sekarang disebut sebagai neurula. Pelat saraf yang telah terbentuk sebagai piringan yang menebal dari ektoderm, terus meluas dan ujung-ujungnya mulai melipat ke atas sebagai lipatan saraf. Neurulasi mengacu pada proses pelipatan ini, dimana lempeng saraf (neural) diubah menjadi tabung saraf (neural tube). Piringan saraf akan melipat sepanjang alur saraf dangkal yang telah terbentuk sebagai garis median pembagi di dalam pelat saraf. Proses ini akan terus melipat ke dalam hingga mendapatkan tinggi tertentu dimana pringan saraf tersebut akan bertemu dan berdekatan. Nerupore tengkorak (kranial) dan ekor (kaudal) menjadi semakin kecil sampai mereka menutup sepenuhnya (hari ke-26) dan membentuk tabung saraf (neural tube).
B. KELAINAN PERKEMBANGAN EMBRIO
Kelainan perkembangan janin sebagai akibat dari gagalnya proses pembuahan disebut malformasi. Kelainan ini menyebabkan hilangnya sama sekali atau sebagian dari struktur atau perubahan – perubahan konfigurasi normal. Contohnya : achondroplasia, hydrochepalus, ichiyosis congeneta.