Anda di halaman 1dari 6

HUKUM BISNIS

PERTEMUAN 2

A. SUBJEK DAN OBJEK HUKUM


Subjek Hukum
Dalam dunia hukum perkataan orang (Person) berarti pembawa hak, yaitu
sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban dan disebut subjek hukum. Subjek
Hukum terdir dari:
1. Manusia (Natuurlijke person)
2. Badan Hukum (Rechtpersoon)
Ada beberapa golongan orang yang oleh hukum telah dinyatakan” Tidak
cakap” atau “ Kurang cakap” untuk bertindak sendri dalam melakukan perbuatan
– perbuatan huku.
Untuk itu mereka harus mewakili dalam melakukan perbuatan –perbuatan
hukum, orang yang tidak cakap untuk elakuakn sendiri perbuatan hukum
diantaranya:
1. Orang yang masih dibawah umur
2. Orang yang tidak sehat pikirannya
3. Orang yang dibawah pengampuan (curatele)
4. Orang perempuan dalam pernikahan ( Wanita Kawin)
Objek Hukum
Yang dimaksud objek hukum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum dan dapat menjadi objek suatu perhubungan hukum.
Biasanya Objek yang dimaksud adalah “benda” Menurut KUH perdata Benda
adala; segala barang dan hak –hak yang dapat dimiliki orang. Menurut KUHP
Perdata benda dibagi dalam;
1. Benda berwujud ( segala sesuatu dapta diraba oleh pancaindera seperti;
rumah, buku dan lain-lain);
2. Benda tidak berwujud (segala macam hak, seperti hak cipta, hak merek
dan lain sebagainya);
Benda Bergerak dibedakan menjadi:

1. Benda bergerak karena sifatnya (Pasal 509 KUH Perdata) artinya benda
yang dapat dipindahkan atau pindah dengan sendirinya. Contoh : meja,
kursi, mobil, dan lainnya
2. Benda bergerak karena Undang –undang (Pasal 511 KUH Perdata) atrinya
hak –hak atas benda bergerak. Contoh : Hak memungut hasil atas benda
bergerak, dan hak pemakaian, dan lain-lain

Benda tidak bergerak, dibedakan menjadi;

1. Benda tidak bergerak karena sifatnya. Contohnya: Tanah dan yang


melekat diatasnya
2. Benda tidak bergerak karena tujuannya. Contohnya: mesin alat –alat yang
dipakai oleh pabrik.

Yang dimaksud dengan kebendaan (Kitab undang –undang uku perdata)


adalah segala sesuatu yang dapat dikuasai dengan hak milik tanpa memperdulikan
jenis wujudnya.

B. SUMBER DAN SISTEM HUKUM


Sumber hukum segala apa yang menimbulkan aturan –aturan hukum
mempunyai kekuatan memaksa dan kalau dilanggar mengakibatkan sanksi
(hukuman) yang tegas dan nyata.
Macam – macam Sumber Hukum:
1. Sumber hukum dalam arti luas ( materil ) ditinjau dari aspek sejarah,
filsafat dan ekonomi.
2. Sumber Hukum dalam arti sempit (formil) Undang –Undang, kebiasaan
(custom), Traktat, Jurisprudensi, dan doktrin.
Sedangkan yang dimaksud dengan sistem hukum adalah seperangkat aturan
hukum mengatur segala pranata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, membentuk suatu ketentuan yang utuh sehingga tidak terjadi kontradiksi
antar ketentuan hukum.
Macam –macam sistem hukum:
1. Common Law Legal System
Sistem hukum ini memberi peran kepada kebasaan/ adat istiadat yang berlaku
umum dan agar selalu dapat menyesuaikan diri pada perkembangan
berlaku umum dan agar selalu dapat menyesuaikan disi pada
perkembangan dan kemajuan zaman, tidak memerlukan aturan hukum
tertulis yang lengkap, sempurna dan dikodefikasi.
2. Socialist Law Legal Sytem
Dalam sistem ini, hukum dibentuk dan ditegakkan peerintah negara selaku
pemegang kekuasaan politik dan absolut dan otoriter untuk melaksanakan
kehendak para penguasa negara, dimana badan peradilan
bersidang berdasarkan tuntutan jaksa atas dalih melanggar kepentingan
negara (rakya banyak).
3. Islamic Law (Qonun) Legal System
Dalam sistem ini, hukum mengatur hubungan manusia dengan Allat SWT
(ibadah) dan hubungan antar manusia (muamallah) yang wajib. Makruh,
sunnah untuk dilaksanakan serta sanksi bagi perbuatan yang haram bukan
hanya untuk perbuatan yang haram bukan hanya untuk pembalasan atau
memperbaiki moral perilakunya tapi demi kesempurnaan hidup didunia.
4. Civil Law Legal System
Dalam sistem ini, yang lebih diutamakan adalah aturan hukum tertulis
yang lengkap, sempurna, dan dikodefikasi (dibukukannya satu jenis
hukum secara sistematis dan lengkap dalam satu kitab undang –undang
demi kepastian, kesederhanaan dan kesatuan hukum).

C. PEMBIDANGAN HUKUM
1. Azas Hukum dan Perundang –undangan
a. Setiap peraturan huku harus senantiasa dapat dikembalikan kepada
dasar filosofinya
b. Peraturan yang dibuat penguasa yang kedudukannya lebih tinggi
mempunyai kedudukan hukum yang lebih tinggi pula.
c. Lex specialis derogat lex generalis (suatu peraturan perundang –
undangan bersifat khusus menegsampingkan perundang –undangan
yang bersifat umum).
d. Lex posteriore derogat lex priori ( peraturan perundang –undangan
yang kemudian menyishka peraturan perundang –undangan yang
terdahulu)
e. Tribuere suum siuque (memberikan hak kepada orang lain apa yang
menjadi hak sendiri)
f. Presumption of innocense (azas praduga tak bersalah)
g. In dubio pro reo (dalam keadaan yang meraukan, hakim harus
mengambil keputusan yang menguntungkan terdakwa)
h. Asa perundang –undangan tidak boleh diganggu gugat (hak uji
hanya ada pada MA da MK)
i. Nullum delictum nulla poena sine praevia lege peonali (legalitas)
j. Ne bis idem (suatu perkara yang sama, yang sudah putus tidak
boleh diperiksa dan diputus lagi untuk kedua kalinya)
2. Masa Berlaku suatu Undang –undang:
Undang –undang berlaku sejak dimuat / diundangkan dalam lembaran
negara (LN), sedangkan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran
Negara (TLN) dan Peraturan Daerah (LD) sedangkan penjelasannya dalam
Tambahan Lembaran Daerah (TLD)
3. Suatu Undang-undang tidak berlaku lagi:
a. Karena sudah lewat waktu berlaku yang ditetapkan undang –
undang itu,
b. Sudah tidak ada lag keadaan untuk mana undang –undang dibuat
c. Dinyatakan tegas tidak berlaku oleh lembaga pembentuk undang –
undang / mahkamah konstitusi
d. Karena telah dibentuk undang –undag baru yang isinya berbeda

D. MAZHAB –MAZHAB DALAM HUKUM


1. Mazhab Hukum Alam :
Hukum mengikat dan dipatuhi / ditaati karea merupakan pernyataan pikiran
(akal) manusia mengenai perbuatan sesuai kodrat manusia
2. Mazhab Sejarah;
Hukum mengikat dan dipatuhi/ ditaati karena tumbuh ditengah masyarakat
sebagai penjelmaan dan kehendak, jiwa , rohani rakyat (Volkgeist) dan
akan lenyap jika bangsa itu hilang kepribadiannya.
3. Teori Teokrasi;
Hukum mengikat dan dipatuhi / ditaati karena berasal dari kehendak (perintah
dan larangan) Tuhan YME
4. Teori Kedaulatan Rakyat:
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena merupakan kehendak seluruh
rakyat berdasarkan perjanjian rakyat (social, dan contract)
5. Teori kedaulatan Negara
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena dikehendaki oleh negara yang
kekuasaannya tidak terbatas.
6. Teori Keseimbangan
Hukum mengikat dan dipatuhi/ditaati karena selain memenuhi rasa
keadilan orang terbanyak, mampu, berfungsi nyata, juga menjadi dasar
menetapkan san mengatur apakah seseorang akan mendapat keuntungan/
kerugian, karena setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam
hukum dan wajib menjunjung hukum dengan tidak ada kecualinya.

E. HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI


Mencari keuntungan merupakan usaha yang sah –sah saja, tetapi yang
terpenting dalam menjalankan usaha tersebut tidak mengesampingkan hukum,
melanggar hukum atau sering disebut dengan istilah Legal or illegal.
Aspek hukum yang menjadi dasar dari penyelenggaran berbagai sistem bidag
kegiatan ekonomi nasional, pada hakikatnya berlandaskan dasar hukum pasal 33
UUD 1945. Konsekuensinya adalah menjadi Hak Negara untuk mengatur
perekonomian nasional, dan hak tersebut bersumber dar hukum dasar (UUD 1945).
Tujuan untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan sejahtera juga dinyatakan
secara tersurat dalam pasal 33 ayat (1), (2), dan (3) Undang – Undang Dasar
Tahun1945 bahwa:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asa
kekeluargaan
2. Cabang – cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara
3. Bumu, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar –besar bagi kemakmuran rakyat
4. Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atsa semokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan, lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang –undang.
Pasal 27 ayat (2) berbunyi:
“Tiap –tiap warga negara berhak ata pekerjaan dan peghidupan yang layak
bagi kemakmuran”.
Hukum dan masyarakat bagaikan dua sis mata uang, ubi societas iibi lus
(dimana ada masyarakat disitu ada hukum). Keduanya tidak bisa dipisahkan, karena
ekstensi antara keduanya sangat berkaitan. Hukum yang dikenal dan tidak sesuai
dengan konteks sosialnya serta tidak komunikasi yang efektif tentang tuntutan dari
pembaharuannya bagi warga Negara tidak akan bekerja secara efektif.
Hukum ekonomi adalh hukum yang berkaitan dengan berbagai aktivitas
ekonomi, dalam berbagai bidangnya ada yang diatur oleh hukum, ada pula yang
tidak atau belu diatur oleh hukum Jadi ekonomi mempunyai ruang lingkup
pengertian luas meliputi semua persoalan berkaitan dengan hubungan antara hukum
dan kegiatan –kegiatan ekonomi.
Hukum ekonomi di Indonesia dibedakan kedalam 2 macam, yaitu:
1. Hukum ekonomi pembangunan : seluruh peraturan dan pemikiran hukum
mengenai cara – cara peningkatan dan pengembangan kehidupan ekonomi
(misalnya: hukum perusahaan dan hukum penawaran modal).
2. Hukum ekonomi sosial :seluruh pengaturan dan peikiran hukum mengenai
cara-cara pembagan hasil pembangunan ekonomi secara adil dan merata
sesuai dengan hak azasi manusia ( misalnya : hukumpemburuhan dan
hukum perumahan).
Pembangunan ekonomi Indonesia pada masa yang akan datang harus berbeda
dari wujud perekonomian Indonesia sebelum terjadinya krisis dan untuk
mewujudkan telah ditetapkan tujuh (7) hal pokok mengenai perekonomian
Indonesia masa depan yaitu:
1. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berdasarkan
sistem ekonomi kerakyatan untuk mencapai
kesejahteraan rakyat yang meningkat, merata, dan
berkeadilan
2. Pembangunan ekonomi berlandaskan pengembangan
ekonomi daerah dan peran serta aktif masyarakat secara
nyata dan konsisten.
3. Pembangua ekonomi harus menerapkan prinsip efisiensi
yang didukung oleh peningkatan kemampuan sumber
daya manusia dan teknologi untuk memperkuat
landasan pembangunan berkelanjutan dan
meningkatkan daya saing nasional.
4. Pembangunan ekonomi berorientasi pada
perkembangan globalisasi ekonomi internasional
dengan tetap mengutamakan kepentingan ekonomi
nasional.
5. Pembangunan ekonomi makro harus dikelola secara hati
– hati disiplin, dan bertanggung jawab dalam
menghadapi ketidakpastian yang meningkat akibat
proses globalisasi
6. Pembangunan ekonomi dilaksanakan berlandaskan
kebijakan disusun secara transparam dan bertanggung
jawab, baik dalam pegelolaan publik, pemerintah,
maupun masyarakat.
7. Pembangunan ekonomi harus berlandaskan
keberlanjutan sistem daya alam, lingkungan hidup dan
sistem kemasyarakatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat
Hukum ekonomi dan bsnis yang memadai akan menunjang
pembangunan ekonomi, karena melalui hukum ekonomi dan
bisnis masyarakat dibentuk atau diaarahkan untuk mencapai
tujuan pembangunan ekonomi (law as tool of social
engineering). Sebaliknya hukum ekonomi dan bisnis yang tidak
memadaik akan menciptakan hambatan bagi pembangunan
ekonomi.
Hubungan hukum pada peristiwa hukum dibidang nisnis
pada masyarakat yang makin modern pada umumnya didasarkan
pada kesepakatan – kesepakatan dan tidak lagi kebiasaan –
kebiasaan yang mengandalkan kepercayaan, tetapi harus dengan
perangkat hukum yang tertulis.

Anda mungkin juga menyukai