Anda di halaman 1dari 14

Perspektif Vol. 17 No. 1 /Juni 2018. Hlm 26- 39 DOI: http://dx.doi.org/10.21082/psp.v17n1.

2018, 26 -39
ISSN: 1412-8004

PENINGKATAN DAYASAING LADA(Piper nigrum L.)


MELALUI BUDIDAYA ORGANIK
Enhancement of Pepper (Piper nigrum L.) Competitiveness Through Organic
Cultivation

AGUS KARDINAN, I WAYAN LABA dan RISMAYANI


Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Research Institute for Spice andMedicinal Crops
Jalan Tentara Pelajar No. 3, Cimanggu-Bogor 16111-Indonesia
E-mail: kardinanagus@yahoo.com

ABSTRAK ABSTRACT

Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah Pepper (Piper nigrum L.) is a spice crop that has a high
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penghasil economic value, the seventh largest income earner in
devisa terbesar ketujuh pada kelompok tanaman the plantation crop. The pepper development areas in
perkebunan. Daerah pengembangan lada di Indonesia Indonesia are mostly in Lampung, Bangka, Kalimantan
sebagian besar berada di Lampung, Bangka, and Sulawesi. Indonesia is not the bigest Country to
Kalimantan dan Sulawesi. Indonesia bukanlah Negara supply international market, however Indonesia is
terbesar pemasok kebutuhan lada di tingkat dunia, number three to supply international market. The
namun Indonesia merupakan negara pemasok lada largest supplier of pepper needs in the words is
nomor tiga di dunia. Negara pemasok kebutuhan lada Vietnam, followed by Brazil. One of the keys factor of
terbesar di dunia adalah Vietnam, disusul oleh Brazil. Vietnam's success is the application of good pepper
Salah satu kunci keberhasilan Vietnam adalah cultivation practice supported by both the government
diterapkannya budidaya lada yang baik didukung oleh and the private sector, while in Indonesia most of the
pemerintah dan swasta, sedangkan di Indonesia pepper plantations belong to farmers with diverse
sebagian besar perkebunan lada adalah milik petani cultivation techniques that are often not following the
dengan teknik budidaya yang beragam seringkali tidak recommended Standard Operation Procedure of
sesuai dengan SOP budidaya lada yang dianjurkan. pepper cultivation.To compete with other countries
Bersaing secara kuantitas dirasa berat untuk Indonesia, quantitatively is not easy for Indonesia, since the
karena sampai saat ini produktivitas lada di Indonesia productivity of pepper in Indonesia is still low. One
masih relatif rendah. Banyak permasalahan yang effort to anticipate this is by increasing pepper
dihadapi oleh petani lada di Indonesia di antaranya competitiveness through organic cultivation
mutu dari produk lada yang masih rendah. Untuk (Qualitatively). Internationally, organic produce/
meningkatkan daya saing lada salah satunya adalah product will have premium price, since the organic
dengan meningkatkan kualitas produk lada, melalui product is more healthy and as an appreciation from
budidaya organik. Di tingkat internasional, produk the consumers to the producer that the producers have
organik mendapatkan harga premium, dihargai lebih implemented ecofriendly farming and also consumers
mahal, karena selain produknya dianggap sehat juga assume that the producer is as an environmental hero.
konsumen rela memberikan harga lebih sebagai bentuk This paper describes organic pepper cultivation in the
apresiasi bagi produsen organik yang telah hope of contributing to improve the competitiveness of
berbudidaya ramah lingkungan, sehingga dianggap Indonesian pepper in the world market and also on
pahlawan lingkungan. Makalah ini menguraikan supporting the successfull of Goverment of Indonesia
tentang budidaya tanaman lada secara organik dengan program on actualizing of “Thousands of Organic
harapan dapat ikut memberikan kontribusi dalam Village Program”.
rangka peningkatan dayasaing lada Indonesia di Pasar
dunia, sekaligus mendukung program pemerintah Keywords: Pepper, Piper nigrum L , Organic
mewujudkan “Seribu Desa Organik”. Cultivation, Competitiveness

Kata kunci: Lada, Piper nigrum L budidaya organik,


daya saing

26 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 39


PENDAHULUAN oleoresin dapat mengandung 25,74% hingga
48,32% piperin (Dang and Phan, 2014). Alkaloid
Tanaman lada (Piper nigrum L.) tumbuh piperine yang diisolasi dari lada berperan sebagai
pada ketinggian antara 0-1000 m dpl (sangat antimikroba, antioksidan, anti pembengkakan,
sesuai pada ketinggian 0-500 m dpl), memerlukan anti kanker, anti depresi (relaksan), dan sebagai
naungan dengan intensitas cahaya 50-75% dan analgesic (Vasavirama and Upender, 2014).
memerlukan curah hujan 2000–4000 mm/ tahun. Ekstrak etanol lada mengandung anti oksidan
Tanaman lada membutuhkan rambatan dengan yang tinggi, yaitu sebesar 74,61% (Gayatri And
menggunakan tajar hidup/tajar mati, serta Sahu, 2011; Reshmi et al. 2010). Lada juga dapat
memerlukan tanaman penutup tanah (Rosman, digunakan sebagai bahan pestisida alami,
2014). Beberapa wilayah di Indonesia yang sangat ekstraksi etanol lada sangat efektif menekan
sesuai untuk pengembangan lada antara lain D.I. pertumbuhan Salmonela typhii (penyebab
Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bangka- penyakit typus) dan dapat berperan sebagai
Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan insektisida ataupun larvasida (Damanhouri and
Timur, Kalimantan Barat Sulawesi Selatan, dan Ahmad, 2014). Minyak atsiri daun lada sangat
sebagian dari Jawa. Hingga saat ini Balittro telah toksik terhadap rayap Coptotermes sp. dan
melepas sembilan varietas lada yaitu Petaling 1, berfungsi pula sebagai antifeedant (Mulyati dan
Petaling 2, Natar 1, Natar 2, Cunuk, Malonan l, Puji, 2015). Selain itu, lada juga memiliki peran
LDK, Ciinten dan Bengkayang. Masing-masing penting dalam penggerak perekonomian di
varietas memiliki keunggulan tersendiri sehingga sentra-sentra produksi, seperti di Lampung
dalam pengembangannya disesuaikan dengan Utara, sekitar 33% sumber pendapatan sektor
kondisi lahan dan iklim wilayahnya (Setiyono, pertanian berasal dari lada (Mahmud et al., 2003).
2015). Lada merupakan komoditas unggulan Pasar lada dunia terus menunjukkan tren yang
Indonesia yang memiliki multimanfaat dan sangat kuat. Harga lada terus mengalami
sebagai penghasil sumber devisa negara non peningkatan selama tiga bulan terakhir (IPC,
migas. Saat ini posisi Indonesia berada pada 2014).
urutan ketiga dunia Negara eksportir lada putih
Produktivitas Lada Indonesia
dan hitam setelah Vietnam dan Brazil (Feira,
2015). Untuk lada putih, meskipun saat ini Produksi dan perdagangan lada dunia
Indonesia masih merupakan pengekspor utama masih dikuasai oleh tujuh negara yaitu Vietnam,
di dunia, namun posisinya terancam oleh Brazil, Indonesia, India, Malaysia, Thailand, dan
Vietnam (Ditjenbun, 2013 a). Cina (IPC, 2014). Lada di Indonesia merupakan
tanaman yang dikembangkan oleh petani kecil
Arti Ekonomi Lada dengan rata-rata luas perkebunan kurang dari
Lada memiliki peran penting dalam satu hektar. Hingga pada tahun 2013 luas lahan
perekonomian nasional, yaitu sebagai sumber keseluruhan dalam budidaya lada di Indonesia
devisa negara, penyedia lapangan kerja, sebagai mencapai 178.600 ha yang terkonsentrasi di
bahan baku industri mulai dari industri makanan Lampung, Bangka, Sumatera Selatan, Kalimantan
siap saji, makanan tradisional maupun sebagai dan Sulawesi (Ditjenbun, 2013a). Luas areal
penyedap (Wiratno, 2001), industri kosmetik, pertanaman lada semakin berkurang
industri parfum dan telah digunakan sebagai dikarenakan beberapa petani ada yang beralih
bahan obat, baik secara tunggal maupun dari kebun lada menjadi kelapa sawit (Daras dan
campuran dengan bahan lainnya (Asim et al., Dibyo, 2009). Lampung menghasilkan lada hitam,
2016). Lada mengandung bahan aktif utama sementara di Bangka lada putih. Lampung dan
piperin yang tergolong kepada kelompok Bangka adalah sumber utama komoditas lada
pyridine yang telah digunakan sebagai bahan yang diekspor, sementara lada dari Kalimantan
untuk obat batuk, anti malaria, serta anti dan Sulawesi kebanyakan digunakan untuk
pembengkakan. Kandungan piperin pada lada pasar dalam negeri dan sebagian kecil diekspor
adalah rata – rata 6%, namun dalam bentuk (Ditjenbun 2013b). Pada Perang Dunia II,

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 27
Indonesia menduduki peringkat pertama, tetapi memberi makan tanaman, jadi tidak secara
saat ini tersaingi oleh Vietnam (IPC, 2014). langsung memberi makan tanaman (Kardinan,
Permasalahan yang dihadapi usahatani lada di 2016). Budidaya organik secara sederhana
Indonesia cukup klasik, terutama rendahnya diartikan dengan budidaya tanpa menggunakan
produktivitas lada (kurang dari 1 ton/ha), asupan bahan kimia sintetis (pupuk, pestisida
besarnya kehilangan hasil karena hama dan dan lainnya), namun menggunakan asupan
penyakit, serta pendapatan yang tidak menentu bahan alami (pupuk kandang, kompos, pestisida
karena harga lada yang sangat fluktuatif alami, dan lainnya) dengan memperhatikan
(Soetopo, 2012; Rosman, 2016), sehingga kesehatan lingkungan dan manusia (Kardinan,
mengakibatkan turunnya produksi dan nilai 2014). Makalah ini menguraikan tentang
budidaya tanaman lada secara organik, dengan
ekspor (Yuhono, 2007). Hal yang sama juga
harapan dapat ikut memberikan kontribusi
dialami oleh negara lain penghasil lada, misalnya
dalam rangka peningkatan dayasaing lada
di India yang dinyatakan oleh Thangaselvabal et
Indonesia di pasar dunia.
al. (2008) bahwa lada hitam yang merupakan
“The King of Spices/Raja Rempah” dan BUDIDAYA TANAMAN LADA
merupakan sumber devisa bagi India dimana
Budidaya tanaman lada di Indonesia sangat
70% dari produksinya diekspor, namun sampai
beragam dari daerah ke daerah,
saat ini produktivitasnya masih rendah.
tergantung karakteristik jenis lada yang
Peningkatan Daya Saing Lada di Pasar dunia dibudidayakan, faktor lingkungan, karakteristik
petani dan faktor lainnya, sehingga budidaya
Indonesia bukanlah Negara terbesar
tanaman lada di Indonesia terbagi menjadi
pemasok kebutuhan lada di tingkat dunia,
namun masih banyak negara-negara lain yang beberapa kelompok, yaitu ;
memasok pasar dunia, diantaranya Vietnam. a. Budidaya Konvensional; adalah budidaya
Bersaing secara kuantitas dirasa berat untuk sebagian besar petani saat ini, dimana
Indonesia, karena sampai saat ini rata-rata penggunaan asupan bahan kimia sintetis
produkstivitas lada di Indonesia masih relatif (pupuk, petisida, dll) masih menjadi andalan
rendah (di bawah 1 ton.ha). Untuk meningkatkan dan sebagai garansi keberhasilan bertani.
daya saing lada salah satunya adalah dengan b. Budidaya sesuai LEISA; adalah bertani dengan
meningkatkan kualitas produk lada, yaitu menggalakkan asupan bahan alami, seperti
melalui budidaya organik. Di tingkat pupuk/kompos, mikroba menguntungkan dan
internasional, produk organik mendapatkan lainnya dengan semangat memperbaiki
harga premium, dihargai lebih mahal, karena kesuburan tanah, serta mencoba
selain produknya dianggap sehat juga konsumen menggunakan pestisida alami selama masih
rela memberikan harga lebih mahal sebagai memungkinkan, namun dalam praktek
bentuk apresiasi bagi produsen organik yang budidaya ini masih diperkenankan
telah berbudidaya ramah lingkungan, sehingga menggunakan bahan kimia sintetis (pupuk
dianggap pahlawan lingkungan.Hal ini sesusai dan pestisida) sebagai alternatif terakhir.
dengan pendapat Yap (2012) dan Zu (2014) yang c. Budidaya non Pestisida; adalah budidaya
menyatakan bahwa Lada merupakan tanaman dengan anggapan bahwa pestisida dapat
yang memerlukan asupan nutrisi tinggi untuk membatasi perdagangan dan dapat
mencapai pertumbuhan dan produksi yang menyebabkan ditolaknya ekspor karena
optimal. Penggunaan pupuk organik pada kandungannya di atas ambang batas residu.
beberapa kasus dapat mengakibatkan produksi Seperti dikemukakan oleh Soetopo (2012)
yang lebih rendah daripada penggunaan pupuk bahwa daya saing produk ekspor pertanian,
kimia sintetis, namun rendahnya produksi ini termasuk lada sangat bergantung pada
dapat tertutupi dengan harga lada organik yang penanganan negara produsen terhadap isu
relatif dihargai lebih mahal daripada lada non pasar internasional, seperti batas maksimum
organik. Prinsip budidaya organik adalah residu pestisida pada produk ekspor
memberi makan tanah terlebih dahulu, kemudian pertanian. Dalam praktek budidaya ini
apabila tanah sudah sehat maka tanah akan pestisida kimia sintetis tidak digunakan dan

28 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 39


sebagai gantinya digunakan pestisida alami untuk ditanami. Polibag yang sudah ditanami
dan cara cara pencegahan, namun lada kemudian disungkup dengan plastik sampai
penggunaan pupuk kimia sintetis dan lainnya muncul tunas, setelah tunasnya muncul maka
masih diperkenankan dan sama dengan sungkup dilakukan setiap pagi selama ± 1 jam.
budidaya konvensional. Jika stek sudah tumbuh 2-3 daun, maka stek
d. Budidaya Organik; adalah budidaya dengan diikatkan pada bambu, apabila sudah tumbuh 5-
mengacu kepada SNI 6729-2016 Mengenai 7 buku bibit stek siap untuk ditanam.
Sistem Pertanian Organik, dimana Pembukaan lahan untuk penanaman lada
penggunaan asupan bahan kimia sintetis tidak boleh dengan pembakaran, dan sebaiknya
(pupuk, pestisida, hormon tumbuh, GMO) bukan bekas tanaman lada yang sakit. Jika lahan
tidak diperkenankan, namun dengan yang akan ditanami berada pada posisi miring
mengutamakan asupan bahan alami dan
maka dibuatkan terasiring yang ditanami
dengan memperhatikan kesehatan lingkungan
tanaman penutup tanah. Untuk menghindari
dan manusia.
genangan air dibuat saluran drainase dengan
dalam 30 cm x lebar 40 cm. Ukuran lubang tanam
BUDIDAYA LADA ORGANIK
45 x 45 x 45 cm sampai 60 x 60 x 60 cm (panjang,
Pada umumnya cara budidaya organik dan lebar, dalam). Sebelum penanaman, tanah galian
non organik adalah sama, namun ada beberapa dibiarkan terbuka sekurang-kurangnya selama 40
perlakuan yang diatur dalam budidaya organik. hari. Tanah yang berasal dari bagian atas
Berikut diuraikan cara budidaya lada pada dicampur pupuk organik/pupuk kandang dan
umumnya dan akan diberikan penjelasan infestasi Trichoderma harzianum, bila diperlukan
tambahan (Explanatory notes) ketika menyangkut boleh dilakukan penambahan dolomite.
budidaya lada organik. Penanaman stek panjang (5-7 buku) yang telah
Lada memiliki dua jenis sulur, yaitu sulur diakarkan dilakukan dengan membuat lubang di
panjat dan sulur cabang/buah. Sulur panjat harus atas bedengan kemudian dibenamkan 3-4 buku,
diikat, jika tidak diikat maka akan menjadi sulur lubang ditutup dengan tanah dan di sekitar
gantung dan sulur tanah/cacing. Sulur panjat lubang kemudian dipadatkan serta dibuat
digunakan sebagai bahan tanam. Sulur panjat naungan untuk melindungi bibit yang baru
yang akan ditanam diambil dari tanaman yang ditanam.
sehat (bebas hama dan penyakit), sulur panjat Pemangkasan dilakukan sebanyak tiga kali,
yang dipilih tidak terlalu tua tetapi sudah yaitu pemangkasan pertama dilakukan pada
berkayu. Perbanyakan tanaman lada secara stek umur 5-6 bulan, pemangkasan kedua pada umur
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu stek 13-14 bulan dan pemangkasan yang ketiga
panjang dan stek pendek. Stek panjang (5-7 dilakukan pada umur 21-22 bulan. Pemangkasan
buku), stek panjang dipotong menjadi 5-7 buku, dilakukan pada bagian sulur gantung dan sulur
daun-daunnya dipotong sebagian kemudian cacing. Sebelum pemupukan dilakukan
diakarkan terlebih dahulu dengan pemangkasan di bagian tajar dengan tujuan
membenamkan dalam tanah dan ditutup daun untuk mengurangi persaingan hara dan agar
atau bahan lain yang bertujuan membuat kondisi tanaman lada tetap optimal.
kelembapan optimal selama 10-14 hari setelah Sekitar 65% lahan di Indonesia, baik lahan
akar keluar. Stek pendek (1 buku berdaun sawah maupun lahan kering mempunyai
tunggal), sebelum ditanam ke polibag yang berisi kandungan bahan organik yang rendah (>2%),
tanah:pupuk kandang:pasir (2:1:1 atau 1:1:1) sedangkan untuk budidaya tanaman, khususnya
potongan stek 1 buku terlebih dahulu direndam hortikultura (termasuk lada) memerlukan bahan
kedalam air gula (1-2%) atau 1 sendok makan organik di atas 2%. Bahan organik di dalam
untuk 5 liter air selama ± 1 jam. Media yang berisi tanah sangat mendukung perkembangan
tanah:pupuk kandang:pasir sebelum digunakan mikroba yang menguntungkan bagi kesehatan
disimpan terlebih dahulu sampai tumbuh tanah. Dalam pertanian organik dikenal prinsip
rumput yang menunjukkan bahwa media siap “Feed the soil, then soil will feed the crops”, yang

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 29
maknanya jangan dulu berfikir memberikan mikroorganisme menguntungkan dapat
pupuk untuk kebutuhan tanaman, tetapi berkembang dengan baik pada pertanaman lada
utamakan dahulu cara menyuburkan tanah, organik, oleh karena itu aplikasi berulang dapat
diantaranya dengan mengembalikan semua sisa membantu berkembangnya mikroorganisme
panen tanaman ke dalam tanah dan lainnya, menguntungkan di dalam tanah lebih cepat.
kemudian setelah tanah sehat, maka tanamanpun Keymer dan Lankau (2017) mengemukakan
akan tumbuh sehat pada tanah tersebut. bahwa pada saat pembentukan buah, tanaman
Terabaikannya pengembalian bahan organik lada memerlukan asupan nutrisi yang tinggi,
kedalam tanah dan intensifnya penggunaan pada saat kritis perlu mendapat perhatian khusus
pupuk kimia pada lahan pertanian telah dari petani. Berkembangnya mikroorganisme
menyebabkan mutu fisik dan kimia tanah menguntungkan dan macrofauna seperti cacing
menurun atau sering disebut kelelahan lahan tanah, serangga dan mahluk lainnya yang
(land fatigue). Kondisi tanah yang demikian menguntungkan di dalam tanah, maka akan
menyebabkan biota tanah yang berpengaruh membantu tersedianya nutrisi di dalam tanah
terhadap fiksasi nitrogen dan kelarutan fosfat secara alami. Beberapa jenis mikroba untuk
menurun, miskin hara mikro, perlindungan meningkatkan kesuburan tanah diantaranya
terhadap penyakit rendah, boros terhadap Rhizobium, Azotobacter, Mikorhiza, dan lainnya
penggunaan pupuk dan air, serta tanaman peka dapat digunakan, baik dalam bentuk pupuk
terhadap kekeringan. Produktivitas tanah dan
organik cair, maupun pupuk organik padat,
keberlanjutan produksi pertanian baik tanaman
sebagai pupuk daun ataupun diaplikasikan ke
pangan, hortikultura dan perkebunan ditentukan
tanah sekitar perakaran (Kardinan dan Ruhnayat,
oleh kecukupan kandungan bahan organik tanah.
2003). Ditambahkan oleh Yap (2016) bahwa
Bahan organik tanah merupakan komponen
aplikasi pupuk organik melalui daun (Foliar
penting penentu kesuburan tanah, terutama di
fertilizer) sangat berpengaruh terhadap
daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu
udara dan curah hujan yang tinggi. Kandungan pertumbuhan lada.
bahan organik yang rendah menyebabkan Unsur P dapat diperoleh dari guano atau
partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan asam fulvat yang saat ini sudah banyak beredar
terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi. di pasaran. Unsur K dapat diperoleh dari jerami
Oleh karena itu, budidaya organik sangat padi ataupun bahan mineral seperti asam humat
diperlukan dalam mengembalikan kesuburan yang mengandung K antara 3 - 11%. Unsur N
tanah di Indonesia dan merubah paradigma dapat digunakan kompos tanaman dari kipahit,
petani dalam bertani menjadi bertani yang ramah ataupun urin ternak dan kotorannya ataupun
lingkungan. dari tepung ikan, namun demikian kotoran
Budidaya lada organik tidak manusia dan babi tidak diperbolehkan
memperkenankan penggunakan pupuk kimia penggunaannya dalam pertanian organik
sintetis seperti Urea, NPK dan sejenisnya (SNI (Permentan no. 64/OT.140/5/2013). Penggunaan
6729, 2016), namun harus dengan pupuk organik, pupuk organik yang sudah komersial
diantaranya pupuk kandang, kompos, mikroba, diperdagangkan di pasaran harus sudah
bahan mineral, dan lainnya. Kevin dann Jarroop “tersertifikasi organik”, baru dapat digunakan
(2018) dan Zuraini (2010) mengemukakan bahwa dalam budidaya organik lada, sehingga tidak
dalam budidaya lada organik, selain semua pupuk yang sudah mengklaim pupuk
menggunakan pupuk organik perlu disertai organik dan sudah memiliki ijin edar dari
aplikasi mikroorganisme efektif (Effective Kementan dapat digunakan dalam budidaya
microorganisms) atau mikroorganisme yang organik lada. Bahan bahan yang dianjurkan,
menguntungkan untuk mencapai produktivitas dibatasi dan dilarang digunakan untuk
dan pertumbuhan yang optimal, sekaligus kesuburan tanah dalam pertanian organik seperti
menciptakan tanah yang sehat dan subur. Park pada Tabel 1, 2 dan 3 (Menurut SNI 6729 - 2016).
dan DuPonte (2008) menyatakan bahwa Dalam budidaya lada dianjurkan jadwal
diperlukan sedikitnya satu tahun agar pemupukan sebagai berikut;

30 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 39


1. Pemupukan pertama, dilakukan pada awal 4 kali pemupukan sebagai berikut:
musim hujan dan semua tajar dipangkas, 1. Pemupukan pertama dilakukan pada awal
apabila usia tanaman kurang dari 12 bulan. musim hujan dan sebaiknya semua tajar
2. Pemupukan kedua, dilakukan setelah 3 dipangkas.
bulan dari pemupukan pertama, 2. Pemupukan kedua diberikan 30-40 hari
memangkas sebagian tajar. setelah pemupukan yang pertama dan tajar
3. Pemupukan ketiga, dilakukan setelah 3 dipangkas ringan.
bulan dari pemupukan yang kedua, tajar 3. Pemupukan ketiga diberikan 30-40 hari
dipangkas tetapi disisakan 2-3 cabang. setelah pemupukan kedua dan tajar
4. Pemupukan keempat, dilakukan setelah 3 dipangkas ringan.
bulan dari pemupukan ketiga, sama seperti 4. Pemupukan keempat diberikan 30-40 hari
pada saat pemupukan pertama tajar setelah pemupukan ketiga, cabang
dipangkas ringan. dipangkas namun tetap menyisakan 2-3
Pemberian pupuk pada tanaman produktif cabang.
setiap tahun juga harus rutin dilakukan sebanyak

Tabel 1. Bahan yang diperbolehkan sebagai bahan penyubur tanah.

Jenis bahan Keterangan


Pupuk hijau Turi, lamtoro, sesbania, orok-orok, dan tanaman legum/kacang-kacangan.
Kotoran ternak Berasal dari ternak yang dibudidayakan secara organik.
Untuk kotoran yang dapat menyebabkan ketidak halalan harus dinyatakan dalam sistem
mutunya.
Berasal dari factory farming, harus mengalami proses pengomposan minimal 2 minggu.
Urine ternak (slurry) Apabila berasal dari ternak yang dibudidayakan secara organik. Digunakan apabila telah
mengalami proses fermentasi dan atau diencerkan.kotoran yang dapat menyebabkan
ketidak halalan harus dinyatakan dalam sistem mutunya.
Berasal dari factory farming harus mengalami proses fermentasi/pengenceran terlebih
dahulu
Kompos sisa tanaman Diperbolehkan bila berasal dari pertanaman organik.
Kompos dari bahan organik sisa tanaman, termasuk jerami dan sekam padi, bonggol
jagung, serbuk gergaji, kulit kacang, kulit kopi, dan lain-lain.
Kompos media jamur Diperbolehkan bila media dan jerami berasal dari pertanaman padi organik. Media jamur
merang merang berupa campuran serbuk gergaji dan bahan organik lain seperti jerami. Jerami
padi merupakan sumber kalium.
Kompos limbah Diperbolehkan bila berasal dari pertanaman sayuran organik.
organik sayuran Kompos dari limbah organik sayuran (limbah pasar dan rumah tangga) yang bebas
kontaminan logam berat.
Ganggang hijau Sumber nitrogen alami untuk pertanaman padi.
Azolla Sumber nitrogen alami dan proses dekomposisinya cepat, 80% hara yang dikandung
dilepaskan dalam waktu 8 minggu setelah tanam.
Blue green algae Sumber nitrogen alami, bersimbiosis dengan mikroba penambat N2 bebas.
(ganggang hijau biru)
Molase/tetes Bahan organik yang ditambahkan dalam pembuatan kompos padat/cair sebagai sumber
makanan dan energi mikroorganisme
Pupuk hayati (bio- Media yang mengandung mikroorganisme dengan fungsi tertentu untuk meningkatkan
fertilizers) ketersediaan hara bagi tanaman. Sebaiknya menggunakan mikroorganisme lokal dan
bukan hasil rekayasa genetik (GMO).
Rhizobium Mikroorganisme penambat N2 udara yang bersimbiosis dengan akar tanaman legum.
Bakteri pengurai/ Bukan hasil rekayasa genetik (GMO), bakteri pengurai (dekomposer) terutama berasal
Dekomposer dari setempat/lokal.

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 31
Tabel 2. Bahan yang dibatasi sebagai bahan penyubur tanah.

Jenis bahan Keterangan


Kotoran ternak Berasal dari ternak yang dibudidayakan secara non organik.
Untuk kotoran yang dapat menyebabkan ketidakhalalan harus dinyatakan
dalam sistem mutunya.
Urine ternak (slurry) Berasal dari ternak yang dibudidayakan secara non-organik.
Untuk kotoran yang dapat menyebabkan ketidakhalalan harus dinyatakan
dalam sistem mutunya.
Kompos sisa tanaman Berasal dari sisa tanaman yang dibudidayakan secara non organik, termasuk
jerami dan sekam padi, bonggol jagung, serbuk gergaji, kulit kacang, kulit kopi,
dan lain-lain.
Kompos media jamur Bahan media berasal dari budidaya non-organik. Media jamur merang berupa
merang campuran serbuk gergaji dan bahan organik lain seperti jerami. Jerami padi
merupakan sumber kalium.
Kompos limbah Berasal dari limbah pasar sayuran non-organik.
organik sayuran Kompos dari limbah organik sayuran (limbah pasar dan rumah tangga) yang
bebas kontaminan logam berat.
Dolomit Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, dan As dan penggunaan terbatas.
Diaplikasikan untuk meningkatkan kemasaman (pH) tanah atau
menanggulangi kekahatan Mg.
Gipsum Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, dan As dan penggunaan terbatas.
Diaplikasikan untuk meningkatkan kemasaman (pH) tanah atau
menanggulangi kekahatan Ca dan Mg.
Kapur khlorida Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, dan As dan penggunaan terbatas.
Diaplikasikan untuk meningkatkan kemasaman (pH) tanah atau
menanggulangi kekahatan Ca. Bila berlebihan merusak struktur tanah.
Batuan fosfat Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd <90ppm, Hg, dan As dan penggunaan
terbatas. Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber hara
fosfat (P), kalsium (Ca). Batuan fosfat (fosfat alam) melepas hara secara
lambat, sukar terlarut dalam pH tanah netral-alkalin, mempunyai efek
residu, sebaiknya digunakan pada tanah masam.
Guano Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, dan As dan penggunaan terbatas.
Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi
Sumber hara fosfat (P), kalsium (Ca). Guano merupakan kotoran hewan
kelelawar di gua-gua. Guano merupakan batuan fosfat yang melepas hara
secara lambat, sukar terlarut dalam pH tanah netral-alkalin, mempunyai efek
residu, sebaiknya digunakan pada tanah masam. Pengambilannya harus
mendapat ijin dari pemerintah setempat, minimal Desa.
Terak baja Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, dan As dan penggunaan terbatas.
(basic slag) Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi.
Sumber hara besi (Fe) dan silikat (Si).
Batuan magnesium, Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, As, dan penggunaan terbatas. Diolah
magnesium secara fisik berupa penghalusan atau granulasi.
kalkareous Sumber hara magnesium (Mg) dan sebagai pembenah tanah.
Batu kalium, garam Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, As, dan Cl <60%, penggunaan
kalium tambang terbatas. Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber
hara kalium (K). Batuan kalium melepas hara secara lambat.
Sulfat kalium Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, As, dan penggunaan terbatas. Diolah
secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber hara sulfur (S) dam
kalium (K).
Garam Dibatasi kadar logam berat Pb, Cd, Hg, As, dan penggunaan terbatas. Diolah
epsom/magnesium secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber hara magnesium
sulfat (Mg) dan sebagai pembenah tanah.
Natrium klorida Dibatasi hanya yang berasal dari garam tambang dan digunakan terbatas.

32 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 00


Jenis bahan Keterangan
Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber hara Na. Bila
berlebihan akan merusak struktur tanah.
Unsur mikro (boron, Dibatasi hanya yang berasal dari bahan tambang dan digunakan terbatas.
tembaga, besi, Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber hara mikro B,
mangan, molibdenum, Cu, Fe, Mn, Mo, Zn.
seng)
Stone meal Dibatasi hanya yang berasal dari bahan tambang dan digunakan terbatas.
Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Sumber unsur mikro.
Liat/clay (bentonit, Dibatasi hanya yang berasal dari bahan tambang dan digunakan terbatas.
perlite, zeolit) Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Diaplikasikan sebagai
media tanam atau pembenah tanah.
Vermiculite Dibatasi hanya yang berasal dari bahan tambang dan digunakan terbatas.
Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Diaplikasikan sebagai
media tanam atau pembenah tanah.
Batu apung Dibatasi hanya yang berasal dari bahan tambang dan digunakan terbatas.
Diolah secara fisik berupa penghalusan atau granulasi. Diaplikasikan sebagai
media tanam atau pembenah tanah.
Gambut Dibatasi penggunaannya sebagai media tanam dalam pot. Diolah secara fisik
dalam kondisi kadar air alami. Eksplorasi gambut secara berlebihan akan
merusak ekosistem gambut.
Rumput laut Dibatasi pengolahannya secara fisik tidak menggunakan bahan kimia
sintetis. Eksplorasi rumput laut secara berlebihan akan merusak ekosistem
perairan. Sumber hara kalium (K).
Hasil samping industri Dibatasi cara pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia sintetis.
gula (vinasse) Sumber karbon organik, nitrogen.
Hasil samping industri Dibatasi cara pengolahannya tidak menggunakan bahan kimia sintetis.
pengolahan kelapa Sumber karbon organik, nitrogen dan kalium.
sawit, kelapa, coklat,
kopi, dan lainnya
Zat pengatur tumbuh Bukan dari bahan-bahan sintetis.
(ZPT)

Tabel 3. Bahan yang dilarang sebagai bahan Pengendalian OPT (Organisme pengganggu
penyubur tanah Tanaman)

No. Jenis bahan Dalam budi daya lada, serangan OPT


1. Urea merupakan salah satu masalah hingga
2. Single/double/triple super phosphate menyebabkan kehilangan hasil yang merugikan
3. Amonium sulfat petani. Hama dan penyakit utama tanaman lada
4. Kalium klorida di Indonesia yaitu penggerek batang lada
5. Kalium nitrat (Lophobaris piperis Marsh.),pengisap buah lada
6. Kalsium nitrat (Dasynus piperis China), perusak bunga
7. Pupuk kimia sintetis lain
(Diconocoris hewettiDist), penyakit busuk pangkal
8. EDTA chelates
batang (Phytopthora capsici), penyakit kuning dan
9. Zat pengatur tumbuh (ZPT) sintetis
10. Biakan mikroba yang menggunakan media penyakit velvet. Penyakit busuk pangkal batang
kimia sintetis (BPB) merupakan masalah utama dalam
11. Semua produk yang mengandung GMO budidaya lada dan sangat sulit dikendalikan.
12. Kotoran manusia dan kotoran babi Beberapa penelitian untuk mendapatkan varietas
Sumber SNI 6729-2016 : Sistem Pertanian Organik lada yang tahan telah dilakukan, diantaranya

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 33
oleh Meilawati et al. (2016) melalui iradiasi sinar crops dengan tanaman Arachis pintoi) (Gambar 1),
Gamma dan Wahyuno et al. (2010) melalui pemupukan berimbang, dan cara lainnya yang
persilangan intraspesies maupun antar spesies. ramah lingkungan atau melalui modifikasi
Tingkat serangan hama buah lada di Bangka lingkungan (La Ode et al., 2015).Apabila cara
dapat mencapai 36,82% (Laba et al., 2004). pertama tidak berjalan dengan baik, maka
Penyakit kuning pada tanaman lada yang dilakukan cara pengendalian, yaitu dengan (2)
disebabkan oleh nematoda parasit tumbuhan penggunaan pestisida alami, yang terdiri dari
menjadi masalah utama di Bangka. Petani tidak pestisida nabati (dari tumbuhan), pestisida hayati
mengenal penyakit ini, dan cara (jamur, bakteri, virus) dan pestisida dari bahan
pengendaliannya juga belum ada (Abdul dan mineral (belerang/sulfur, Cu SO4, kapur, dll).
Sulistiawati, 2014). Saripudin et al. (2014) Pestisida/pupuk yang sudah komersial
menyatakan bahwa terjadi penambahan luas diperdagangkan di pasaran harus sudah
lahan tanaman lada di Kalimantan Barat, namun tersertifikasi organik, baru dapat diperbolehkan
tidak berdampak pada peningkatan produksi, digunakan dalam budidaya organik lada. Salah
salah satu penyebabnya adalah serangan hama satu tanda bahwa produk tersebut telah
dan penyakit tanaman. disertifikasi organik adalah dengan adanya
Pengendalian hama dan penyakit tidak “Logo Organik Indonesia” (Gambar 2).
boleh menggunakan pestisida kimia sintetis Pengendalian OPT di tempat penyimpanan/
dalam pertanian organik, tetapi harus gudang harus mengutamakan cara cara
mengutamakan cara-cara yang ramah pencegahan, diantaranya dengan memasang kain
lingkungan, diantaranya; (1) cara pencegahan, kasa untuk mencegah serangga masuk, kawat
yaitu dengan menanam varietas tahan, disemua lubang untuk mencegah tikus masuk,
melestarikan musuh alami, misal dengan penggunaan lampu perangkap serangga/light
penanaman tanaman berbunga/refugia seperti trap ataupun perangkap tikus, dan cara lainnya.
kenikir di sekitar tanaman lada yang berperan Namun apabila cara cara pencegahan di atas
sebagai habitat musuh alami serta serangga tidak dapat berjalan dengan baik, maka
berguna dan pengusir hama, kutur teknis (misal penggunaan pestisida kimia sintetis
penanaman mulsa hidup/living mulch/cover diperbolehkan selama tidak kontak langsung
dengan produk organik, misalnya pemasangan
umpan beracun tikus disekitar gudang,
penyemprotan sarang lalat/serangga disekitar
gudang dan lainnya. Fumigasi dengan Fospin,
metil bromida dan bahan kimia sintetis lainnya
tidak diperkenankan, demikian pula radiasi

Gambar 1. Tanaman Arachis pintoii dan refugia


kenikir
Sumber : koleksi foto pribadi Gambar 2. Logo “Organik Indonesia”

34 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 39


Tabel 4. Bahan yang diperbolehkan dan dilarang dalam pertanian organik

Bahan yang diperbolehkan


Pestisida nabati (kecuali nikotin yang diisolasi dari tembakau)
Tembakau (leaf tea) yang diekstrak dengan air dan langsung digunakan
Propolis
Minyak tumbuhan dan binatang
Rumput laut, tepung rumput laut/agar-agar, ekstrak rumput laut, garam laut dan air laut
Gelatin
Lecitin
Casein
Asam alami (vinegar) – cuka kayu
Produk fermentasi dari aspergillus
Ekstrak jamur
Ekstrak Chlorella
Senyawa anorganik (campuran bordeaux, tembaga hidroksida, tembaga oksiklorida)
Garam tembaga
Belerang (sulfur
Bubuk mineral (stone meal, silikat)
Tanah yang kaya diatom (diatomaceous earth)
Silikat, clay (bentonit)
Natrium silikat
Natrium bikarbonat
Kalium permanganate
Minyak parafin
Mikroorganisme (bakteri, virus, jamur) misalnya Bacillus thuringiensis
Karbondioksida dan gas nitrogen
Sabun kalium (sabun lembut)
Etil alkohol
Serangga jantan yang telah disterilisasi
Preparat pheromone dan atraktan nabati
Obat-obatan jenis metaldehyde yang berisi penangkal untuk spesies hewan besar dan sejauh dapat digunakan
untuk perangkap

Bahan yang dilarang


Semua pestisida kimia sintetis
Semua bahan yang berasal dari produk GMO (rekayasa genetika)
Antibiotik sintetis

dengan sinar gama tidak diperkenankan. olahannya tidak boleh dicampur/tercampur


Fumigasi dengan CO2, N2 ataupun Ozon dengan lada non organik. Tempat penyimpanan
diperkenankan dalam sistem pertanian organik di gudang atau tempat penyimpanan lainnya,
(SNI 6729, 2016). Bahan-bahan yang diperboleh- harus jelas teridentifikasi antara lada organik dan
kan dan dilarang untuk pengendalian OPT dalam non organik. Tidak perlu terpisah di gudang/
pertanian organik seperti pada Tabel 4. bangunan penyimpanan, yang penting adanya
pemisahan agar antara lada organik dan non
Panen dan Pasca Panen organik tidak tercampur. Pelabelan/penandaan
terhadap semua kemasan lada organik harus jelas
Pada prinsipnya pemanenan lada organik dan tertera pada kemasannya (misal karung atau
tidak boleh disatukan hasil panennya dengan sejenisnya), waktu panen, asal dari mana, nama
lada non organik, begitu juga lada hasil petani dan identitas lainnya, sehingga mudah

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 35
ditelusuri apabila terjadi sesuatu yang tidak Eropa menerbitkan peraturan batas maksimum
diharapkan dengan produk tersebut. Prosesing residu pestisida dari berbagai produk pertanian
tidak boleh menggunakan bahan kimia sintetis yang diberlakukan sejak tahun 2008 . Perhatian
yang dilarang dalam pertanian organik (Tabel 1, Indonesia terhadap bahaya pestisida terlihat
2, 3 dan 4), demikian pula air yang digunakan dengan diterbitkannya Inpres No. 7/1973 tentang
untuk prosesing tidak boleh tercemar oleh logam Peraturan Perizinan Penggunaan, Pendistri-
berat, pestisida ataupun bahan cemaran lainnya. busian, dan Penyimpanan Pestisida untuk
Hasil analisis laboratorium diperlukan untuk Pertanian dan Kesehatan. Inpres No. 3/1986 juga
menjaga integritas keorganikan. Limbah hasil menegaskan pelarangan peredaran 57 jenis
pengolahan tidak boleh mencemari lingkungan. pestisida kimiawi. Kebijakan pemerintah dalam
Harus ada SPO (Standar operasional prosedur) mendukung budidaya lada yang bebas dari
pananganan limbah. Tidak boleh ada komplen residu pestisida melalui program pengendalian
atau keluhan dari masyarakat sekitar pengolahan Hama Terpadu (PHT) pada tanaman lada tahun
mengenai limbah yang dihasilkan. 1998 (Trisawa dan Laba, 2005). Kegiatan PHT di
Perkebunan khususnya pada komoditas lada
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP telah disosialisasikan semenjak Tahun Anggaran
PENGEMBANGAN LADA ORGANIK 1997/1998 yang diawali dengan penyelenggaraan
SL- PHT. Sebagian besar peserta SLPHT terdiri
Lada merupakan salah satu komoditas dari petani lada yang memiliki kebun lada dan
ekspor andalan Indonesia setelah kopi. Setiap sudah berproduksi baik di Bangka Belitung
tahap dari subsistem agribisnis lada memiliki maupun di Lampung. Untuk mengantisipasi isu
berbagai permasalahan mulai dari pembatasan residu pestisida, maka Badan
industri/penangkar benih, adanya serangan OPT, Litbang Pertanian telah melakukan pemantauan
kurangnya penyuluhan, rendahnya adopsi status residu insektisida pada produk lada di
teknologi, kurangnya modal petani dan adanya Bangka (Wiratno, 2001). Ada enam bahan aktif
usaha pencampuran lada asalan pada produk insektisida yang beredar di Bangka, yaitu
petani. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan- karbofuran, benomil, fenitrotion, fention,
kebijakan untuk membantu petani dalam deltametrin dan pemetrin, hingga saat ini hasil
meningkatkan pendapatan petani lada. Untuk laboratorium tidak menemukan adanya kasus
mendapatkan transfer teknologi dari puslit/balai residu insektisida pada produk lada yang
penelitian, petani yang berada di daerah sentra melebihi batas ambang standar FAO.
produksi lada sangat diperlukan kebijakan Salah satu implementasi program
khusus untuk memprioritaskan pengkajian dan “Nawacita” pemerintah adalah program seribu
pengembangan lada di BPTP. Diperlukan Desa organik dengan landasan bahwa;
kemitraan secara terpadu antara petani, pihak pengembangan dimulai dari pinggiran/Desa,
swasta dan pemerintah daerah dalam meningkatkan daya saing produk (dengan
mewujudkan diseminasi paket teknologi, mulai organik akan mampu bersaing dengan lebih
dari perbanyakan tanaman, teknik budidaya dan baik), mengoptimalkan potensi dometik,
pengolahan hasil. Demonstrasi plot untuk lebih mengangkat kearifan lokal dan lainnya.
meyakinkan petani bahwa paket teknologi yang Pertanian organik mengutamakan potensi lokal.
diperkenalkan memberikan nilai tambah dalam Program seribu Desa Orgnik dimulai dari tahun
budidaya organik tanaman lada. 2016 hingga tahun 2019 yang pelaksanaannya
Bahaya penggunaan residu pestisida dalam dikelola oleh Dirjen Tanaman Pangan
pengendalian OPT lada menjadi perhatian (mengembangkan 600 Desa Organik), Dirjen
khusus bagi pemerintah dan dunia, karena residu Perekbunan (mengembangkan 150 Desa Organik)
pestisida bersifat toksik dan dapat berakumulasi dan Dirjen Hortikultura (mengembangkan 250
dalam tubuh manusia sehingga berakibat buruk Desa Organik). Dalam pelaksanaanya, Dirjen –
bagi kesehatan dan lingkungan . Pada tahun 2005 Dirjen bekerjasama dengan Dinas – Dinas
Komisi Kesehatan dan Perlindungan Konsumen Provinsi dan Kabupaten. Pada tahun 2017, FAO

36 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 39


(Food and Agriculture Organisation) bekerjasama Alternatif Pemulihannya. Jurnal Litbang
dengan Dirjen Tanaman Pangan Pertanian 28(1): 1-6.
mengembangkan padi organik di daerah Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013 a. Statistik
perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, yaitu Perkebunan Indonesia 2012-2014:
di Kalimantan Barat, di kabupaten Sanggau dekat Komoditas Lada. Hlm. 1-38.
Entikong. Oleh karena itu prospek Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013 b. Pedoman
pengembangan lada organik sangat prospektif, Teknis Pengembangan Tanaman Lada.
karena selain teknologinya sudah tersedia, juga Hlm. 1-29.
dukungan pemerintah (political will) sangat Damanhouri, Z.A. and A. Ahmad. 2014. A
besar, serta potensi wilayah (ketersediaan lahan) review on therapeutic potential of Piper
dan sumber daya manusia cukup tersedia, nigrum L (Black pepper) : The king of
didukung oleh letak Indonesia di daerah ekuator, Spices. Journal of Medicinal and
dimana memiliki keberlimpahan cahaya Aromatic Plants, King Abdulaziz
matahari, curah hujan yang cukup merugikan University, Jeddah, Saudi Arabia. 3(3):1-
petani bercocok tanam sepanjang tahun. 6.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik
KESIMPULAN Perkebunan Indonesia Komoditas Lada
2013-2015. Hlm. 1-38.
Banyaknya permasalahan yang dihadapi Dang, Q.T. and N.N. Phan. 2014. Optimization of
oleh petani lada di Indonesia, terutama supercritical CO2 extraction of Oleoresin
rendahnya produktivitas, besarnya kehilangan from black pepper (Piper nigrum L) and
hasil akibat adanya serangan organisme antioxidant capacity of the oleoresin.
pengganggu tanaman serta pendapatan yang International Food Research Journal
tidak menentu karena harga lada sangat 21(4):1489-1493. Vietnam National
fluktuatif merupakan tantangan dan peluang University.
bagi kita untuk lebih semangat dalam Feira AR, Z Arifin dan Sunarti. 2014 Posisi Daya
meningkatkan dayasaing lada Indonesia di pasar Saing dan Spesialisasi Perdagangan Lada
dunia melalui budidaya lada organik yang ramah Indonesia Dalam Menghadapi
lingkungan, sehingga produk yang dihasilkan Globalisasi (Studi Pada Ekspor Lada
lebih berkualitas dan di pasar dunia akan mampu Indonesia Tahun 2009-2013). Jurnal
bersaing dengan mendapatkan harga premium, Administrasi Bisnis (JAB) 27(2): 1-7.
sehingga dapat meningkatkan pendapatan/ Gayatri N. And R.K. Sahu. 2011. Phytochemical
kesejahteraan petani lada dan sumber devisa Evaluation and Antioxidant activity of
Indonesia untuk ekspor non migas. Piper cubeba and Piper nigrum. Botany
Department, Odisha, India. Journal of
DAFTARPUSTAKA Applied Pharmaceutical Science 1(8):153-
157.
Asim, A.K., Jameel A and P. Kapoor. 2016. IPC (International Pepper Community). 2014.
Efficacy of Pipper nigrum (Black Pepper News and Market Review In
pepper).Innovare Journal of Heath 2014. Hlm. 1-4.
Sciences. Department of Medicine, Jamia Kardinan, A. dan A. Ruhnayat. 2003. Budidaya
Hamdard, India. 4(4):1-3. Tanaman Obat Secara Organik. PT.
Abdul Munif dan Ita Sulistiawati, 2014. Agromedia Pustaka. 92 hlm.
Pengelolaan penyakit kuning pada Kardinan, A. 2014. Prinsip prinsip dan Teknologi
tanaman ladaoleh petani di wilayah Pertanian Organik. Badan Litbang
Bangka. Jurnal Fitopatologi Indonesia - Pertanian. 222 hlm.
IPB 10 (1):8-16. Kardinan, A. 2016. Sistem Pertanian Organik.
Daras U dan D Pranowo. 2009. Kondisi Kritis Intimedia (Kelompok Intrans Publishing).
Lada Putih Bangka Belitung dan 116 hlm.

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 37
Kevin Muyang Tawie Sulok, and Jarroop Reshmi, S.K., E. Sathya and P.S. Devi. 2010.
Augustine MercerZehnder, 2018. Isolation of piperdine from piper nigrum
Introducing natural farming in black andits antiproliferative activity. African
pepper (Piper nigrum L.) cultivation. Journal of Pharmacy and Pharmacology
International Journal of Agronomy, 4(8):562-573.
Article ID 9312537, 6 pages. Research Rosman R, 2016. Strategi Penelitian dan
and Development Division, Malaysia Pengembangan Menghadapi Dinamika
Pepper Board. Perkembangan Lada Dunia. Perspektif;
Keymer, D.P and R.A. Lankau, 2017. Disruption Review Penelitian Tanaman Industri.
of plant-soil-microbial relationship 15(1):11-17.
influences plant growth. Journal of Setiyono RT. 2015. Budidaya dan Keragaan Hasil
Ecology 105(3):816-827. dan Mutu Lada Lokal Ciinten. Infotek
Laba, I.L., D. Kilin dan I.M. Trisawa, 2005 Perkebunan 7(8): 30.
Tingkat kerusakan dan serangan hama Soetopo D. 2012.Pengendalian Hama Penggerek
buah lada Dasynus piperis pada Batang Lada Menghadapi Isu
pertanaman lada di Bangka. Jurnal Pembatasan Residu Pestisida.Jurnal
Entomologi Indonesia 1(1):34-40. Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1):
La Ode Santiaji Bande, Bambang Hadisutrisno 32-43.
dan Bambang Hendro Sunarminto, Standar Nasional Indonesia (SNI 6729 – 2016).
2015.Peran unsur cuaca terhadap peningkatan Sistem Pertanian Organik. BSN – Badan
penyakit busuk pangkal batang lada di Standarisasi Nasional. 48 hlm.
sentra produksi lada daerah Sulawesi Saripudin, Sarbino dan Supriyanto, 2014.
Tenggara. Jurnal Manusia dan Pengaruh cara budidaya terhadap
Lingkungan 22(2):187-193. Perkembangan penyakit hawar beludru
Mahmud Z, S Kemala, S Damanikdan Y Ferry. (Septobasidium) pada tanaman lada di
2003. Profil Komoditas Lada. Pusat Sungai Raya Kabupaten Bengkayang.
Penelitiandan Pengembangan Perkebun- Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika
an, Bogor. Hlm. 222-225. 4(2):9-17
Mulyati, Sri., Afghani Jayuska dan Puji Thangaselvabal, T., C.G.L. Justin and M.
Ardiningsih, 2015. Aktivitas minyak atsiri Leelamathi. 2008. Black pepper (Piper
daun lada (Piper nigrum L.) terhadap nigrum)“The King of Spices”. Tamil Nadu
rayap Coptotermes sp. Jurnal MIPA, Agricultural University, India.
Universitas Tanjungpura 4(3):100-106 Journal of Agricultural Review, 29(2):89-98.
Meilawati N.L.W., N. Bermawie, A. Purwito, D. Vasavirama, K. And M. Upender, 2014.
Manohara. 2016. Respon tanaman lada Piperine : A valuable alkaloid from piper
(Piper nigrum L.) varietas Ciinten species.International Journal of Pharmacy
terhadap iradiasi sinar Gamma. Jurnal and Pharmaceutical Sciences 6(4):34-38.
Litri 22(2):71-80. University of Hyderabad, India.
Permentan (Peraturan Menteri Pertanian) no. Wahyuno, D., D. Manohara, S.D. Ningsih dan
64/OT.140/5. 2013. Sistem Pertanian R.T. Setijono. 2010. Pengembangan
Organik. Kementerian Pertanian varietas unggul lada tahan penyakit busuk
Republik Indonesia. 12 hlm. pangkal batang yang disebabkan oleh
Park, H. and M.W. DuPonte, 2008. How to Phytophthora capsici. Jurnal Litbang
cultivate Indigenous Microorganism. Pertanian 29(3):86-95.
Journal of Biotechnology 9 :1-7. Wiratno. 2001. Rempah-rempah dan Industri
Rosman R. 2014. Model Simulasi Kelayakan Pangan. Prosiding Simposium Rempah
Lahan Pengembangan Lada Organik. Indonesia (MaRI), Jakarta, 13-14
Prosiding Seminar Nasional Pertanian September 2001. Kerja Sama MaRI-Pusat
Organik. Hlm. 77-82. Penelitian Perkebunan. Hlm. 17-24.

38 Volume 17 Nomor 1, Juni 2017 : 26 - 39


Yuhono JT. 2007. Sistem Agribisnis Ladadan .Zu. C, Z. Li and J. Yang, 2014. Acid soil is
Strategi Pengembangannya. Jurnal associated with reduced yield, root
Litbang Pertanian 26(2): 76-81. growth and nutrient uptake in black
Yap Chin Ann, 2012. Impact of different pepper (Piper nigrum L.). Agricultural
fertilization methods on the soil, yield Sciences 5(5):466-473.
and growth performance of black pepper Zuraini, Z., G. Sanjai and M. Noresah. 2010.
(Piper nigrum L). Malaysian Journal of Effective microorganism technology for
Soil Science 16 : 71-87 waterquality restoration and potential for
Yap Chin Ann, 2016. Efficacy of organic products sustainable water resources and
as black pepper foliar fertilizer. management. Procceedings of the
International journal of Environment, International Congress of Environmental
Agriculture and Biotechnology 1(3):21-25. Modeling and Software Modelling for
Environmental Sake, Ontario – Canada.

Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 39

Anda mungkin juga menyukai