9051 29165 1 PB
9051 29165 1 PB
2018, 26 -39
ISSN: 1412-8004
ABSTRAK ABSTRACT
Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah Pepper (Piper nigrum L.) is a spice crop that has a high
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penghasil economic value, the seventh largest income earner in
devisa terbesar ketujuh pada kelompok tanaman the plantation crop. The pepper development areas in
perkebunan. Daerah pengembangan lada di Indonesia Indonesia are mostly in Lampung, Bangka, Kalimantan
sebagian besar berada di Lampung, Bangka, and Sulawesi. Indonesia is not the bigest Country to
Kalimantan dan Sulawesi. Indonesia bukanlah Negara supply international market, however Indonesia is
terbesar pemasok kebutuhan lada di tingkat dunia, number three to supply international market. The
namun Indonesia merupakan negara pemasok lada largest supplier of pepper needs in the words is
nomor tiga di dunia. Negara pemasok kebutuhan lada Vietnam, followed by Brazil. One of the keys factor of
terbesar di dunia adalah Vietnam, disusul oleh Brazil. Vietnam's success is the application of good pepper
Salah satu kunci keberhasilan Vietnam adalah cultivation practice supported by both the government
diterapkannya budidaya lada yang baik didukung oleh and the private sector, while in Indonesia most of the
pemerintah dan swasta, sedangkan di Indonesia pepper plantations belong to farmers with diverse
sebagian besar perkebunan lada adalah milik petani cultivation techniques that are often not following the
dengan teknik budidaya yang beragam seringkali tidak recommended Standard Operation Procedure of
sesuai dengan SOP budidaya lada yang dianjurkan. pepper cultivation.To compete with other countries
Bersaing secara kuantitas dirasa berat untuk Indonesia, quantitatively is not easy for Indonesia, since the
karena sampai saat ini produktivitas lada di Indonesia productivity of pepper in Indonesia is still low. One
masih relatif rendah. Banyak permasalahan yang effort to anticipate this is by increasing pepper
dihadapi oleh petani lada di Indonesia di antaranya competitiveness through organic cultivation
mutu dari produk lada yang masih rendah. Untuk (Qualitatively). Internationally, organic produce/
meningkatkan daya saing lada salah satunya adalah product will have premium price, since the organic
dengan meningkatkan kualitas produk lada, melalui product is more healthy and as an appreciation from
budidaya organik. Di tingkat internasional, produk the consumers to the producer that the producers have
organik mendapatkan harga premium, dihargai lebih implemented ecofriendly farming and also consumers
mahal, karena selain produknya dianggap sehat juga assume that the producer is as an environmental hero.
konsumen rela memberikan harga lebih sebagai bentuk This paper describes organic pepper cultivation in the
apresiasi bagi produsen organik yang telah hope of contributing to improve the competitiveness of
berbudidaya ramah lingkungan, sehingga dianggap Indonesian pepper in the world market and also on
pahlawan lingkungan. Makalah ini menguraikan supporting the successfull of Goverment of Indonesia
tentang budidaya tanaman lada secara organik dengan program on actualizing of “Thousands of Organic
harapan dapat ikut memberikan kontribusi dalam Village Program”.
rangka peningkatan dayasaing lada Indonesia di Pasar
dunia, sekaligus mendukung program pemerintah Keywords: Pepper, Piper nigrum L , Organic
mewujudkan “Seribu Desa Organik”. Cultivation, Competitiveness
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 27
Indonesia menduduki peringkat pertama, tetapi memberi makan tanaman, jadi tidak secara
saat ini tersaingi oleh Vietnam (IPC, 2014). langsung memberi makan tanaman (Kardinan,
Permasalahan yang dihadapi usahatani lada di 2016). Budidaya organik secara sederhana
Indonesia cukup klasik, terutama rendahnya diartikan dengan budidaya tanpa menggunakan
produktivitas lada (kurang dari 1 ton/ha), asupan bahan kimia sintetis (pupuk, pestisida
besarnya kehilangan hasil karena hama dan dan lainnya), namun menggunakan asupan
penyakit, serta pendapatan yang tidak menentu bahan alami (pupuk kandang, kompos, pestisida
karena harga lada yang sangat fluktuatif alami, dan lainnya) dengan memperhatikan
(Soetopo, 2012; Rosman, 2016), sehingga kesehatan lingkungan dan manusia (Kardinan,
mengakibatkan turunnya produksi dan nilai 2014). Makalah ini menguraikan tentang
budidaya tanaman lada secara organik, dengan
ekspor (Yuhono, 2007). Hal yang sama juga
harapan dapat ikut memberikan kontribusi
dialami oleh negara lain penghasil lada, misalnya
dalam rangka peningkatan dayasaing lada
di India yang dinyatakan oleh Thangaselvabal et
Indonesia di pasar dunia.
al. (2008) bahwa lada hitam yang merupakan
“The King of Spices/Raja Rempah” dan BUDIDAYA TANAMAN LADA
merupakan sumber devisa bagi India dimana
Budidaya tanaman lada di Indonesia sangat
70% dari produksinya diekspor, namun sampai
beragam dari daerah ke daerah,
saat ini produktivitasnya masih rendah.
tergantung karakteristik jenis lada yang
Peningkatan Daya Saing Lada di Pasar dunia dibudidayakan, faktor lingkungan, karakteristik
petani dan faktor lainnya, sehingga budidaya
Indonesia bukanlah Negara terbesar
tanaman lada di Indonesia terbagi menjadi
pemasok kebutuhan lada di tingkat dunia,
namun masih banyak negara-negara lain yang beberapa kelompok, yaitu ;
memasok pasar dunia, diantaranya Vietnam. a. Budidaya Konvensional; adalah budidaya
Bersaing secara kuantitas dirasa berat untuk sebagian besar petani saat ini, dimana
Indonesia, karena sampai saat ini rata-rata penggunaan asupan bahan kimia sintetis
produkstivitas lada di Indonesia masih relatif (pupuk, petisida, dll) masih menjadi andalan
rendah (di bawah 1 ton.ha). Untuk meningkatkan dan sebagai garansi keberhasilan bertani.
daya saing lada salah satunya adalah dengan b. Budidaya sesuai LEISA; adalah bertani dengan
meningkatkan kualitas produk lada, yaitu menggalakkan asupan bahan alami, seperti
melalui budidaya organik. Di tingkat pupuk/kompos, mikroba menguntungkan dan
internasional, produk organik mendapatkan lainnya dengan semangat memperbaiki
harga premium, dihargai lebih mahal, karena kesuburan tanah, serta mencoba
selain produknya dianggap sehat juga konsumen menggunakan pestisida alami selama masih
rela memberikan harga lebih mahal sebagai memungkinkan, namun dalam praktek
bentuk apresiasi bagi produsen organik yang budidaya ini masih diperkenankan
telah berbudidaya ramah lingkungan, sehingga menggunakan bahan kimia sintetis (pupuk
dianggap pahlawan lingkungan.Hal ini sesusai dan pestisida) sebagai alternatif terakhir.
dengan pendapat Yap (2012) dan Zu (2014) yang c. Budidaya non Pestisida; adalah budidaya
menyatakan bahwa Lada merupakan tanaman dengan anggapan bahwa pestisida dapat
yang memerlukan asupan nutrisi tinggi untuk membatasi perdagangan dan dapat
mencapai pertumbuhan dan produksi yang menyebabkan ditolaknya ekspor karena
optimal. Penggunaan pupuk organik pada kandungannya di atas ambang batas residu.
beberapa kasus dapat mengakibatkan produksi Seperti dikemukakan oleh Soetopo (2012)
yang lebih rendah daripada penggunaan pupuk bahwa daya saing produk ekspor pertanian,
kimia sintetis, namun rendahnya produksi ini termasuk lada sangat bergantung pada
dapat tertutupi dengan harga lada organik yang penanganan negara produsen terhadap isu
relatif dihargai lebih mahal daripada lada non pasar internasional, seperti batas maksimum
organik. Prinsip budidaya organik adalah residu pestisida pada produk ekspor
memberi makan tanah terlebih dahulu, kemudian pertanian. Dalam praktek budidaya ini
apabila tanah sudah sehat maka tanah akan pestisida kimia sintetis tidak digunakan dan
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 29
maknanya jangan dulu berfikir memberikan mikroorganisme menguntungkan dapat
pupuk untuk kebutuhan tanaman, tetapi berkembang dengan baik pada pertanaman lada
utamakan dahulu cara menyuburkan tanah, organik, oleh karena itu aplikasi berulang dapat
diantaranya dengan mengembalikan semua sisa membantu berkembangnya mikroorganisme
panen tanaman ke dalam tanah dan lainnya, menguntungkan di dalam tanah lebih cepat.
kemudian setelah tanah sehat, maka tanamanpun Keymer dan Lankau (2017) mengemukakan
akan tumbuh sehat pada tanah tersebut. bahwa pada saat pembentukan buah, tanaman
Terabaikannya pengembalian bahan organik lada memerlukan asupan nutrisi yang tinggi,
kedalam tanah dan intensifnya penggunaan pada saat kritis perlu mendapat perhatian khusus
pupuk kimia pada lahan pertanian telah dari petani. Berkembangnya mikroorganisme
menyebabkan mutu fisik dan kimia tanah menguntungkan dan macrofauna seperti cacing
menurun atau sering disebut kelelahan lahan tanah, serangga dan mahluk lainnya yang
(land fatigue). Kondisi tanah yang demikian menguntungkan di dalam tanah, maka akan
menyebabkan biota tanah yang berpengaruh membantu tersedianya nutrisi di dalam tanah
terhadap fiksasi nitrogen dan kelarutan fosfat secara alami. Beberapa jenis mikroba untuk
menurun, miskin hara mikro, perlindungan meningkatkan kesuburan tanah diantaranya
terhadap penyakit rendah, boros terhadap Rhizobium, Azotobacter, Mikorhiza, dan lainnya
penggunaan pupuk dan air, serta tanaman peka dapat digunakan, baik dalam bentuk pupuk
terhadap kekeringan. Produktivitas tanah dan
organik cair, maupun pupuk organik padat,
keberlanjutan produksi pertanian baik tanaman
sebagai pupuk daun ataupun diaplikasikan ke
pangan, hortikultura dan perkebunan ditentukan
tanah sekitar perakaran (Kardinan dan Ruhnayat,
oleh kecukupan kandungan bahan organik tanah.
2003). Ditambahkan oleh Yap (2016) bahwa
Bahan organik tanah merupakan komponen
aplikasi pupuk organik melalui daun (Foliar
penting penentu kesuburan tanah, terutama di
fertilizer) sangat berpengaruh terhadap
daerah tropika seperti di Indonesia dengan suhu
udara dan curah hujan yang tinggi. Kandungan pertumbuhan lada.
bahan organik yang rendah menyebabkan Unsur P dapat diperoleh dari guano atau
partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan asam fulvat yang saat ini sudah banyak beredar
terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi. di pasaran. Unsur K dapat diperoleh dari jerami
Oleh karena itu, budidaya organik sangat padi ataupun bahan mineral seperti asam humat
diperlukan dalam mengembalikan kesuburan yang mengandung K antara 3 - 11%. Unsur N
tanah di Indonesia dan merubah paradigma dapat digunakan kompos tanaman dari kipahit,
petani dalam bertani menjadi bertani yang ramah ataupun urin ternak dan kotorannya ataupun
lingkungan. dari tepung ikan, namun demikian kotoran
Budidaya lada organik tidak manusia dan babi tidak diperbolehkan
memperkenankan penggunakan pupuk kimia penggunaannya dalam pertanian organik
sintetis seperti Urea, NPK dan sejenisnya (SNI (Permentan no. 64/OT.140/5/2013). Penggunaan
6729, 2016), namun harus dengan pupuk organik, pupuk organik yang sudah komersial
diantaranya pupuk kandang, kompos, mikroba, diperdagangkan di pasaran harus sudah
bahan mineral, dan lainnya. Kevin dann Jarroop “tersertifikasi organik”, baru dapat digunakan
(2018) dan Zuraini (2010) mengemukakan bahwa dalam budidaya organik lada, sehingga tidak
dalam budidaya lada organik, selain semua pupuk yang sudah mengklaim pupuk
menggunakan pupuk organik perlu disertai organik dan sudah memiliki ijin edar dari
aplikasi mikroorganisme efektif (Effective Kementan dapat digunakan dalam budidaya
microorganisms) atau mikroorganisme yang organik lada. Bahan bahan yang dianjurkan,
menguntungkan untuk mencapai produktivitas dibatasi dan dilarang digunakan untuk
dan pertumbuhan yang optimal, sekaligus kesuburan tanah dalam pertanian organik seperti
menciptakan tanah yang sehat dan subur. Park pada Tabel 1, 2 dan 3 (Menurut SNI 6729 - 2016).
dan DuPonte (2008) menyatakan bahwa Dalam budidaya lada dianjurkan jadwal
diperlukan sedikitnya satu tahun agar pemupukan sebagai berikut;
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 31
Tabel 2. Bahan yang dibatasi sebagai bahan penyubur tanah.
Tabel 3. Bahan yang dilarang sebagai bahan Pengendalian OPT (Organisme pengganggu
penyubur tanah Tanaman)
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 33
oleh Meilawati et al. (2016) melalui iradiasi sinar crops dengan tanaman Arachis pintoi) (Gambar 1),
Gamma dan Wahyuno et al. (2010) melalui pemupukan berimbang, dan cara lainnya yang
persilangan intraspesies maupun antar spesies. ramah lingkungan atau melalui modifikasi
Tingkat serangan hama buah lada di Bangka lingkungan (La Ode et al., 2015).Apabila cara
dapat mencapai 36,82% (Laba et al., 2004). pertama tidak berjalan dengan baik, maka
Penyakit kuning pada tanaman lada yang dilakukan cara pengendalian, yaitu dengan (2)
disebabkan oleh nematoda parasit tumbuhan penggunaan pestisida alami, yang terdiri dari
menjadi masalah utama di Bangka. Petani tidak pestisida nabati (dari tumbuhan), pestisida hayati
mengenal penyakit ini, dan cara (jamur, bakteri, virus) dan pestisida dari bahan
pengendaliannya juga belum ada (Abdul dan mineral (belerang/sulfur, Cu SO4, kapur, dll).
Sulistiawati, 2014). Saripudin et al. (2014) Pestisida/pupuk yang sudah komersial
menyatakan bahwa terjadi penambahan luas diperdagangkan di pasaran harus sudah
lahan tanaman lada di Kalimantan Barat, namun tersertifikasi organik, baru dapat diperbolehkan
tidak berdampak pada peningkatan produksi, digunakan dalam budidaya organik lada. Salah
salah satu penyebabnya adalah serangan hama satu tanda bahwa produk tersebut telah
dan penyakit tanaman. disertifikasi organik adalah dengan adanya
Pengendalian hama dan penyakit tidak “Logo Organik Indonesia” (Gambar 2).
boleh menggunakan pestisida kimia sintetis Pengendalian OPT di tempat penyimpanan/
dalam pertanian organik, tetapi harus gudang harus mengutamakan cara cara
mengutamakan cara-cara yang ramah pencegahan, diantaranya dengan memasang kain
lingkungan, diantaranya; (1) cara pencegahan, kasa untuk mencegah serangga masuk, kawat
yaitu dengan menanam varietas tahan, disemua lubang untuk mencegah tikus masuk,
melestarikan musuh alami, misal dengan penggunaan lampu perangkap serangga/light
penanaman tanaman berbunga/refugia seperti trap ataupun perangkap tikus, dan cara lainnya.
kenikir di sekitar tanaman lada yang berperan Namun apabila cara cara pencegahan di atas
sebagai habitat musuh alami serta serangga tidak dapat berjalan dengan baik, maka
berguna dan pengusir hama, kutur teknis (misal penggunaan pestisida kimia sintetis
penanaman mulsa hidup/living mulch/cover diperbolehkan selama tidak kontak langsung
dengan produk organik, misalnya pemasangan
umpan beracun tikus disekitar gudang,
penyemprotan sarang lalat/serangga disekitar
gudang dan lainnya. Fumigasi dengan Fospin,
metil bromida dan bahan kimia sintetis lainnya
tidak diperkenankan, demikian pula radiasi
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 35
ditelusuri apabila terjadi sesuatu yang tidak Eropa menerbitkan peraturan batas maksimum
diharapkan dengan produk tersebut. Prosesing residu pestisida dari berbagai produk pertanian
tidak boleh menggunakan bahan kimia sintetis yang diberlakukan sejak tahun 2008 . Perhatian
yang dilarang dalam pertanian organik (Tabel 1, Indonesia terhadap bahaya pestisida terlihat
2, 3 dan 4), demikian pula air yang digunakan dengan diterbitkannya Inpres No. 7/1973 tentang
untuk prosesing tidak boleh tercemar oleh logam Peraturan Perizinan Penggunaan, Pendistri-
berat, pestisida ataupun bahan cemaran lainnya. busian, dan Penyimpanan Pestisida untuk
Hasil analisis laboratorium diperlukan untuk Pertanian dan Kesehatan. Inpres No. 3/1986 juga
menjaga integritas keorganikan. Limbah hasil menegaskan pelarangan peredaran 57 jenis
pengolahan tidak boleh mencemari lingkungan. pestisida kimiawi. Kebijakan pemerintah dalam
Harus ada SPO (Standar operasional prosedur) mendukung budidaya lada yang bebas dari
pananganan limbah. Tidak boleh ada komplen residu pestisida melalui program pengendalian
atau keluhan dari masyarakat sekitar pengolahan Hama Terpadu (PHT) pada tanaman lada tahun
mengenai limbah yang dihasilkan. 1998 (Trisawa dan Laba, 2005). Kegiatan PHT di
Perkebunan khususnya pada komoditas lada
KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP telah disosialisasikan semenjak Tahun Anggaran
PENGEMBANGAN LADA ORGANIK 1997/1998 yang diawali dengan penyelenggaraan
SL- PHT. Sebagian besar peserta SLPHT terdiri
Lada merupakan salah satu komoditas dari petani lada yang memiliki kebun lada dan
ekspor andalan Indonesia setelah kopi. Setiap sudah berproduksi baik di Bangka Belitung
tahap dari subsistem agribisnis lada memiliki maupun di Lampung. Untuk mengantisipasi isu
berbagai permasalahan mulai dari pembatasan residu pestisida, maka Badan
industri/penangkar benih, adanya serangan OPT, Litbang Pertanian telah melakukan pemantauan
kurangnya penyuluhan, rendahnya adopsi status residu insektisida pada produk lada di
teknologi, kurangnya modal petani dan adanya Bangka (Wiratno, 2001). Ada enam bahan aktif
usaha pencampuran lada asalan pada produk insektisida yang beredar di Bangka, yaitu
petani. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan- karbofuran, benomil, fenitrotion, fention,
kebijakan untuk membantu petani dalam deltametrin dan pemetrin, hingga saat ini hasil
meningkatkan pendapatan petani lada. Untuk laboratorium tidak menemukan adanya kasus
mendapatkan transfer teknologi dari puslit/balai residu insektisida pada produk lada yang
penelitian, petani yang berada di daerah sentra melebihi batas ambang standar FAO.
produksi lada sangat diperlukan kebijakan Salah satu implementasi program
khusus untuk memprioritaskan pengkajian dan “Nawacita” pemerintah adalah program seribu
pengembangan lada di BPTP. Diperlukan Desa organik dengan landasan bahwa;
kemitraan secara terpadu antara petani, pihak pengembangan dimulai dari pinggiran/Desa,
swasta dan pemerintah daerah dalam meningkatkan daya saing produk (dengan
mewujudkan diseminasi paket teknologi, mulai organik akan mampu bersaing dengan lebih
dari perbanyakan tanaman, teknik budidaya dan baik), mengoptimalkan potensi dometik,
pengolahan hasil. Demonstrasi plot untuk lebih mengangkat kearifan lokal dan lainnya.
meyakinkan petani bahwa paket teknologi yang Pertanian organik mengutamakan potensi lokal.
diperkenalkan memberikan nilai tambah dalam Program seribu Desa Orgnik dimulai dari tahun
budidaya organik tanaman lada. 2016 hingga tahun 2019 yang pelaksanaannya
Bahaya penggunaan residu pestisida dalam dikelola oleh Dirjen Tanaman Pangan
pengendalian OPT lada menjadi perhatian (mengembangkan 600 Desa Organik), Dirjen
khusus bagi pemerintah dan dunia, karena residu Perekbunan (mengembangkan 150 Desa Organik)
pestisida bersifat toksik dan dapat berakumulasi dan Dirjen Hortikultura (mengembangkan 250
dalam tubuh manusia sehingga berakibat buruk Desa Organik). Dalam pelaksanaanya, Dirjen –
bagi kesehatan dan lingkungan . Pada tahun 2005 Dirjen bekerjasama dengan Dinas – Dinas
Komisi Kesehatan dan Perlindungan Konsumen Provinsi dan Kabupaten. Pada tahun 2017, FAO
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 37
Kevin Muyang Tawie Sulok, and Jarroop Reshmi, S.K., E. Sathya and P.S. Devi. 2010.
Augustine MercerZehnder, 2018. Isolation of piperdine from piper nigrum
Introducing natural farming in black andits antiproliferative activity. African
pepper (Piper nigrum L.) cultivation. Journal of Pharmacy and Pharmacology
International Journal of Agronomy, 4(8):562-573.
Article ID 9312537, 6 pages. Research Rosman R, 2016. Strategi Penelitian dan
and Development Division, Malaysia Pengembangan Menghadapi Dinamika
Pepper Board. Perkembangan Lada Dunia. Perspektif;
Keymer, D.P and R.A. Lankau, 2017. Disruption Review Penelitian Tanaman Industri.
of plant-soil-microbial relationship 15(1):11-17.
influences plant growth. Journal of Setiyono RT. 2015. Budidaya dan Keragaan Hasil
Ecology 105(3):816-827. dan Mutu Lada Lokal Ciinten. Infotek
Laba, I.L., D. Kilin dan I.M. Trisawa, 2005 Perkebunan 7(8): 30.
Tingkat kerusakan dan serangan hama Soetopo D. 2012.Pengendalian Hama Penggerek
buah lada Dasynus piperis pada Batang Lada Menghadapi Isu
pertanaman lada di Bangka. Jurnal Pembatasan Residu Pestisida.Jurnal
Entomologi Indonesia 1(1):34-40. Pengembangan Inovasi Pertanian 5(1):
La Ode Santiaji Bande, Bambang Hadisutrisno 32-43.
dan Bambang Hendro Sunarminto, Standar Nasional Indonesia (SNI 6729 – 2016).
2015.Peran unsur cuaca terhadap peningkatan Sistem Pertanian Organik. BSN – Badan
penyakit busuk pangkal batang lada di Standarisasi Nasional. 48 hlm.
sentra produksi lada daerah Sulawesi Saripudin, Sarbino dan Supriyanto, 2014.
Tenggara. Jurnal Manusia dan Pengaruh cara budidaya terhadap
Lingkungan 22(2):187-193. Perkembangan penyakit hawar beludru
Mahmud Z, S Kemala, S Damanikdan Y Ferry. (Septobasidium) pada tanaman lada di
2003. Profil Komoditas Lada. Pusat Sungai Raya Kabupaten Bengkayang.
Penelitiandan Pengembangan Perkebun- Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika
an, Bogor. Hlm. 222-225. 4(2):9-17
Mulyati, Sri., Afghani Jayuska dan Puji Thangaselvabal, T., C.G.L. Justin and M.
Ardiningsih, 2015. Aktivitas minyak atsiri Leelamathi. 2008. Black pepper (Piper
daun lada (Piper nigrum L.) terhadap nigrum)“The King of Spices”. Tamil Nadu
rayap Coptotermes sp. Jurnal MIPA, Agricultural University, India.
Universitas Tanjungpura 4(3):100-106 Journal of Agricultural Review, 29(2):89-98.
Meilawati N.L.W., N. Bermawie, A. Purwito, D. Vasavirama, K. And M. Upender, 2014.
Manohara. 2016. Respon tanaman lada Piperine : A valuable alkaloid from piper
(Piper nigrum L.) varietas Ciinten species.International Journal of Pharmacy
terhadap iradiasi sinar Gamma. Jurnal and Pharmaceutical Sciences 6(4):34-38.
Litri 22(2):71-80. University of Hyderabad, India.
Permentan (Peraturan Menteri Pertanian) no. Wahyuno, D., D. Manohara, S.D. Ningsih dan
64/OT.140/5. 2013. Sistem Pertanian R.T. Setijono. 2010. Pengembangan
Organik. Kementerian Pertanian varietas unggul lada tahan penyakit busuk
Republik Indonesia. 12 hlm. pangkal batang yang disebabkan oleh
Park, H. and M.W. DuPonte, 2008. How to Phytophthora capsici. Jurnal Litbang
cultivate Indigenous Microorganism. Pertanian 29(3):86-95.
Journal of Biotechnology 9 :1-7. Wiratno. 2001. Rempah-rempah dan Industri
Rosman R. 2014. Model Simulasi Kelayakan Pangan. Prosiding Simposium Rempah
Lahan Pengembangan Lada Organik. Indonesia (MaRI), Jakarta, 13-14
Prosiding Seminar Nasional Pertanian September 2001. Kerja Sama MaRI-Pusat
Organik. Hlm. 77-82. Penelitian Perkebunan. Hlm. 17-24.
Peningkatan Dayasaing Lada (Piper nigrum L.) Melalui Budidaya Organik (AGUS KARDINAN et al.) 39