Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN PENDEKATAN ILMU TASAWUF DI BIDANG

EKONOMI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu : Qurrota A’yun, M.H.I

Disusun oleh:

M. Syafiul Anam (4120172)

KELAS E

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN PEKALONGAN

2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi aha penyayang, puji
syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayahnya
kepada kita semua sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik

Makalah ini telah selesai saya susun dengan semaksimal mungkin, berkat bantuan dan
partisipasi anda semua, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu,
untuk itu saya ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini

Terlepas dari semua itu saya menyadari bahwa susunan makalah ini jauh dari kata
sempurna baik dari susunan kalimat atau tata bahasa. Oleh karena itu saya terbuka untuk
menerima kritik dan saran dari pembaca, sehingga saya dapat memperbaikinya dan menjadi
lebih baik lagi. Yang terakhir saya berharap makalah tentang Penerapan Pendekatan Ilmu
Tasawuf di Bidang Ekonomi yang saya susun ini sangat bermanfaat ataupun inspirasi bagi
para pembaca.

Pekalongan, 29 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 6

A. Pengertian Tasawuf .......................................................................................................... 6


B. Pengertian Ekonomi ......................................................................................................... 7
C. Hubungan Tasawuf dan Ekonomi .................................................................................... 8
D. Ciri – Ciri Ekonomi Islam................................................................................................ 9
E. Korelasi Pandangan Tasawuf dan Ekonomi ................................................................... 10
F. Korelasi Etos Kerja dengan Tasawuf .............................................................................. 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 13

A. Kesimpulan .................................................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan ilmu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang bertujuan agar
seseorang beribadah dengan ajaran agama islam yang benar, tasawuf itu bisa juga diartikan
mencari jalan untuk mencari kecintaan kepada Allah SWT, dan memutuskan untuk
menjauhkan diri dari perbuatan kemewahan duniawi, agar tetap menjaga kesucian diri
seseorang, dan juga senantiasa tidak mengabaikan akhlak terhadap sesama manusia. jadi,
bukan hanya hubungan dengan Allah SWT yang harus dipelihara dengan baik, tetapi juga
hubungan dengan sesama manusia bisa berjalan dengan baik.

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia untuk memenuhi


kebutuhan hidup manusia yang tak terbatas. Pentingnya bagi sesorang mengetahui dan
mempelajari hubungan tasawuf dan ekonomi, agar sesorang dapat menerapkan system
ekonomi yang sesuai dengan ajaran agama islam, untuk itu kita harus menerapkan ajaran
agama islam dalam bidang ekonomi, karena pada kehidupan saat ini orang islam belum
mengerti tentang bagaiman seharusnya kita menggunakan atau menerapkan ekonomi islam
secara tepat atau benar sehingga tidak banyak terjadi kesalahan

Kajian ekonomi dengan tasawuf ini berperan besar untuk menentukan arah dan tujuan
dinamika dalam kehidupan masyarakat pada zaman sekarang, oleh karena itu , perilaku
tasawuf harus tetap ada dalam kehidupan ber ekonomi, tasuwuf tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia, karena tasawuf merupakan cara bagaimana amal yang kita perbuat bisa
diterima oleh Allah SWT. Begitu pula dengan ekonomi. Ekonomi pun tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia untuk bertahan hidup, maka dari itu kita harus memepelajari keduanya
agar tecipta kegiatan ekonomi yang sesuai dengan ajaran agama islam

Pada dasarnya islam mengajarkan kepada kita keseimbanagan antara kehidupan dunia dan
akhirat. Oleh karena itu pada realitasnya merupakan makhluk dunia yang harus menghadapi
segala sesuatu di dunia dengan penuh tanggung jawab dan senantiasa mengabdi kepada Allah
SWT. Islam hanya mengecam kepada mereka yang hanya sibuk mencari kehidupan di dunia

4
dan melupakan akhiratnya, hal ini harus ditanamkan dalam diri seseorang, agar tidak menjadi
alasan bagi manusia untuk bermalas-malasan dan harus seimbang dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tasawuf?
2. Apa pengertian ekonomi?
3. Apa hubungan tasawuf dan ekonomi?
4. Apa ciri-ciri ekonomi islam?
5. Bagaimana korelasi pandangan tasawuf dan eknomi?
6. Bagaimana korelasi etos kerja dengan tasawuf?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian tasawuf
2. Untuk mengetahui pengertian ekonomi
3. Untuk mengetahui hubungan tasawuf dan ekonomi
4. Untuk mengetahui ciri-ciri ekonomi islam
5. Untuk memahami korelasi pandangan tasawuf dan ekonomi
6. Untuk memahami korelasi etos kerja dengan tasawuf

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin mengatakan tasawuf dengan sifat-sifat yang dapat
dilihat dari sifat-sifatnya, sifat-sifat yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat yang
terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju (keridhaan) ) Allah dan larangan-Nya
menuju kepada perintah-Nya.

Iman Ghazali mengemukakan pendapat Abu Bakar Al-Katany yaitu: Tasawuf adalah budi
pekerti, barang siapa yang memberikan bekal budi pekerti atasmu, berarti ia memberikan
bekal atas dirimu dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima (perintah) untuk
beramal karena sesungguhnya mereka melakukan suluk dengan nur (petunjuk) Islam. Dan
ahli zuhud yang jiwanya menerima (perintah) untuk melakukan beberapa akhlak (terpuji)
karena mereka telah melakukan suluk dengan nur (petunjuk) imannya.

Menurut dari Mahmud Amin An-Nawawy mengemukakan pendapat Al-junaid Al-baghdady


yang mengatakan: lalu ia berkata: seorang hamba tidak akan menekuni (amalan tasawuf)
tanpa aturan tertentu, (menganggap tidak tepat ibadahnya) tanpa tertuju kepada Tuhan-Nya
dan merasa tidak berhubungan dengan Tuhannya tanpa menggunakan waktu untuk beribadah
kepadaNya.

Dari segi bahasa terdapat jumlah kata atau istilah yang digunakan para ahli untuk
menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang
berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-suffah orang yang ikut pindah dengan nabi dari Mekkah
ke Madinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa Yunani: hikmat dan suf (kain wol) .

Dari segi linguistik (kebahasaan) ini segera dapat dipahami bahwa tasawuf adalah sikap
mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban
untuk selalu waspada. Sikap jiwa yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang
mulia.

Dari segi istilah atau pendapat para ahli terhadap setiap sudut pandang yang digunakannya
masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk
mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia

6
sebagai makhluk yag harus berjuang dan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Jika
dapat dilihat dari sudut pandang ini maka tasawuf dapat diartikan sebagai upaya mensucikan
diri dengan pengaruh pengaruh dunia dan perhatian hanya kepada Allah SWT.

Jika tiga tiga tasawuf tersebut diatas satu dan lainnya di depan, maka segera tampak tasawuf
pada upaya melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan diri dari
pengaruh kehidupan dunia, sehingga akhlak yang mulia dan dekat dengan Allah SWT.

B. Pengertian Ekonomi

Ekonomi berasal dari kata oikos artinya rumah tangga dan nomos artinya aturan. Jadi secara
bahasa artinya aturan rumah tangga. Tokoh pertama mengemukakan permasalahan ekonomi
adalah Aristoteles dari Yunani sehingga orang sekarang disebut sebagai ahli Ekonomi
pertama. Secara istilah ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari berbagai tindakan
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak terbatas dengan alat pemuas
kebutuhan yang terbatas.

Ekonomi sebagai salah satu cabang pohon ilmu pengetahuan yang amat besar dan luas. Ilmu
ekonomi diberi gelar sebagai Seni tertua dan ilmu terbaru, atau jika diterjemahkan, ekonomi
merupakan seni tertua dan ilmu pengetahuan yang termuda. Masalah-masalah ekonomi
muncul sejak manusia diciptakan yaitu sejak Nabi Adam sebagai diturunkan ke bumi
bersama istrinya. Kebutuhan mereka akan makanan, pakaian dan tempat tinggal memaksa
mereka untuk bertemu dengan masalah-masalah ekonomi.

Diantara nama filosof-filosof yang membawa ekonomi menjadi berkembang, terdapatlah


nama Aristoteles (384-322 Sebelum Masehi) murid terkasih Plato dan cucu murid Socrates.
Aristoteles adalah seorang ahli matematika, ilmu pasti dan alam sekaligus seorang sosiolog
dan psikolog bahkan lebih dari itu semua adalah seorang ulama yang paham akan agama,
moral dan etika. Ia adalah guru bagi Iskandar Zulkarnain yang Agung dan Makedonia.
Selama hidup, Aristoteles telah menulis banyak sekali buku tentang segala sesuatu yang
dilihat, dirasa dan didambakannya. Karena Yunani memiliki Aristoteles inilah, Oikos Nomos
(tata laksana rumah tangga) tidak berhenti berkembang. Diantara buku-bukunya yang paling
banyak memuat tentang ekonomi adalah bukunya yang berjudul Politica dan Etika
Nicomachea. Dan di dalam buku ini terdapatlah dasar-dasar teori nilai dan pertukaran,
pembagian kerja, serta teori tantang uang, suku bunga dan riba. Ia juga benar-benar akan

7
liku-liku serta pentingnya arti perdagangan, perniagaan, serta diperlakukannya uang sebagai
salah satu jenis perantara atau alat tukar menukar, dan suatu standar (untuk ukuran dan nilai)
yang disepakati dunia.

C. Hubungan Tasawuf Dan Ekonomi

Tasawuf adalah bagian dari syari’at Islam, yakni perwujudan dari ihsan, salah satu dari tiga
kerangka ajaran Islam yang lain yakni iman dan Islam. Oleh karena itu tetap, perilaku
tasawuf harus berada dalam kerangka syariat. Tasawuf merupakan penghayatan seseorang
terhadapnya, dan kemungkinan besar untuk mengenalkan manusia secara spiritual, sehingga
ia mengenalkan dirinya sendiri dan akhirnya mengenal Tuhannya.

Tasawuf tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena tasawuf adalah cara atau bagaimana
amal yang kita lakukan diterima oleh-Nya. Begitu pula dengan ekonomi. Ekonomi juga tidak
bisa lepas dari kehidupan manusia bahkan pada manusia pertama atau Nabi Adam dan
diturunkan ke bumi saja. Mereka sudah mengalami masalah ekonomi yaitu kebutuhan akan
makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain.

Saat ini kita berada ditengah-tengah kehidupan masyarakat modern, atau sering pula disebut
sebagai masyarakat yang sekuler. Pada umumnya, hubungan antara anggota masyarakatnya
atas prinsip-prinsip dasar materialistis. Mereka merasa bebas dan lepas dari kontrol agama
dan pandangan dunia metafisis. Dalam masyarakat modern yang cenderung rasionalis,
sekuler dan materialis, ternyata tidak menambah kebahagiaan dan ketentraman hidupnya.
Berkaitan dengan itu, Sayyid Hosein Nasr menilai bahwa akibat masyarakat modern yang
mendewakan ilmu pengetahuan dan teknologi, berada di wilayah pinggiran eksistensinya
sendiri. Masyarakat yang demikian adalah masyarakat barat yang telah kehilangan visi
keilahian. Hal ini menimbulkan kehampaan spiritual, yang berakibat banyak dijumpai orang
yang stres dan gelisah, akibat tidak memiliki pegangan hidup.

Untuk mengantisipasi hal-hal semacam di atas, maka diperlukan keterlibatan langsung


tasawuf dalam ekonomi, hal ini dapat kita lihat dalam sejarah Tarekat Sanusiyah di berbagai
daerah di Afrika Utara, Dalam kiprahnya, tarekat ini tidak henti-hentinya bekerja dengan
pendidikan keruhian, disiplin tinggi, dan memajukan perniagaan yang menarik orang-orang
ke dalam pahamnya. Maka Fazlur Rahman menceritakan bahwa tarekat ini menanamkan
disiplin tinggi dan aktif dalam medan pejuangan hidup, baik sosial, politik, dan ekonomi.

8
Pengikutnya menggunakan senjata dan berekonomi (berdagang dan bertani). Gerakannya
pada perjuangan dan perjuangan, dan programnya lebih berada dalam batasan positivisme
moral dan kesejahteraan sosial, tidak “terkungkung” dalam batasan-batasan spiritual
keakhiratan. Coraknya lebih purifikasionisdan lebih aktif, memberantas penyelewengan
moral, sosial dan keagamaan, maka Fazlur Rahman menamakannya sebagai Neo-Sufisme.

Jika kita memperhatikan saat ini bahaya dari terbengkalainya perekonomian sangat
membahayakan, oleh karena itu pembenahan dalam ekonomi sangat diperlukan sebagai
perantara bagi umat untuk memperoleh kehidupan di dunia dan akhirat, dalam sebuah kaidah,
ulama’ membuat suatu kaidah dalam melaksanakan berbagai perintah Allah demi
memperoleh kesempurnaan dalam menjalankanya yang berbunyi: “segala bentuk perantara
yang dapat membantu kesempurnaan suatu kewajiban maka hukumnya menjadi wajib.”

D. Ciri-Ciri Ekonomi Islam


1. Ekonomi Islam melibatkan Tuhan, orang Islam berekonomi dengan niat karena Allah,
dan mengikut peraturan dan hukum-hukum Allah. Swt. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan ridha dan kasih sayang Allah saja. Syari’at lahir dan batin ditegakkan
dan hati tidak lalai dari mengingat-Nya. Aktifitas berniaga dianggap dzikir dan ibadah
kepada Allah swt.
2. Ekonomi Islam berlandaskan taqwa, kegiatan ekonomi dalam Islam merupakan jalan
untuk mencapai taqwa dan melahirkan akhlak yang mulia. Ini adalah Tuhan. Kalau
dalam sistem ekonomi kapitalis, modalnya uang untuk mendapatkan uang, tetapi
dalam ekonomi Islam modalnya taqwa untuk mendapatkan taqwa. Hasil dari ekonomi
yang berlandaskan taqwa, akan lahir ukhuwah dan kasih sayang, kemesraan, saling
tolong menolong, bersopan santunan, mendahulukan kepentingan orang lain. Semua
yang terlibat dengan kegiatan ekonomi Islam ini akan menjadi tawadlu’ dan rendah
diri. Akan terhapus, penekanan, pendhaliman dan ketidakadilan. Akhirnya masyarakat
jadi aman, damai dan hidup penuh sejahtera.
3. Ekonomi Islam keuntungan perniagaan untuk masyarakat. Keuntungan ada dua
bentuk, keuntungan maknawi dan keuntungan materi. Islam mengajarkan kita untuk
mengutamakan untung maknawi dari pada untung materi. Walaupun ada keuntungan
materi namun harus dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Islam tidak
menghargai materi terhadap diri sendiri, keluarga, kelompok atau golongan.

9
Keuntungan dapat diambil untuk menawarkannya saja tetapi selebihnya harus
dikembahkan kepada Tuhan melalui bantuan kepada fakir miskin dan masyarakat.
Inilah apa yang dikatakan bersyukur. Ekonomi Islam lebih mementingkan khidmat
kepada masyarakat daripada mengumpulkan materi yang besar.
4. Ekonomi Islam tidak ada utang berunsur riba, Islam tidak membenarkan riba. Yaitu
kredit untuk jangka waktu tertentu. Islam memiliki mobil sendiri untuk hal tersebut.
Diantaranya adalah mudharabah, musyarakah, berkorban dan sebagainya. Riba
menimbulkan berbagai masalah dan krisis. Ia sangat menekan, menindas dan
mencekik si peminjam.

E. Korelasi Pandangan Tasawuf dan Ekonomi

Secara umum pandangan tasawuf yang diungkapkan oleh Syaik Nawawi alBantani ada
korelasi dengan Ekonom. Hanya saja pengistilahan yang berbeda. Tasawuf melarang manusia
untuk hidup mengikuti keinginan. Demikian juga dengan pandangan ekonom. Ekonom
mengajarkan manusia untuk selalu menegdepankan kebutuhan, dan menyampingkan
keinginan. Dalam tasawuf orang yang mengejar keinginan disebut orang mati. Sementara
dalam eknomi dipandang orang yang konsuntif. Kedua istilah ini tidak enak didengar.

Dalam sosilogi masayarakat konsutif, lahir dari masyarakat matrelialis. Masyarakat materialis
merupakan masyarakat terendah dalam lapisan masyarakat, setelah masyarakat spritualis dan
rasinalis.

Masyarakat spiritualis lebih mengedepankan pendidikan dibandingkan dengan yang lainnya,


karenanya dalam masyarakat spiritualis orang yang pendidikannya tinggi dianggap memiliki
derajat yang tinggi. Sementara di msyarakat rasinalis segala tolak ukurnya rasional.

F. Korelasi Etos Kerja dengan Tasawuf

Karakteristik dari etos kerja manusia merupakan pancaran dari sikap hidup mendasar
pemiliknya terhadap kerja. Menurut Ziauddin Sardar, suatu nilai (value) serupa dengan
konsep dan cita-cita yang menggerakkan perilaku individu dan masyarakat. Senada dengan
itu ‘Abd al-Satar Nuwair juga menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang diarahkan
dan terpengaruh oleh keyakinan yang mengikatnya. Salah atau benar, keyakinan tersebut

10
niscaya mewarnai perilaku orang bersangkutan. Dalam konteks ini, selain dorongan
kebutuhan dan aktualisasi diri, nilai-nilai yang dianut, keyakinan atau ajaran agama
(termasuk di dalamnya nilai-nilai tasawuf) tentu dapat pula menjadi sesuatu yang berperan
dalam proses terbentuknya sikap hidup mendasar ini. Berarti kemunculan etos kerja manusia
didorong oleh sikap hidup baik disertai kesadaran yang mantap maupun kurang mantap.
Sikap hidup yang mendasar itu menjadi sumber motivasi yang membentuk karakter,
kebiasaan atau budaya kerja tertentu.

Disebabkan latar belakang keyakinan dan motivasi yang berlainan, maka cara terbentuknya
etos kerja yang tidak bersangkut paut dengan agama atau non-agama dengan sendirinya
mengandung perbedaan dengan cara terbentuknya etos kerja yang berbasis ajaran agama,
dalam hal ini etos kerja Islami. Tentang bagaimana etos kerja dapat diaktualisasikan dalam
kehidupan sehari-hari, kenyataannya bukan sesuatu yang mudah. Sebab, realitas kehidupan
manusia bersifat dinamis, majemuk, berubah-ubah, dan antara satu dengan lainnya
mempunyai latar belakang, kondisi sosial dan lingkungan yang berbeda. Perubahan sosial
ekonomi seseorang dalam hal ini juga dapat mempengaruhi etos kerjanya.

Di sini harus ditekankan bahwa etos kerja terpancar dari sikap hidup mendasar manusia
terhadap kerja. Konsekuensinya pandangan hidup yang bernilai transende (seperti nilai-nilai
tasawuf yang bersumber al-Qur’an dan Sunnah) juga dapat menjadi sumber motivasi yang
berpengaruh serta ikut berperan dalam proses terbentuknya sikap itu. Nilai-nilai transenden
akan menjadi landasan bagi berkembangnya spiritualitas sebagai salah satu faktor yang
efektif membentuk kepribadian. Etos kerja tidak terbentuk oleh kualitas pendidikan dan
kemampuan semata. Faktor-faktor yang behubungan dengan inner life, suasana batin dan
semangat hidup yang terpancar dari keyakinan dan keimanan ikut menentukan pula. Karena
itu, kehidupan sufi (yakni pengamalan tasawuf) jelas dapat menjadi sumber nilai dan sumber
motivasi yang mendasari aktivitas hidup, termasuk etos kerjanya. Al-Qur’an dengan jelas
memotivasi seseorang agar berusaha mengubah kondisinya ke arah yang lebih baik, tanpa ada
usaha untuk mengubah sikap dan perilaku diri sendiri Allah tidak akan mengubahnya.
Perhatikan Q.S. al-Ra‘d/13:11
...‫ّٰللاَ ََل يُغ َِي ُر َما ِبقَ ْو ٍم َحتهى يُغ َِي ُر ْوا َما ِبا َ ْنفُسِ ِه ْم‬
‫ا َِّن ه‬

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."

Berkenaan dengan etos kerja ini, dalam suatu hadis Rasul SAW. bersabda:

11
“Sesungguhnya Allah SWT. senang melihat hamba-Nya letih dan payah karena bekerja
mencari (rezeki) yang halal”. (H.R. al-Dailamî)

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ekonomi memiliki keterkaitan
dengan ilmu tasawuf yang mana pada zaman sekarang ini masih sangat dibutuhkan. Secara
umum pandangan tasawuf yang diungkapkan oleh Syaik Nawawi alBantani ada korelasi
dengan Ekonom. Hanya saja pengistilahan yang berbeda. Tasawuf melarang manusia untuk
hidup mengikuti keinginan. Demikian juga dengan pandangan ekonom. Ekonom
mengajarkan manusia untuk selalu menegdepankan kebutuhan, dan menyampingkan
keinginan. Karakteristik dari etos kerja manusia merupakan pancaran dari sikap hidup
mendasar pemiliknya terhadap kerja. Menurut Ziauddin Sardar, suatu nilai (value) serupa
dengan konsep dan cita-cita yang menggerakkan perilaku individu dan masyarakat,

B. Saran

Makalah yang saya tulis tidak lepas dari segala kekurangan dan kesalahan. Dengan segala
kerendahan hati, saya selalu mengharap kritik dan saran yang membangun sekiranya sangat
diperlukan untuk perbaikan dan pembelajaran dimasa yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Muzakkir. 2011. Relevansi Ajaran Tasawuf Pada Masa Modern. MIQOT, vol. XXXV (1)
Apipudin. Korelasi Tasawuf Dengan Ekonomi
Rahmawati. 2015. Peran Akhlak Tasawuf Dalam Masyarakat Modern. Al-Munzir, vol.8 (2)
Feriskal. 2010. Tasawuf Dan Ekonomi

14

Anda mungkin juga menyukai