Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANTI KORUPSI

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI


BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Kuliah Pancasila kelas AH

Lecturer:
Banu Prasetyo, S.Fil., M. Phil.

Nama Anggota kelompok:

1. Arys Arya Anfield (1222100081)


2. Daifatul Fitriyah (1222100101)
3. Fanniar Aurelia (1222100108)
4. James Christian (1222100102)
5. Madaniyah Nur Aisyah Putri (1222100115)
6. Mei Nurlinda (1222100080)
7. Nabila Febriyana (1222100095)
8. Sindy Utami (1222100116)

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945


SURABAYA
2021
ABSTRACT
Korupsi merupakan masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat
Indonesia dan dunia. Korupsi sudah ada sejak lama sejak manusia mengenal tata
pemerintahan. Korupsi sering dikaitkan dengan masalah atau kebijakan politik di
lingkungan pemerintahan. Korupsi termasuk perilaku kriminal, korupsi bukan
sekedar mencuri, tetapi ada unsur penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan di
dalamnya, memberikan muatan moral pada korupsi. Korupsi tidak hanya
berdampak pada satu aspek kehidupan tetapi juga memiliki efek domino pada aspek
kehidupan lainnya. Salah satu cara terbaik untuk memutus mata rantai korupsi di
negeri ini adalah dengan memberikan pendidikan anti korupsi kepada generasi
penerus bangsanya. Karena generasi penerus bangsa akan menjadi generasi yang
menggantikan pejabat negara yang lama, untuk membangun negara tercinta agar
bisa berjaya di mata dunia. Generasi muda inilah kunci keberhasilan pembangunan
negara yang harus terhindar dari korupsi. Sehingga lebih mudah bagi kita untuk
mendidik dan mempengaruhi generasi muda agar tidak melakukan tindak pidana
korupsi sebelum terlebih dahulu dipengaruhi oleh “budaya” korupsi dari generasi
pendahulunya.
LATAR BELAKANG
Korupsi merupakan salah satu bentuk permasalahan atau ancaman global,
dikarenakan adanya penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah atau pihak-pihak
yang memiliki wewenang besar terkait kepentingan pribadi yang sangat merugikan
bagi masyarakat. Indonesia menjadi salah satu negara yang identik dengan tindakan
korupsi, hal ini disebabkan karena buruknya moral para pemimpin bangsa yang
melakukan penyimpangan terhadap kepercayaan masyarakat. Semakin kesini
tindakan korupsi di negara kita ini semakin buruk, maka dari itu banyak dilakukan
upaya-upaya pemberantasan korupsi. Akan tetapi, masih banyak para pemimpin
dan para pejabat yang melakukan tindakan korupsi tersebut. Salah satu upaya yang
dilakukan yaitu melalui pendidikan anti korupsi pada kalangan mahasiswa dimana
tindakan ini bermaksud untuk membentuk moral yang lebih baik bagi para generasi
muda agar mereka atau kita tidak menjadi bibit-bibit koruptor di negara kita
tercinta. Tindakan pencegahan melalui pendidikan ini diharapkan untuk
memberikan pengertian bagi generasi muda terutama mahasiswa agar mengetahui
dampak besar dari tindakan korupsi tersebut.

Rumusan Masalah

1. Apa pengertian korupsi?


2. Bagaimana tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia?
3. Apa saja peran mahasiswa dalam pemberantasan tindak pidana korupsi?
4. Apa saja dampak yang diakibatkan oleh terjadinya tindak pidana korupsi?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.


2. Untuk mengetahui tindak pidana korupsi dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran dari mahasiswa dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh terjadinya tindak pidana
korupsi.

Study Pustaka

1. Pengertian korupsi
Korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang
yang dilakukan oleh seorang pejabat demi mendapatkan keuntungan
pribadi. Pendapat lain mengatakan definisi korupsi adalah suatu perilaku
tidak jujur atau curang demi keuntungan pribadi oleh mereka yang berkuasa,
dan biasanya melibatkan suap. Korupsi dapat juga didefinisikan sebagai
suatu tindakan penyalahgunaan kepercayaan yang dilakukan seseorang
terhadap suatu masalah atau organisasi demi untuk mendapatkan
keuntungan.

Pengertian Korupsi Menurut Para Ahli

1. Robert Klitgaard

Korupsi adalah suatu tingkah laku yang menyimpang dari tugas-tugas resmi
jabatannya dalam negara, dimana tujuannya untuk memperoleh keuntungan
status atau uang yang menyangkut diri pribadi atau perorangan, keluarga
dekat, kelompok sendiri, atau dengan melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi.

2. Henry Campbell Black

Korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan tujuan untuk


mendapatkan suatu keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi
dan hak-hak dari pihak lain.

3. Albert Sydney Hornby

Korupsi adalah suatu pemberian atau penawaran dan penerimaan hadian


berupa suap, serta kebusukan atau keburukan.

4. Nathaniel H. Leff
Korupsi adalah suatu cara diluar hukum yang digunakan oleh perorangan
atau kelompok untuk mempengaruhi tindakan-tindakan birokrasi.

5. Syeh Hussein Alatas

Korupsi adalah subordinasi kepentingan umum di bawah kepentingan


pribadi yang mencakup pelanggaran norma, tugas dan kesejahteraan umum,
yang diakukan dengan kerahasiaan, penghianatan, penipuan dan
ketidakperdulian dengan akibat yang diderita oleh rakyat.

6. Gunnar Myrdal

Korupsi adalah suatu masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan


melakukan penyuapan dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar
korupsi dan tindakan-tindakan penghukuman terhadap pelanggar. Tindakan
dalam pemberantasan korupsi umumnya dijadikan pembenar utama
terhadap KUP Militer.

7. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Menurut KBBI, pengertian korupsi adalah tindakan penyelewengan atau


penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

2. Penyebab Terjadinya Korupsi

1. Faktor Internal

Faktor internal penyebab korupsi berasal dari dalam diri sendiri, yaitu sifat
dan karakter seseorang yang mempengaruhi segala tindakannya. Beberapa
yang termasuk di dalam faktor internal ini diantaranya:

 Sifat tamak, sifat dalam diri manusia yang menginginkan sesuatu


melebihi kebutuhannya dan selalu merasa kurang.
 Gaya hidup konsumtif, perilaku manusia yang selalu ingin memenuhi
kebutuhan yang tidak terlalu penting sehingga tidak bisa
menyeimbangkan pendapatan dengan pengeluarannya, misalnya
hedonism.
2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal penyebab korupsi berasal dari lingkungan sekitar yang


dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan seseorang sehingga
melakukan korupsi. Beberapa yang termasuk dalam faktor eksternal
tersebut diantaranya:

 Faktor ekonomi, adanya kebutuhan akan ekonomi yang lebih baik seringkali
mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Misalnya gaji yang tidak sesuai
dengan beban kerja, mendorong seseorang melakukan korupsi.
 Faktor politik, dunia politik sangat erat hubungannya dengan persaingan
dalam mendapatkan kekuasaan. Berbagai upaya dilakukan untuk
menduduki suatu posisi sehingga timbul niat untuk melakukan tindakan
koruptif.
 Faktor organisasi, dalam organisasi yang terdiri dari pengurus dan anggota,
tindakan korupsi dapat terjadi karena perilaku tidak jujur, tidak disiplin,
tidak ada kesadaran diri, aturan yang tidak jelas, struktur organisasi tidak
jelas, dan pemimpin yang tidak tegas.
 Faktor hukum, seringkali tindakan hukum terlihat tumpul ke atas tajam ke
bawah. Artinya, para pejabat dan orang dekatnya cenderung diperlakukan
istimewa di mata hukum, sedangkan masyarakat kecil diperlakukan tegas.
Hal ini terjadi karena adanya praktik suap dan korupsi di lembaga hukum.
3. Dampak Terjadinya Korupsi

1. Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi

Tindakan korupsi adalah tindakan yang sangat merugikan negara dimana


dana yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan ekonomi seperti
memberikan bantuan modal untuk pelaku UMKM agar usaha yang mereka
jalankan semakin maju justru digunakan untuk kepentingan pribadi oleh
oknum tidak bertanggung jawab.
2. Menurunkan Investasi

Dana yang seharusnya di investasikan oleh negara dan menghasilkan


benefits atau keuntungan malah digunakan untuk kepentingan Pribadi.

3. Meningkatnya Kemiskinan

Dana yang diberikan oleh rakyat dan kembali untuk rakyat dalam artian di
gunakan sebagai pembangunan fasilitas pemberian bantuan kepada
masyarakat yang kurang mampu malah digunakan sebagai pemenuh
kekayaan pemerintah yang tidak bertanggung jawab

4. Meningkatnya Ketimpangan Pendapatan

Dalam hal ini dana yang digunakan untuk membangun perekonomian


negara menyeimbangkan gaji buruh justru digunakan untuk keuntungan
pribadi yang membuat lajunya ekonomi indonesia melambat dan dana yang
telah di percayakan kepada masyarakat seperti sia sia.

4. Regulasi Tindak Pidana Korupsi

Pengertian tindak pidana korupsi berdasarkan Pasal 2 Ayat (1) Undang-


Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (UU Tipikor) yang kemudian mengalami perubahan lagi
dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUU-XIV/2016 adalah:
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara
dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).”
Melalui pengertian tindak pidana korupsi dari Pasal 2 Ayat 1 UU Tipikor
ini, terlihat bahwa terdapat 3 (tiga) unsur yaitu melawan hukum, untuk
memperkaya diri sendiri, dan kerugian negara.[1] Ketiga unsur ini harus
saling berhubungan dan dapat dibuktikan keberadaannya.

Adapun jenis tindak pidana korupsi terbagi dalam 7 (tujuh) kelompok


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 12C UU
Tipikor, yaitu:

1. Tindak Pidana Korupsi yang merugikan keuangan negara (Pasal 2 dan


Pasal 3);
2. Tindak Pidana Korupsi berupa praktek suap menyuap (Pasal 5 ayat (1)
huruf a dan huruf b, Pasal 13, Pasal 5 ayat (2), Pasal 12 huruf a dan b,
Pasal 11, Pasal 6 ayat (1) huruf a dan huruf b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12
huruf c dan huruf d;
3. Tindak Pidana Korupsi berupa penggelapan dalam jabatan (Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10 huruf a, huruf b dan huruf c);
4. Tindak Pidana Korupsi berupa pemerasan (Pasal 12 huruf e, huruf f dan
huruf g);
5. Tindak Pidana Korupsi berupa perbuatan curang (Pasal 7 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf c dan huruf d, Pasal 7 ayat (2), Pasal 12 huruf h;
6. Tindak Pidana Korupsi berupa benturan kepentingan dalam pengadaan
(Pasal 12 huruf i);
7. Tindak Pidana Korupsi berupa gratifikasi (Pasal 12 B jo. Pasal 12 C).

Pelaku dari tindak pidana korupsi ini berasal dari pegawai negeri atau
penyelenggara negara, penegak hukum, atau siapa saja dalam jabatannya
yang merugikan keuangan negara.[2] Setelah pelaku ditangkap, pelaku dari
tindak pidana korupsi ini akan ditangani oleh Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi yang merupakan pengadilan khusus dalam Peradilan Umum.

Sementara itu, pengertian penggelapan berdasarkan dari Pasal 372 Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disebut KUHP) adalah:
“Barang siapa dengan sengaja menguasai secara melawan hukum, sesuatu
benda yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, yang
berada padanya bukan karena kejahatan, karena salah telah melakukan
penggelapan, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya empat
tahun atau dengan hukuman denda setinggi-tingginya sembilan ratus
rupiah.”

Penggelapan ini merupakan kejahatan yang hampir sama dengan pencurian,


tetapi pada saat terjadi penggelapan, barang sudah berada pada pelaku tanpa
melalui kejahatan atau melawan hukum.[4] Selain itu, kejahatan ini dapat
dilakukan oleh siapapun sepanjang barang tidak dikuasai pelaku secara
melawan hukum. Dalam proses beracara, pelaku penggelapan akan
ditangani di lingkungan Peradilan Umum, baik di Pengadilan Negeri
sebagai pengadilan pertama dan Pengadilan Tinggi sebagai pengadilan
tingkat banding.[5] Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggelapan
yang diatur dalam ketentuan pasal 372 KUHP dapat dilakukan oleh setiap
orang, sementara penggelapan yang diatur dalam UU Tipikor merupakan
penggelapan yang hanya dapat dilakukan oleh pegawai negeri dalam
jabatannya. Selain itu tindak pidana korupsi terbagi dalam 7 bentuk dimana
penggelapan dalam jabatan hanya salah satu bentuk dari tindak pidana
korupsi.

5. Strategi Pemberantasan Korupsi

Upaya memerangi korupsi bukanlah hal yang mudah, dari pengalaman


negara lain yang dinilai sukses memerangi korupsi, segenap elemen bangsa
dan negara lain yang dinilai dilibatkan dalam upaaya memerangi korupsi
melalui cara yang simultan.

Upaya pemberantasan korupsi meliputi beberapa prinsip, antara lain:

1. Memahami hal-hal yang menjadi penyebab korupsi


2. Upaya pencegahan, Investigasi serta edukasi dilakukan secara
bersamaan
3. Tindakan diarahkan terhadap suatu kegiatan dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan dan aspek kuratifnya dan meliputi berbagai
elemen

Methology

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Peneliti ingin mengetahui
bagaimana peran Mahasiswa dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Pada
penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana Mahasiswa universitas 17
agustus 1945 surabaya (UNTAG) dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.

Nasution (2003:5), Secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan


kualitatif. Hakikat penelitian kualitatif adalah untuk mengamati orang
dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Metode penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya. disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul
dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Nasution (1996:5) mengemukakan bahwa: “Penelitian kualitatif pada


hakekatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi
dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa mereka dan tafsiran mereka
tentang dunia sekitarnya”. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sebagai
instrumenutama (key instrument) harus turun ke lapangan dan berada di lapangan
dalam waktu yang cukup lama. Peneliti terjun ke lapangan untuk meneliti aktivitas
manusia tertentu dengan mengumpulkan data-data dari hasil interaksi peneliti
dengan mereka.
Lebih lanjut Nasution (1996:5), mengungkapkan bahwa: “Peneliti harus
mampu memahami dan berusaha mengerti bahasa dan tafsiran mereka, untuk itu
penelitian kualitatifini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat”.
Desain penelitian kualitatif tidak didasarkan pada suatu kebenaran yang
mutlak, tetapi kebenaran itu sangat kompleks karena selalu dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial, historis, serta nilai-nilai. Menurut Nasution (1996:17),
“penelitian kualitatif sebenarnya meliputi sejumlah metode penelitian antara
kerja lapangan, penelitian lapangan, studi kasus dan lain-lain”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

Arikunto (1980:215) : “Ditinjau dari lingkup wilayahnya, maka penelitian kasus


hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat
penelitian, penelitian kasus lebih mendalam dan membicarakan kemungkinan
untuk memecahkan masalah yang aktual dengan mengumpulkan data, menyusun
dan mengaflikasikannya dan menginterpretasikannya”.

Endang Danial (2009:63) metode studi kasus merupakan metode


yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan interaksi
lingkungan terhadap individu, kelompok, instiusi dan komunitas masyarakat
tertentu. Metode ini akan melahirkan prototipe atau karakteristik tertentu yang khas
dari kajiannya. Dengan menggunakan metode ini diharapkan peneliti dapat
memperoleh infomasi yang mendalam tentang gambaran real mengenai peran
Mahasiswa dalam upaya pencegahan tindak pidana korupsi.
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrument penting yang berusaha
pengumpulan data lainnya.

Moleong (2000:132) bahwa: “Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen


utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan
perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi
pelapor penelitiannya” Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan
pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih
banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan
lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari
informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang
diperlukan untuk kepentingan penelitian. Selain itu penulis juga berusaha untuk
mendapatkan pandangan dari orang di luar sistem dari subjek penelitian, atau dari
pengamat, untuk menjaga subjektifitas mengungkapkan data secara mendalam
dengan dibantu oleh beberapa teknik yang cukup lama. Peneliti terjun ke lapangan
untuk meneliti aktivitas manusia tertentu dengan mengumpulkan data-data dari
hasil interaksi peneliti dengan mereka.

Nasution (1996:5), mengungkapkan bahwa: “Peneliti harus mampu memahami dan


berusaha mengerti bahasa dan tafsiran mereka, untuk itu penelitian kualitatifini
tidak dilakukan dalam waktu yang singkat”. Desain penelitian kualitatif tidak
didasarkan pada suatu kebenaran yang mutlak, tetapi kebenaran itu sangat
kompleks karena selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, historis, serta nilai-
nilai.

Hasil dan Diskusi

Dari hasil diskusi dan pengumpulan beberapa data serta materi yang kami
lakukan dapat disimpulkan bahwa Korupsi merupakan suatu perilaku menyimpang
dari suatu jabatan atau wewenang untuk mendapatkan keuntungan pribadi namun
merugikan bagi negara dan masyarakat. Korupsi terjadi karena kurangnya rasa
amanah dan tanggung jawab oleh seorang pemimpin dalam masa jabatan atau
wewenangnya. Dalam hal ini mahasiswa dapat berperan dalam pemberantasan
tindak pidana korupsi sesuai dengan perannya sebagai generasi muda yang memilki
potensi untuk melanjutkan tatanan pemerintahan Indonesia di masa yang akan
datang. Dalam hal ini mahasiswa di tuntut untuk memiliki pemahaman mengenai
tindak pidana korupsi sehingga dengan adanya pemahaman tersebut di harapkan
angka kasus tindak pidana korupsi menurun.
Kesimpulan

Setelah di buatnya makalah ini, harapan kami makalah yang kami susun
dapat menjadi bahan edukasi bagi pembaca dan tim penyusun sendiri mengenai
tindak pidana korupsi, karena dalam makalah yang kami susun ini berisi peran serta
pemberantasan tindak pidana korupsi oleh mahasiswa yang juga bisa dilakukan
oleh masyarakat banyak.
Daftar Pustaka
Astuti, Sinta Indi, Septo Pawelas Arso, and Putri Asmita Wigati. 2015. “Upaya
Pemberantasan Korupsi Di Indonesia.” Analisis Standar Pelayanan Minimal
Pada Instalasi Rawat Jalan di RSUD Kota Semarang 3: 103–11.
Atthariq, Ricky. 2021. “Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi, Politik,
Pemerintahan & Hukum.” Tasya Talitha.
https://www.gramedia.com/literasi/dampak-korupsi/amp/.
Bilal, Mochammad. 2016. “Makalah Pendidikan Anti Korupsi Di Perguruan
Tinggi.” Makalah Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi: 28.
https://www.academia.edu/27358522/Makalah_Pendidikan_Anti_Korupsi_di_
Perguruan_Tinggi.
Chryshna, Mahatma. 2020. “Hari Antikorupsi: Strategi Pencegahan Dan
Penindakan Korupsi Di Indonesia.” kompas pedia.
https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/hari-antikorupsi-strategi-
pencegahan-dan-penindakan-korupsi-di-indonesia.
Justiana, Sandri et al. 2019. “1.4 Strategi Dan Rencana Aksi Pemberantasan
Korupsi.” https://www.youtube.com/watch?v=pqFyjtFJtzE.
Oktari, Rosi, and Abdurrahman Naufal. 2021. “Jerat Hukuman Baru Bagi
Koruptor.” indonesiabaik.id. https://indonesiabaik.id/infografis/jerat-
hukuman-baru-bagi-koruptor.
Prawiro, M. 2019. “Pengertian Korupsi: Definisi, Penyebab, Serta Jenis Dan
Bentuk Korupsi.” maxmanroe.com.
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-korupsi.html.

Anda mungkin juga menyukai