Disusun Oleh :
NADILA OCTAVIA PUTRI
2111040050
KELOMPOK 2
2. ETIOLOGI NYERI
a) Agen cedera fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik
b) Agen cedera biologi : penyebab nyeri karena kerusakan fungsi organ atau
jaringan tubuh
c) Agen cedera psikologi : penyebab nyeri yang bersifat psikologik seperti
kelainan organic, neurosis traumatic, skizofrenia
d) Agen cedera kimia : penyebab nyeri karena bahan/zat kimia
3. FISIOLOGI NYERI
Faktor – Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter & Perry (2012),
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri, yaitu :
a. Usia
Usia merupakan suatu variabel penting yang dapat mempengaruhi nyeri,
khususnya pada anak – anak dan lansia.
b. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespons nyeri yang dialami. Toleransi terhadap kejadian nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor – faktor biokimia yang berada dalam setiap
individu tanpa melihat jenis kelamin.
c. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai – nilai budaya mempengaruhi cara individu dalam
mengatasi nyeri. Setiap individu mempelajari apa yang diharapkan dan
apa yang diterima oleh kebudayaan mereka masing – masing. Hal ini
meliputi bagaiman dalam bereaksi terhadap nyeri.
d. Makna Nyeri
Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini dikaitkan
dengan latar belakang kebudayaan keluarga tersebut.
e. Perhatian
Saat seorang klien sangat memfokuskan perhatiannya pada nyeri yang
dialami dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat
pada seorang klien dapat dihubungkan dengan keadaan nyeri yang
meningkat.
f. Ansietas
Nyeri dan ansietas memiliki hubungan yang bersifat komolkes. Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas.
g. Keletihan
Keletihan yang terjadi pada seseorang dapat meningkatkan persepsi nyeri.
Rasa letih yang dialami menyebabkan sensasi nyeri terasa intensif.
h. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri
sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut dapat menerima
nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Saat individu
sejak lama mengalami nyeri serangkaian nyeri tanpa pernah sembuh atau
menderita nyeri yang berat, maka perasaan ansietas bahkan rasa takut
akan muncul.
i. Gaya Koping
Hal yang sering terjadi adalah individu merasa kehilangan kontrol
terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, gaya koping dapat
mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri.
j. Dukungan Keluarga dan Sosial
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nyeri terdapat faktor lain
yang bermakna mempengaruhi respons nyeri adalah kehadiran orang-
orang terdekat suatu individu dan bagaimana sikap mereka terhadap
seorang individu.
Impuls Nyeri
Kerusakan jaringan
Medulla spinalis
Diaphoresis, dilatasi pupil, fokus Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan,
menyempit, ekspresi wajah nyeri, anoreksia, ansietas, depresi,
dan perubahan frekuensi nafas imobilitas, berfokus pada diri sendiri
a) Anak-anak
b) Dewasa
Keterangan :
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
4-6 Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis,
menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan
baik
7-9 Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi
10 Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
berinteraksi dengan orang lain.
5) Waktu (T : Time)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul,
berapa lama, bagaimana timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan
nyeri terakhir timbul.
6) Perilaku non verbal
Bebrapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain :
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dan lain-lain.
7) Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri :
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan sehari-hari, stressor fisik dan
emosi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Ada lesi atau tidak, hematom maupun ada kelainan bentuk kepala
pasien serta keadaan rambut pasien.
2) Mata
Bentuk simetris atau tidak, konjumgtiva anemis atau tidak, ada nyeri
atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan mata
untuk mengetahui adanya kelainan atau tidak.
3) Hidung
Bentuk simetris atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembengkakan
didaerah polip atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari
pemeriksaan hidung untuk mengetahui adanya secret dan
pembengkakan.
4) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, ada cairan berlebih atau tidak, ada infeksi
atau tidak, ada alat bantu atau tidak. Fungsi dari pemeriksaan telinga
untuk mengetahui ada cairan yang berlebih atau adanya infeksi di
sekitar telinga.
5) Mulut
Bibir kering atau tidak, gigi kotor atau tidak. Fungsi untuk
pemeriksaan mulut untuk mengetahui adanya infeksi mulut atau
adanya gigi kotor dan berlubang.
6) Leher
Ada lesi atau tidak, ada pembengkakan kelenjar getah bening atau
tidak, ada pembengkakan kelenjar tiroid atau tidak.
7) Dada
Ada lesi atau tidak, inspirasi dan ekspirasi, suara paru, suara paru,
suara jantung.
Inspeksi : normal. Tujuan untuk mengetahui bentuk dada
Perkusi : sonor/resonan
Palpasi : kesimetrisan dada
Auskultasi : terdengar suara lapang paru normal
8) Abdomen
Ada lesi atau tidak, bising usus
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen
Perkusi : normal tidak ada gangguan
Auskultasi : tidak terdengar bising usus
9) Integument
Warna kulit : sawo matang
Keadaan kulit : kering
Turgor kulit : normal
10) Genetalia
Ada kelainan atau tidak, kebersihan genetalia.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan di
abdomen
2) Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal
3) Pemeriksaan laboratorium sebagai data penunjang pemeriksaan
lainnya (Asmadi, 2010).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL (minimal 2
diagnosa keperawatan yang sering muncul)
a. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringat hingga berat konstan lebih dari 3 bulan (SDKI PPNI,
2016).
b. Batasan Karakteristik
Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh nyeri Tampak meringis
Merasa depresi Gelisah
Tidak mampu menuntaskan
Minor
Subjektif Objektif
Merasa takut mengalami cidera Bersikap prtektif (mis: menghindari
nyeri)
Waspada
Pola tidur berubah
Anoreksia
Fokus menyempit
Berfokus pada diri sendiri
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
(SDKI PPNI, 2016).
b. Batasan Karakteristik
Mayor
Subjektif Objektif
Berat badan menurun minimal 10%
-
di bawah rentang ideal
Minor
Subjektif Objektif
Cepat kenyang setelah makan Bising usus hiperaktif
Kram/ nyeri abdomen Otot pengunyah lemah
Nafsu makan menurun Otot menelan lemah
Membran mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin menurun
Rambut rontok berlebih
Diare
a. Definisi
Kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (SDKI
PPNI, 2016).
b. Batasan Karakteristik: -
c. Faktor yang berhubungan
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan
4) Peningkatan kebutuhan metabolisme
5) Faktor ekonomi (eg. Finansial tidak mencukupi)
a. Definisi
Ketiadaan atau kekurangan informasi kognitif suatu topik (SDKI PPNI,
2016).
b. Batasan Karakteristik
Mayor
Subjektif Objektif
Menyampaikan masalah yang Menunjukkan perilaku tidak sesuai
dihadapi anjuran
Menunjukkan persepsi yang keliru
Minor
Subjektif Objektif
Menjalani pemeriksaan yang tidak
tepat
Menunjukkan perilaku berlebihan
misal apatis
a. Definisi
Gangguan keyakinan/sistem nilai berupa kesulitan merasakan makna dan
tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang lain, dan tuhan (SDKI
PPNI, 2016).
b. Batasan Karakteristik
Mayor
Subjektif Objektif
Mempertanyakan tujuan hidup Tidak mampu beribadah
Menyatakan hidupnya kurang Marah pada tuhan
bermakna
Merasa menderita
Minor
Subjektif Objektif
Menyatakan hidupnya kurang Menolak berinteraksi dengan orang
tenang
Mengeluh/tidak bisa menerima Tidak mampu berkreativitas
Merasa bersalah Koping tidak efektif
Merasa terasing Tidak berminat pada spiritual
Menyatakan telah beribadah
d. Definisi
Risiko mengalami peningkatan terserang organisme patogen (SDKI PPNI,
2016).
e. Batasan Karakteristik: -
f. Faktor yang berhubungan
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2010). Teknik prosedural keperawatan konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien.
Jakarta: Salemba Medika
Debora, O. (2013). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba Medika
Judha, dkk. (2012). Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. (T.
H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (edisi 10). Jakarta: EGC.
Potter, P.A & dan Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4, Vol 2.
Jakarta: EGC.
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta: Mitra Wacana Media.