PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.3 Tujuan
1) Mengetahui lahirnya orde reformasi sebagai ujung tombak perubahan bangsa.
2) Mengidentifikasi krisis multidimensional dan penyebab terjadinya.
3) Mengetahui perkembangan politik dan ekonomi pada masa reformasi.
4) Mampu mengambil hikmah dari terjadinya krisis multidimensional dan lahirnya orde reformasi.
5) Mampu mengambil gambaran dalam menunjukkan sikap sebagai bentuk partisipasi dan kontribusi
pemuda dalam orde reformasi sebagai generasi penerus kebanggaan bangsa.
BAB II
ISI
2.1 Periode Akhir Orde Baru
Orde baru berjalan hampir selama tiga decade, akan tetapi mulai goyah memasuki akhir decade
1990-an. Pemerintahan Orde Baru tidak mampu menghadapi krisis multidimensional yang berlangsung
sejak 1997.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) krisis artinya keadaan yang genting.
Multidimensional artinya mempunyai berbagai dimensi (kemungkinan, segi, dan bidang). Dengan
demikian, krisis multidimensional dapat diartikan sebagai kondisi genting pada suatu Negara dalam
berbagai bidang, baik moneter, ekonomi, politik, hukum, dan kepercayaan. Berikut penjelasannya.
a. Krisis Moneter
Pada awal tahun 1997 krisis moneter melanda Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada awal Juli 1997
rupiah Indonesia berada pada posisi nilai tukar Rp 2.500,00/US$ dan terus mengalami kemerosotan
hingga 9%. Bank Indonesia pun tidak mampu membendung rupiah yang kian merosot hingga RP
17.000,00/US$. Kondisi ini berdampak pada jatuhnya bursa saham Jakarta, bangkrutnya perusahaan –
perusahaan besar di Indonesia, dan likuidasi beberapa bank nasional.
Dalam situasi ini, Presiden meminta bantuan kepada IMF. IMF bersedia mengucurkan dana kepada
Indonesia dengan syarat Indonesia mencabut bantuan dana untuk subsidi bahan pokok, listrik, BBM, dan
menutup enam belas bank swasta. Saat krisis memanas, muncul ketegangan – ketegangan masyarakat
yang menunjukkan krisis sosial, seperti kerusuhan anti-Tionghoa di sejumlah kota karena dianggap
mendominasi perekonomian Indonesia, serta kerusuhan dan penjarahan.
b. Krisis Ekonomi
Munculnya krisis moneter sejak 1997 berdampak pada perekonomian dan dunia usaha. Sejumlah
perusahaan bangkrut, sehingga menyebabkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) besar –
besaran. Hal ini mengakibatkan lonjakan ke level yang belum pernah tercapai sejak tahun 1960-an, yaitu
sekitar 20 juta atau lebih dari 20% angkatan kerja. Akibat PHK dan naiknya harga berang dengan cepat,
jumlah penduduk di bawah garis kemiskinan mencapai 50% dari total penduduk.
c. Krisis Politik
Setelah pelaksanaan pemilu 1997 perhatian asyarakat tertuang pada Sidang Umum MPR pada bulan
Maret 1998 yang menetapkan kembali Soeharto sebagai presiden untuk masa jabatan 1998-2003
dengan B.J. Habibie sebagai wakilnya. Tanggal 10 Maret 1998 pidato pertanggungjawaban Presiden
Soeharto diterima oleh MPR. Selanjutnya, pada 12 Maret 1998 Presiden Soeharto kembali dilantik
sebagai presiden dan B.J. Habibie sebagai wakilnya.
Pada hari yang sama muncul gerakan mahasiswa dan masyarakat yang menolak pelantikan Soeharto
sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Tuntutan mahasiswa dan masyarakat ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya penyimpangan dalam bidang politik sebagai berikut.
d. Krisis Hukum
Pada masa Orde Baru, hukum sering dijadikan alat pembenarn atas kebijakan penguasa. Banyak
rekayasa dalam proses peradilan. Oleh karena itu, seseorang yang dianggap bersalah dapat bebas dari
hukuman dan seseorang yang tidak bersalah masuk penjara. Akibat penyimpangan tersebut, masyarakat
menghendaki reformasi dalam bidang hukum untuk meluruskan masalah pada posisi sebenarnya.
e. Krisis Kepercayaan
Munculnya krisis kepercayaan disebabkan oleh adanya penyimpangan demokrasi pada masa
pemerintahan Orde Baru. Situasi tersebut diperparah dengan banyaknya anggota pemerintahan yang
melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Krisis ekonomi, politik, dan hukum menambah
ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah Orde Baru. Krisis kepercayaan ini juga semakin
bertambah saat empat Mahasiswa Universitas Trisakti tewas tertembak oleh keamanan saat proses
demonstrasi, sehingga masyrakat menganggap pemerintah Orde Baru telah melakukan pelanggaran
HAM.
Tuntutan reformasi di Indonesia dilatarbelakangi oleh krisis multidimensional yang meliputi krisis
moneter, krisis ekonomi, krisis sosial, krisis politik, krisis hukum, dan krisis kepercayaan. Awalnya,
gerakan reformasi hanya dilakukan di kampus – kampus besar. Akan tetapi, tuntutan mereka tidak
mendapatkan respons dari pemerintah. Akhirnya, para mahasiswa harus turun ke jalan bersama
organisasi massa lainnya yang juga menuntut reformasi. Agenda utama gerakan reformasi adalah
turunnya Presiden Soeharto dari kursi kepresidenan. Selebihnya gerakan reformasitahun 1998
mempunyai enam agenda sebagai berikut.
Presiden Soeharto turun dari jabatannya setelah para mahasiswa mengajukan tiga tuntutan rakyat
(Tritura) pada tahun 1966. Pada tahun 1998 mahasiswa kembali menjadi agen perubahan bangsa.
Mahasiswa menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya dan meminta agar pemerintah
melaksanakan agenda reformasi.
Aksi pertama mahasiswa Universitas Indonesia dilakukan pada tanggal 19 Februari 1998, tiga bulan
sebelum Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Keesokan harinya, aksi dilakukan oleh lebih dari
10.000 orang berkeliling kampus dan berkahir di dekat gerbang masuk UI, yang menyampaikan
aspirasinya melalui baliho bertuliskan “turunkan harga!”, “hapus monopoli, korupsi, dan kolusi!”,
“tegakkan kedaulatan rakyat!”, “tuntut suksesi kepemimpinan nasional!”, “mahasiswa dan rakyat
bersatulah!”, dan mulai saat itu terpasang tulisan “kampus perjuangan rakyat” tepat di bawah lambing
UI.
2) Tragedi Trisakti
Pada tanggal 12 Mei 1998 mahasiswa Universitas Trisakti melakukan demonstrasi menuntut turunnya
Presiden Soeharto yang dilakukan sesuai dengan anjuran aparat. Akan tetapi, kekangan aparat
menyebabkan mahasiswa menuntut untuk berdemo di depan gedung DPR agar aspirasi mereka bisa
langsung disampaikan kepada pemerintah. Akhirnya, para mahasiswa ini nekat sehingga aparat
mengamankan mahasiswa menggunakan peluru tajam, sehingga empat mahasiswa menjadi korban
tewas, yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Tragedi ini
memicu kerusuhan yang lebih besar dan mengakibatkan aparat kewalahan, sehingga Presiden Soeharto
pu berpidato bahwa ia tidak mampu mengendalikan kerusuhan. Beliau pun gagal mendapat dukungan
ulama dan tokoh masyarakat, hingga akhirnya Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Peristiwa bentrok di Yogyakarta dikenal dengan Tragedi Gejayan. Tragedi ini berawal dari unjuk rasa
mahasiswa pada beberapa universitas di Yogyakarta, seperti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
(STTNAS), Institut Sains dan Teknologi Akprind, Universitas Kristen Wacana, Universitas Gadjah Mada,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dan Kampus IKIP Negeri Yogyakarta. Bentrokan mahasiswa di
Yogyakarta ini menyebabkan ratusan korban luka dan seorang mahasiswa tewas, yaitu Moses
Gatotkaca.
c. Peran Mahasiswa Bandung
Aksi demonstrasi di Bandung dipelopori oleh Universitas Padjadjaran (UNPAD) dan Institut Teknologi
Bandung (ITB). Gerakan mahasiswa yang didukung oleh masyarakat ini menjadi salah satu kekuatan
yang mampu melengserkan Presiden Soeharto dari jabatannya. Pada saat itu Bandung relatif aman dari
kerusuhan dan penjarahan. Slogan Anak Bandung Cinta Damai menjadi pemersatu mahasiswa dan
masyarakat untuk menjaga agar Kota Bandung tetap aman dan kondusif.
Aksi mahasiswa Surakarta dipelopori oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) dan Universitas
Muhammadiyah Solo (UMS). Aksi tersebut dipicu oleh demonstrasi di wilayah Jakarta dan Yogyakarta.
Dalam demonstrasi ini terjadi tindakan anarkis aparat yang berupaya meredakan demonstrasi. Ribuan
demonstran akhirnya dapat diredam.
Pada tanggal 8 April 1998 aksi keprihatinan digelar secara damai oleh mahasiswa Universitas Airlangga
(UNAIR) Surabaya. Aksi tersebut dijawab anarkis oleh aparat keamanan, sehingga menyebabkan
jatuhnya korban. Steelah kejadian tersebut, hampir 20 ribu mahasiswa gabungan enam belas perguruan
tinggi Surabaya menggelar aksi serupa di Universitas 17 Agustus Surabaya.
Kondisi Indonesia yang tidak terkendali memak Presiden Soeharto mempercepat kepulangannya dari
Mesir. Akhirnya pada hari Kamis tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya, dan sesuai pasal 8 UUD 1945 B.J. Habibie akan melanjutkan sisa masa pemerintahannya
sebagai Presiden Republik Indonesia ketiga, periode 1998-1999.Suharto_resigns.jpg
Tanggal 21 Mei 1998, Prof. Dr. Bacharuddin Jusuf Habibie, terpilih menjadi Presiden ke 3 Indonesia,
dalam waktu singkat masa pemerintahannya, B J Habibie menunjukan prestasi kerjanya yang sangat
menakjubkan. Berhasil menyelamatkan krisis moneter dan melengkapi lahirnya Bank Mu’amalah pada
masa Presiden Soeharto, dengan ditambahkan Bank Syariah. Hal ini sebagai pertanda Presiden Prof. Dr.
Bacharuddin Jusuf Habibie, tidak dapat diragukan juga kedekatannya dengan Ulama dan Santri, apalagi
sebagai pendiri Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia, ICMI yang pertama di Malang.
Keberhasilan menciptakan Pesawat CN 35 yang mampu melakukan short take off and landing, hanya 400
meter, merupakan prestasi tanpa tanding, di kelasnya di dunia. Diikuti dengan penciptaan Air Bus 600
yang tercepat di dunia. Selain itu juga, telah merancang pesawat terbang yang tercepat di dunia,
diumumkan oleh B.J. Habibie sejak awal pembentukan ICMI di Malang, suatu pesawat sipil dengan
kecepatan jarak Jakarta NewYork hanya empat jam. Tentu, prestasi ini sangat mencemaskan eksistensi
negara industri pesawat terbang, terutama dari negara adikuasa Barat. Sampai kini, pesawat produk dari
Barat sekalipun, jarak Jakarta – Jeddah ditempuh selama delapan jam.
Di bidang persenjataan, PINDAD yang dipimpin oleh Presiden Prof. Dr. B.J Habibie, mampu menciptakan
senjata yang mempunyai jarak tembak 1.000 meter dan sangat akurat. Senjata produk barat, hanya
mampu 750 meter jarak tembaknya. Senjata produk PINDAD melampaui produk pabrik senjata dari
Barat.
Pribadi Presiden Prof. Dr. B.J Habibie dengan kemampuan teknologinya yang tinggi prestasinya, belum
pernah dimiliki oleh seorangpun dari Presiden Amerika Serikat Walaupun telah merdeka sejak 1775
hingga 2008 dan terjadi pergantian 86 Presiden. Demikian pula negara barat lainnya, tidak mempunyai
seorangpun Kepala Negarayang memiliki kemampuan menciptakan teknologi pesawat terbang baru.
Andaikata rancangan pesawatnya dapat terwujud maka Indonesia akan menjadi negara yang memiliki
kekuatan dirgantara yang luar biasa.
Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima isu terbesar yang
harus dihadapinya, yaitu:
Berikut ini beberapa kebijakan yang berhasil dikeluarkan B.J. Habibie dalam rangka menanggapi
tuntutan reformasi dari masyarakat :
a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima paket
undang-undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih demokratis. Berikut ini
tiga undang-undang tersebut.
b. Kebijakan dalam bidang ekonomi Untuk memperbaiki perekonomian yang terpuruk, terutama
dalam sektor perbankan, pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Selanjutnya pemerintah mengeluarkan UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Tidak Sehat, serta UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
c. Kebebasan menyampaikan pendapat dan pers Kebebasan menyampaikan pendapat dalam
masyarakat mulai terangkat kembali. Hal ini terlihat dari munculnya partai – partai politik dari berbagai
golongan dan ideologi. Masyarakat bisa menyampaikan kritik secara terbuka kepada pemerintah. Di
samping kebebasan dalam menyatakan pendapat, kebebasan juga diberikan kepada pers. Reformasi
dalam pers dilakukan dengan cara menyederhanakan permohonan Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP).
d. Pelaksanaan Pemilu Pada masa pemerintahan Habibie, berhasil diselenggarakan pemilu multipartai
yang damai dan pemilihan presiden yang demokratis. Pemilu tersebut diikuti oleh 48 partai politik.
Keberhasilan lain masa pemerintahan Habibie adalah penyelesaian masalah Timor Timur. Usaha Fretilin
yang memisahkan diri dari Indonesia mendapat respon. Pemerintah Habibie mengambil kebijakan untuk
melakukan jajak pendapat di Timor Timur. Referendum tersebut dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus
1999 di bawah pengawasan UNAMET. Hasil jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa mayoritas
rakyat Timor Timur lepas dari Indonesia. Sejak saat itu Timor Timur lepas dari Indonesia. Pada tanggal 20
Mei 2002 Timor Timur mendapat kemerdekaan penuh dengan nama Republik Demokratik Timor Leste
dengan presidennya yang pertama Xanana Gusmao dari Partai Fretilin.
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999, partai PDI-P pimpinan Megawati Soekarnoputri berhasil
meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapi karena jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu,
Megawati tidak secara langsung menjadi presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan
suara terbanyak kedua saat itu, terpilih kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri
dipilih Gus Dur sebagai wakil presiden. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan
gerakan-gerakan separatisme yang makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain itu, banyak
kebijakan Abdurrahman Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Selain itu, di bawah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, dalam upayanya menarik kembali wiraniagawan
Cina yang eksodus dari Indonesia, dengan cara menghidupkan kembali Kong Fu Tsu. Dengan cara ini,
diharapkan proses pembauran Bangsa atau hubungan etnis Cina – Non-Pribumi dengan etnis Indonesia
– Pribumi lainnya, akan semakin akrab.
IAIN di ubah menjadi UIN dengan membuka fakultas dan jurursan yang sama dengan fakultas dan
jurusan yang dikelola oleh perguruan tinggi dari Diknas. Dengan demikian, alumni pendidikan yang
diselenggarakan Departemen Agama, dapat bekerja ke departemen manapun. Institut Keguruan Ilmu
Pendidikan IKIP berubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia – UPI.
Selain itu, kepolisian tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan ABRI. Kepolisian bertanggung jawab atas
keamanan dalam negeri Indonesia. Kementrian penerangan dan kementrian sosial ditiadakan.
Sedangkan Departemen Agama yang pernah diusulkan oleh Rasuna Said dari kelompok komunis Tan
Malaka, agar dibubarkan, tetap dipertahankan oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Barangkali
karena eksistensi Departemen Agama secara historis dirintis awalnya oleh ayahnya, Wachid Hasjim.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta Gus Dur untuk
mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di bawah tekanan yang besar, Abdurrahman Wahid lalu
mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden Megawati Soekarnoputri.Melalui Sidang
Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, Megawati secara resmi diumumkan menjadi Presiden Indonesia ke-5.
Pembaharuan yang dilaksanakan secara drastis, menimbulkan kesulitan yang besar. Berakhirlah masa
kepresidenan K.H. Abdurrahman Wahid. Akhirnya, sidang DPR-MPR memutuskan, mengangkat Wakil
Presiden Megawati menjadi presiden, 23 Juli 2001.
Ditempuh dengan meningkatkan kerukunan antar elemen bangsa dan menjaga persatuan dan kesatuan.
Upaya ini terganggu karena peristiwa Bom Bali yang mengakibatkan kepercayaan dunia internasional
berkurang.
Diwujudkan dengan dikeluarkannya UU tentang pemilu, susunan dan kedudukan MPR/DPR, dan
pemilihan presiden dan wapres.
Setiap usaha yang mengancam keutuhan NKRI ditindak tegas seperti kasus Aceh, Ambon, Papua, Poso.
Hal tersebut diberikan perhatian khusus karena peristiwa lepasnya Timor Timur dari RI.
Demikian pula kehidupan lingkungan pesantren, melahirkan putra-putra terhormat bagi nusa dan
bangsa. Lingkungan keluarga Pondok Pesantren Termas Pacitan Keresidenan Madiun, melahirkan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Demikian pula, Wakil presiden Jusuf Kalla terlahir dari lingkungan
kehidupan Pesantren di Makasar sebagai daerah pengaruh Waliullah Syech Yusuf.
Dengan adanya pergantian sistem pemilihan langsung untuk Pemilu Presiden, pasangan Megawati –
Hasyim Muzadi, PDIP-NU gugur karena hanya memperoleh 42.833.652 suara atau 39,09%. Sedangkan
Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla, Partai Demokrat – Partai Golkar, memperoleh suara rakyat
mencapai jumlah 66.731.944 suara atau 60.91%.
Susilo Bambang Yudhoyono- SBY diangkat resmi sebagai Presiden RI, dan Mohamad Jusuf Kalla sebagai
Wakil Presiden, pada 20 Oktober 2004, untuk periode kepresidenan 2004-2009 M. Untuk kedua kalinya,
Presiden dari TNI AD.
g. Subsidi BBM.
Masa pemerintahan SBY-Boediono berlangsung sejak 2009-2014, prestasi – prestasi yang telah
dicapai adalah sebagai berikut.
Dalam masa pemerintahannya Presiden Joko Widodo dan wakil presiden Jusuf Kalla mengusung visi
revolusi mental yang sasarannya sebagai berikut.
a) mengubah mind set, yaitu cara berpikir dan cara pandang dalam melakukan public service.
b) Struktur organisasi harus ramping dan tidak boleh ada orang – orang dalam pemerintahan yang
memiliki fungsi ganda.
c) Kultur budaya kerja harus disiplin, tanggung jawab, mengedepankan kebersamaan, dan gotong
royong.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 telah mengalami emapat kali amandemen yang ditetapkan
dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR sebagai berikut.
1) Amandemen pertama, tanggal 14-21 Oktober 1999 pada sidang umum MPR 1999.
2) Amandemen kedua, tanggal 7-18 Agustus 2000 pada sidang tahunan MPR 2000.
3) Amandemen ketiga, tanggal 1-9 November pada sidang tahunan MPR 2001.
4) Amandemen keempat, tanggal 1-11 Agustus 2002 pada sidang tahunan MPR 2002.
Pada masa pemerintahan B.J. Habibie, bermunculan media cetak baru yang berjumlah hingga 1.397
penerbit di seluruh Indonesia karena Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) tidak lagi diberlakukan.
Selanjutnya, Presiden Abdurrahman Wahid meneruskan kebijakan Habibie, jumlah penerbitan di
Indonesia pun meningkat signifikan.
Pada masa pemerintahan Megawati,terjadi demokratisasi pers yang ditandai hadirnya undang – undang
pers dan undang – undang penyiaran. Undang – undang pers memiliki dampak positif dan negatif. Disatu
sisi munsul kebebasan dalam mengemukakan pendapat dan disisi lain pers melahirka sejumlah media
cetak yang tak terkendali. Kebebasan pers ini berlangsung hingga saat ini.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Reformasi merupakan gerakan moral untuk menjawab ketidakpuasan dan keprihatinan atas kehidupan
politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Reformasi bertujuan untuk menata kembali kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik berdasarkan nilai – nilai luhur Pancasila.
Dengan demikian, hakikat gerakan reformasi bukan untuk menjatuhkan pemerintahan orde baru,
apalagi untuk menurunkan Soeharto dari kursi kepresidenan. Namun, karena pemerintahan orde baru
pimpinan Soeharto dipandang tidak mampu mengatasi persoalan bangsa dan negara, maka Soeharto
diminta untuk
mengundurkan secara legawa dan ikhlas demi perbaikan kehidupan bangsa dan Negara Indonesia yang
akan datang.
Demi mewujudkan tujuan Negara dan cita – cita reformasi yang telah banyak menimbulkan korban baik
harta maupun jiwa, kita sebagai pelajar Indonesia wajib menjaga kelangsungan reformasi agar berjalan
sesuai dengan harapan para pahlawan reformasi yang telah gugur mendahului kita.
3.2 Saran
Kebebasan berpendapat melalui berbagai media yang bertujuan sebagai sarana yang menghubungkan
antara pemerintah dan masyarakat diharapkan agar tidak disalahgunakan dengan penyampaian yang
berlebihan dan tidak bertanggungjawab sehingga berpotensi memicu terjadinya kesalahpahaman pada
pihak – pihak tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
http://socio-politica.com/2012/05/14/gerakan-mahasiswa-gerakan-hati-nurani-bangsa-1/
http://bemfis.student.uny.ac.id/2013/06/14/mahasiswa-dalam-bingkai-reformasi/
http://fatian-suejiarto.blogspot.co.id/2012/03/peran-dan-partisipasi-mahasiswa-dalam.html