َ َّ َ َ ْ َ ُ ُ
الد ِاع ِإذا َد َع ِان أ ِجيب دعوة: فقال هللا تعالى
ُ ً َ ْ
لصا ِئ ِم ِع ْن َد ِفط ِر ِه ل َد ْع َوة َما ت َر ُّد
َّ إ َّن ِل: وقال رسول هللا
ِ
Doa termasuk ibadah yang paling agung. Sehubungan dengan kedudukan doa itulah
Nabi saw. Bersabda: َ
ْ َ هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق
ُ ص َّلى َّ َع ْن أ َنس ْبن َمال ك َعن
ال ُّد َع ُاء ُم ُّخ ال ِع َب َاد ِة – رواه: ال َ النب ّي
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
– الترمذي والطبراني
Dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Doa itu
adalah inti ibadah." HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani
1
Dengan demikian, sejatinya Doa bukanlah sekedar kalimat-kalimat yang terucap dari
lisan melainkan refleksi dari kesadaran akan penghambaan dan ketundukan pada Zat
Yang Maha Rahman
Sebagian dari kita telah berdoa dengan sekuat tenaga namun merasa doanya tidak
diijabah, bahkan berburuk sangka Allah ingkar janji
Padahal, kita perlu memahami keterbatasan diri kita terkait bentuk pengabulan doa
itu sendiri. Karena ijabah (pengabulan) doa oleh Allah SWT bisa mengambil bentuk
yang mungkin saja sesuai dengan permohonan kita dan bisa jadi tidak sesuai dengan
yang kita minta.
Ijabah (pengabulan) doa oleh Allah SWT bisa terjadi dalam waktu dekat, tetapi juga
bisa terjadi dalam waktu yang tidak dekat
Dimungkinkan pula doa itu bukan tidak ijabah tetapi terdapat beberapa syarat dan
kondisi yang menyebabkan doa kita tidak diijabah (dikabulkan).
َ َ َ َّ َ َ ْ َ ُ ُ ٌ
Firman Allah Swt:
َ ّ َ َّ َ َ ََ َ َ َ
و ِإذا س ألك ِعب ِادي ع ِني ف ِإ ِني ق ِريب أ ِجيب دع وة ال د ِاع ِإذا دع ِان
َ َف ْل َي ْس َتج ُيبوا لي َو ْل ُي ْؤم ُنوا بي َل َع َّل ُه ْم َي ْر ُش ُد
ون ِ ِ ِ ِ
“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku—perhatikanlah, Aku
dekat; Aku menjawab permohonan orang yang berdoa, kapan pun dia berdoa kepada-
Ku: maka, hendaklah mereka memenuhi seruan-Ku, dan beriman kepada-Ku, agar
mereka dapat mengikuti jalan yang benar.” QS. Al-Baqarah: 186
َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َّ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ
ال َر ُّبك ُم ْاد ُع و ِني أس ت ِجب لكم ِإن ال ِذين يس تك ِبرون عن ِعب اد ِتي
َ ْ َ ُ وق
َ َس َي ْد ُخ ُل
َون َج َه َّن َم َداخرين
ِ ِ
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” QS. Ghafir: 60
2
ْ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ َّ ُ َ َ ُ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ
ات وي ِزي دهم ِمن فض ِل ِه
ِ ويس ت ِجيب ال ِذين آمن وا وع ِمل وا الص ِالح
َ ٌ َ َ ْ َُ َ ُ َْ َ
اب ش ِد ٌيد والكا ِفرون لهم عذ
“dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal
yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-
orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.” QS. Asy-Syura: 26
ًيب ُد َع اء َّ َّ َ ُ َ ْ َ َ َ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ الل َه اَل َي ْس َتج َ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َّ ُ ْاد
ِ ن أ وا م ل اع و ، ة
ِ اب ج اإل
ِ ِب ون ن ق
ِ و م م ت ن أ و ه الل وا ع
ْ َ ْ َ اَل
ِمن قل ٍب غا ِف ٍل ٍه
“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa tersebut akan dikabulkan.
Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah mengabulkan doa dari hati
yang lalai dan berpaling” (HR. At- Tirmidzi, No. 3488 dan Al-Hakim, Al-
Mustadrak, 1: 493).
Ketiga, berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan nama dan sifat Allah
Ta’ala, misalnya yaa Rahmaan, yaa Rahiim, yaa Allah, dan sebagainya.
َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َّ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ َ َّ أْل
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
و ِلل ِه ا سماء الحسنى فادعوه ِبها وذروا ال ِذين يل ِحدون ِفي أسما ِئ ِه
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna. Maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya” (QS. Al-A’raf [7]: 180)
Ayat tersebut tidak berbicara tentang shaum Ramadhan, namun ditempatkan di antara
ayat-ayat shaum. Jika dibaca sepintas lalu, penempatan atau penyisipan ayat itu pada
pembahasan tentang shaum bias saja dianggap tidak relevan (ghair munaasabah).
Namun, jika kita menukik lebih dalam di situ kita temukan beragam rahasia dan
maksud mengagumkan dilihat dari persepektif hidayah bulan Ramadhan.
Adapun rahasia penempatan ayat ini dalam rangkain ayat-ayat shaum, dijelaskan oleh
para ulama, antara lain Imam al-Baidhawi berkata: َ َ
َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َّ
اع ِاة ال ِع َّد ِة َو َح َّث ُه ْم َعلى ال ِق َي ِام ِب َوظ ا ِئ ِف ص ْو ِم الش ه ِر ومر َ مَل َّا أ َم َر ُه ْم ب- َت َع َالى- اع َل ْم أ َّن ُه
ْ َو
ِ
َْ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ْ ُّ َ ْ ْ َّ
ُم ِج ْي ٌب،الدال ِة َعلى أ َّن ُه خ ِب ْي ٌر ِبأ ْح َو ِال ِه ْم َس ِم ْي ٌع أِل ق َو ِال ِه ْم الشك ِر َعق َب َه ِب َه ِذ ِه اآلي ِة التك ِبي ِر و
ْ ُم َج ٌاز َع َلى َأ ْع َماله ْم َت ْأك ْي ًدا َل ُه َو َح ًّثا َع َليه،ل ُد َعائه ْم
ِ ِ ِِ ِِ ِ
“Dan ketahuilah bahwa Allah Swt. tatkala memerintahkan mereka untuk shaum pada
bulan itu, memperhatikan bilangannya, menganjurkan mereka untuk menunaikan
fungsi-fungsi takbir dan syukur, lalu Allah mendatangkan ayat ini yang menunjukkan
bahwa Allah Maha Mengetahui keadaan mereka, Maha Mendengar perkataan
mereka, Maha Mengabulkan doa mereka, Maha Membalas atas amal mereka, sebagai
penguat dan anjuran atasnya.” (Lihat, at-Tafsir al-Wasith li al-Qur’an al-Karim, 1:
390)
Berbagai penjelasan para ulama tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bagi orang
beriman bulan Ramadhan merupakan salah satu momen emas untuk menggapai
hidayah ad-diin wa at-Tawfiq. Ciri keberhasilan dalam menggapainya, yaitu: (1) Ia
akan selalu merasa dekat dan diawasi oleh Allah (muraqabah), (2) Ia akan selalu
berada dalam kebenaran, baik dalam mengelola urusan dunia maupun akhirat. Sikap
mawas diri dan konsisten demikian itu akan senantiasa terpelihara meskipun bulan
Ramadhan telah usai.
Jadi, bagi orang beriman bulan Ramadhan merupakan salah satu momen terbaik
untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Allah melalui doa terkhusus di
waktu Maghrib sebagai wujud dari kesadaran penghambaan dan ketundukan
sehingga ia akan memaknai dan menempatkan setiap ucapan dan tindakan dalam
kebenaran dengan prinsip hanya karena Allah Swt. di sepanjang hayatnya.
6
7