Anda di halaman 1dari 7

IJABAH DOA BAGI YANG SHAUM

َ َّ َ َ ْ َ ُ ُ
‫الد ِاع ِإذا َد َع ِان‬ ‫ أ ِجيب دعوة‬: ‫فقال هللا تعالى‬
ُ ً َ ْ
‫لصا ِئ ِم ِع ْن َد ِفط ِر ِه ل َد ْع َوة َما ت َر ُّد‬
َّ ‫ إ َّن ِل‬: ‫وقال رسول هللا‬
ِ

Doa termasuk ibadah yang paling agung. Sehubungan dengan kedudukan doa itulah
Nabi saw. Bersabda: َ
ْ َ ‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬
ُ ‫ص َّلى‬ َّ ‫َع ْن أ َنس ْبن َمال ك َعن‬
‫ ال ُّد َع ُاء ُم ُّخ ال ِع َب َاد ِة – رواه‬: ‫ال‬ َ ‫النب ّي‬
ِ ِ ِ ٍ ِ ِ ِ
– ‫الترمذي والطبراني‬
Dari Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Doa itu
adalah inti ibadah." HR. At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani

Dalam redaksi lain, dari An-Nu’man bin Basyir:


ُ َ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َّ َ ّ َّ َ ُّ ‫َعن‬
‫ال َر ُّبك ُم‬ ‫ { وق‬: ‫هللا َعل ْي ِه َو َس ل َم ِفي ق ْو ِل ِه ت َع الى‬ ‫ص لى‬ ‫الن ْع َم ِان ْب ِن َب ِش ٍير ع ِن الن ِب ِي‬ ِ
ُ َ َ َ ُ ْ
َ ‫ { َوق‬: ‫ َوق َرأ‬، ‫ ال ُّد َع ُاء ُه َو ال ِع َب َادة‬: ‫ال‬ َ ُ َ َ َ
‫ال َر ُّبك ُم ْاد ُع و ِني‬ َ ‫ ق‬. } ‫ْاد ُع و ِني أ ْس تج ْب لك ْم‬
ِ
َ َ ْ َ َ ْ َُ ْ َ ْ َ
. } ‫أست ِجب لكم } ِإلى قو ِل ِه { د ِاخ ِرين‬
Dari Nu'man bin Basyir, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang firman Allah:
"Dan Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan
bagimu." (QS Ghafir: 60). Beliau bersabda, "Do'a itu adalah ibadah" beliau lalu
membaca: "WA QAALA RABBUKUM UD 'UUNII ASTAJIB LAKUM (Dan
Rabbmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu)
sampai ayat DAAKHIRIIN." HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad

Makna Du’a Mukhhul َ ‘Ibaadah


ْ ُ َ ‫مْل‬ َ ُ ُ َ ُ ‫مْل‬ ْ ُ َ
‫ َوا ْع َنى أ َّن ال ُّد َع َاء ل ُّب ال ِع َب َاد ِة‬، ‫ص ك ِ ّل ش ْي ٍء‬ ‫ ( ال ُّد َع ُاء ُم ُّخ ال ِع َب َاد ِة ) ا ُّخ خ ِال‬: ‫ق ْول ُه‬
ُ َ َ َ َ ْ َّ َ ُ ‫َو َخال‬
‫ َوذ ِل َك َح ِقيق ة‬، ‫ص َها ؛ أِل َّن ال َّد ِاع َي ِإ َّن َم ا َي ْد ُعو الل َه ِع ْن َد ان ِقط ِاع أ َم ِل ِه ِم َّما ِس َو ُاه‬ ِ
ُ َّ ُ ْ ُ ُ َ ّ ُ ‫َ َ ْ ُ ْ َ َ ّ َ مْل‬ َ َ َ ‫اَل‬ ‫اَل‬ ْ ‫إْل‬ ْ َّ
‫ و ِب ا ِخ تك ون الق وة‬: ‫ ق ال ابن الع ر ِب ِي‬. ‫ص َو ِع َب َادة ف ْوق ُه َم ا‬ َ
ِ ‫التو ِحي ِد وا ِ خ‬
ْ ُ ُ ُ َّ َ َ َ ْ ُ َ َ
. ‫وح ال ِع َب َاد ِة‬
َ َ ْ ُّ ‫ َف َك َذا‬، ‫ضاء‬
‫ ف ِإنه ر‬، ‫ ِب ِه ت َتق َّوى ِعبادة الع ِاب ِدين‬، ‫الد َع ُاء ُم ُّخ ال ِع َب َاد ِة‬ َ ‫لأْل َ ْع‬
ِ ِ
(Makna Du’a Mukhhul ‘Ibaadah) Mukhh itu artinya inti segala sesuatu. Makna sabda
ini: “Dua adalah hati/jantung dan inti ibadah, karena orang yang berdoa tiada lain
berdoa kepada Allah Ketika sadar harapannya telah terputus kepada pihak lain selain
Allah dan itulah hakikat tauhid dan keikhlasan, maka tidak ada ibadah yang melebihi
tauhid dan keikhlasan itu. Menurut Imam Ibnul ‘Arabiy, “Dengan hati menjadi
kekuatan anggota tubuh, maka begitu pula dengan doa sebagai jantungnya ibadah
menjadikan kuatnya ibadah seorang hamba, karena do aitu adalah ruhnya ibadah

1
Dengan demikian, sejatinya Doa bukanlah sekedar kalimat-kalimat yang terucap dari
lisan melainkan refleksi dari kesadaran akan penghambaan dan ketundukan pada Zat
Yang Maha Rahman

Makna dan Syarat Ijabah Doa

Ketika hamba berdoa, Allah berjanji mengijabah doa َ


َُ
‫ْاد ُعو ِني أ ْس َت ِج ْب لك ْم‬
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu." (QS Ghafir: 60).

Sebagian dari kita telah berdoa dengan sekuat tenaga namun merasa doanya tidak
diijabah, bahkan berburuk sangka Allah ingkar janji

Padahal, kita perlu memahami keterbatasan diri kita terkait bentuk pengabulan doa
itu sendiri. Karena ijabah (pengabulan) doa oleh Allah SWT bisa mengambil bentuk
yang mungkin saja sesuai dengan permohonan kita dan bisa jadi tidak sesuai dengan
yang kita minta.

Ijabah (pengabulan) doa oleh Allah SWT bisa terjadi dalam waktu dekat, tetapi juga
bisa terjadi dalam waktu yang tidak dekat

Dimungkinkan pula doa itu bukan tidak ijabah tetapi terdapat beberapa syarat dan
kondisi yang menyebabkan doa kita tidak diijabah (dikabulkan).

َ َ َ َّ َ َ ْ َ ُ ُ ٌ
Firman Allah Swt:
َ ّ َ َّ َ َ ََ َ َ َ
‫و ِإذا س ألك ِعب ِادي ع ِني ف ِإ ِني ق ِريب أ ِجيب دع وة ال د ِاع ِإذا دع ِان‬
َ ‫َف ْل َي ْس َتج ُيبوا لي َو ْل ُي ْؤم ُنوا بي َل َع َّل ُه ْم َي ْر ُش ُد‬
‫ون‬ ِ ِ ِ ِ
“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku—perhatikanlah, Aku
dekat; Aku menjawab permohonan orang yang berdoa, kapan pun dia berdoa kepada-
Ku: maka, hendaklah mereka memenuhi seruan-Ku, dan beriman kepada-Ku, agar
mereka dapat mengikuti jalan yang benar.” QS. Al-Baqarah: 186
َ َ ْ َ ْ َ َ َّ َّ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ُ َ َ َ
‫ال َر ُّبك ُم ْاد ُع و ِني أس ت ِجب لكم ِإن ال ِذين يس تك ِبرون عن ِعب اد ِتي‬
َ ْ َ ُ ‫وق‬
َ ‫َس َي ْد ُخ ُل‬
َ‫ون َج َه َّن َم َداخرين‬
ِ ِ
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” QS. Ghafir: 60

2
ْ َ ْ ْ ُ ُ َ َ َ َّ ُ َ َ ُ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ
‫ات وي ِزي دهم ِمن فض ِل ِه‬
ِ ‫ويس ت ِجيب ال ِذين آمن وا وع ِمل وا الص ِالح‬
َ ٌ َ َ ْ َُ َ ُ َْ َ
‫اب ش ِد ٌيد‬ ‫والكا ِفرون لهم عذ‬
“dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal
yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya. Dan orang-
orang yang kafir bagi mereka azab yang sangat keras.” QS. Asy-Syura: 26

Penyebab Ijabah Doa

Pertama, mengikhlaskan doa tersebut untuk Allah Ta’ala, konsisten (istiqamah) dan


menjauhi kemusyrikan. Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ين َو َل ْو َكر َه ْال َكاف ُرون‬
َ ‫الد‬ّ ‫الل َه ُم ْخلص َين َل ُه‬
َّ
‫وا‬ ُ ‫َف ْاد‬
‫ع‬
ِ ِ ِ ِ ِ
“Maka berdoalah (sembahlah) Allah Ta’ala dengan memurnikan ibadah kepada-
Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya)” (QS. Ghaafir [40]: 14).

Kedua, berdoa kepada Allah Ta’ala dengan sepenuh hati, menghadirkan hatinya


untuk benar-benar dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Tidak berdoa dengan hati yang
lalai dan berpaling, sehingga hanya menggerakkan lisannya saja, sedangkan hatinya
berpaling memikirkan yang lainnya.

ً‫يب ُد َع اء‬ َّ َّ َ ُ َ ْ َ َ َ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ‫الل َه اَل َي ْس َتج‬ َ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َّ ُ ‫ْاد‬
ِ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫وا‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫اع‬ ‫و‬ ، ‫ة‬
ِ ‫اب‬ ‫ج‬ ‫اإل‬
ِ ِ‫ب‬ ‫ون‬ ‫ن‬ ‫ق‬
ِ ‫و‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ه‬ ‫الل‬ ‫وا‬ ‫ع‬
‫ْ َ ْ َ اَل‬
‫ِمن قل ٍب غا ِف ٍل ٍه‬
“Berdoalah kepada Allah dengan keyakinan bahwa doa tersebut akan dikabulkan.
Dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah mengabulkan doa dari hati
yang lalai dan berpaling” (HR. At- Tirmidzi, No. 3488 dan Al-Hakim, Al-
Mustadrak, 1: 493).

Ketiga, berdoa kepada Allah Ta’ala dengan menyebutkan nama dan sifat Allah
Ta’ala, misalnya yaa Rahmaan, yaa Rahiim, yaa Allah, dan sebagainya.

َ ْ َ َ ُ ْ ُ َ َّ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ َ ‫َ َّ أْل‬
Sebagaimana firman Allah Ta’ala,
‫و ِلل ِه ا سماء الحسنى فادعوه ِبها وذروا ال ِذين يل ِحدون ِفي أسما ِئ ِه‬
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna. Maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya” (QS. Al-A’raf [7]: 180)

Keempat, mencari waktu-waktu yang merupakan waktu istimewa terkabulnya doa.


Yang dituntut dari seorang muslim adalah berdoa secara terus-menerus di waktu
kapan pun. Akan tetapi, seorang muslim juga hendaknya memperhatikan waktu-
3
waktu khusus yang lebih besar kemungkinan untuk dikabulkan. Misalnya, ketika
bersujud, atau di akhir malam, atau di bulan Ramadhan, lebih khusus lagi di sepuluh
hari terakhir di bulan Ramadhan. Ini adalah waktu-waktu istimewa, sehingga
hendaknya kita lebih banyak berdoa di waktu-waktu tersebut dibandingkan di waktu
lainnya.

Sa’atul Ijabah Bulan Ramadhan

Diisyaratkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya


َْ َ ُ َ
‫يب َد ْع َوة ال َّد ِاع ِإذا َد َع ِان فل َي ْس َت ِج ُيبوا ِلي‬ ٌ ‫َوإ َذا َس َأ َل َك ِع َب ِادي َع ّني َف إ ِّني َق ر‬
ُ ‫يب أج‬
ِ ِ ِ ِ ِ
ُ َّ َ ْ
َ ‫َول ُي ْؤم ُنوا بي ل َعل ُه ْم َي ْرش ُد‬
‫ون‬ ِ ِ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.” QS. Al-Baqarah:186

Ayat tersebut tidak berbicara tentang shaum Ramadhan, namun ditempatkan di antara
ayat-ayat shaum. Jika dibaca sepintas lalu, penempatan atau penyisipan ayat itu pada
pembahasan tentang shaum bias saja dianggap tidak relevan (ghair munaasabah).
Namun, jika kita menukik lebih dalam di situ kita temukan beragam rahasia dan
maksud mengagumkan dilihat dari persepektif hidayah bulan Ramadhan.

Adapun rahasia penempatan ayat ini dalam rangkain ayat-ayat shaum, dijelaskan oleh
para ulama, antara lain Imam al-Baidhawi berkata: َ َ
َ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َّ
‫اع ِاة ال ِع َّد ِة َو َح َّث ُه ْم َعلى ال ِق َي ِام ِب َوظ ا ِئ ِف‬ ‫ص ْو ِم الش ه ِر ومر‬ َ ‫ مَل َّا أ َم َر ُه ْم ب‬- ‫ َت َع َالى‬- ‫اع َل ْم أ َّن ُه‬
ْ ‫َو‬
ِ
َْ َ َ َ َ َّ َّ َ َ ْ ُّ َ ْ ْ َّ
‫ ُم ِج ْي ٌب‬،‫الدال ِة َعلى أ َّن ُه خ ِب ْي ٌر ِبأ ْح َو ِال ِه ْم َس ِم ْي ٌع أِل ق َو ِال ِه ْم‬ ‫الشك ِر َعق َب َه ِب َه ِذ ِه اآلي ِة‬ ‫التك ِبي ِر و‬
ْ‫ ُم َج ٌاز َع َلى َأ ْع َماله ْم َت ْأك ْي ًدا َل ُه َو َح ًّثا َع َليه‬،‫ل ُد َعائه ْم‬
ِ ِ ِِ ِِ ِ
“Dan ketahuilah bahwa Allah Swt. tatkala memerintahkan mereka untuk shaum pada
bulan itu, memperhatikan bilangannya, menganjurkan mereka untuk menunaikan
fungsi-fungsi takbir dan syukur, lalu Allah mendatangkan ayat ini yang menunjukkan
bahwa Allah Maha Mengetahui keadaan mereka, Maha Mendengar perkataan
mereka, Maha Mengabulkan doa mereka, Maha Membalas atas amal mereka, sebagai
penguat dan anjuran atasnya.” (Lihat, at-Tafsir al-Wasith li al-Qur’an al-Karim, 1:
390)

Imam Ibnu Katsir berkata:


َ َ ّ ‫َوفي ذ ْك ره َت َع َالى َه ذه اآْل َي َة ْال َباع َث َة َع َلى ال ُّد َع ِاء ُم َت َخ َّل َل ًة َب ْي َن َأ ْح َك ام‬
‫الص َي ِام ِإ ْرش ٌاد ِإلى‬
ِ ِ ِ ِِ ِِ ِ ِ
ْ ُ ْ ْ
‫الد َع ِاء ِع ْن َد ِإك َم ِال ال ِع َّد ِة َب ْل َو ِع ْن َد ك ِ ّل ِفط ٍر‬
ُّ ‫ا ْجت َهاد في‬
ِ ِ ِ ‫اِل‬
4
“Dan pada penyebutan-Nya ayat ini, yang menganjuran untuk berdoa, di sela-sela
hukum-hukum shaum mengandung petunjuk agar berdoa dengan sungguh-sungguh di
saat menyempurnakan bilangan Ramadhan, dan bahkan di setiap berbuka.”

Selanjutnya, Imam Ibnu Katsir menyebutkan beberapa dalil, antara lain:


َّ ‫ ِل‬:‫الله َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َي ُق ْو ُل‬
‫لص ا ِئ ِم‬
َّ َّ َ َّ َ ُ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َّ ْ َ ْ َ
‫ س ِمعت رس ول الله ص لى‬: ‫عن عب ِد الل ِه ب ِن عم ٍرو ق ال‬
َََ َْ َ َ ََ َْ َ َّ َ ‫ َف َك‬.‫ع ْن َد إ ْف َطاره َد ْع َو ٌة ُم ْس َت َج َاب ٌة‬
‫ان َع ْب ُد الل ِه ْب ُن َع ْم ٍرو ِإذا أفطر دعا أهله وولده‬ ِِ ِ ِ
Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, ‘Saya pernah mendengar Nabi Saw. Bersabda,
‘Bagi orang yang shaum terdapat doa yang dikabulkan saat berbukanya.” Maka
Abdullah bin Amr apabila berbuka shaum beliau berdoa untuk keluarga dan anaknya.
َّ ‫ إ َّن ِل‬:‫الله َع َل ْي ِه َو َس َّل َم‬
‫لص ا ِئ ِم ِع ْن َد‬
َّ َّ َ ّ َّ َ َ َ َ
‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫الن‬ ‫ال‬ ‫ق‬ : ‫ال‬ ‫ق‬ ‫و‬‫ر‬ ْ ‫الل ِه ْبن َع‬
‫م‬
َّ ْ َ ْ َ ْ َ
‫عن عن عب ِد‬
ِ ِ ٍ ِ
ُ ً ْ
‫ِفط ِر ِه َد ْع َوة َما ت َر ُّد‬
“Dari Abdullah bin Amr, ia berkata, ‘Nabi saw. Bersabda, ‘Sesungguhnya bagi orang
shaum di saat berbuka terdapat doa yang tidak ditolak (diijabah)’.” (Lihat, Tafsir
Ibnu katsir, II:193)

Ulama generasi mutakahir, seperti Dr.


َ Abdul Karim al-Khatib, menjelaskan:
َ َّ ‫لص ْوم َوأ ْح َكام ِه ِل َت ْل ِف َت‬ َّ ‫اآلي ات‬ َ ‫اآلي ُة َب ْي َن‬
‫الص ا ِئ ِم ْي َن ِإلى َم ا ُه ْم‬ ِ ِ
َّ ‫الش ار َح ِة ِل‬
ِ ِ
َ ‫َج َاء ْت ه ذه‬
ِِ
ّ ‫اْل‬
َ ‫اس ت ْع َد ًادا ل ِ ت‬ َ ْ َ ُ ّ
ْ ‫ص َف ٍاء ُر ْوح ّي ُي ْدن ْيه ْم م َن الل ه َو َي ْج َعل ُه ُم أكث َر‬ ْ
َ ‫َع َل ْي ه في ت ْل َك ال َح ال م ْن‬
‫ص ِال‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
.. ‫ِب ِه‬
“Ayat ini datang di antara ayat-ayat yang menjelaskan tentang shaum dan hukum-
hukumnya dengan tujuan agar mengarahkan perhatian orang-orang yang shaum
kepada sesuatu yang mereka berada di atasnya dalam kondisi shaum itu, yaitu berupa
ketulusan ruhani yang akan mendekatkan mereka dari Allah dan menjadikan mereka
lebih banyak berkecenderungan untuk berhubungan erat
َ dengannya.
َ
‫ان ُه َو‬َ ‫الل ُه ُس ْب َح َان ُه َو َت َع َالى َدائ ًم ا أ َب ًدا أ ْق َر ُب إ َلى اإل ْن َس ان م ْن َح ْب ل ْال َور ْي د َولك َّن اإل ْن َس‬
ّ َ
‫ف‬
ِ ِ ِ ِ َِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ َ ّ
ِ
َ ُ َ ُ ْ َ َّ
‫ال ِذ ْي تخ َت ِل ف أ ْح َوال ُه َم َع الل ِه ف َي ْدن ْو أ ْو َي ْب ُع ُد َو َي َّت ِص ُل أ ْو َي ْنق ِط ُع َح َس َب ِإ ْي َما ِن ِه ِب ِه‬
ُ َ ّ ْ ٌ َّ ‫ان فى َش ْهر‬ ُ ‫ َواإل ْن َس‬.. ‫اعت ه َل ُه َو َر َج اءه ف ْي ه‬ َ ‫َو َط‬
‫الص ْو ِم ُم َه ِّي أ ِلل ُق ْر ِب ِم َن الل ِه ُم ْس ت ْي ِقظ‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ
َ
َ ‫امْل َ َشاعر َواأل َحاس ْيس َن‬
ُ
‫اجا ِت ِه‬ ‫ِ ِ مِل‬ ِِ
Maka Allah Swt. selamanya lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya
sendiri, namun manusia yang berbeda-beda kondisinya ketika bersama Allah, maka
terkadang mendekat atau menjauh, berhubungan erat atau terputus sesuai dengan
kadar keimanan dan ketaatan terhadap-Nya serta pengharapan pada-Nya…dan
manusia pada bulan shaum mempersiapkan diri untuk dekat dari Allah, menyiagakan
perasaan dan inderanya untuk bermunajat (berdoa dengan penuh harap) kepadanya.”
(Lihat, At-Tafsir al-Qur’aani li al-Qur’aan, I:202-203)
5
َ
َ ‫)ل َع َّل ُه ْم َي ْر ُش ُد‬,
Adapun berkenaan dengan kalimat La’allahum Yarsyudun (‫ون‬ Syekh Dr.
Muhammad
َ َ Sayyid Thanthawi menjelaskan: ُ َ
ْ ُ َ ُ َ ُ ُُ ََ َ ‫مْل‬
‫ َو َعل ْيك ْم أن ُت ْم أ ْن‬،‫ لق ْد َو َع ْدتك ْم َي ا ِع َب ِاد ْي ِب أ ْن أ ِج ْي ُب ُد َع َاءك ْم ِإذا َد َع ْوت ُم ْو ِن ْي‬:‫َوا ْع َنى‬
َ‫ َل َع َّل ُك ْم ب َذلك‬،‫ َو َأ ْن َت ْث ُب ُت ْوا َع َلى إ ْي َم ان ُك ْم ب ْي‬،‫ َو َأ ْن َتق ُف ْوا ع ْن َد ُح ُد ْود ْي‬،‫َت ْس َتج ْي ُب ْوا َ ْم ر ْي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫أِل‬ ِ
َ َ َ َ ْ َْ َ َ ْ ْ ُ َُ َ َ َ ْ ُ ُ ْ ُ ْ َ َ َ ْ ُ َ
.‫اآلجل ِة‬
ِ ‫ت ِصلون ِإلى ما ِفي ِه رشدكم وسعادتكم ِفي الحياتي ِن الع ِاجل ِة و‬
Maknanya: “Wahai hamba-Ku, sungguh Aku telah menjanjikan pada kalian bahwa
Aku akan mengabulkan do’a kalian apabila kalian berdo’a pada-Ku, dan hendaklah
kalian memenuhi segala perintah-Ku, menjaga batasan-batasan-Ku, tetap berpegang
pada keimanan kalian terhadap-Ku, supaya dengan hal itu kalian dapat sampai pada
sesuatu yang di dalamnya terdapat petunjuk dan kebahagiaan bagi kalian pada dua
kehidupan, kehidupan sekarang (dunia) dan kehidupan berikutnya (akhirat).” (Lihat,
at-Tafsir al-Wasith li al-Qur’an al-Karim, I:391)

Sementara dalam penjelasan Imam Abu Zahrah:


ُ‫اال ْلت َجاء إ َل ْي ه ُس ْب َح َان ُه َو ْح َده‬ َ َّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ َّ َ َ َ َ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ‫اإليم ِان الص ِاد ِق و‬ ِ ‫ أي يرجون ِب‬،‫ لعلهم يرشدون‬:‫قال تعالى‬
‫اس‬َ ‫الن‬َّ ‫ص ل ُح‬ ْ ‫الر َش اد َّالذ ْي اَل ع َو َج ف ْي ه َف ُي‬
ِْ ‫ص ِل ُح ْو َن َو ُي‬ َّ ‫ق‬ ْ ‫َأ ْن َي ْر ُش ُد ْوا ب َأ ْن َيس ْي ُر ْوا ف ْي َطر‬
‫ي‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ُ ‫ َو َي ْس ُل ُك ْو َن َجم ْي ًعا َطر ْي َق ْاله َد َاية َو‬،‫به ْم‬
.‫هللا َي ْه ِد ْي َم ْن َيش ُاء‬ ِ ِ ِ ِ ِِ
Allah Swt. berfirman (‫“ )لعلهم يرش دون‬yaitu mereka berharap dengan keimanan yang
tulus dan berlindung kepada Allah Swt. semata supaya mereka selalu berada dalam
kebenaran dengan menempuh jalan kebenaran yang tidak ada kebengkokan padanya,
maka mereka sholeh dan orang-orang pun sholeh dengan mereka, dan mereka semua
menempuh jalan hidayah dan Allah Swt. memberi hidayah orang yang Dia
kehendaki.” (Lihat, Zahrah at-Tafasir, I:564.)

Berbagai penjelasan para ulama tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bagi orang
beriman bulan Ramadhan merupakan salah satu momen emas untuk menggapai
hidayah ad-diin wa at-Tawfiq. Ciri keberhasilan dalam menggapainya, yaitu: (1) Ia
akan selalu merasa dekat dan diawasi oleh Allah (muraqabah), (2) Ia akan selalu
berada dalam kebenaran, baik dalam mengelola urusan dunia maupun akhirat. Sikap
mawas diri dan konsisten demikian itu akan senantiasa terpelihara meskipun bulan
Ramadhan telah usai.

Jadi, bagi orang beriman bulan Ramadhan merupakan salah satu momen terbaik
untuk menjalin hubungan yang lebih erat dengan Allah melalui doa terkhusus di
waktu Maghrib sebagai wujud dari kesadaran penghambaan dan ketundukan
sehingga ia akan memaknai dan menempatkan setiap ucapan dan tindakan dalam
kebenaran dengan prinsip hanya karena Allah Swt. di sepanjang hayatnya.

6
7

Anda mungkin juga menyukai