Anda di halaman 1dari 6

Kerukunan Antar Umat Beragama dan Peran Agama dalam Kehidupan Politik

Definisi Kerukunan
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk
tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan
tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan
oleh masyarakat manusia
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya
ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup berdampingan dan bersama
dengan damai serta tentram. Langkah-langkah untuk mencapai kerukunan seperti itu,
memerlukan proses waktu serta dialog, saling terbuka, menerima dan menghargai sesama,
serta cinta-kasih. Kerukunan antar umat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika
kehidupan umat beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan
kerja sama antarumat beragama.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa,
dan agama.
Selain itu islam juga mengajarkan manusia untuk hidup bersaudara karena pada
hakikatnya kita bersaudara. Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang
pada hakikatnya bukan bermakna persaudaraan antara orang-orang Islam, melainkan
cenderung memiliki arti sebagai persaudaraan yang didasarkan pada ajaran Islam atau
persaudaraan yang bersifat Islami.
 empat macam ukhuwah, yakni:
1.    Ukhuwah ‘ubudiyyah, ialah persaudaraan yang timbul dalam lingkup sesama makhluk yang
tunduk kepada Allah.
2.    Ukhuwah insaniyyah atau basyariyyah, yakni persaudaraan karena sama-sama memiliki
kodrat sebagai manusia secara keseluruhan (persaudaraan antarmanusia, baik itu seiman
maupun berbeda keyakinan).
3.    Ukhuwah wataniyyah wa an nasab, yakni persaudaraan yang didasari keterikatan keturunan
dan kebangsaan.
4.    Ukhuwah diniyyah, yakni persaudaraan karena seiman atau seagama.
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan bentuk
perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib sepenanggungan. Nabi
menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya yang artinya ” Seorang mukmin
dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka
seluruh tubuh akan merasakan demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan
kebersamaan dan kesatuan antar sesama. Kebersamaan di kalangan muslim dikenal dengan
istilah ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar
manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama dalam bidang-
bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada
dalam ruang lingkup kebaikan.

 Kerukunan antar umat beragama

Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar
umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang
dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling
menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang
satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.
Kerukunan umat Islam dengan penganut agama lainnya telah jelas disebutkan dalam
Alqur’an dan Al-hadits. Hal yang tidak diperbolehkan adalah dalam masalah akidah dan
ibadah, seperti pelaksanaan sosial, puasa dan haji, tidak dibenarkan adanya toleransi, sesuai
dengan firman-Nya dalam surat Al Kafirun: 6, yang artinya: “Bagimu agamamu, bagiku
agamaku”.Beberapa prinsip kerukunan antar umat beragama berdasar Hukum Islam :
a.  Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama (QS.Al-Baqarah :
256).
b.    Allah SWT tidak melarang orang Islam untuk berbuat baik,berlaku adil dan tidak boleh
memusuhi penganut agama lain,selama mereka tidak memusuhi,tidak memerangi dan tidak
mengusir orang Islam.(QS. Al-Mutahanah : 8).
c.    Setiap pemeluk agama mempunyai kebebasan untuk mengamalkan syari'at agamanya
masing-masing (QS.Al-Baqarah :139).
d.   Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak tetangga,tanpa membedakan
agama tetangga tersebut.Sikap menghormati terhadap tetangga itu dihubungkan dengan iman
kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir (Hadis Nabi riwayat Muttafaq Alaih).
e.    Islam melarang membunuh orang kafir mu'ahad, orang kafir yang mempunyai perjanjian
perdamaian dengan umat Islam (Hadis Nabi dari Abdullah bin 'Ash riwayat Bukhari).

Konflik yang terjadi antar umat beragama dewasa ini dalam masyarakat yang multkultural
adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun pemerintah. Karena
konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi bangsa jika tidak dikelola secara
baik dan benar.

Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan agama terkait
dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat beragama terwujud 
memerlukan 3 konsep yaitu :
1.    Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing- masing
sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
2.    Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki kesamaan dalam
upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3.    Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan damai bukan
untuk saling menghancurkan.
Dalam kaitannya untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjaga
sekaligus tercipta kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya
masyarakat Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:
1.    Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama lain yaitu
dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran yang positf dan mau
menghargai keyakinan orang lain.
2.    Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi salahkan
orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
3.    Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena ini bagian dari
sikap saling menghormati.
4.    Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak mendapat fasilitas
yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan sebagainya.

PERAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN BERPOLITIK


Politik dalam bahasa Arab disebut “Siyasah” dalam bahasa Inggris “Politics”. Politik itu
sendiri berarti cerdik atau bijaksana. Ilmu politik pada dasarnya dalam ruang lingkup tata
negara. Membicarakan politik pada galibnya adalah membicarakan negara, karena teori
politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat.
Selain itu, ilmu politik juga menyelidiki ide-ide, issue, asas-asas, sejarah pembentukan
negara, hakikat negara serta bentuk dan tujuan negara, disamping menyelidiki hal-hal seperti
pressure group, interst group, elit politik, pendapat umum, peranan partai politik dan
pemilihan umum.
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari asal mula, bentuk-bentuk, proses negara-negara
dan pemerintahan-pemerintahan. Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani, kata “Polis” yang berarti “Negara Kota” dengan politik berarti adanya hubungan
khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan,
dan akhirnya kekuasaan.

A.    Kontribusi Agama Dalam Bidang Politik.


Agama itu sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia selain itu agama
juga agama berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yg kita yakini hidup
akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi sesuatu.  Oleh
karena itu agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia.
 Islam adalah solusi. Solusi segala permasalahan di dunia ini dengan kesempurnaan
ajarannya (syumul). Kesempurnaan ajaran Islam dapat ditelaah dari sumber aslinya, yaitu
Alquran dan Sunnah yang mengatur pola kehidupan manusia, mulai dari hal terkecil hingga
terbesar baik ekonomi, sosial, politik, hukum, ketatanegaraan, budaya, seni, akhlak/etika,
keluarga, dan lain-lain. Bahkan, bagaimana cara membersihkan najis pun diatur oleh Islam.
Ajaran Islam merupakan rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam), artinya
Islam selalu membawa kedamaian, keamanan, kesejukan, dan keadilan bagi seluruh makhluk
hidup yang berada diatas dunia. Islam tidak memandang bentuk atau rupa seseorang dan
membedakan derajat atau martabat manusia dalam level apapapun. Islam menghormati dan
memberikan kebebasan kepada seseorang untuk menganut suatu keyakinan atau agama tanpa
memaksakan ajaran Islam tersebut dijalankan (laa ikrahaa fiddiin).
Islam bukanlah semata agama (a religion) namun juga merupakan sistem politik (a
political sistem), Islam lebih dari sekedar agama. Islam mencerminkan teori-teori perundang-
undangan dan politik. Islam merupakan  sistem peradaban yang lengkap, yang mencakup
agama dan Negara secara bersamaan (M.Dhiaduddin Rais, 2001:5). Dalam hal politik Islam
mengatur bagaimana seorang pemimpin harus bersikap terhadap rakyatnya. Dan bagi seorang
pemimpin ada pertanggung jawaban atas apa yang telah dilakukan terhadap rakyatnya di
akirat nanti. Ada batas-batasan yang diberikan terhadap seorang pemimpin.
B.     Politik yang Dilakukan Rasulullah SAW
Nabi Muhammad SAW adalah seorang politikus yang bijaksana. Di Madinah beliau
membangun Negara Islam yang pertama dan meletakkan prinsip-prinsip utama undang-
undang Islam. Nabi Muhammad pada waktu yang sama menjadi kepala agama dan kepala
Negara.
Pertama, memberikan peringatan di tengah-tengah masyarakat menyebarkan dakwah
Kedua, Rasulullah SAW memproklamirkan: Lâ ilâha illâ Allâh, Muhammad Rasûlullâh. 
Ketiga, nasihat dan bimbingan, membangkitkan rasa takut terhadap azab Allah, serta
memberikan semangat untuk terus beramal demi menggapai ridla-Nya.
Keempat, Rasulullah SAW dengan al-Quran menyerang kekufuran, syirik, kepercayaan
terhadap berhala, ketidakpercayaan akan Hari Kebangkitan, anggapan Nabi Isa as. sebagai
anak Tuhan, dll.
Kelima,   Rasulullah SAW dengan tegas menyerang para penentang karena kesombongan dan
penentangan mereka.  
Keenam, Nabi saw. menentang hubungan-hubungan rusak di masyarakat dan menyerukan
Islam sebagai gantinya
Ketujuh, setelah berhijrah dari Makkah ke Madinah, Beliau mendirikan institusi politik
berupa negara Madinah.

E.     Norma Politik dalam Islam


Dalam pelaksanaan politik, Islam juga memiliki norma-norma yang harus
diperhatikan. Norma-norma ini merupakan karakteristik pembeda politik Islam dari system
poltik lainnya. Diantara norma-norma itu ialah :
1.      Poltik merupakan alat atau sarana untuk mencapai tujuan, bukan dijadikan
sebagai tujuan akhir atau satu-satunya.
2.      Politik Islam berhubungan dengan kemashlahatan umat.
3.      Kekuasaan mutlak adalah milik Allah.
4.      Manusia diberi amanah sebagai khalifah untuk mengatur ala mini secara baik.
5.      Pengangkatan pemimpin didasari atas prinsip musyawarah.
6.      Ketaatan kepada pemimpin wajib hukumnya setelah taat kepada Allah dan
Rasul .
7.      Islam tidak menentukan secara eksplisit bentuk pemerintahan Negara.   
     Prinsip-Pinsip Politik dalam Pandangan Islam
            1.      Prinsip-prinsip dasar politik Islam
System politik berdasarkan atas tiga (3) prinsip yaitu :
a.       Tauhid berarti mengesakan Allah SWT selaku pemilik kedaulatan tertinggi.
Pandangan Islam terhadap kekuasaan tidak terlepas dari ajaran tauhid bahwa penguasa
tertinggi dalam kehidupan manusia, termasuk dalam kehidupan politik dan bernegara adalah
Allah SWT (QS.5:18)
b.      Risalah merupakan medium perantara penerimaan manusia terhadap hukum-hukum
ALLah SWT.
Manusia baik dia pejabat pemerintah atau rakyat jelata adalah Khalifah-Nya, mandataris atau
pelaksana amanah-Nya dalam kehidupan ini (QS.2:30).
c.       Khalifah berarti pemimpin atau wakil Allah di bumi.
Pemerintahan baru wajib di patuhi kalau politik dan kebijaksanaannya merujuk kepada Al-
Quran dan hadist atau tidak bertentangan dengan keduanya.

            Prinsip-prinsip dasar siasyah dalam Islam meliputi antara lain :


                        1.      Musyawarah.
                        2.      Pembahasan Bersama.
                        3.      Tujuan bersama, yakni untuk mencapai suatu keputusan.
                        4.      Keputusan itu merupakan penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi
bersama.
                        5.      Keadilan.
                        6.      Al-Musaawah atau persamaan.
                        7.      Al-hurriyyah (kemerdekaan/kebebasan).
                        8.      Perlindungan jiwa raga dan harta masyarakat .
           
Syarat Kepemimpinan Politik dalam Islam
Kepemimpinan politik dalam Islam harus memenuhi syarat-syarat yang telah
digariskan oleh ajaran agama. Penjelasan itu terdapat dalam surat An-Nisa’,(4):58-59. Pada
ayat itu disimpulkan bahwa terdapat beberapa syarat kepemimpinan politik dalam Islam
antara lain;
            1.      Amanah yaitu bertanggung jawab dengan tugas dan kewenangan yang diemban
            2.      Adil yaitu mampu menempatkan segala sesuatu secara tepat dan proporsional
            3.      Taat kepada Allah dan Rasul
            4.      Menjadikan quran dan sunnah sebagai referensi utama.

Anda mungkin juga menyukai