Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK

KLINIK KEBIDANAN 1 (PKK 1)

DI SUSUN OLEH :

DINA MELIANA

NH0419008

PROGRAM STUDI III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
SE K
OL AH
T I NGGI ILMU KES EH
ATAN
LEMBAR KONSULTASI
LAPORAN PENDAHULIAN PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN
PERIODE 25 JANUARI S/D 27 FEBRUARI 2021
NAN
MAKASSAR
STIKES NANI HASANUDDIN MAKASSAR
I H A S A N U D D IN

Nama Mahasiswa : Dina meliana


NIM : NH0419008

KONTAK DENGAN PEMBIMBING

CI LAHAN
TANGGAL
KEGIATAN PARAF
5

CATATAN :
1. Isi kolom yaitu : konsultasi, Perbaikan dan ACC
2. Kolom kegiatan di isi minimal 3x
3. Laporan praktek diserahkan kepada pengelola praktek, selambat-lambatnya 1
minggu setelah akhir program praktik klinik
4. Semua lampiran diketik pada kertas ukuran A4 dan dijilid satu kali.
5. Warna sampul laporan : Kuning

Menyetujui Pembimbing

Pembimbing P.J Laboratorium

(Hasnita.S.ST.,M.Keb) (Melda syafitri S.ST)


LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa laporan KDPK


telah di setujui pembimbing institusi Program Studi DIII Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Nani Hasanuddin Makassar.

Makassar 25 Desember 2021


Disetujui Oleh
Pembimbing Instusi

Hasnita,S,ST.,M.Keb
NIDN.

Mengetahui
PLT Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Irnawati.S.ST.,M.Keb
NIDN. 0910058703
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahi

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya
sehingga Saya dapat menyelesaikan laporan Pendahuluan yang berjudul “Praktek
Klinik Kebidanan 1 (PKK 1)”.

Dalam karya ini saya mengalami banyak kesulitan, namun dapat teratasi
berkat kerja keras serta bantuan dari bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Hasnita,S,ST.,M.Keb, selaku pembimbing institusi praktik
dalam penyusunan laporan Praktek Klinik Kebidanan 1 (PKK1) yang dengan
murah hati dan penuh kesabaran meluangkan waktunya memberi petunjuk, saran,
motivasi serta bimbingan yang tak henti-hentinya hingga selesai.

Saya selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian


Laporan ini jauh dari sempurna. Maka Saya mengharapkan laporan yang saya
susun dapat diterima memberikan manfaat bagi pembaca, selain itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Karena adanya kritik dan saran dari
pembaca, saya bisa membuat laporan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.

Terimakasi Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan
berkatnya kepada kita semua . Demikian sebagai pengantar kata, semoga laporan
ini dapat diterima dan bermanaat bagi pembaca.

Makassar, November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama menimba ilmu di Akbid Uniska Kendal, pada tingkat I Semester I
mendapatkan mata kuliah KDPK yang merupakan mata kuliah dasar Akademi
Kebidanan Uniska (AKU) Kendal sebagai bekal utama untuk terjun di dunia
Medis. Untuk itu seluruh Mahasiswa Akademi Kebidanan Uniska Kendal
pada tingkat I semester II di wajibkan untuk mengikuti Praktik klinik
Kebidanan I (PKK I) di lahan Rumah Sakit RSUD Dr.H.Soewondo Kendal
selama 6 minggu pada tanggal 12 Maret s/d 21 April 2012 dengan pembagian
ruang sebagai berikut : ( 2 minggu di ruang Nusa Indah/ICU, 11 hari diruang
Dahlia, 3 hari di ruang melati, 2 minggu di ruang kenanga ).
Dengan adanya upaya terjun langsung di lahan Rumah Sakit dengan
pasien sebagai subjek, diharapkan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang
diperoleh dari pembelajaran akademik dan mampu mengaplikasikannya pada
situasi nyata. Sehingga dengan diadakannya Praktik Klinik Kebidanan 1 (PKK
1),mahasiswa mampu meningkatkan konsistensinya, semakin bertambah ilmu
pengetahuanya, serta mampu meningkatkan mutu, ketrampilan dan
kualitasnya guna dijadikan sebuah pembelajaran yang bermakna di kehidupan
yang mendatang untuk menjadi bidan yang profesional, terampil, mandiri, dan
berakhlakul karimah.
Selama praktik di RSUD Dr. H Soewondo Kendal selama 6 minggu
terdapat perbedaan prosedur tindakan antara di tempat praktik dengan teori
yaitu : dalam memberikan makan dan minum antara tempat praktik dan teori
terdapat perbedaan di tempat praktik tidak menggunakan tissue dan perlak
pengalas serta tidak menyusun dan menyiapkan makanan karena sudah
disiapkan oleh bagian gizi di Rumah Sakit, dalam memandikan pasien dewasa
tidak menggunakan sikat gigi, dalam membantu pasien mobilisasi tidak
menggunakan handuk dan sabun, dalam mengatur posisi pasien (sim) tidak
menggunakan bantal kecil, dalam mengukur tekanan darah tidak
menggunakan bantal/alas, dalam mengukur suhu badan tidak menggunakan
bengkok, dalam melaksanakan huknah tidak menggunakan tiang infuse, dalam
melaksanakan kateterisasi menetap tidak menggunakan selimut mandi dan
korentang steril, kom berisi air hangat, dalam merawat luka tidak
menggunakan perlak pengalas, dalam merawat pasien sakarotul maut tidak
menggunakan alat tulis dan kom berisi air hangat, dalam memberi obat
parenteral (iv) tidak menggunakan tourniquet karena melalui selang infuse,
memberi obat parenteral (im) tidak menggunakan bak instrument, dalam
memberikan obat parenteral (sc) tidak menggunakan gergaji ampul, dalam
memasang infuse tidak menggunakan tourniquet, dalam memberi obat melalui
anus tidak membersihkan daerah anus dengan tissue.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalah
bagaimanakah pelaksanaan Praktek Klinik Kebidanan 1 (PKK 1)
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan Praktik Kebidanan 1 (PKK 1) Mahasiswa dapat
melaksanakan Tekhnik Pemenuhan kebutuhan Dasar Manusia sesuai
dengan Standar Prosedur yang di terapkan serta Prinsip-Prinsip
2. Tujuan Khusus
a. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan 1 di harapkan Mahasiswa
dapat Melakukan Pemeriksaan Fisik Pasien.
b. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan 1 di harapkan Mahasiswa
dapat Melakukan Pemberian Obat Pada Pasien.
c. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan 1 di harapkan Mahasiswa
dapat Melakukan Tindakan Pencegahan infeksi.
d. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan 1 di harapkan Mahasiswa
dapat Menyiapkan Pasien dan Bahan Pemeriksaan Diagnostik.
e. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan 1 di harapkan Mahasiswa
dapat Memberikan Asuhan pada Pasien.
f. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanaan 1 di harapkan
Mahasiswa dapat Melakukan tindakan Personal Hygiene atau
Kebersihan Perorangan
g. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanaan 1 di harapkan
Mahasiswa dapat Melakukan Tindakan Ambulasi.
h. Setelah melakukan Praktik Klinik Kebidanan 1 di harapkan
Mahasiswa dapat Melakukan Perawatan Pre dan Post Operasi.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta penerapan
pelayanabn Praktek Klinik Kebidanan 1 (PKK 1) Kesehatan dalam
keterampilan di lapangan atau Rumah Sakit.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Sebagai penerapan mata kuliah dan bisa mempraktikan teori secara
langsung di lapangan guna memberikan Keterampilan Praktek Klinik
Kebidanan 1 (PKK 1)
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di aplikasikan apa yang telah di pelajari dari perkuliahan ke lahan
praktik tantang Keterampilan Praktek Klinik Kebidanan 1 (PKK 1).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayiyang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin
ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup
dengan baik (Marmi dkk, 2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan
genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak
sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy
Marie, 2016).
Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan
Bayi Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 2500-
3000gram dan panjang badan sekitar 50-55 cm.
Ciri-ciri bayi normal adalah, sebagai berikut :
a. Berat badan 2.500-4.000 gram.
b. Panjang badan 48-52.
c. Lingkar dada 30-38.
d. Lingkar kepala 33-35.
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
f. Pernapasan ±40-60 kali/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan lici karena jaringan subkutan cukup.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala baisanya telah sempurna.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,
dan pada lakilaki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik.
m. Refleks grap atau menggenggam sudah baik.
n. Eliminasi baik, mekonium keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan(Tando,2016).
2. Perubahan Fisiologi
a. Perubahan pada sistem pernapasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam 30 detik sesudah
kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem
saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.
Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 kali/menit.
b. Perubahan sistem Kardiovaskuler
Dengan berkembangnya paru-paru, pada alveoli akan terjadi
peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida
akan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan terjadinya
penurunan resistansi pembuluh darah dari arteri pulmonalis mengalir
keparu-paru dan ductus arteriosus tertutup.
c. Perubahan termoregulasi dan metabolic
Sesaat sesudah lahir, bila bayi dibiarkan dalam suhu ruangan 25 ºC,
maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi,
konduksi, dan radiasi. Suhu lingkungan yang tidak baik
akanmenyebabkan bayi menderita hipotermi dan trauma dingin (cold
injury).
d. Perubahan Sistem Neurologis
Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum
berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan
tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang
buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
e. Perubahan Gastrointestinal
Kadar gula darah tali pusat 65mg/100mL akan menurun menjadi
50mg/100 mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energi tambahan yang
diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari
hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar gula akan mencapai
120mg/100mL.
f. Perubahan Ginjal
Sebagian besar bayi berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan
2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka berkemih 5-
20 kali dalam 24 jam.
g. Perubahan Hati
Dan selama periode neontaus, hati memproduksi zat yang essensial
untuk pembekuan darah. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak
terkonjugasi yang bersirkulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan
dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
h. Perubahan Imun
Bayi baru lahir tidak dapat membatasi organisme penyerang dipintu
masuk. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan
meningkatkan resiko infeksi pada periode bayi baru lahir
3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
a. Pengertian Asuha Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Asuhan bayi baru lahir adalah menjaga bayi agar tetap hangat,
membersihkan saluran nafas, mengeringkan tubuh bayi (kecuali
telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong dan mengikat tali
pusat, melakukan IMD, memberikan suntikan vitamin K1, memberi
salep mata antibiotik pada kedua mata, memberi immunisasi Hepatitis
B, serta melakukan pemeriksaan fisik (Syaputra Lyndon, 2014)
b. Asuhan Bayi Baru Lahir
1) Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi
tetap hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin
sesudah lahir, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai
bayi stabil untuk mencegah hipotermi.
2) Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di
mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan
sekaligus dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi
normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi
tidak langsung menangis, jalan napas segera dibersihkan.
3) Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan
menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus.
Dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan
membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah
dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2
menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan punggung
tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi
mencari putting ibunya yang berbau sama.
4) Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan
antiseptik. Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor
menit kelima. Cara pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah
sebagai berikut :
a) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat
dipotong (oksotosin IU intramuscular)
b) Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT
3 cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan
tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
kea rah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak
2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
c) Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan
yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut
dengan menggunakan gunting DTT (steril)
d) Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi,
kemudian lingkarkan Kembali benang tersebut dan ikat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya.
e) Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam
larutan klorin 0,5%
f) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi
menyusui dini.
5) Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI
sejak usia 6 bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan
setelah mengikat tali pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir
adalah lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling
sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari dan menemukan putting
dan mulai menyusui.
6) Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang
pengenal tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam
lahir, dan jenis kelamin.
7) Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan
darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir
beresiko mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR
diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg
dosis tunggal, intra muscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan
vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi Hepatitis B
8) Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah
terjadinya infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam
setelah lahir.
9) Menberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2
jam setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi
Hepatitis B harus diberikan pada bayi usia 0-7 hari.
10) Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui
apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera
serta kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan
dan kelahiran. Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala
hingga jari kaki). Diantaranya :
a) Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura
menutup/melebar adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.
b) Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan
tanda-tanda infeksi
c) Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis,
labiopalatoskisis dan reflex isap
d) Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan
bentuk telinga.
e) Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.
f) Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada
tidaknya retraksi
g) Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati,
limpa, tumor).
h) Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada
tali pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau
selangkangan.
i) Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam
skrotum, penis berlubang pada ujung, pada wanita vagina
berlubang dan apakah labia mayora menutupi labio minora.
j) Anus: tidak terdapat atresia ani
k) Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili dan syndaktili.
(Sondakh,2017)
c. Pelayanan Kesehatan Neonatus
1) Pelayanan kesehatan neonates menurut kemenkes RI, (2015)
adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh
tenaga kesehatan kepada neonates sedikitnya 3 kali, selama periode
0 sampai dengan 28 hari setelah lahir. Kunjungan neonates ke-1
(KN I) dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan pemeriksaan
pernapasan, warna kulit gerakan aktif atau tidak, ditimbang, ukur
panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada, pemberian salep mata,
vitamin K1, Hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan
kehilangan panas bayi.
2) Kunjungan neonates ke-2 (KN 2) dilakukan pada hari ke-3 sampai
hari ke-7 setelah lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali
pusat, pemberian ASI eksklusif, personal hygiene, pola istirahat,
keamanan dan tanda-tanda bahaya.
3) Kunjungan neonates ke-3 (KN 3) dilakukan pada hari ke-8 sampai
hari ke-28 setalah lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan
dengan berat badan, tinggi badan dan nutrisinya.
4. Pendokumentasian padaBayi Baru Lahir.
a. Data Subjektif
1) Anamnesa
Pada langkah pertama harus mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
2) Identitas orang tua
Nama, umur, ras atau suku, agama, status perkawinan,
pekerjaan.Maksud pertanyaan ini adalah untuk identitas(mengenal)
klien dan menentukan status sosial ekonominya yang harus kita
ketahui.
3) Keluhan utama keadaan bayi ssaat dilihat
4) Riwayat kehamilan dan persalinan ibunya
Riwayat kebidanan yang lalu meliputi jumlah anak, perjalanan
persalinan aterm, berat badan bayi, dan masalah-masalah yang di
alami ibu.
5) Riwayat kesehatan ibu
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat
dahulu dan sekarang, seperti masalah hipertensi, diabetes mellitus,
malaria, PMS atau HIV/AIDS.
6) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon ibu
dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang
dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat, merokok
dan minuman keras, mengkonsimsi obat-obat terlarang, kegiatan
sehari-hari, tempat dan petugas kesehatan yang di inginkan.
B. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Pemeri ksaan fisik bayi baru lahir merupakan prosedur medis rutin yang
penting dilakukan oleh setiap dokter atau bidan. Hal ini bertujuan untuk
memastikan apakah bayi baru lahir dalam keadaan sehat atau memiliki
kelainan tubuh maupun gangguan kesehatan.
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir biasanya langsung dilakukan di hari pertama
bayi dilahirkan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan tanda vital
(detak jantung, suhu tubuh, dan pernapasan), panjang dan berat badan, serta
organ tubuh bayi.

Jika dari
pemeriksaan fisik ini ternyata terdeteksi adanya kelainan atau penyakit
tertentu pada bayi, dokter atau bidan akan segera melakukan pemeriksaan
lebih lanjut maupun perawatan untuk mengatasi kondisi tersebut.
Berikut ini adalah beberapa macam pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
dapat dilakukan dokter atau bidan:
1. Pemeriksaan Apgar
Pemeriksaan Apgar atau Apgar score dapat dilakukan segera setelah
bayi baru lahir. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan warna kulit, detak
jantung, refleks dan kekuatan otot, serta pernapasan bayi. Apgar score
tergolong baik jika nilainya lebih dari 7.
2. Pemeriksaan usia gestasional, lingkar kepala, dan berat badan
Pemeriksaan usia gestasional dilakukan menggunakan penilaian new
Ballard score, dengan tujuan untuk mengetahui apakah bayi terlahir
prematur atau sudah cukup bulan.
3. Pemeriksaan antropometri
Pemeriksaan ini termasuk penghitungan berat badan, panjang badan,
lingkar kepala, bentuk kepala, leher, mata, hidung, dan telinga bayi.
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
kelainan pada bentuk kepala atau anggota tubuh bayi baru lahir.
4. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir selanjutnya adalah pemeriksaan
mulut, yang meliputi pemeriksaan gusi dan langit-langit mulut.
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mendeteksi kelainan, seperti
bibir sumbing.
5. Pemeriksaan jantung dan paru
Dalam pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan stetoskop untuk
mengetahui apakah detak dan suara jantung bayi dalam kondisi normal
atau sebaliknya. Begitu juga dengan pemeriksaan paru, dokter akan
memeriksa laju pernapasan, pola pernapasan, dan mengevaluasi fungsi
pernapasan bayi.
6. Pemeriksaan perut dan kelamin
Pemeriksaan perut bayi meliputi bentuk, lingkar perut, dan
pemeriksaan organ-organ di dalam perut seperti hati, lambung, dan usus
hingga lubang anus. Pemeriksaan tali pusat bayi juga termasuk dalam
pemeriksaan fisik ini.
Sementara pada pemeriksaan organ kelamin, dokter akan memastikan
saluran kencing terbuka dan berada di lokasi yang tepat. Dokter juga akan
mengevaluasi testis dalam kantong zakar, serta bentuk labia dan cairan
yang keluar dari vagina bayi.
7. Pemeriksaan tulang belakang
Ini juga merupakan salah satu pemeriksaan fisik bayi baru lahir yang
penting dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bayi Anda
memiliki kelainan, seperti spina bifida atau cacat tabung saraf.
8. Pemeriksaan tangan dan kaki
Dokter akan memeriksa denyut nadi di setiap lengan bayi, serta
memastikan tangan dan kakinya dapat bergerak dengan optimal dan
memiliki ukuran berikut jumlah jari-jari yang normal.
9. Pemeriksaan pendengaran
Pemeriksaan pendengaran bertujuan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui hal ini, dokter akan
menggunakan alat berupa otoacoustic emissions (OAE) atau automated
auditory brainstem response (AABR).
C. Pemberian Saleb Mata dan Injeksi Vitamin K1Profilaksis Pada Bayi Baru
Lahir
1. Pemberian Salap Mata
a. Definisi
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada
pembuatan Salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan
dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan perlakuan aseptic
yang ketat serta memenuhi syarat uji sterilitas. Salep adalah sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obatluar.
Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang cocok.

Berbeda dengan salep dermatologi, salep mata harus steril. Salep


mataharus memenuhi uji sterilitas sebagaimana tertera pada kompendia
resmi. Jadi, salep mata dapat diartikan sebagai sediaan setengah padat
yang mudah dioleskan ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit
ataupun selaput lender pada bagian mata atau sekitarnya, dimana
bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep
yang sesuai.

b. Tujuan Pemberian Salep Mata


Tujuan utama pemberian saleb mata yaitu untuk memperlama kontak
obat dengan permukaan mata dan untuk mencegah kebutuhan.
c. Indikasi dan Kontra indikasi pemberian obat pada mata
1) Indikasi
Biasanya obat salep mata digunakan dengan indikasi sebagai
berikut :
a) Meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang
dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari,
pemakaian lensa kontak, alergi atausehabis berenang.
b) Antiseptik dan antiinfeksi.
c) Radang atau alergi mata.
2) Kontraindikasi
Obat salep mata yang mengandung nafazolin hidroksida tidak bole
digunakan pada penderita konjutivitis atau penyakit mata lainnya
yang hebat, bayi dan anak. Kecualidalam pegawasan dan nasehat
dokter 
d. Syarat-syarat salep mata
1) Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi
yang benar-benar aseptic dan memenuhi persyaratan dari tes
sterilisasi resmi.
2) Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan
dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
3) Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran
bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan
mikroorganisme yang berbahaya Ketika wadah terbuka selama
penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah
klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
4) Salep akhir harus bebas dari partikel besar
5) Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi
obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas
obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang
sesuai. Vaselin merupakan dasar salep mata yang banyak
digunakan. Beberapa bahan dasar  salep yang dapat menyerap,
bahan dasar yang mudah dicuci dengan air dan  bahan dasar larut
dalam air dapat digunakan untuk obat yang larut dalam air. Bahan
dasar salep seperti ini memungkinkan disperse obat larut air yang
lebih baik tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi pada mata.
6) Merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat
sediaan larutanmata yang mengandung banyak mikroorganisme
yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi
mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang
paling utama adalah memasukan produk nonsteril kemata saat
kornea digososk.
2. Pengertian Vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah, seperti factor II,VII,IX,X dan
antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z
dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.
Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu:
a. Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau. Sediaan
yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin K mixed micelles
(KMM).
b. Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti
Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli.
c. Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan
vitamin K sintetik tetapi jarang diberikan lagi pada neonatus karena
dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik.

Secara fisiologis kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K


dalam tali pusat sekitar 50% dan akan menurun dengan cepat mencapai
titik terendah dalam 48-72 jam setelah kelahiran. Kemudian kadar faktor
ini akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggu tetap berada
dibawah kadar orang dewasa. Peningkatan ini disebabkan oleh absorpsi
vitamin K dari makanan. Sedangkan bayi baru lahir relatif kekurangan
vitamin K karena berbagai alasan, antara lain karena simpanan vitamin K
yang rendah pada waktu lahir, sedikitnya transfer vitamin K melalui
plasenta, rendahnya kadar vitamin K pada ASI dan sterilitas saluran cerna.

Sediaan vitamin K yang ada di Indonesia adalah vitamin K3


(menadione) dan vitamin K1 (phytomenadione). Yang direkomendasikan
oleh berbagai negara di dunia adalah vitamin K1. Australia sudah
menggunakan vitamin K1 sebagai regimen profilaksis vitamin K pada bayi
baru lahir (sejak tahun 1961). Hasil kajian HTA tentang pemberian
profilaksis dengan vitamin K adalah vitamin K1 . Selain sediaan injeksi,
terdapat pula sediaan tablet oral 2 mg, tetapi absorpsi vitamin K1 oral
tidak sebaik vitamin K1 intra muskular, terutama pada bayi yang
menderita diare. Disamping efikasi, keamanan, bioavailabilitas dan dosis
optimal, sediaan oral untuk mencegah PDVK masih memerlukan
penelitian. Pemberian vitamin K1 oral memerlukan dosis pemberian
selama beberapa minggu (3x dosis oral, masing-masing 2 mg yang
diberikan pada waktu lahir, umur 3-5 hari dan umur 4-6 minggu), sebagai
konsekuensinya maka tingkat kepatuhan orang tua pasien merupakan suatu
masalah tersendiri.

a. Perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)


PDVK dapat terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain seperti
pengambilan darah vena atau pada operasi, disebabkan karena
berkurangnya faktor pembekuan darah (koagulasi) yang tergantung
pada vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X. Sedangkan faktor
koagulasi lainnya, kadar fibrinogen dan jumlah trombosit dalam batas
normal.
b. Pelaksanaan Pemberian Injeksi Vitamin K1 Profilaksis
1) Cara Pemberian
a) Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1
profilaksis.
b) Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1
(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10
mg Vitamin K1 per 1 ml.
c) Cara pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 adalah :
1) Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril
1 ml, kemudian disuntikkan secara intramuskular di paha
kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal,
diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi
hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam.
d) Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan
dosis dan cara yang sama
e) Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin
K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan
dosis dan cara yang sama.
f) Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi.
2) Persiapan Melakukan Suntikan Intra Muskular
a) Letakan bayi dengan posisi punggung di bawah
b) Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan
diberikan suntikan intramuskular (IM)
i) Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih
dipilih karena resiko kecil terinjeksi secara IV atau
mengenai tulang femur dan jejas pada nervus skiatikus)
ii) Muskulus deltoideus (Mengandung sedikit lemak atau
jaringan subkutan sehingga memudahkan penyuntikan).
Area ini digunakan hanya untuk pemberian imunisasi
bukan untuk pemberian obat lain
3) Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular
a) Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan
identifikasi suntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan
imunisasi HB0 di paha kanan.
b) Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas
yang telah direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan
mengering.
c) Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah
tepat.
d) Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang
jarumnya.
e) Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik
dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
f) Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus
melalui kulit.
g) Tarik tuas semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung
jarum tidak menusuk dalam vena
i) Bila dijumpai darah:
 Cabut jarum tanpa menyuntikkan obat
 Pasang jarum steril yang baru ke semprit
 Pilih tempat penyuntikkan yang lain
 Ulangi prosedur diatas
ii) Bila tidak dijumpai darah, suntikan obat dengan tekanan
kuat dalam waktu 3-6 detik.
h) Bila telah selesai, tarik jarum dengan sekali gerakan halus dan
tekan dengan bola kasa steril kering
i) Catat tempat penyuntikan untuk memudahkan identifikasi

D. Pemberian Vaksin Hepatitis B pada Bayi


Vaksin adalah pemberian kekebalan tubuh buatan atau antigen ke dalam
tubuh, untuk merangsang pembentukan antibodi terhadap penyakit tertentu.
Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada bayi, meski beberapa jenisnya juga
diberikan pada orang dewasa. Dari berbagai jenis vaksin yang perlu diberikan
pada bayi, vaksin hepatitis B adalah salah satu yang cukup penting. Bahkan,
kabarnya vaksin ini perlu diberikan pada bayi yang baru lahir, lho.

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang dapat
berujung pada infeksi hati kronis. Penyakit ini tergolong dalam penyakit
menular, dan cukup banyak menyerang anak-anak. Penyebaran virus hepatitis
B terjadi melalui darah dan cairan tubuh lainnya. Pemberian vaksin hepatitis B
pun dinilai penting diberikan pada bayi baru lahir, karena mereka berisiko
tinggi terkena penyakit ini dari ibu yang terinfeksi virus, baik terlahir melalui
persalinan normal maupun caesar.
Selain itu, ibu yang mengidap hepatitis B sering kali tidak sadar bahwa dirinya
terinfeksi penyakit tersebut, lantaran tidak adanya gejala yang dirasakan. Oleh
karena itu, memberikan vaksin saat kelahiran menjadi cara terbaik yang bisa
diambil. Namun selain pada sang bayi, vaksin ini juga perlu diberikan pada
ibu yang negatif hepatitis B. Tujuannya sama, untuk mencegah terjadinya
penyakit hepatitis B. Tak hanya itu, pemberian vaksin saat lahir juga
membantu mengurangi risiko anak terkena hepatitis B di masa kecil yang
mungkin ditularkan oleh orang sekitarnya.
2. Kapan Tepatnya Vaksin Hepatitis B Perlu Diberikan?
Mengutip dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), waktu paling
baik untuk memberikan vaksin hepatitis B pertama adalah dalam 12 jam
setelah lahir, dengan didahului pemberian suntikan vitamin K1 minimal 30
menit sebelumnya. Selanjutnya, jadwal pemberian vaksin hepatitis B (HB)
monovalen adalah pada usia 0, 1, dan 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu
HBsAg positif, akan diberikan vaksin HB dan imunoglobulin hepatitis B
(HBIg) pada bagian tubuh yang berbeda.
Apabila diberikan vaksin HB kombinasi dengan DTPw, maka jadwal
pemberiannya pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Apabila vaksin HB kombinasi
dengan DTPa, maka jadwal pemberian adalah pada usia 2, 4, dan 6 bulan.
Sementara itu, dosis dan jadwal vaksin pada bayi prematur sama dengan
bayi yang cukup bulan. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
pada bayi prematur, yaitu:
b. Kekuatan kekebalan tubuh pasif melalui penularan secara maternal
pada bayi prematur lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang
cukup bulan.
c. Apabila berat badan bayi sangat kecil, yakni kurang dari 1.000 gram,
vaksin HB baru boleh diberikan setelah berat badan pada bayi
mencapai 2.000 gram atau saat bayi berumur 2 bulan.
d. Imunisasi hepatitis B1 diberikan pada umur 2 bulan atau lebih, kecuali
jika ibu memiliki HBsAg positif.
3. Adakah Efek Sampingnya?
Biasanya, beberapa bayi akan mengalami demam ringan dan rasa nyeri di
bagian tangan yang disuntik. Hal ini sebenarnya adalah efek yang wajar,
dan kerap terjadi pula pada pemberian jenis vaksin lainnya, jadi tidak perlu
terlalu cemas. Namun, jika ternyata bayi memiliki reaksi alergi, maka
orangtua perlu meminta penanganan segera. Seorang anak yang memiliki
reaksi alergi yang mengancam nyawa terhadap vaksin hepatitis B yang
diberikan pada dosis sebelumnya tidak boleh diberi vaksin hepatitis B lagi.

Itulah sedikit penjelasan tentang vaksin hepatitis B dan pentingnya


diberikan pada bayi baru lahir. Jika kamu membutuhkan informasi lebih
lanjut soal hal ini atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk
mendiskusikannya dengan dokter di aplikasi Halodoc, lewat fitur Contact
Doctor, ya. Mudah kok, diskusi dengan dokter spesialis yang kamu
inginkan pun dapat dilakukan melalui Chat atau Voice/Video Call.
Dapatkan juga kemudahan membeli obat menggunakan aplikasi Halodoc,
kapan dan di mana saja, obatmu akan langsung diantar ke rumah dalam
waktu satu jam. Yuk, download sekarang di Apps Store atau Google Play
Store!
E. Perawatan Tali Pusat Pada Bayi
1. Pengertian
Perawatan tali pusat adalah upaya mencegah infeksi tali pusat
sesungguhnya tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan
daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci
tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun sebelum merawat tali
pusat (Sodikin, 2014). Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah
infeksi tali pusat merupakan Tindakan sederhana, yang penting adalah tali
pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu mencuci tangan dengan air bersih
(Sodikin, 2015).
Perawatan tali pusat selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi
tidak dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja
dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering.
Jangan khawatir, bayi anda tetap wangi meskipun hanya dilap saja selama
seminggu. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat,
bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, anda harus sedikit
mengangkat (Rika, 2015).
2. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan mencegah terjadinya infeksi pada tali pusat pada bayi baru lahir
upaya ini di lakukan dengan cara merawat tali pusat, tidak terkena air
kencing, kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan
sebelah bawah tali pusat. Apa bila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat
dengan air bersih yang mengalir menggunakan sabun, segera di keringkan
dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan
kering. (Marmi, 2015).
3. Cara Perawatan Tali Pusar
Memotong dan mengikat tali pusat dilakukan dengan tehnik aseptic dan
anti septik, dengan prosedur tindakan sebagai berikut :
a. Bersihkan area pusat dengan bola kapasa lembut yang telah dicelupkan
air matang, lakukan dengan lembut, tidak perlu menggosokkan atau
mendorong pusat.
b. Keringkan dengan handuk lembut.
c. Ganti pembalut pusat bayi dengan kain kassa barundan tidak perlu
panik saat melihat tetesan darah yang kemudiaan menghitam terutama
pada minggu pertama( pada saat ini, pusat bayi baru lahir biasanya
masih tampak luka).
d. Kenakkan popok dengan cara melipat bagiaan atasnya menjauhi pusat
untuk menghindari rembesan urin mengenai pusat.
Beberapa hal yang perlu diingatkan saat merawat tali pusat bayi yaitu:
e. Jaga kebersihan area pusat dan sekitarnya serta upayakan selalu
dalam keadaan kering .
f. Gunakan kapas baru pada setiap basuhan.
g. Agar tali pusat lebih cepat lepas, gunakan kain kasa pada bagian
pusat yang terus dibalutb sehingga mendapat udara cukup.
h. Saat membersihkan, pastikan suhu kamar tidak terlalu dingin .
i. Agar praktis, kenakkan popok dan atasan dari bahan kaos yang
longgar .
j. Lakukan perawatan ini 1-2 kali sehari.
k. Konsultasikan dengan dokter bila area kulit di sekitar pusat bayi
memerah dan seperti terbakar karena mungkin terjadi infeksi jamur
atau lainnya(jika penyebabnya memang benar - benar infeksi,
biasanya akan di rawat dengan sedikit betadine) (Mubarak, 2015).
4. Dampak Perawatan Tali Pusat
a. Dampak Positif Perawatan Tali Pusat
Bayi akan sehat dengan kondisi tali puasat yang normal apabila warna
tali pusat putih kebiruan pada hari ke-1 dan mulai mongering atau
mengecil, kemudian lepas pada hari ke-7 hingga ke-10 (Uliyah, 2015).
b. Dampak Negatif Perawatan Tali Pusat
Apabila tali pusat tidak dirawat dengan baik, kuman-kuman bisa
masuk sehingga terjadi infeksi yang mengakibatkan penyakit Tetanus
Neunatorum. Penyakit ini telah menjadi penyebab kesakitan dan
kematian secara terus menerus di berbagai negara (Sodikin 2015).
Tetanus Neunatorum adalah suatu penyakit pada neonatus yang
disebabkan oleh spora Clostridium tetani yang masuk melalui tali
(Sodikin, 2015).
Tahun 2017 masih ditemukan kematian akibat kasus tetatus
Neonatorum. Kasus Tetanus Neonatorum yang menyebabkan kematian
di Propinsi Riau Tahun 2015 terdapat pada Kabupaten Indragiri Hilir,
Kampar dan Bengkalis. Berdasarkan data di puskesmas Rambah Hilir I
Kabupaten Rokan Hulu 2017 jumlah ibu hamil 520 orang, dan
berdasarkan survey pendahuluan dengan mewancarai 10 orang ibu
hamil diketahui bahwasanya mereka kurang mengetahui cara
perawatan tali pusat pada bayi baru lahir.
F. Memandikan Bayi Baru Lahir
5. Pengertian Memandikan bayi
Memandikan bayi meruapakan upaya yang di lakukan untuk menjagah
agar tubuh bayi bersih. Terasa segar dab mencegah kemungkinan infeksi.
6. Cara memandikan bayi yang baru lahir
Saat bayi baru lahir, memandikan menjadi momen yang dinanti
sekaligus membuat gugup bagi para orangtua baru. Tidak sedikit orangtua
yang khawatir saat memandikan bayi karena takut jatuh. Berikut ini cara
atau langkah memandikan bayi dengan benar:
i. isi bak mandi bayi dengan air hangat bersuhu sekitar 32o Celcius dan
ketinggian air sekitar 7 cm.
ii. Baringkan bayi di alas ganti atau handuk, buka pakaian bayi secara
perlahan.
iii. Gunakan satu tangan dan lengan Anda untuk menopang kepala dan
tubuh bayi, sedangkan tangan yang lain untuk menyangga tubuh bayi
bagian bawah.
iv. Letakkan bayi ke dalam bak mandi secara perlahan, dimulai dengan
kaki. Pastikan satu tangan tetap menyangga punggung dan kepala bayi,
sementara tangan Anda yang lain membersihkan bagian tubuh bayi.
v. Jaga posisi kepala bayi agar selalu berada di atas permukaan air.
vi. Bersihkan bayi dimulai dari kelopak matanya dengan kapas atau kain
katun lembut yang dicelupkan ke dalam air hangat. Gunakan kain yang
berbeda untuk setiap mata.
vii. Lanjutkan dengan membersihkan hidung, telinga, dan wajah bayi.
viii. Jika menggunakan sabun, tuang sedikit saja atau oleskan tipis di kulit
Anda sebelum mengusapnya di kulit bayi.
ix. Usap secara perlahan dan lembut ketika membersihkan bagian ketiak,
belakang telinga, leher dan kelamin bayi.
x. Guyur kepala dan seluruh tubuh bayi secara perlahan dengan gayung,
kemudian seka dengan kain atau waslap bersih.
xi. jika sudah selesai, angkat bayi secara perlahan dari bak mandi.
xii. Segera letakkan bayi di atas tempat tidur yang sudah diberi alas
handuk.
xiii. Keringkan setiap bagian tubuh bayi secara perlahan-lahan dengan
handuk berbahan lembut.
7. Manfaat mandi bagi bayi baru lahir
Mandi merupakan salah satu perawatan bayi yang bermanfaat tidak
hanya untuk bayi baru lahir melainkan juga untuk orang tua.hal ini dapat
di karenakan mandi mampu membangun ikatan orang tua dan bayi.
Berikut Beberapa manfaat mandi untuk bayi baru lahir yang wajib anda
ketahui:
i. Meningkatkan ikatan batin
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, memandikan bayi baru
lahir merupakan salah satu cara yang baik untuk meningkatkan ikatan
batin antara orangtua dan bayi. Memiliki banyak waktu untuk
dihabiskan bersama berdua dengan bayi Anda dapat membuat sang
bayi merasakan perhatian. Ketika Anda memandikan bayi Anda,
bisakanlah untuk menunjukkan ekspresi seperti menatap matanya,
melemparkan senyum, dan mainkan jari-jari kecilnya, agar bonding
kepada orangtua semakin tumbuh.
ii. Mengerjakan bayi untuk belajar
Mandi merupakan salah satu kegiatan belajar untuk bayi. Dalam
hal ini bayi Anda akan belajar melatih indera peraba dan
sensitifitasnya. Merasakan guyuran air dan usapan dari tangan
orangtua maupun waslap akan membuat indera perabanya bisa
membedakan tekstur halus dan kasar.Pastikan bahwa bayi merasa
senang saat sedang mandi dan lakukan secara lembut. Hal ini perlu
Anda perhatikan agar suasana hati bayi Anda tetap terjaga dengan baik
iii. Menengkan bayi yang rewel
Bayi baru lahir kerap menunjukkan sikap rewel dan menangis
tanpa henti. Dalam kondisi ini umumnya orangtua akan merasa cemas.
Perlu diketahui, memandikan bayi ternyata juga dapat menjadi salah
satu metode agar bayi kembali merasa nyaman. Lakukan gerakan
memijat bayi setelah mandi dengan losion atau minyak telon yang
sering digunakan untuk membuatnya semakin merasa nyaman. Jangan
ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak jika mengalami kesulitan
dalam memandikan bayi Anda.
Selama ini, memang sudah menjadi budaya bahwa bayi baru lahir
perlu segera dimandikan. Meski begitu, organisasi kesehatan dunia
WHO (World Health Organization) serta beberapa penelitian terbaru
menyarankan agar bayi sebaiknya baru dimandikan 12-24 jam setelah
dilahirkan.
BAB III

PENUTUP

a) Kesimpulan
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayiyang baru lahir mengalami proses
kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian fisiologis berupa
maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke
kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup dengan
baik (Marmi dkk, 2015).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap
37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang
melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy Marie, 2016).
Menurut Sarwono (2005) dalam buku Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir (Sondakh,2017) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
cukup bulan, 38-42 minggu denganberat badan sekitar 2500-3000gram dan
panjang badan sekitar 50-55 cm.
b) Bagi Pendidikan
c) Kami mengaharapkan kepada pembimbing pendidikan untuk mempertahankan
dan meningkatkan bimbingan kepada para mahasiswa yang melaksanakan
praktek untuk dapat menerapkan teori yang telah diperoleh dari kampus,
sehingga dapat mengasah keterampilannya khususnya ,dan lebih menekankan
mahasiswa untuk lebih memperhatikan kesterilan serta kedisplinan dalam
melaksankan praktek.
d) Bagi Mahasiswa Kebidanaan
e) Kami harapkan kepada mahasiswa yang sedang praktek untuk dapat
menerapkan teori yang telah didapatkan di kampus maupun di lahan praktek
dengan sebaik-baiknya dan selalu menjaga kesterilan dari alat dan bahan, serta
berlaku jujur, sopan, ramah, dan taat pada peraturan praktek, sehingga apa
yang dikerjakan dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
f) Bagi Penulis
g) Penulis menyadari penyusulan laporan ini masih sangat kurang baik dan jauh
dari kata sempurna maka dari itu mohon kritikan ataupun saran kepada penulis
saya sebagai penyusun laporan ini bersedia dengan senang hati demi kebaikan
kedepannya
h)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Dirjen POM.

Arief, M.2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah
Mada University press

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta :


Universitas Indonesia (UI-Press).

Desiraju, M. KidsHealth (2018). Medical Care and Your Newborn.

Consolini, D. M. MSD Manual (2019). Physical Examination of the


Newborn.

Diakses pada 25 Juli 2019 Immunization Action Coallition.


http://www.immunize.org/catg.d/p4110.pdf
Diakses pada 25 Juli 2019 Ikatan Dokter Anak Indonesia.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwalimunisasi2017

Farahani, F. et al. (2017). The Effect of Mode of Delivery and Hospital


Type on Newborn Hearing Screening Results Using Otoacoustic Emissions:
Based on Screening Age. Indian Journal of Otolaryngology and Head and Neck
Surgery. 69(1), pp. 1–5.

Gavin, M. KidsHealth (2018). What Is the Apgar Score?

G.Bare, Brenda.C Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.

Rika, B. (2015). Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Perawatan


Tali Pusat di Desa Koto Tinggi Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu,
Jurnal,

Saryono, Setiawan Ari, Ari Setiawan . (2015). Metodologi Penelitian


Kebidanan DII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta : Maha Medika.

Sodikin, Medika Ester. (2015). Perawatan Tali Pusat. Jakarta : EGC.

Bobak, Lowdermilk & Jensen (2005). Buku ajar keperawatan maternitas.


Edisi 4. Jakarta : EGC.

http://fandik-prasetiyawan.blogspot.com/2012/12/makalah-salep-mata-sop.html

http://www.news-medical.net/health/Newborn-Vitamin-K-Injections-
%28Indonesian%29.aspx

Anda mungkin juga menyukai