Anda di halaman 1dari 7

EVALUASI AKADEMIK

NAMA : BUDI HARTANTO, S.Pd.


NDH 32
Kelompok 3
Golongan III
Angkatan : XLV
Judul Isu : Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif

Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa Fiktif

KOMPAS.com - Setiap tahun, pemerintah mengalokasikan triliunan rupiah dana desa di


dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Jumlah tersebut terus meningkat
seiringdengan peningkatan jumlah desa yang menerima bantuan. Tahun 2020 misalnya, dana
desa yang akan dialokasikan pemerintah sebesar Rp 72 triliun. Jumlah itu naik Rp 2 triliun
bila dibandingkan alokasi pada tahun 2019.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan, peningkatan dana desa dilakukan sebagai upaya
untuk pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan potensi ekonomi desa. Sehingga,
diharapkan dapat mempercepat peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat desa.
"Di samping itu, dana desa diharapkan dapat mendorong inovasi dan entrepreneur baru,
sehingga produk-produk lokal yang dimiliki oleh setiap desa dapat dipasarkan secara
nasional, bahkan global melalui marketplace," ucap Jokowi saat menyampaikan pidato nota
keuangan di Kompleks Parlemen, 16 Agustus lalu.
Ironisnya, harapan peningkatan kesejahteraan itu pupus. Maraknya kabar keberadaan desa
fiktif di sejumlah wilayah Tanah Air menjadi indikasi bahwa dana desa yang selama ini
dikucurkan pemerintah pusat hanya sekedar menjadi bancakan untuk dibagi-bagi oleh oknum
tidak bertanggung jawab di daerah.

Desa fiktif

Temuan desa fiktif tersebut salah satunya berada di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.
Kepolisian daerah setempat memperoleh informasi adanya 56 desa yang terindikasi fiktif.
Tim khusus pun telah diterjunkan untuk melakukan pengecekan fisik di 23 desa yang tidak
terdata di Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kepala Subdit Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Polda Sultra, Kompol Dolfi
Kumaseh mengatakan, dari 23 desa yang telah dicek, dua desa di antaranya diketahui tidak
memiliki penduduk sama sekali. Namun, Dolfi masih merahasiakan identitas desa tersebut
lantaran masih dalam proses penyelidikan. "Penyidik sudah periksa saksi dari Kemendagri,
kemudian ahli pidana dan ahli adiministrasi negara. Telah dilakukan pemeriksaan fisik
kegiatan dana desa bersama ahli Lembaga pengembangan jasa konstruksi," ujar Dolfi, di
ruang kerjanya, Kamis (7/11/2019).
Di lain pihak, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap turun tangan untuk membantu
Polda Sulawesi Tenggara menangani kasus yang terindikasi ada dugaan tindak pidana korupsi
ini.
"Salah satu bentuk dukungan KPK adalah memfasilitasi keterangan para ahli pidana dan
kemudian dilanjutkan gelar perkara bersama 16 September 2019," kata Juru Bicara KPK
Febri Diansyah dalam keterangan tertulis, Rabu (6/11/2019).
Dalam kasus ini, KPK mengindikasi adanya 34 desa yang bermasalah. Tiga desa fiktif,
sedangkan 31 lainnya ada tapi surat keputusan pembentukannya dibuat dengan tanggal
mundur. Sementara, ketika desa tersebut dibentuk sedang berlaku kebijakan moratorium dari
Kemendagri. Sehingga untuk bisa mendapatkan dana desa harus dibuat tanggal pembentukan
backdate.
Perkara ini kemudian telah naik ke tahap penyidikan dan membutuhkan keterangan ahli
pidana. "Akan dilakukan pengambilan keterangan ahli hukum pidana untuk menyatakan
proses pembentukan desa yang berdasarkan peraturan daerah yang dibuat dengan tanggal
mundur (backdate), merupakan bagian dari tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan
atau tidak," ucap Febri.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai, desa fiktif mulai bermunculan setelah
pemerintah secara rutin mengucurkan dana desa setiap tahun. Momentum inilah yang
kemudian dimanfaatkan oleh oknum tidak bertanggung jawab untuk untuk membentuk desa
baru. "Kami mendengar beberapa masukan karena adanya transfer ajeg dari APBN maka
sekarang muncul desa-desa baru yang bahkan tidak ada penduduknya. Hanya untuk bisa
mendapatkan (dana desa)," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja evaluasi kinerja 2019 dan
rencana kerja 2020 bersama dengan Komisi XI DPR RI, Senin (4/11/2019).
Hingga September 2019, penyaluran dana desa baru mencapai Rp 44 triliun atau 62,9 persen
dari total alokasi Rp 70 triliun pada tahun ini. Serapan ini turun bila dibandingkan periode
sebelumnya yang mencapai 63,2 perse atau sekitar Rp 37,9 triliun.

Verifikasi lemah

Pihak Istana Kepresidenan bukannya tutup mata dan telinga melihat realita ini. Jokowi
bahkan menegaskan, akan mengejar oknum pelaku yang sengaja memanfaatkan kucuran dana
desa untuk kepentingan pribadi. "Kami kejar agar yang namanya desadesa tadi diperkirakan,
diduga, itu fiktif, ketemu, ketangkep," kata Jokowi usai membuka acara Konstruksi Indonesia
2019 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Menurut Jokowi, ada oknum yang dengan sengaja menciptakan desa fiktif. Oknum tersebut
memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah dilakukan pemerintah, mengingat
luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga Merauke. Hingga kini, tercatat
ada sekitar
78.400 desa yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air. "Manajemen pengelolaan desa
sebanyak itu tidak mudah. Tetapi, kalau informasi benar ada desa siluman itu, misalnya
dipakai plangnya saja, tapi desanya enggak, bisa saja terjadi," ucapnya.
Di lain pihak, Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah
(KPPOD) Robert Endi Jaweng menilai, munculnya kasus desa fiktif menjadi indikasi bahwa
proses verifikasi di lapangan masih lemah. Sedianya, setiap desa memiliki kode wilayah yang
terdaftar di Kementerian Dalam Negeri. Desa yang ingin mendapatkan bantuan dari
pemerintah pusat, harus mengajukan usulan melalui pemerintah kabupaten/kota sebelum ke
Kementerian Keuangan. Adapun besaran alokasi bantuan untuk setiap wilayah tidak sama.
Tergantung dari letak geografis, jumlah penduduk, hingga tingkat kemiskinan. "Saat masuk
ke Kemenkeu, ketika memasukkan desa itu dalam variabel perhitungan kan tidak asal angkut
begitu saja. Dia harus koordinasi dengan Kemendagri yang punya kode wilayah, bahkan juga
Kementerian
Desa," kata Robert saat dihubungi, Rabu (6/11/2019). "(Dengan kasus ini), berarti dari
kabupaten/kota langsung ke Kemenkeu dipakai tanpa ada koordinasi kiri-kanan dengan dua
kementerian lain," imbuh dia.
Sementara itu, Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Budi
Arie Setiadi mengatakan, alokasi dana desa yang cukup besar memerlukan pengawalan
maksimal dari seluruh elemen masyarakat. Ia menambahkan, tidak boleh hanya sekedar
menjadi penonton ketika dana desa ini mulai dimanfaatkan. Justru, masyarakat lah yang harus
berperan aktif bila ada dugaan penyelewengan dana tersebut. "Kalau ada masalah, kita akan
langsung cari dan temukan solusi untuk mengatasinya. Rakyat jangan jadi penonton
pembangunan. Pengawasan dana desa terbaik adalah lewat peran aktif masyarakat," ucapnya.
(Sumber: Kompas.com. Edisi 7 November 2019. Penulis: Dani Prabowo)
Soal : Mendeskripsikan rumusan kasus dan/ atau masalah pokok, aktor yang terlibat dan
persan setiap aktornya berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban : Deskripsi kasus diatas dapat diketahui bahwa masalah pokok yang adayaitu Desa
fiktif di Kabupaten Konawe yang ditemukan oleh Kepolisian daerah setempat dan Tim
khusus Kementerian Dalam Negeri maupun Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.
Permasalahan yang terjadi pada kasus diatas adalah isu kontemporer yang masih
marak terjadi di Negara Indonesia. Tindak korupsi yang dilakukan oleh pejabat pejabat
pemerintahan. Korupsi adalah tindakan yang melanggar hukum dan merusak, bukan hanya
pada taraf finansial tapi berdampak pada banyak aspek kehidupan. “Korupsi selain merugikan
keuangan negara, bisa berdampak pada kerusakan lingkungan, menurunnya kualitas
pelayanan publik yang baik, rusaknya moral pejabat dan masyarakat hingga hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada pemerintahan.” Tentu hal ini akan mendorong terjadinya
ketidakstabilan dalam kehidupan bersama. Korupsi adalah tindakan yang sangat merugikan
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Hal ini tentu saja menunjukkan rendahnya sikap kebangsaan dan nasionalisme para
pelaku yang memanfaatkan celah pengelolaan yang tidak mudah dilakukan pemerintah,
mengingat luasnya wilayah sebaran yang ada yaitu dari Sabang hingga Merauke. Hingga kini,
tercatat ada sekitar 78.400 desa yang tersebar di seluruh wilayah Tanah Air.
Hal diatas mengindikasikan rendahnya Integritas para pejabat publik karena sudah
tidak amanah dalam melaksanakan fungsinya sebagai pelaksana kebijakan dan pelayan
publik. Kebanyakan kasus diatas adalah kasus “korupsi tansaksional”.
Di lain sisi, ada lembaga KPK sebagai alat penjaga integritas. Sebuah bagian dari
sistem pemerintahan untuk mengendalikan praktik-praktik korupsi yang merugikan negara.
Sebagaimana tercatat KPK Dalam kasus ini, KPK mengindikasi adanya 34 desa yang
bermasalah. Tiga desa fiktif, sedangkan 31 lainnya ada tapi surat keputusan pembentukannya
dibuat dengan tanggal mundur. Sementara, ketika desa tersebut dibentuk sedang berlaku
kebijakan moratorium dari Kemendagri. Sehingga untuk bisa mendapatkan dana desa harus
dibuat tanggal pembentukan backdate.
AKTOR YANG TERLIBAT SERTA PERAN SETIAP AKTOR BERDASARKAN
KONTEKS DESKRIPSI KASUS:
1. Perangkat Desa atau Oknum tidak bertanggung jawab yang berperan sebagai
penggagas atau penyusun laporan fiktif tersebut.
2. Tim Verivikasi dana desa dimana mereka tidak melakukan peran nya dengan baik.
tidak melakukan verivikasi secara akurat.
3. Kemendagri kurang teliti dalam menerapkan moratorium penyaluran dana desa
4. Kemenkeu tidak melakukan verivikasi menyeluruh namun hanya menerima
pengajuan langsung dari pemerintah kabupaten tanpa koortdinasi dengan pihak
terkait.
5. Komite Pemantauan Pelaksana Otonomi Daerah (KPPOD) kurang mengidentifikasi
lemahnya proses verivikasi dana desa.
Soal : Melakukan analisis terhadap : A. Bentuk penerapan dan pelanggaran terhadap nilai-
nilai dasar PNS, dan Pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dan NKRI oleh setiap
aktor yang terlibat berdasarkan konteks deskripsi kasus. B. Dampak tidak diterapkannya
nilai-nilai dasar PNS dan pengetahuan tentang kedudukan dan peran PNS dalam NKRI
berdasarkan konteks deskripsi kasus
Jawaban :
Pada deskripsi kasus diatas yaitu tentang Polemik Dana Desa yang Melahirkan Desa
Fiktif, merupakan bentuk pelanggaran salah satu nilai dasar ASN yaitu wawasan
kebangsaan karena Sebagai ASN seharusnya menjadi utusan terbaik bangsa yang melakukan
tugas sesuai dengan posisi dan perannya masing-masing. Tugas ASN adalah mengabdi
kepada negara dengan memegang teguh Pancasila dan setia kepada UUD 1945 dalam
menjakankan tugasnya.
Dari deskripsi kasus diatas kita mengetahui bahwa masih banyak oknum yang
memanfaatkan dana desa dengan melakukan tindak pidana korupsi yang merupakan salah
satu isu kontemporer yang ada di negara ini. Para oknum tersebut memperkaya diri sendiri
dan mengambil keuntungan dengan memnfaatkan kewenangn dan kekuasaan yang
dimilikinya. sebagai ASN seharusnya dapat melakukan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab.
Ketika melihat deskripsi kasus diatas, hal tersebut sangat tidak sesuai dengan nilai
dasar kesiapsiagaan bela negara, yaitu sebagai bentuk siap siaga secara fisik dan mental
menghadapi situasi kerja yang beragam sebagai bentuk kecintaan kepada NKRI. Para oknum
tersebut secara mental tidak berperilaku sesuai dengan norma social yang ada karena mereka
menerima dana desa yang bukan menjadi haknya.
Tindakan oknum yang memanfaatkan dana desa atas tindak pidana korupsi yang
merugikan negara terebut menunjukkan bahwa oknum tersebut tidak akuntabilitas atau tidak
bertanggung jawab dengan tugas dan amanah yang telah diberikan kepadanya dan hal ini
bertentangan dengan nilai dasar akuntabilitas yang seharusnya diterapkan dalam
melaksanakan tugas sehari-hari.
Sebagai ASN seharusnya memiliki nilai dasar nasionalisme yang menjiwai dalam
pelaksanaan tugasnya. Jiwa nasionalisme yaitu untuk selalu menjaga persatuan dan kesatuan
NKRI dengan cara melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya sebagai bentuk
kita mewujudkan persatuan dan kesatuan NKRI.
Oknum yang ditangkap tersebut juga bertentangan dengan nilai dasar pelayanan
publik karena oknum tersebut seharusnya bertanggung jawab untuk melakukan pelayanan
publik kepada masyarakat. Selain itu KPK dalam hal ini bekerja sama dengan POLRI dan
Kementrian Dalam Negeri mekakukan penangkapan kepada para oknum yang memanfaatkan
dana desa sebagai bentuk pelayanan publik kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui
bahwa pemimpin harus selalu mengutamakan kesejahteraan rakyatnya.
Tindakan KPK siap turun tangan untuk membantu Polda Sulawesi Tenggara
menangani kasus yang terindikasi ada dugaan tindak pidana korupsi dana desa merupakan
komitmen mutu untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Pendidikan anti korupsi juga harus ditanamkan sejak dini
agar generasi muda bisa menjauhi dan tidak melakukan tindak pidana korupsi seperti yang
ada pada kasus diatas.
Sebagai ASN tentunya kita mempunyai pedoman dalam menjalankan tugas dan
kewenangan dan juga memiliki norma Ketika menjalankan tugas sehingga diharapkan pada
pelaksanaannya kita selalu berpegang teguh pada manajemen ASN, karena kita sebagai
perencana, pelaksana, pengawas, dan penyelenggara tugas umum dan pembangunan nasional.
Dalam kinerja KPK turun tangan membantu Polda Sulawesi Tenggara terdapat koordinasi
dan kolaborasi dari berbagai pihak salah satunya dengan POLRI agar bisa lebih optimal dan
Bersama-sama dalam memberantas korupsi di Indonesia, hal ini sesuai dengan nilai dasar
ASN yaitu Whole of Government (WOG).
Sebagai abdi negara dalam hal ini kepala daerah seharusnya dapat memberikan
pelayan publik terbaik kepada masyarakat, karena rakyat sudah memberikan amanah agar
pemerintah daerah bisa mensejahterkan masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan setiap
warga negara dan penduduk atas barang dan jasa serta kebutuhan administratif. Ketika nilai
nilai dasar tersebut tidak dilaksanakan maka akan terjadi penyelewengan kekuasaan yang
berujung pada tindak korupsi yang dilakukan. Hal ini dikarenakan para pejabat publik atau
oknum tersebut kurang memahami integritasnya sebagai pelayan yang seharusnya bertugas
mensejahterakan masyarakat.

Soal : Mendeskripsikan gagasan-gagasan alternatif pemecahan masalah berdasarkan konteks


deskripsi kasus
Jawaban
1. pelaksanaan program pelayanan publik dapat terlaksana secara efektif dan
efisien sesuai kebutuhan masyarakat desa setempat. Hal itu mencerminkan
konsep komitmen mutu.
2. pencegahan korupsi dalam pengelolaan dana desa adalah berusaha untuk
mengenali berbagai macam modus tindak pidana korupsi yang ada di desa,
meningkatkan capasity building para perangkat desa serta penguatan kapasitas
pendamping desa. Hal itu mencerminkan konsep anti korupsi.
3. perlu dibentuk inisiatif bersama antara pemerintah dan masyarakat sipil untuk
mensinergikan inovasi dalam mengawal dana desa seperti membuat Open Data
Keuangan Desa. Inovasi ini bisa memperbaiki tata kelola desa sekaligus mencegah
korupsi. Hal itu mencerminkan konsep komitmen mutu.
4. perlu juga pengawasan informal di mana perlu keterlibatan masyarakat desa. Karena
itu, pemerintah desa perlu membuka akses informasi. Hal itu mencerminkan konsep
akuntabilitas.
5. penindakan dan pemberiaan efek jera. Penindakan bisa dilakukan oleh kepolisian,
kejaksaan dan KPK. Karena sumber daya manusia KPK terbatas, maka peran
terbanyak sebaiknya diambil kepolisian dan kejaksaan sehingga tidak ada pelanggaran
hukum dalam pengelolaan dana desa dalam kaitannya dengan munculnya desa fiktif.
Hal itu mencerminkan konsep anti korupsi.
6. Memperketat sistem pengalokasian dana agar tidak mudah terbobol. Harus benar-
benar lebih teliti dan harus melakukan kerjasama dengan lebih baik agar tidak terjadi
lagi kasus desa fiktif (WoG)
7. memperketat serta meningkatkan proses verivikasi di lapangan (pelayanan publik)
8. Masyarakat harus ikut memantau (salahsatu bentuk kewajiban masyarakat yang
mencerminkan rasa Nasionalisme terhadap negara serta mencerminkan sikap bela
negara )

Soal : Mendeskripsikan konsekuensi penerapan dari setiap alternatif gagasan pemecahan


masalah berdasarkan konteks deskripsi kasus.
Jawaban
1. Perlunya sosialisasi dan kerjasama yang berkesinambungan antara instansi dengan
menerapkan pendekatan WoG dalam pemerintahan agar tidak terjadi lagi kesalahan
atau kasus desa fiktif. agar proses pengelolaan dana desa diubah sistemnya menjadi
sederhana dan tidak tumpang tindih. apalagi, berdasarkan regulasi yang ada saat ini,
ada tiga kementerian yang mengurusi dana desa, yakni Kemendagri yang melakukan
pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan desa; Kementerian Keuangan
untuk penyaluran dana desa; dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi untuk penggunaan dana desa.
2. Perlunya pengusutan tuntas dan mendalam baik dari segi hukum maupun ekonomi
terkait polemik dana desa fiktif dan peran serta dari masyarakat mengenai alokasi
dana desa yang cukup besar memerlukan pengawalan maksimal dari seluruh elemen
masyarakat (mencerminkan sikap bela negara),
3. Jika memang benar terjadi korupsi, maka perlu ditindak sesuai peraturan dan hukum
yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai