Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KORUPSI PERUSAHAAN FARMASI DENGAN KEDOKTERAN

DI SIDOARJO JAWA TIMUR

“dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi”

Dosen pengampu : Hesti Ratna sari Ns.,M.Kep


HJ,Lisnawati Yupartini,SKM M.Kes

Disusun oleh :
NURHALIMAH (8801190108)
Kelas : 3 C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
TAHUN AJARAN
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini
yaitu kesempatan untuk menyelesaikan menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah
SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar
yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.

Penulis berterimakasih kepada ibu Hesti Ratna sari Ns.,M.Kep yang telah
memberikan tugas sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah pendidikan budaya anti korupsi “Mampu
Mengetahui korupsi perusahaanfarmasi dijawa timur”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak
orang. Terima kasih.

Serang, 16 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang Masalah.......................................................................4
B Rumusan Masalah.................................................................................4
C Manfaat.................................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI


A Pengertian korupsi perusahaan dan dokter...........................................7
B Ciri ciri korupsi.....................................................................................8
C Jenis jenis korupsi.................................................................................8
D Faktor penyebab korupsi.......................................................................9
E Dampak korupsi dikeluarga..................................................................10
F Dampak korupsi dimasyarakat.............................................................10
G Nilai nilai korupi...................................................................................10
H Prinsip korupsi farmasi dan dokter.......................................................11
I Cara pencergahan mahasiswa...............................................................12
J Undang undang pemerintah..................................................................13

BAB III PENUTUP


A Simpulan...............................................................................................15
B Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
konsideran Undang-Undang Nomor 36 Tahun2014 tentang Tenaga Kesehatan yang
selanjutnya disingkat UUKesehatan, juga dijelaskan bahwa kesehatan sebagai hak asasi
manusia Selain itu, di dalam konsideran Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan yang selanjutnya disingkat UU Kesehatan, juga dijelaskan bahwa
kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai
pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan
kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat secara
terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman, berkualitas
Namun di dalam prakteknya, seringkali semangat pemberian layanan kesehatan oleh tenaga
medis, tidak sejalan dengan apa yang tertuang di dalam konsideran Undang-Undang Tenaga
Kesehatan tersebut. Hal ini dapat terlihat dari hasil tim investigasi majalah Tempo di
penghujung tahun 2015 yaitu kasus dugaan gratifikasi atas dokter dengan total penerimaan
mulai lima juta rupiah sampai 2.5 milyar rupiah yang dilakukan oleh Perusahaan Farmasi
Interbat. 4 Mereka tersebar di lima provinsi, yaitu Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur,
dan Sulawesi Selatan. Sebagian dokter penerima uang dari Interbat itu berstatus pegawai
negeri dan bekerja di rumah sakit milik pemerintah. Berdasarkan data yang dimiliki Tempo,
dokumen yang diduga dimiliki PT Interbat, perusahaan farmasi di Sidoarjo, Jawa Timur,
mengeluarkan uang hingga 131 miliar rupiah dalam tiga tahun, yaitu sejak 2013 hingga 2015.
Uang itu diberikan kepada para dokter, diduga tujuannya agar dokter meresepkan obat-obatan
produksi Interbat. Praktek kolusi antara dokter dan perusahaan farmasi ini dibungkus dalam
bentuk kerja sama. Dalam kerja sama itu, dokter akan menerima diskon 10-20 persen
penjualan obat dari perusahaan farmasi. Diskon tersebut diberikan dalam bentuk uang dan
fasilitas lainnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kolusi yang dilakukan oleh perusahaan farmasi dengan dokter dalam
meresepkan obat kepada pasien?
2. Bagaimana pandangan hukum pidana korupsi atas praktek kolusi perusahaan farmasi
dengan dokter dalam meresepkan obat?
3. Bagaimana menjerat perusahaan farmasi dan dokter yang berkolusi dalam meresepkan obat
terhadap pasien melalui perspektif korupsi?

C .Manfaat
I. Bagi aparat penegak hukum, hasil ini diharapkan mampu menjawab persoalan yang
berkaitan dengan penanganan kasus pemberian yang dilakukan oleh perusahaan
farmasi terhadap dokter.
II. Bagi penyelenggara negara, terutama kalangan legislatif dapat menjadikan
penelitian ini sebagai bahan masukan baik dalam rangka menyempurnakan undang-
undang maupun dalam merumuskan substansi undang-undang.
III. Bagi profesi dokter dan perusahaan farmasi, melalui penelitian ini mengetahui
bahwa tindakan mereka memberi atau menerima sesuatu yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, memiliki aspek hukum yang bisa
dikenakan pidana.
IV. Bagi masyarakat terutama penerima layanan kesehatan dari tenaga dokter, hasil
penelitian ini sangat bermanfaat, karena dengan adanya kolusi antara dokter dengan
perusahaan farmasi dalam hal meresepkan obat yang berujung penerimaan hadiah
oleh dokter dari perusahaan farmasi, maka kualitas pelayanan kesehatan yang
diterima masyarakat dikhawatirkan tidak akan maksimal karena dokter terpengaruh
oleh keuntungan pribadi. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, masyarakat yang
dirugikan bisa mengetahui langkah hukum untuk memenuhi haknya.
BAB II
PEMBAHASAAN
A. PENGERTIAN
a) Pengertian Perusahaan Farmasi Perusahaan farmasi atau perusahaan obat-obatan
adalah perusahaan bisnis komersial yang fokus dalam meneliti, mengembangkan dan
mendistribusikan obat, terutama dalam hal kesehatan. Mereka dapat membuat obat
generik atau obat bermerek
b) Pengertian Dokter Istilah Dokter berasal dari Bahasa Latin yang berarti “guru”,
adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang
yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa disebut dokter.
Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan
mempunyai gelar dalam bidang kedokteran
c) Pengertian Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang
digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi
pelayanan kesehatan menurut Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan)
dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan
menurut Levey dan Loomba, Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit
serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat
d) Pengertian Hukum Pidana Korupsi Pengertian korupsi sudah banyak didefinisikan
oleh para kalangan hukum. Namun sejauh ini, masih belum ditemukan definisi
tentang korupsi maupun hukum pidana korupsi yang memenuhi semua unsur dan
memuaskan semua pihak. Menurut Robert O. Tilman, sebagaimana dikutip oleh Elwi
Danil, pengertian korupsi yang sesungguhnya tergantung dari cara dan dari sudut
mana orang memandangnya. Penggunaan suatu perspektif tertentu akan
menghasilkan pemahaman yang tidak sama tentang makna korupsi dengan
penggunaan perspektif lainnya. Penggunaan pendekatan yuridis untuk memahami
makna korupsi secara konseptual, akan menghasilkan suatu pengertian yang berbeda
dengan penggunaan pendekatan-pendekatan lain, misalnya pendekatan sosiologis,
kriminologis, politis, dan sebagianya
Dilihat dari sudut terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam
Bahasa Latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk
menunjuk suatu keadaan

B. CIRI CIRI KASUS


tidak sejalan dengan apa yang tertuang di dalam konsideran Undang-Undang
Tenaga Kesehatan tersebut.Hal ini dapat terlihat dari hasil tim investigasi
majalah Tempo di penghujung tahun 2015 yaitu kasus dugaan gratifikasi atas
2.125 dokter dengan total penerimaan mulai lima juta rupiah sampai 2.5
milyar rupiah yang dilakukan oleh Perusahaan Farmasi Interbat.4 Mereka
tersebar di lima provinsi, yaitu Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, dan
Sulawesi Selatan. Sebagian dokter penerima uang dari Interbat itu berstatus
pegawai negeri dan bekerja di rumah sakit milik pemerintah.Berdasarkan data
yang dimiliki Tempo, dokumen yang diduga dimiliki Interbat, perusahaan
farmasi di Sidoarjo, Jawa Timur, mengeluarkan uang hingga 131 miliar
rupiah dalam tiga tahun, yaitu sejak 2013 hingga 2015.Uang itu diberikan
kepada para dokter, diduga tujuannya agar doktermeresepkan obat-obatan
produksi Interbat.Praktek kolusi antara dokter dan perusahaan farmasi ini
dibungkus dalam bentuk kerja sama. Dalam kerja sama itu, dokter akan
menerima diskon 10-20 persen penjualan obat dari perusahaan farmasi.
Diskon tersebut diberikan dalam bentuk uang dan fasilitas lainnya.
Iwan Dwiprahasto, dokter dan guru besar farmakologi dari
Universitas Gadjah Mada, menuturkan, nilai bisnis obat yang fantastis
membuat perusahaan farmasi berlomba melimpahi dokter dengan hadiah
dan komisi dan itulah ciri ciri penyuapan antara perusahaan farmasi dan
dokter.
C. JENIS KORUPSI KASUS PENYUAPAN
Suap menyuap yaitu memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai
negeri atau penyelenggara Negara dengan maksud upaya berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu dalam jabatanya.
Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara Negara karna
atau berhubungan dengan kewajiban,dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatanya
Memberi hadiah atau janji kepada pegawai negri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukan atau
oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut.
Bagi pegawai negeri atau penyelenggara Negara yang menerima pemberian
atau janji
Bagi pegawai negeri atau penyelengara Negara yang menerima hadiah atau
janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakan agar melakukan sesuatu dalam jabatanya, yang
bertentangan dengan kewajibanya.
Dan itu terjadi suap menyuap antar perusahaan farmasi dan dokter menteri
kesehatan menyatakan suap menyuap perusahaan farmasi kepada para dokter
nanti nya akan menjadi ranah ikatan dokter Indonesia.dan untuk mencegah
adanya praktik koruptif termasuk gratifikasi dikementrian kesehatan,dan
pimpinan kpk mengatakan harus diwaspadai.
D. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Yang menjadi penyebab terjadinya korupsi perusahaan farmasi dan dokter
yaitu gratifikasi yang merupakan salah satu tindak pidana korupsi pada
profesi dokter dapat dipergunakan GONE Theory dari jack bologna, sebagai
berikut :
Greed, koruptor adalah orang yang tidak puas pada keadaan dirinya.punya
satu gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta
segudang, ingin pulau pribadi. Hal ini terkait sikap dan prilaku dokter itu
sendiri, ada yang merasa cukup dan bersyukur da nada yang merasa kurang
puas dengan apa yang sudah ada.
Opportunity terkait dengan system yang memberi celah terhadap terjadinya
tindak pidana korupsi.terdapat kesempatan antara perusahaan farmasi dengan
dokter untuk melakukan kolusi yang saling menguntungkan kedua belah
pihak tetapi merugikan kepada pasien.
E. DAMPAK KORUPSI DIKELUARGA
Dampak korupsi secara langsung tidak langsung bisa melebar, dan tidak
hanya pelakunya saja akan tetapi keluarga pun ikut terseret lantaran menjadi
bahan cibiran sejumlah pihak,khususnya anak anak dari prilaku korupsi akan
membatasi diri bergaul dengan lingkunganya.jika demikian juga tentu akan
menyebabkan terjerumus ke hal hal merugikanya misalnya, mabuk
mabukan,atau bisa bunuh diri.dan ada aktivitas keluarga juga yang teganggu
jika keluarga mempunyai bidang usaha atau bidang lainya semua akan
hancur.oleh karna itu semua oknum hakim dan seluruh pengadilan yang ada
diindonesia.
F. DAMPAK KORUPSI DIMASYARAKAT
Dampak korupsi dimasyarakat dapat penghambat terpenuhnya hak mereka
sebagai warga Negara,termasuk pelayanan kesehatan seperti obat obatan
dijual lebih mahal dari harga normal dan bahkan bisa saja pasien memperoleh
obat obatan yang tidak sesuai.
G. NILAI NILAI ANTI KORUPSI PERUSAHAAN FARMASI DENGAN
DOKTER
Gratifikasi dalam undang undang nomor 20 tahun 2001 diatur dalam pasal 12
yang menyatakan bahwa “setiap gratifikasi kepada pegawai negri atau
penyelenggara Negara dianggap memberikan suap, apabila berhubungan
dengan jabatan dan berlawanan dengan kewajiban dan tugasnya”berdasarkan
hasil riset menteri kesehatan nila mouloek berencana menggandeng kpk
untuk pencegahan dan penanganan kasus gratifikasi bagi dokter. Dan nilai
nilai anti korupsi ada 9 diantaranya :
o Kejujuran suatu perusahaan ataupun propesi dokter harus bisa jujur
untuk membangun integritas yang tinggi
o Kedisiplinan seorang dokter harus bisa disiplin untuk menaati hukum
hukum dan norma norma.
o Kepedulian seorang dokter ataupun perusahaan farmasi harus peka
tehadap konsumen dan pasienya.
o Tanggumg jawab mempunyai amanah profesi dan perusahaan
o Kerja keras antar perusahaan dan dokter dengan baik adalah bentuk
pengabdian yang baik
o Kesederhanaan dalam hidup
o Kemandirian dan tidak tergantung dari orang lain
o Keberanian untuk sikap jujur
o Keadilan adil dalam menerapkan hukum

H. PRINSIP ANTI KORUPSI PERUSAHAAN FARMASI DAN DOKTER


Ada 5 prinsip korupsi :
o Akuntabilitas kesesuaian antara aturan dan pelaksana kerja,
Menjadi mitra terpecaya bagi pemerintah dan pemangku kepentingan
kesehatan lain,
o Transparasi menjadi pintu masuk sekaligus control seluruh proses
dinamika struktual kelembagaan.kejujuran dari pihak perusahaan farmasi
serta kejujuran dari para dokter dan keduanya saling terbuka
o Kewajaran prinsip kewajaran ini ditunjukan untuk mencegah terjadinya
manupulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran dan harus
mengerjakan kedisiplinan yang taat dengan undang undang untuk
perusahaan farmasi maupun seorang dokter.
o Kebijakan melakukan berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan Negara dan masyarakat.
Perusahaan farmasi berperan mengatur obat obatan dengan kebijakan
yang benar dan jujur begitu pun dengan dokter harus bijak dalam
memberi obat obatan dengan benar dan sesuai resep supaya tidak
merugikan konsumen dan para pasien
o Control kebijakan melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut
serta dalam penyusunan dan pelaksanaanya, atau upaya agar kebijakan
yang dibuat betul betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.
I. CARA PENCEGAHAN SEBAGAI MAHASISWA
Peran Mahasiswa dalam Masyarakat dan penentuan kebijakan
publik. Mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat, mahasiswa merupakan faktor
pendorong dan pemberi semangat sekaligus memberikan contoh dalam menerapkan
perilaku terpuji. Peran mahasiswa dalam masyarakat secara garis besar dapat
digolongkan menjadi peran sebagai kontrol sosial dan peran sebagai pembaharu
yang diharapkan mampu melakukan pembaharuan terhadap sistem yang ada. Salah
satu contoh yang paling fenomenal adalah peristiwa turunnya orde baru dimana
sebelumnya di dahului oleh adanya aksi mahasiswa yang masif di seluruh Indonesia.
Sebagai kontrol sosial, mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap
korupsi dengan membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan
yang adil dan berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang
tidak adil dan tidak berpihak pada masyarakat.
Kontrol terhadap kebijakan pemerintah tersebut perlu dilakukan karena banyak
sekali peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang hanya berpihak pada
golongan tertentu saja dan tidak berpihak pada kepentingan masyarakat banyak.
Kontrol tersebut bisa berupa tekanan berupa demonstrasi ataupun dialog dengan
pemerintah maupun pihak legislatif.
Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan bimbingan
dan penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah kerja
lapangan atau kesempatan yang lain mengenai masalah korupsi dan mendorong
masyarakat berani melaporkan adanya korupsi yang ditemuinya pada pihak yang
berwenang.
peran mahasiswa pun dalam pemberantasan korupsi hanya sebatas upaya pencegahan
korupsi karna pemberantasan korupsi bukan wewenang mahasiswa, melainkan
penegak hokum yang ada diindonesia (polisi, jaksa, hakim tipikor)
dan diharapkan sebagai mahasiswa mampu memotivasi dirinya sebagai pribadi yang
mau berperan aktif dalam membantu masyarakat dalam upaya pencegahan korupsi
serta mahasiswa mampu memahami prilaku korupsi dengan memperhatikan berbagai
peristiwa yang terjadi dilingkungan keluarga,kampus,masyarakat sekitar dan nasional
J. Pencegahan dengan Sumber Hukum UU atau peraturan yang berlaku

Karena ini merupakan hukum kedokteran normatif maka sumber hukum yang
digunakan adalah : a. Bahan Hukum Primer, yang terdiri dari aturan-aturan hukum
nasional dan hukum internasional yang terkait dengan gratifikasi sebagai bagian dari
tindak pidana korupsi serta peraturan terkait etika profesi dokter, seperti :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan.
7) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
8) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 512/Menkes/Per/IV/2017
Tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
10) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1148/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Pedagang Besar Farmasi.
11) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 14 Tahun 2014 Tentang pengendalian
Gratifiksi di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
12) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 tentang Disiplin
Profesional Dokter dan Dokter Gigi.
13) Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Legalitas
Surat Tanda Registrasi Dokter dan Dokter Gigi yang sedang dalam Proses Registrasi
Ulang.
14) Surat Edaran Nomor: SE-007/A/JA/11/2004 Tanggal 26 November 2004 tentang
Percepatan Proses Penanganan Perkara-Perkara Korupsi se-Indonesia.
15) Kode Etik Kedokteran Indonesia.

dan pencegahan ataupun aturan undang undang perusahaan :


pertanggung jawaban secara pidana diatur dalam pasal 20 uu no 31 tahun 1999 dan
telah diubah UU no 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
sanksi hokum yang dapat dikenakan diperusahaan maupun perusahaan farmasi dapat
berupa denda, uang, pengganti, penutupan dan lahirnya peraturan mahkamah agung
nomor 13 tahun 2016 tentang tata cara penanganan perkara tindak korupsi oleh
korporasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
korupsi merupakan suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan Negara atau perekonomian Negara.
Dokter dan perusahaan farmasi sebagai subjek delik gratifikasi dalam
mempertanggungjawabkan perbuatan pidana yang dilakukannya, tetap dapat
dijerat dengan ketentuan UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001.
Mengenai dokter sebagai subjek hukum memang dianggap dapat
bertanggungjawab secara pidana, dikarenakan memang hanya
manusialah yang dapat melakukan perbuatan hukum sedangkan korporasi
(perusahaan farmasi tidaklah demikian). Tetapi dalam perkembangannya
korporasi telah diterima sebagai subjek hukum dalam tindak pidana korupsi, dan
dianggap dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Ini berdasarkan doktrin
strict liability dan vicarious liability yang dianut didalam perundang-undangan
pidana khusus.
B. Saran
Sebaiknya dalam waktu dekat pemerintah melalui lembaga legislatif segera
menyiapkan rancangan undang-undang khusus pidana kedokteran atau bisa dengan
cara lain yaitu merevisi undang-undang praktik kedokteran dengan menambah
ketentuan pidana didalamnya. Disisi lain bagi penegak hukum dalam memproses,
mengadili dan mengeksekusi putusan pengadilan yang menyatakan bersalah suatu
korporasi (dalam hal ini perusahaan farmasi) tidak segan lagi, karena telah
banyak terobosan hukum yang telah dilakukan sebelumnya dalam hal
korporasi sebagai subjek delik.
DAFTAR PUSTAKA
link kasus
http://scholar.unand.ac.id/20487/6/Yenny%20Fitri.%20Z%20BAB%20I_20487.pdf
Slide share makalah korupsi di Indonesia 2014
ID-gratifikasi-dibidang-kedokteran-diliha
Peran Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi,Uhamka

Anda mungkin juga menyukai