Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LANDASAN TEORI

LIGHTNING ARRESTER

1. Sambaran petir

Selama musim hujan, lewat suatu proses yang cukup rumit, terjadi

pemisahan muatan di dalam suatu awan, sehingga muatan positif

berpindah ke bagian atas awan sementara muatan negatif tetap di bawah

(Gambar 1).

Gambar 1. Medan Listrik di Dalam Awan

Transfer seperti ini akan menimbulkan suatu medan listrik di dalam

awan. Selain itu, muatan negatif di dasar awan menolak elektron-elektron

bebas yang ada dibagian bawahnya. Akibatnya, wilayah T menjadi

bermuatan positif, akibat induksi. Maka akan terbentuklah suatu medan


listrik dan potensi lain diantara dasar awan dan bumi. Jadi, muncul suatu

medan listrik antara elektron-elektron yang ditolak dari wilayah T, dengan

muatan positif di bagian atas awan.

Semakin banyak muatan positif yang bergerak ke atas, medan listrik

di bawah awan menjadi semakin kuat. Hal ini berlangsung hingga mencapai

level ionisasi kritis dimana udara mulai memecah. Ionisasi terjadi pertama

kali seperti pada pucuk atap gedung atau pucuk pohon, dan kadang

nampak seperti cahaya kebiru-biruan.

Bila medan listrik sudah cukup kuat, petir akan langsung menyambar

dari awan ke bumi. Suatu sambaran petir terdiri atas transfer muatan dari

0,2 sampai 20 coulomb, dengan potensial/tegangan yang berbeda

mencapai ratusan juta volt. Kecepatan tiap sambaran mencapai puncak

sekitar satu atau dua microsecond dan kemudian turun sampai

setengahnya dalam waktu 40 µs. Apa yang biasanya tampak sebagai satu

sambaran petir, sebenarnya terdiri atas beberapa sambaran yang saling

menyusul dalam rentang waktu yang sangat cepat. Total waktu pelepasan

bisa berlangsung selama 200 ms. Pelepasan juga terjadi antara arus positif

dengan negatif di dalam awan, dari pada antara dasar awan dan tanah.

Petir yang terdengar dihasilkan darai gelombang supersonik. Petir ini

ditimbulkan oleh pemuaian udara disekitar petir yang menyambar.


2. Penangkal Petir pada Gedung

Penangkal petir sederhana terdiri atas batangan metal yang berada

pada tempat yang lebih tinggi dari gedung, yang menghubungkan petir

menuju elektroda tanah dengan memakai kawat penghubung. Alat ini

mempu mencegah arus tinggi yang melewati gedung tersebut, yang bisa

mengakibatkan kebakaran, atau membahayakan penghuninya. Penangkal

petir bisa sangat bahaya; saat pelepasan petir, alat ini bisa menciptakan

tegangan yang sangat tinggi antara konduktor dengan tanah.

Penangkal petir yang lebih modern dipakai pada sistem perangkat

listrik. Alat ini akan mengalihkan petir dan memindahkan arus tegangan

tinggi ke dalam tanah sebelum menimbulkan kerusakan pada perangkat

listrik.

3. Petir dan Kawat Transmisi

Saat petir mengenai langsung pada kawat transmisi, yang

mengandung arus listrik besar, maka akan timbul suatu tegangan dalam

jumlah yang sangat besar di antara kawat dengan tanah. Kekuatan

dielektrik udara akan meluap dan terjadilah flashover. Kawat akan pulih

dengan sendiri dan kelebihan tegangan akan hilang dalam waktu kurang

dari 5 μs.

Namun, bunga api yang ditimbulkan oleh petir akan menghasilkan

arus ionisasi tinggi antara kawat dan ground, yang bekerja seperti hubung
singkat. Akibatnya teagnagn bolak-balik normal akan mengalirkan arus

bolak-balik yang besar yang diikuti dengan arus terionisasi. Arus seperti ini

tidak akan menyurutkan bunga api sampai pemutus sirkuit membuka di

pangkal akhir dari kawat. Pemutus sirkuit akan mengalir paling cepat dalam

1/60 second, yang setara dengan 16.000 µs setelah petir menyambar

kawat.

Sambaran petir langsung pada kawat transmisi jarang terjadi, yang

paling sering, petir akan menyambar kawat tanah yang melindungi kawat

transmisi. Dalam kasus yang terakhir, arus lokal masih mengalir pada

kawat, yang menghasilkan tegangan lokal sangat tinggi. Arus yang

terkonsentrasi ini akan terbagi menjadi dua gelombang yang bergerak

dengan arah berlawanan yang mendekati kecepatan cahaya (300 m/µs).

Tinggi gelombang impuls merupakan tegangan yang muncul dari titik ke

titik lain, diantara kawat dan ground (Gambar 2). Tegangan puncak

(mengacu pada puncak gelombang) bisa berkekuatan satu/dua juta Volt.

Gelombang depan ab berkumpul pada rentang 300 m, sementara ekor bc

beberapa kilometer.

Gambar 2. Muatan Aliran Listrik Yang Mengarir di Kawat Transmisi


Gelombang yang mewakili nilai titik pertitik dari arus yang mengalir

di dalam kawat. Kebanyakan kawat udara, rasio antara tegangan surja dan

arus surja setara dengan tahanan sekitar 400 Ω. Tekanan tegangan

800.000 Volt pada suatu titik akan diikuti dengan tekanan arus pada

800.000/400 = 2.000 A.

Selama gelombang berjalan melewati kawat, I2R dan rugi-rugi

corona secara berangsur-angsur turun, dan diikuti dengan turunnya puncak

tegangan.

Bila gelombang mencapai isolator, maka isolator ini akan mengalami

kelebihan tegangan yang besar. Periode lebihnya tegangan ini setara

dengan waktu yang ditempuh gelombang untuk mencapai isolator.

Tegangan naik dari nilai nominalnya menjadi ratusan kilo Volt dalam waktu

1 µs, sesuai dengan panjang gelombang depan ab. Jika isolator tidak

mampu menahan kelebihan tegangan, maka terjadi flashover, dan

menghasilkan dorongan arus yang selanjutnya akan menyebabkan

pemutus-sirkuit bekerja. Disisi lain, jika isolator tahan, gelombang akan

terus berjalan disepanjang kawat sampai akhirnya mencapai gardu induk.

Dan disinilah gelombang impuls akan mengakibatkan kerusakan.

Lilitan transformator, kondensor, reaktor dan lain-lain, akan rusak

parah bila mengalami flashover terhadap tanah. Biaya perbaikan yang

mahal dan bahkan rusak total akan membuat alat tersebut tidak dapat

difungsikan lagi. Kelebihan tegangan bisa menyebabkan kerusakan pada


pemutus sirkuit, pemisah, isolator, rele dan lain-lain, yang merupakan

perangkat suatu gardu induk. Untuk mengurangi tegangan impuls pada

perangkat gardu induk, lighting arrester (LA) dipasang pada semua kawat

yang masuk ke gardu induk.

LA dirancang untuk mencegah puncak tegangan yang melebihi level

tertentu, seperti 150 kV. Sebaliknya, perangkat dalam substation dirancang

agar tahan terhadap tegangan impuls yang lebih tinggi dari penangkap

petir tersebut, seperti 650 kV. Sehingga, jika 1000 kV tegangan masuk ke

dalam gardu induk, LA itu akan mengalihkan sebagian besar energi yang

datang ke dalam tanah. Sisa gelombang impuls yang melewati LA tersebut

akan mempunyai kekuatan 150 kV. Perangkat gardu induk yang dirancang

menahan impuls 650 kV.

4. Pengertian lightning arrester secara umum.

Lightning Arrester adalah alat proteksi bagi peralatan listrik terhadap

tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching

surge). Alat ini bersifat sebagai by-pass di sekitar isolasi yang membentuk

jalan dan mudah dilalui oleh arus kilat ke sistem pentanahan sehingga tidak

menimbulkan tegangan lebih yang tinggi dan tidak merusak isolasi

peralatan listrik.

By-pass ini harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

aliran daya sistem frequensi 50 Hz.


Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator, bila

timbul tegangan surja alat ini bersifat sebagai konduktor yang tahanannya

relatif rendah, sehingga dapat mengalirkan arus yang tinggi ke tanah.

Setelah surja hilang, arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi

isolasi.

Sesuai dengan fungsinya, yaitu arrester melindungi peralatan listrik

pada sistem jaringan terhadap tegangan lebih yang disebabkan petir atau

surja hubung, maka pada umumnya arrester dipasang pada ujung SUTT

yang memasuki Gardu Induk. Di Gardu Induk besar adakalanya pada trafo

dipasang arrester untuk menjamin terlindungnya trafo dan peralatan lainnya

dari tegangan lebih tersebut.

Penggunaan lightning arrester sebagai pengaman transformator

dapat memberikan hasil yang maksimal apabila memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1. Tegangan dasar lightning arrester (frekuensi 50 Hz) dipilih

sedemikian rupa sehingga nilainya tidak dilampaui pada saat

dipergunakan, baik dalam keadaan normal maupun dalam

keadaan gangguan (hubung singkat).

2. Lightning arrester dapat memberikan perlindungan apabila

ada selisih (margin) yang cukup antara tingkat arrester dan

peralatan. Daerah perlindungan harus mempunyai jangkau

(range) yang cukup untuk melindungi semua peralatan gardu

yang mempunyai BIL yang sama dengan BIL yang harus

dilindungi atau lebih tinggi dari daerah perlindungan.


3. Arrester harus dipasang sedekat mungkin kepada peralatan

utama dan tahanan tanahnya rendah.

4. Jatuh tegangan maksimum dari arrester dipakai sebagai

tingkat perlindungan arrester (bukan jatuh tegangan rata-rata).

5. Sebuah harga tegangan pelepasan arus-petir harus

ditetapkan untuk menentukan tingkat perlindungan arrester

yang harus dikoordinasikan dengan BIL.

5. Tujuan dari lightning arrester

Tujuan dari arrester ialah untuk membatasi kelebihan tegangan yang

dapat muncul pada trafo dan perangkat listrik lain baik karena petir ataupun

tekanan listrik lain. Pangkal bagian atas dari arrester dihubungkan pada

kawat atau terminal yang harus dilindungi, dan pangkal bagian bawah

dihubungkan dengan tanah.

Arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistim

tenaga listrik. Bila surja (surge) datang ke gardu induk, arrester bekerja

melepaskan muatan listrik (discharge), serta mengurangi tegangan

abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu induk. Setelah surja

(petir atau hubung) dilepaskan melalui arrester, arus masih mengalir karena

adanya tegangan sistim, arus ini disebut arus dinamik atau arus susulan,

lihat gambar 1. Arrester harus mempunyai ketahanan yang cukup terhadap

enersi dari arus susulan ini, dan harus mampu memutuskannya, Jika pada
waktu arrester melepas, tegangan sistim dan arus dinamik terlalu tinggi,

maka arrester itu mungkin tidak mampu memutuskan arus susulan.

Gambar 3. Arus Melalui arrester

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut:

a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya

(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu

pelepasan harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi

peralatan. Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap

breakdown voltage). Tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa

(residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop).

b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja

terus seperti semula. Batas dari tegangan sistim dimana pemutusan

arus susulan ini masih mungkin disebut tegangan dasar (rated

voltage) dari arrester.


6. Prinsip Kerja Arrester

Alat pelindung yang paling sempurna adalah arrester (lightning

arrester; kada-kadang juga disebut surge diverter). Pada pokoknya arrester

ini terdiri dari dua unsur: sela api (spark gap) dan tahanan tak linier atau

tahanan kran (valve resistor), keduanya dihubungkan secara seri,

perhatikan gambar 2.

Gambar 4. Arrester
Batas atas dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh

tegangan sistim maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang

dilindungi. Seringkali persoalan ini dapat dipecahkan hanya dengan

mengetrapkan cara-cara khusus pengaturan tegangan (voltage control).

Oleh karena itu sebenarnya arrester terdiri dari tiga unsur: sela api, tahanan

kran atau tahanan katup dan sistim pengaturan atau pembagian tegangan

(grading system).

Sebagai diutarakan dimuka, bila persoalannya hanya melindungi

isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan dengan tidak

memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup dipakai sela

batang yang memungkinkan terjadinya percikan pada waktu tegangannya

mencapai keadaan bahaya. Dalam hal ini, tegangan sistim bolak-balik

akan tetap mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya dibuka.

Dengan menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka mungkin

apinya dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai sebuah

harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali, sehingga

maksud untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat

bahwa maksud melindungi isolasi pun gagal. Oleh sebab itu dipakailah

tahanan kran, yang mempunyai sifat khusus bahwa tahanannya kecil sekali

bila tegangannya dan arusnya besar. Proses pengecilan tahanan

berlangsung cepat sekali yaitu selama tegangan lebih mencapai harga

puncaknya. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan penurunan drastis

daripada tahanan, sehingga jatuh tegangannya dibatasi meskipun arusnya

besar.
Bila teganan lebih habis dan tegangan normal tinggal, tahanannya

naik lagi sehingga arus susulannya dibatasi sampai kira-kira 50 A. Arus

susulan ini akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistimnya

mencapai titik nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah

kran yang menutup arus; dari sini didapatkan nama tahanan kran.

Karakteristik arus-tegangan dari tahanan kran dapat dilihat pada

gambar 5. Pada arrester pemadaman arus susulan yang cukup besar

(200-300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, maka

baik amplituda maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan

pemadamamannya dapat dilakukan sebelum tegangan sistim mencapai

harga nol.

Dapat ditambahkan bahwa arus susulan tidak selalu terjadi tiap kali

arrester bekerja, ada tidaknya tergantung dari saat terjadi tegangan lebih.

Hal ini apat dimengerti karena arus susulan itu justru dipadamkan pada

arus nol yang pertama atau yang sebelumnya.

Berdasarkan atas kwalitasnya, dikenal tiga arrester: gardu (station

type), saluran transmisi (line type) dan distribusi (distribution type) Jenis

gardu kontruksinya lebih berat, karakteristinya lebih baik, kapasitas arus

pelepasannya lebih tinggi (tidak lebih dari 100 kA, 5 x 10 μs) dan dipakai

untuk melindungi gardu dan trafo tenaga. Jenis saluran transmisi dipakai

untuk melindungi trafo distribusi, trafo bertenaga kecil, dan kadang-kadang

juga gardu kecil. Jenis distribusi terutama dipakai untuk melindungi trafo

distribusi yang dipasang pada tiang. Jenis-jenis trasnmisi dan distribusi


keduanya dibuat untuk menahan kapasitas 65 kA dengan gelombang 5 x

10 μs.

Dalam kondisi tegangan normal, sekat api mencegah setiap arus

yang mengalir ke kolom. Jika terjadi kelebihan beban, sekat api akan mati

dan tekanan dibuang ke ground. Arus 50 Hz yang muncul kemudian

dibatasi oleh daya tahan blok katup dan bunga api yang timbul akan

didinginkan pada ruang bunga api. Bunga api akan dengan cepat

dipadamkan dan alat arrester kemudian siap melindungi kawat dari tekanan

tegangan berikutnya. Periode pengosongan sangat pendek, jarang sekali

mampu berlangsung lebih dari satu fraksi dari satu millisecond.

Arrester yang memudahkan kita untuk mengurangi persyaratan BIL

dari perangkat-perangkat yang diinstalasikan pada suatu gardu induk. Pada

sistem HV dan EHV, pengurang pada BIL akan mengurangi pula biaya

perangkat yang diinstalasikan.

7. Bagian-bagian yang penting dari arrester.

7.1. Elektroda

Elektroda merupakan terminal dari arrester yang berjumlah 2

buah, yang terdiri dari bagian atas yang dihubungkan dengan series

gap (bagian yang bertegangan) dan bagian bawah yang dihubungkan

dengan tanah.

7.2. Sela percikan ( spark-gap )


Spark Gap atau Series Gap merupakan sela yang akan

menahan tegangan operasional tetapi akan terjadi percikan dan

menjadi penghantar pada tegangan tinggi

Apabila terjadi tegangan lebih oleh sambaran petir atau surja

hubung pada arrester yang terpasang, maka pada sela percikan

(spark-gap) akan terjadi loncatan busur api. Pada beberapa type

arrester busur api yang terjadi tersebut ditiup keluar oleh tekanan gas

yang ditimbulkan oleh tabung fiber yang terbakar.

7.3. Tahanan katup (valve resistor)

Tahanan katup atau tahanan kran adalah material yang

disambungkan pada sela api arrester dengan tujuan untuk

memadamkan busur api bila terjadi gangguan. Bahan ini mempunyai

nilai tahanan yang mempunyai sifat khusus bahwa tahanannya kecil

bila tegangan dan arusnya besar.

7.4. Tabung Serat (Fiber Tube)

Alat ini terbuat dari material yang dapat menguap (berubah-

ubah) bila mendapat panas yang cukup tinggi. Dan bagian ini tidak

terdapat pada semua jenis arrester, tetapi hanya pada arrester tipe

expulsion.

8. TYPE DAN CARA KERJA ARRESTER.

8.1. Type arester


Arrester petir yang dipakai dalam sistem arus bolak-balik dapat

dibagi sebagai berikut:

 Arrester type expulsion,

 Arrester type Valve,

 Arrester type Gapless.

8.2. Cara kerja

8.2.1. Cara kerja arrester type expulsion.

Arrester type expulsion terdiri dari tabung isolasi yang

mempunyai elektroda disetiap ujung dan lubang discharge pada

ujung bawah. Panjang tabung sedemikian rupa sehingga spark-

over terjadi pada gap antara dua elektroda dalam tabung. Untuk

rating tegangan yang tinggi dan arus yang tinggi kemungkinan

dalam tabung tergabung dua atau lebih gap dengan lubang

discharge pada bagian atas, bawah dan tengah-tengah dari

tabung ini merupakan series-gap yang dipasang diantara

elektroda dengan kawat penghantar, yang mencegah pemakaian

tegangan sistem yang terus menerus pada tabung, dengan cara

demikian kebocoran, korona dan karbonisasi dapat dihindari.

Discharge pada gap luar dan berakhir pada internal bore dari

tabung pencegah flash over petir pada isolasi paralel dari

penghantar. Daya dari arus susulan membantu tekanan menjadi

tinggi didalam tube bore yang menimbulkan asap dari lubang

discharge. Aksi expulsion yang cepat dari gas didalam tabung


akan memutuskan arus hubung singkat susulan pada setengah

cycle pertama atau kedua.

8.2.2. Cara kerja valve Arrester

Valve arrester terdiri dari 2 elemen yaitu series gap dan

valve elemen. Valve elemen merupakan sebuah tahanan yang

tidak linier, tahanan ini mempunyai sifat khusus yaitu tahanan

berubah dengan berubahnya arus dan proses perubahan ini

berlangsung dengan cepat. Bila sebuah surja sampai pada

kawat transmisi dan dilewatkan pada series gap, tahanan valve

elemen berubah turun dengan cepat, sehingga tegangan turun

dibatasi meskipun arusnya besar. Bila tegangan itu telah habis

dan tinggal tegangan normal (frequensi 50 Hz), tahanannya naik

lagi sehingga arus susulan (follow current) dibatasi dan akhirnya

dimatikan pada saat tegangan mencapai nol.

Series Gap

Valve Resistor
(Tahanan yang dapat berubah)
Gambar 5. Arrester type valve

8.2.3. Cara kerja arrester type Gapless

Arrester type Gapless terdiri dari tabung isolasi dan batang

elektroda (rod) terisolasi dimana elektroda batang tersebut tidak

ada gap diantaranya dan dilengkapi oleh material Zinc Oxide

yang berfungsi untuk mengelimir arcing. Panjang batang

sedemikian rupa sehingga spark over / arcing yang terjadi pada

batang elektroda (rod) dalam tabung dapat tereliminir oleh zinc

oxide. Arrester jenis gapless mempunyai konstruksi / design

lebih kompak dan mempunyai reability kerja lebih baik

dibandingkan jenis lainnya.

Antara material bagian atas dan bagian bawah tidak ada

gap, sehingga pada keadaan normal dapat berfungsi sebagai

konduktor (isolator) sedangkan pada saat terjadi spike dengan

tegangan dan arus yang tiggi sesaat, dapat diredam dan daya

dari arus susulan dapat diteruskan melalui pentanahan efektif.


Gambar 6. Arrester type gapless

Anda mungkin juga menyukai