Skripsi
Skripsi
SKRIPSI
OLEH
IRMA YULIANA
07C10407072
2013
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN DOLOMIT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN
KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
SKRIPSI
OLEH
IRMA YULIANA
07C10407072
2013
LEMBARAN PENGESAHAN
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Mengetahui,
setelah padi. Hal ini didorong dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan
pangan, bahan baku industri dan pakan ternak. Produktivitas kacang tanah di
Indonesia baru mencapai 1,20 ton ha-1, jauh lebih rendah dibandingkan potensi
hasilnya yang dapat mencapai 2,5 ton ha-1. Kacang tanah bagi masyarakat
Namun, produksi kacang tanah di indonesia belum optimal karena teknik produksi
kebutuhan dalam negeri yang meningkat tidak bisa dipenuhi sehingga volume
tahun 2004 sebesar 2,1 juta ton sedangkan produksi nasional baru mencapai
837.495 ton pada tahun 2004 (Anonymous, 2006). Rata-rata tingkat produktivitas
kacang tanah di Bali pada tahun 2004 sebesar 1,297 ton ha-1 biji kering dan untuk
kabupaten Buleleng produksi baru mencapai 1,03 ton ha-1, padahal disisi lain
potensi hasil dan varietas kacang tanah berkisar antara 1,5 - 2,5 ton ha-1 biji kering
(Anonymous, 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa produksi tersebut masih tergolong rendah, hal
yang rendah pada lahan kering umumnya juga disebabkan oleh tingkat kesuburan
1
2
tanah yang rendah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
produksi kacang tanah pada lahan kering yaitu dilakukan penambahan bahan
organik, salah satu bahan organik yang dapat digunakan pupuk kandang sapi
(Hadisumitro, 2002).
Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman maupun hewan yang dapat dirombak menjadi hara dan tersedia bagi
tanaman. Pupuk organik terdiri dari keseluruhan bahan organik yang telah melalui
usaha pemakaian pupuk sebagai sumber hara. Hal ini disebabkan pemupukan
Salah satu ketersediaan unsur hara dalam tanah dan pada tanaman dapat dilakukan
Pupuk kandang sapi sebagai salah satu bahan organik yang dapat diberikan
kedalam tanah dapat meningkatkan unsur hara baik makro maupun mikro,
mempercepat proses dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara yang dapat
diserap oleh tanaman (Hadisumitro, 2002). Dosis anjuran pupuk kandang untuk
tanaman kacang tanah perhektar untuk mendapatkan hasil yang optimal adalah 5-
meningkatkan pH tanah juga mengurangi keracunan Fe, Al, dan Mn. Kapur
3
sifat-sifat kimia tanah masam (Sanchez, 1976). Dengan pemberian kapur pada
tanah masam, maka diharapkan pH tanah mendekati netral, dan oleh karena itu,
unsur Ca, tetapi karena tanah terlalu masam dengan dosis 1-2,5 ton ha-1
mengetahui dosis pupuk kandang dan dolomit yang tepat agar diperoleh
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan
dolomit terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah, serta nyata
1.3. Hipotesis
kacang tanah.
tanah.
2.1.1 Sistematika
antara lain:
Kingdom : plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dycotyledoneae
Ordo : Polipetales
Family : Leguminose
Genus : Arachis
2.1.2 Morfologi
a. Akar
primernya tidak tumbuh secara dominan, yang berkembang adalah akar serabut,
yang merupakan akar sekunder. Akar kacang tanah dapat tumbuh sedalam 40 cm.
b. Batang
Tipe pertumbuhan batang kacang tanah ada yang tegak, ada yang menjalar.
Dari batang utama timbul cabang primer yang masing-masing dapat membentuk
4
5
yang diikuti oleh cabang sekunder, tersier, dan ranting (Askari, 2012)
c. Daun
Kacang tanah berdaun majemuk bersirip genap, terdiri atas 4 anak daun,
dengan tangkai daun agak panjang. Helaian anak daun bertugas mendapatkan
d. Bunga
Bunga kacang tanah berwarna kuning orange mucul pada setiap ketiak
daun, mempunyai tangkai panjang yang berwarna putih. Mahkota bunga berwarna
kuning, pangkal bunga bergaris-garis merah atau merah tua (AAK, 1989).
e. Polong
bakal buah dan disebut juga dengan ginofora. Polong kacang tanah sangat
f. Biji
Biji kacang tanah berbeda-beda, ada yang besar, sedang dan kecil
ukurannya. Warna kulit biji juga bermacam-macam, ada yang putih, merah
kesumba dan ungu tergantung juga pada varietas yang tertentu (Suprapto, 1990).
2.2.1 Iklim
maupun dataran tinggi kurang dari 1500 meter dari pemukaan laut (mdpl), dan
6
pada saat musim kemarau maupun musim penghujan, tapi dengan curah hujan
yang baik untuk tanaman kacang tanah sekitar 500-3000 mm/tahun (Anonymous,
2012).
(AAK, 1989).
2.2.2 Tanah
Keadaan tanah yang baik untuk tanaman kacang tanah adalah lempung,
lempung berpasir, dan lempung berliat, dan juga memiliki bahan organic tinggi
agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Dengan keasaman
tanah (pH) 6,0 - 6,5. Apabila pH tanah kurang dari 5,5 maka harus melakukan
pengapuran, jika tidak akan menghasilkan produksi yang sedikit atau tidak
makro dan unsur hara mikro meskipun dalam jumlah sedikit. Walaupun demikian,
pupuk organik lebih unggul dibandingkan dengan pupuk anorganik. Antara lain:
organik. Secara umum pertanian organik dibagi menjadi dua yaitu pertanian
dalam arti sempit dan arti luas. Dalam arti sempit, pertanian organik merupakan
pola pertanian yang bebas dari penggunaan bahan-bahan kimia, mulai dari
7
Dosis anjuran pupuk kandang untuk tanaman kacang tanah adalah 5-10 ton
perhektar untuk mendapatkan hasil kacang tanah yang optimal (AAK, 1989).
2.4 Dolomit
merupakan salah satu metode untuk memperbaiki kornposisi dan sifat-sifat kimia
sumber Ca dan bahan pengapuran yang paling murah dibandingkan sumber yang
2004).
keracunan Fe, Al, dan Mn. Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi
Pengapuran dilakukan pada saat tidak turun hujan dan keadaan tanah
cukup kering. Pengapuran tidak akan tampak seketika, akan tetapi akan terlihat
8
pada hasil tanaman, apabila tanah kekurangan kapuir akan dapat diketahui secara
langsung pada polong-polong kacang tanah kurang berisi ( biji tidak penuh).
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan juga berfungsi untuk sintesa asam
amino dan protein dalam tanaman selain itu juga merangsang pertumbuhan
daun. Jenis pupuk ini didominasi oleh unsur nitrogen (N), yang disuplai oleh urea
adanya unsur lain yang terdapat didalamnya lebih bersifat sebagai pengikat
(Denidi, 2007).
Selain itu juga merangsang pertumbuhan akar, pembentukan biji, pembelahan sel
hara tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk ion anorganik :
bagian penting dalam fotosintesis dan penyerapan ion serta sebagai transportasi
dalam tanaman. Phospat juga merupakan bagian esensial dari asam nukleat.
(Denidi, 2007).
9
hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air yang disuplai oleh KCl atau
(Anonymous, 2010).
karbohidrat. Selain itu juga unsur boron berfungsi sebagai pembentukkan tepung
sari, biji, pertumbuhan wada tepung sari serta membentuk komplek gula yang
(Denidi, 2007).
Peranan unsur klorida (Ci) berfungsi sebagai reaksi pemecah air secara
kimia dengan adanya sinar matahari dan aktivitas beberapa enzim dalam
transportasi beberapa kation seperti K, Ca dan Mg. Klorida juga berperan pentin g
1. Bahan
a. Benih
Benih kacang tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang
b. Pupuk
Cut Ujong Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat. Dan pupuk kimia
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk Urea, SP-36 dan KCl.
c. Kapur
d. Pestisida
2. Alat
parang, hand spayer, meteran, ember, timbangan, pamplet nama, tali, alat tulis
dan lain-lain.
10
11
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial 3x4 dengan 3 ulangan. Faktor
pada Tabel 1.
Keterangan:
Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor dosis pupuk taraf ke-j, faktor dosis
dolomit taraf ke-k dan ulangan ke-i
= Nilai tengah umum
i = pengaruh ulangan ke-i ( i = 1,2 dan 3)
Pj = pengaruh faktor dosis pupuk kandang ke-j ( j = 1,2 dan 3)
Kk = Pengaruh faktor dosis dolomit ke-k ( k = 1,2,3 dan 4)
(PK)jk = Interaksi faktor dosis pupuk kandang dan dosis dolomit pada taraf
dosis pupuk kandang ke-j, dan taraf dosis dolomit ke-k
ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor dosis pupuk kandang
taraf ke-j, faktor dosis dolomit taraf ke-k.
dilanjutkan dengan uji lanjut yaitu uji Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%. Dengan
(2 KT g )
BNT0,05= t0,05 dbg
r
Dimana :
r = Jumlah ulangan.
1. Pengolahan Tanah
2. Pembuatan Plot
Pembuatan plot dilakukan setalah pengolahan tanah kedua dengan luas plot
Aplikasi pupuk kandang diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, pupuk
kandang diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis sesuai yang dicobakan per
Aplikasi dolomit diberi dengan cara ditabur setelah plot jadi, dolomit
diberikan 15 hari sebelum tanam dengan dosis yang sesuai perlakuan, kemudian
5. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 3 hari sebelum tanam. Pupuk dasar yang diberikan
Urea 50 kg ha-1 (7,2 g plot-1), SP-36 75 kg ha-1 (10,8 g plot-1) dan KCl 75 kg ha-1
(10,8 g plot-1). Aplikasi pupuk dasar ditebar pada permukaan tanah, lalu tanah
6. Perlakuan Benih
Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tanah
varietas kelinci. Benih yang disiapkan dilakukan pemilahan atau pemilihan biji
7. Penanaman
14
jarak tanam 20 cm x 30 cm, lubang tanam dibuat dengan cara penugalan (ditugal)
sedalam 3 cm. Setelah itu dimasukkan 2 benih tiap lubang, penanaman dilakukan
8. Pemeliharaan
minggu. Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 6 minggu
tangan atau kuret secara hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak
perakaran tanaman.
b. Pengendalian Hama
9. Pemanenan
3.5. Pengamatan
tumbuh. Pengukurun dilakukan pada 8 tanaman sampel saat umur 15, 30 dan
45 HST.
15
Pengamatan berat 1000 biji kering dilakukan dengan menimbang 1000 biji
yang sudah dipilih secara acak dari setiap plot percobaan dengan menggunakan
Pengamatan berat biji kering per plot netto dilakukan dengan cara
menimbang seluruh polong dari tanaman yang ada dalam plot netto dengan
data berat polong kering per plot netto kedalam hektar dalam satuan ton.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45 HST, persentase polong bernas, persentase
polong hampa, jumlah genofor gagal, berat 1000 biji kering, berat polong kering
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30
dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman kacang tanah umur 15, 30 dan 45 HST pada
Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Pupuk
Kandang Umur 15, 30 dan 45 HST.
Dosis Pupuk Kandang Tinggi Tanaman (cm)
-1
Simbol kg plot 15 HST 30 HST 45 HST
P1 0,72 8,41 16,87 44,87
P2 1,44 8,24 17,36 45,10
P3 2,16 8,59 16,32 46,41
HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) meskipun secara statistik
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan pada
umur 30 HST tanaman kacang tanah tertinggi dijumpai pada dosis pupuk kandang
1,44 kg plot-1 (P2) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata
tertinggi ditunjukkan pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) sedangkan pada
16
17
umur 30 HST tanaman tertinggi cenderung ditunjukkan pada dosis pupuk kandang
1,44 kg plot-1 (P1). Hal ini karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rinsema (1993) yang
bahwa, untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang lebih baik suplai hara yang
dibutuhkan oleh tanaman harus cukup tersedia dalam jumlah yang optimal dan
seimbang.
tanah akan meningkatkan mikroorganisme dan struktur tanah akan lebih baik juga
penyerapan terhadap unsur hara. Kelancaran proses penyerapan unsur hara oleh
tanaman terutama tergantung dari persediaan air tanah yang berhubungan erat dengan
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah genofor gagal.
Rata-rata jumlah genofor gagal pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Genofor Gagal pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang
Dosis Pupuk Kandang
Jumlah Genofor Gagal
Simbol kg plot-1
P1 0,72 9.92
P2 1,44 9.44
P3 2,16 10.10
18
terbanyak dijumpai pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) meskipun secara
lain. Hak ini diduga karena pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tidak tercukupi dalam keadaan yang berimbang serta faktor lingkungan
yang tidak mendukung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowogeno (2007)
yang menyatakan bahwa unsur hara yang terkandung dalam pupuk organik
berperan dalam pembentukan bunga dan buah. Selain itu unsur hara berperan
dalam menentukan kematangan buah dan juga berfungsi dalam pembelahan sel
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat 1000 biji kering.
Rata-rata berat 1000 biji kering pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada
Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Kandang Berat 1000 Biji Kering
-1
Simbol kg plot (g)
P1 0,72 467,46
P2 1,44 462,20
P3 2,16 463,94
Tabel 4 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering kacang tanah yang
terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1 (P1) meskipun secara
Dari berbagai dosis pupuk kandang yang dicobakan berat 1000 biji kering
terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1, hal ini menunjukkan
bahwa unsur hara yang dibutuhkan tanaman tidak tersedia dalam keadaan
berimbang baik unsur hara makro dan mikro. Hal ini sesuai dengan pendapat
Franklin at al. (1992) terpenuhinya unsur hara pada proses fisiologis dalam
rangka menyusun organ struktural buah dapat lebih dipacu. Ketersediaan unsur
hara yang cukup saat berkembangnya buah serta faktor penunjang mekanisme dari
hasil fotosintesis yang ditranslokasi lebih cepat dari daun kepembentukan buah
dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji kering per plot
netto. Rata-rata berat biji kering per plot netto pada berbagai dosis pupuk kandang
Tabel 5. Rata-rata Berat Biji Kering Per Plot Netto Tanaman Kacang Tanah
pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Kandang Berat Biji Kering Per Plot Netto
Simbol kg plot-1 (g)
P1 0,72 67.66
P2 1,44 63.23
P3 2,16 64.05
Tabel 5 menunjukkan bahwa berat biji kering per plot netto kacang tanah
terberat dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1 (P1) meskipun secara
Dari berbagai dosis pupuk kandang yang dicobakan berat biji kering per
plot netto terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1, hal ini
menunjukkan bahwa pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan oleh
20
tanaman tersedia dalam keadaan yang berimbang akan tetapi faktor lingkungan
lancar. Parman (2007) menyatakan unsur hara makro dan mikro yang terkandung
yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta laju
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata
produksi per hektar kacang tanah pada berbagai dosis pupuk kandang dapat
Tabel 6. Rata-rata produksi Per Hektar Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Dosis Pupuk Kandang.
Dosis Pupuk Kandang Produksi Per Hektar
-1
Simbol kg plot (ton)
P1 0,72 1.40
P2 1,44 1.31
P3 2,16 1.28
dijumpai pada dosis pupuk kandang 0,72 kg plot-1 (P1) meskipun secara statistik
Hal ini menunjukkan pada dosis tersebut unsur hara yang dibutuhkan
tanaman tidak tersedia dalam keadaan seimbang dan faktor lingkungan tidak
semakin baik sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
umur 30 dan 45 HST. Berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman pada
genofor gagal, berat 1000 biji kering, berat polong kering per plot netto dan
dosis dolomit berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 30 dan 45 HST
namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15 HST. Rata-rata
tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai dosis pupuk kandang umur 15, 30 dan
Tabel 7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit
Umur 15, 30 dan 45 HST
Dosis Dolomit Tinggi Tanaman ( cm )
-1
Simbol kg plot 15 HST 30 HST 45 HST
K0 0 (kontrol) 8,82 18,09 b 47,14 b
K1 0,144 8,42 14,90 a 42,14 a
K2 0,288 8,07 16,27 ab 44,56 ab
K3 0,360 8,35 18,13 b 47,67 b
BNT0,05 - 2,26 3,83
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNT 0,05).
Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi tanaman kacang tanah tertinggi umur
15 HST dijumpai pada dosis dolomit 0 kg plot-1 (K0) meskipun secara statistik
pada umur 30 dan 45 HST dijumpai pada dosis dolomit 0,360 kg plot-1 (K3) yang
berbeda nyata dengan dosis dolomit 0,144 kg plot-1 (K1) namun tidak nyata
60
47,14 47,67
50 44,56
42,14
Tinggi Tanaman (cm)
40
30 15 HST
18,09 16,27 18,13 30 HST
20 14,9
8,42 8,07 8,35 45 HST
8,82
10
0
0 0,144 0,288 0,360
Dosis Dolomit (kg/plot)
Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Dosis Dolomit Umur
15, 30 dan 45 HST
23
Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis tersebut kapur dolomit telah
sehingga berpengaruh pada peubah yang diamati. Hal ini sejalan dengan pendapat
tanah baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada pH rendah Ca, Mg,
dan P kurang tersedia sedangkan unsur mikro tersedia, tetapi unsur Al yang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 12) menunjukkan bahwa dosis
genofor gagal pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat pada Tabel 8.
terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1 (K1) meskipun secara
dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1 hal ini diduga pada dosis tersebut
unsur hara yang dibutuhkan belum mencukupi untuk menghasilkan polong bernas
24
yang tinggi. Soepardi (1983) menyatakan bahwa salah satu sifat umum dari unsur
mikro adalah diperlukan dalam jumlah sedikit dan bersifat meracun bila dijumpai
akar terhambat. Alloway (1995) menjelaskan bahwa penyerapan unsur logam oleh
akar tanaman dapat berlangsung secara aktif maupun pasif. Penyerapan secara
pasif melalui difusi ion dari larutan tanah ke lapisan endodermis akar, sedangkan
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat 1000 biji kering. Rata-rata
berat 1000 biji kering kacang tanah pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Berat 1000 Biji Kering Tanaman Kacang Tanah pada
Berbagai Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat 1000 Biji Kering
Simbol kg plot-1 (g)
K0 0 (kontrol) 452,26
K1 0,144 452,42
K2 0,288 489,16
K3 0,360 464,30
Tabel 9 menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering tanaman kacang tanah
terbanyak dijumpai pada dosis dolomit 0,288 kg plot-1 (K2) meskipun secara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berat 1000 biji kering tertinggi
dijumpai dosis dolomit 0,288 kg plot-1, hal ini diduga pada dosis tersebut tanaman
25
beradaptasi dan menganalisir terhadap pemberian dolomit. Hal ini sesuai pendapat
Buckman dan Brady (1982) yang menjelaskan bahwa pengapuran pada tanah
jasad renik dan unsur hara makro menjadi lebih tersedia bagi tanaman. Absorpsi
tanah masam dan pada waktu yang bersamaan akan menurunkan dengan nyata
konsentrasi Fe, AI, dan Mn yang dalam keadaan sangat masam dapat mencapai
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap berat biji kering per plot netto.
Rata-rata berat biji kering per plot netto pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat
Tabel 10. Rata-rata Berat Polong Per Ha Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Berat Biji Kering per Plot Netto
Simbol kg plot-1 (g)
K0 0 (kontrol) 64.91
K1 0,144 65.00
K2 0,288 66.00
K3 0,360 64.01
tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 0,288 kg plot-1 (K2) meskipun secara
tersebut tidak dapat menyediakan unsur hara makro dan hanya sedikit unsur hara
esensial yang tersedia. Tisdale dan Nelson (1975) menyebutkan bahwa unsur Cu
26
dalam tanah dipengaruhi oleh KTK, tekstur, bahan organik dan pH tanah. Makin
halus tanah, maka makin banyak total Cu dalam tanah. Ketersediaan Cu yang
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis
dolomit berpengaruh tidak nyata terhadap produksi per hektar. Rata-rata produksi
per hektar kacang tanah pada berbagai dosis dolomit dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata Produksi Per Hektar Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Dosis Dolomit
Dosis Dolomit Produksi per Hektar
-1
Simbol kg plot (ton)
K0 0 (kontrol) 1.31
K1 0,144 1.35
K2 0,288 1.32
K3 0,360 1.33
tertinggi dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1 (K1) meskipun secara
statistik tidak menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya.
Dari berbagai dosis dolomit yang dicobakan produksi per hektar tertinggi
dijumpai pada dosis dolomit 0,144 kg plot-1, hal ini diduga pada dosis tersebut
sehingga tanaman dapat berproduksi lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Hal ini
Dolomit juga berpengaruh baik pada agregasi partikel tanah dan aerasi.
Humus yang berinteraksi dengan dolomit akan lebih meningkatkan granulasi dan
perubaban reaksi kimia, keadaan fisik dan keadaan mikroba tanah yang
menguntungkan tanaman. Akan tetapi kondisi yang tercipta oleh kapur untuk
menjadi lebih baik akan tetapi tergantung pada tanaman dalam menyesuaian
4.3. Interaksi
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 18)
menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang
dan dolomit terhadap persentase polong bernas dan persentase polong hampa.
interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan dolomit berpengaruh nyata
berbagai dosis pupuk kandang dan dolomit setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat
Tabel 12. Rata-rata Persentase Polong Bernas Tanaman Kacang Tanah pada
Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan Dolomit
Dosis Dolomit (kg plot-1)
Dosis Pupuk
0 0,144 0,288 0,360 BNT0,05
Kandang (kg plot-1)
(K0) (K1) (K2) (K3)
62,04 de 58,53 bc 60,36 cd 61,65 de
0,72
P1 (77,84) (72,72) (75,50) (77,05)
63,35 f 61,16 d 60,54 cd 57,58 b
P2 1,44 0,96
(79,83) (76,71) (75,80) (71,22)
55,53 a 59,91 c 62,18 e 60,24 cd
P3 2,16
(67,96) (74,74) (77,96) (75,26)
Keterangan: - Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % (BNT 0,05).
- ( ) Data sebelum transformasi arsin √×
pada dosis pupuk kandang 1,44 kg plot-1 (P2) dengan dosis dolomit 0 kg plot (K0)
yaitu sebesar 79,83 % yang berbeda nyata dengan kombinasi dengan perlakuan
lain. Hubungan antara persentase polong bernas tanaman kacang tanah pada
berbagai dosis pupuk kandang dan dolomit dapat dilihat pada Gambar 2.
82 79,83
80
Persentase Polong Bernas (%)
77,96
78 76,71
77,84 75,80 75,26
76 74,74
77,05
74 75,50
72 72,72 P1
71,22
70 67,96 P2
68
P3
66
64
62
K0 K1 K2 K3
Dosis Pupuk Kandang (kg plot-1 )
perlakuan dosis pupuk kandang dan dolomit persentase polong bernas tertinggi
29
ditunjukkan dosis pupuk kandang 1,44 kg plot-1 (P2) dengan dosis dolomit 0 kg
plot (K0) yaitu sebesar 79,83 %, hal ini menunjukkan bahwa pada kombinasi ini
kebutuhan hara dan kondisi tanah telah mampu meningkatkan banyaknya jumlah
polong bernas. Soepardi (1983) berpendapat bahwa pada kondisi alkalin, ion
serapan normal unsur lain, terutama unsur P yang penting dalam pembentukan
bunga pada tanaman kacang tanah, kemudian kandungan hara yang rendah pada
agregasi partikel tanah, aerasi, dan perkolasi. Humus yang berinteraksi dengan
tanah.
pembentukan biji) sehingga menjadi tersedia bagi tanaman Dosis pupuk kandang
4 ton/ha dengan dosis kapur 0.8 ton/ha memberikan jumlah polong bernas
mampu memperbaiki kondisi tanah dan menambah unsur hara dalam tanah,
dan K yang rendah tetapi mengandung hara mikro dalam jumlah cukup dan sangat
pemupukan, maka bukan semakin baik hasil yang diperoleh dari tanaman, karena
tanaman, proses metabolik dalam sel, mempengaruhi penyerapan unsur lain dan
tumbuh aktif tetapi tidak selalu pada tingkat kebutuhan yang sama.
Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 10) menunjukkan bahwa dosis
hampa. Rata-rata persentase polong hampa pada berbagai dosis pupuk kandang
dan dolomit setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rata-rata Persentase Polong Hampa Tanaman Kacang Tanah pada
Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan Dolomit
dijumpai pada dosis pupuk kandang 2,16 kg plot-1 (P3) dengan dosis dolomit 0 kg
plot-1 (K0) yaitu sebesar 32,04 % yang berbeda nyata dengan kombinasi dengan
perlakuan lain. Hubungan antara persentase polong hampa tanaman kacang tanah
pada berbagai dosis pupuk kandang dan dolomit dapat dilihat pada Gambar 3.
35,0
Persentase Polong Hampa (%)
32,5 32,04
30,0
27,28 28,78
27,5
25,26 24,50
25,0 24,74 P1
22,16 24,20
22,5 23,29 22,95
P2
22,04
20,0 20,17 P3
17,5
15,0
K0 K1 K2 K3
Dosis Pupuk Kandang (kg plot-1 )
pupuk kandang dan kapur akan mengurangi banyaknya jumlah polong hampass.
Pengapuran juga dapat menyediakan sejumlah unsur hara yang diperlukan dalam
pH tanah adalah menambahkan kapur dengan dosis yang dibutuhkan oleh tanah
itu sendiri. Ketika dosis kapur dolomit rendah dan tidak sesuai dengan ketentuan
maka tanah dalam kondisi tidak netral dan masih sedikit masam, sehingga
tanah dan hasil produksi tanaman tidak produktif. Adrianus (2012), menjelaskan
langsung, terutama untuk jenis tanaman yang kurang toleran terhadap Al atau
5.1. Kesimpulan
genofor gagal, berat 1000 biji kering, berat biji kering perplot dan produksi
per hektar. Pertumbuhan dan produksi tanaman kacang tanah terbaik dijumpai
gagal, berat 1000 biji kering, berat biji kering perplot dan produksi per hektar.
dolomit0,288 kg plot-1.
5.2. Saran
dan dosis dolomit terhadap berbagai varietas tanaman kacang tanahdan tanaman
lainnya, sehingga diperoleh dosis pupuk kandang dan dolomit yang optimal untuk
33
DAFTAR PUSTAKA
Adrianus. 2012. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas ubi jalar (Ipomoea batatas
L.) pada tinggi petakan yang berbeda, dalam J. Agricola. 2012. No 1. Hal
49 – 69.
Alloway, B.J. 1995. Soil processes and the behaviour of heavy metals. p. 11-37. in
B.J. Alloway (ed.): Heavy Metals in Soils. 2nd ed. Blackie Academic and
Professional, Glasgow.
Buckman, H.O. dan N.C.Brady. 1982. Ilmu Tanah. Te.jemahan. Bharata Karya
Aksara. Jakarta
Hakim, Nurhayati; M.Y. Nyakpa; A.M. Lubis, S.G. Nugroho; M.R. Saul; M.A
Diha; Go ban Hong dan H.H. bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah,
Universitas Lampung. Hal. 325-327
34
35
Musmanar, E. I., 2006. Pupuk Organik Padat: Pembuatan dan Aplikasi, Jakarta:
Penebar Swadaya.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Ilmu-ilmu tanah, Faperta IPB.
Bogor.
Tisdale, L.M. and F. R. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. McMillan
Publ. Co. inc., New York.
Widiayati. 1986. pengaruh sisa kapur dan pupuk kandang terhadap bintil akar
dalam tanaman kedelai (Gliycine max) pada latosol. tesis, program pasca
sajana, institut pertanian bogor. bogor.