Disusun oleh
2018
Lampiran III tentang Struktur Kurikulum, Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan Pedoman
Implementasi Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus
- Sosialisasi siswa tunarungu terbatas pada teman yang tunarungu, terlebih lagi bagi
siswa tinggal di asrama, mereka kurang terbiasa melihat pola kehidupan anak
mendengar, seperti pola belajar, pola bermain, dsb.
b. Kelebihan Sistem Pendidikan Integrasi
- Siswa disability dapat belajar bersama-sama dengan siswa yang tidak disability.
Ini berarti ada proses sosialisasi sedini mungkin, saling mengenal antara siswa
disability dan yang tidak disability, begitu pula sebaliknya. Ini akan berdampak
pada pertumbuhan sikap siswa-siswa tersebut, yang akan bermanfaat pula kelak
jika mereka telah dewasa.
- Siswa disability mendapatkan suasana yang lebih kompetitif, karena di sekolah
umum ada lebih banyak siswa dibanding SLB.
- Siswa disability dapat membangun rasa percaya diri yang lebih baik.
- Siswa disability dapat bersekolah di mana saja, bahkan sekolah yang dekat dengan
tempat tinggalnya, asal ia memenuhi persyaratan yang diminta; jadi tidak perlu
terpisah dari keluarga mereka.
- Dari sisi kurikulum, dengan menempuh pendidikan di sekolah umum, disability
akan mendapatkan materi pelajaran yang sama dengan siswa yang tidak disability.
- Kelemahan dari sistem integrasi ini adalah siswa disability harus menyesuaikan
diri dengan metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-saat tertentu,
kondisi ini dapat menyulitkan mereka. Misalnya, saat siswa diwajibkan mengikuti
mata pelajaran “menggambar.” Karena memiliki hambatan penglihatan, tentu saja
siswa disability tidak bisa “menggambar.” Tapi, karena mata pelajaran ini wajib
dengan kurikulum yang “ketat”, “tidak fleksibel”, tidaklah dimungkinkan bagi
guru maupun siswa disability untuk melakukan “adaptasi atau substitusi” untuk
mata pelajaran “menggambar” tersebut. Yang dimaksud subsitusi adalah
menggantikan mata pelajaran tersebut dengan tugas lain yang memliki nilai
kompetensi sama. Misalnya, menggambar adalah mata pelajaran yang melatih
kreatifitas otak kanan untuk bidang visual; bisa digantikan dengan tugas lain yang
memiliki tujuan kompetensi sama atau setara, misalnya mengarang.
c. Kelebihan Sistem Pendidikan Inklusi
- Berkurangnya rasa takut akan perbedaan indivdual dan semakin besarnya rasa
percaya dan peduli pada anak luar biasa. Peningkatan konsep diri (self concept)
baik pada anak luar biasa maupun pada anak normal. Hal ini akibat dari pergaulan
yang terjadi sehingga menjadikan keduanya saling toleran. Pertumbuhan kognisi
sosial makin berkembang pada keduanya. Mereka dapat saling membantu satu
dengan yang lain, sehingga mendorong pertumbuhan sikap sosial, yang pada
gilirannya akan menumbuhkan kognisi sosial. Pertumbuhan prinsip – prinsip
pribadi menjadi lebih baik, terutama dalam komitmen moral pribadi dan etika.
Mereka saling tidak curiga dan merasa saling membutuhkan. Persahabatan yang
erat dan saling membutuhkan. Mereka merasa saling membutuhkan untuk sharing
dalam beberapa hal.
Kekurangan Sistem Pendidikan Inklusi
- Minimnya sarana penunjang sistem pendidikan inklusi, terbatasnya pengetahuan
dan ketrampilan yang dimiliki oleh para guru sekolah inklusi menujukkan betapa
sistem pendidikan inklusi belum benar-benar dipersiapkan dengan baik. Apalagi
sistem kurikulum pendidikan umum yang ada sekarang memang belum
mengakomodasi keberadaan anak-anak yang memiliki perbdaan kemampuan
(difabel). Sehingga sepertinya program pendidikan inklusi hanya terkesan
program eksperimental.
d. Kelebihan Sistem Pendidikan Mainstreaming
Sistem pendidikan yang menempatkan anak-anak cacat di sekolah-sekolah umum,
hanya jika mereka dapat mengikuti kurikulum akademis yang berlaku, dan guru
juga tidak harus melakukan adaptasi kurikulum. Mainstreaming kebanyakan
diselenggarakan untuk anak-anak yang sakit yang tidak berdampak pada
kemampuan kognitif, seperti epilepsi, asma dan anak-anak dengan kecacatan
sensori (dengan fasilitas peralatan, seperti alat bantu dengar dan buku-buku
Braille) dan juga mereka yang memiliki tunadaksa.
Kekurangan Sistem Pendidikan Mainstreaming
- Kurang Sesuai dengan Pendidikan Akademik Siswa Normal.
Salah satu kelemahan yang berpotensi serius untuk mainstreaming adalah bahwa
seorang siswa mainstreaming mungkin memerlukan perhatian lebih dari guru
daripada siswa normal dalam kelas umum. Waktu dan perhatian, sehingga seluruh
kelas turut serta untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan kebutuhan khusus.
Efeknya siswa seluruh kelas sangat bergantung pada anak berkebutuhan khusus
tertentu dalam pertanyaan dan sumber daya yang tersedia untuk pendukung.
Dalam banyak kasus, masalah ini dapat diatasi dengan menempatkan seorang
pembantu di dalam kelas untuk membantu siswa dengan kebutuhan khusus,
meskipun hal ini meningkatkan biaya yang berkaitan dengan mendidik anak ini.
- Masalah Sosial .Dibandingkan secara keseluruhan termasuk siswa berkebutuhan
khusus, mereka yang hanya disalurkan untuk kelas-kelas tertentu atau waktu
tertentu mungkin terasa mencolok atau secara sosial ditolak oleh teman-teman
sekelas mereka.
- Biaya
Sekolah harus menyediakan layanan pendidikan khusus tetapi tidak mendapatkan
sumber daya keuangan tambahan. Biaya per-siswa pendidikan khusus menjadi
lebih tingi, biasanya jauh lebih tinggi daripada sekolah reguler . Biayanya bisa
menacapai dua kali biaya di sekolah umum.
Perbedaan Sistem Pendidikan Segregasi, Integrasi, Inklusi dan Mainstreaming
Pendidikan Segregasi adalah sekolah dasar yang memisahkan anak berkebutuhan khusus dari
sistem perskolahan reguler. Di Indonesia bentuk sekolah segregasi ini berupa satuan
pendidikan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai dengan jenis kelainan peserta didik.
Seperti SLB/A (untuk anak tunanetra, SLB/B (untuk anak tunarungu), SLB C (untuk anak
tunagrahita), SLB/D (untuk anak tunadaksa), SLB/E (untuk anak tunalaras), dan lain-lain.
Satuan Pendidikan Khusus (SLB) terdiri atas jenjang TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB.
Sebagai satuan pendidikan khusus, maka sistem pendidikan yang digunakan terpisah sama
sekali dari sistem pendidikan di sekolah reguler, baik kurikulum, tenaga pendidik dan
kependidikan, sarana prasarana, sampai pada sistem pembelajaran dan evaluasinya.
Kelemahan dari sekolah segregasi ini antara lain aspek perkembangan emosi dan sosial anak
kurang luas karena lingkungan pergaulan yang terbatas.
Pendidikan terpadu adalah sekolah yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mengikuti pendidikan di sekolah reguler tanpa adanya perlakuan
khusus yang disesuaikan dengan kebutuhan individual anak. Sekolah tetap menggunakan
kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, serta sistem pembelajaran
reguler untuk semua peserta didik. Jika ada peserta didik tertentu mengalami kesulitan dalam
mengikuti pendidikan, maka konsekuensinya peserta didik itu sendiri yang harus
menyesuaikan dengan sistem yang dituntut di sekolah reguler. Dengan kata lain pendidikan
terpadu menuntut anak yang harus menyesuaikan dengan sistem yang dipersyaratkan sekolah
reguler, kelemahan dari pendidikan melalui sekolah terpadu ini antara lain, anak
berkebutuhan khusus tidak mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan individual anak.
Sedangkan keuntungannya adalah anak berkebutuhan khusus dapat bergaul di lingkungan
sosial yang luas dan wajar.
Pendidikan Inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada pendidikan
inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani
secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan/atau penyesuaian, mulai dari
kurikulum, sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai
pada sistem penilaiannya. Dengan kata lain pendidikan inklusi mensyaratkan pihak sekolah
yang harus menyesuaikan dengan tuntutan kebutuhan individu peserta didik, bukan peserta
didik yang menyesuaikan dengan sistem persekolahan. Keuntungan dari pendidikan inklusi
anak berkebutuhan khusus maupun anak biasa dapat saling berinteraksi secara wajar sesuai
dengan tuntutan kehidupan sehari-hari di masyarakat, dan kebutuhan pendidikannya dapat
terpenuhi sesuai potensinya masing-masing.
Model ini sama dengan SD terpadu anak tunanetra yang dikembangkan di Indonesia beberapa
waktu yang lalu. Sekarang diperluas muatannya bagi semua jenis berkebutuhan khusus yang
masih termasuk mampu didik. Mereka yang tempat tinggalnya berdekatan dengan SD
tertentu, dimasukkan ke SD tersebut dan belajar bersama dengan anak-anak pada umumnya.
Untuk anak-anak tunanetra, tunagrahita, memerlukan bantuan dan bimbingan khusus. Dalam
hal ini dapat ditempatkan seseorang guru PLB yang mengerti semua jenis kebutuhan khusus.
Selayaknya sseorang sarjana PLB yang diangkat secara khusus di SD tersebut.
Monks dkk. (1988) menuliskan bahwa autistik berasal dari kata “Autos” yang
berarti “Aku”. Dalam pengertian non ilmiah dapat diinterpretasikan bahwa semua
anak yang mengarah kepada dirinya sendiri disebut autistik. Berk (2003) menuliskan
autistik dengan istilah “absorbed in the self” (keasyikan dalam dirinya sendiri). Wall
(2004) menyebutnya sebagai “aloof atau withdraw an” dimana anak-anak dengan
gangguan autistik ini tidak tertarik dengan dunia disekitarnya. Hal yang senada
diungkapkan oleh Tilton (2004) bahwa pemberian nama autistik karena hal ini
diyakini dari “keasyikan yang berlebihan” dalam dirinya sendiri. Jadi, autistik dapat
diartikan secara sederhana sebagai anak yang suka menyendiri/ asyik dengan
dunianya sendiri.
- Pengembangan Komunikasi
Pembinaan perilaku adaptif melalui modifikasi perilaku, pembinaan komunikasi
verbal dan non verbal, terapi okupasi, akademik fungsional, latihan aktivitas
kehidupan sehari-hari dan menolong diri sendiri.
KEBUTUHAN KHUSUS AUTIS
•Pembinaan perilaku adaptif melalui modifikasi perilaku.
•Pembinaan komunikasi verbal dan non verbal.
•Terapi okupasi
•Akademik fungsional
•Latihan aktivitas kehidupan sehari-hari dan menolong diri sendiri
j. Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul
dan mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan
pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-
bakat mereka yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnyadiartikan sebagai
kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar
dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan
menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang.
Sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat
dilakukan dimasa yang akan datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi”
seseorang. Jadi prestasi itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan.
Program khusus yang dapat diberikan kepada anak dengan kategori ini antara lain:
merealisasikan potensi yang ekstra secara penuh dan dibutuhkan percepatan studi
(akselerasi) atau pengayaan bidang studi ketika mereka masih belajar di sekolah.
Daftar Pustaka
Mendidik Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactibity Disorder ) Hal-hal yang Tidak Bisa
Dilakukan Obat
http://10014rip.blogspot.com/2011/04/apa-perbedaan-mainstreaming-dan-inklusi.html?m=1
http://kumpulanmateriplb.blospot.com/2017/03/kelebihansistem-pendidikan-segregasi.html?
m=1
Mangunsong, Frieda. 2001. Psikologi dan Pendidikan Anak berkebutuhan Khusus Jilid
Kedua. Depok
http://blogulvarahmi.blogspot.com/2010/07/mainstreming-pendidikan_21.html
https://eprints.uny.ac.id/9124/3/bab%202%20-04513241025.pdf
https://abcdirga.wordpress.com/2013/04/02/anak-berbakat/
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/ADHD.pdf
http://cerpenik.blogspot.com/2012/04/program-khusus-untuk-tunadaksa-bina.html
http://inklusitunaganda.blogspot.com/2015/11/makalah-inklusi-tunaganda.html
file:///E:/Hellen%20Cecilia/kampus/Ortopedagogik/KUL%20III%20BIDANG
%20GARAPAN%20PENDIDIKAN%20KHUSUS.pdf