“SEDIAAN SUSPENSI”OVER
Dosen Pengampu :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Compounding and Dispending. Pada kesempatan ini, penulis
membahas mengenai sediaan suspensi.
Dalam penyusunan hingga penyelesaian tugas ini, penulis banyak mendapat bantuan
dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terimakasih khususnya kepada Ibu Amelia Febriani,
M.Si.,Apt selaku dosen Compounding and Dispending dan rekan-rekan yang telah memberi
dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas ini tepat
pada waktunya.
Penulis berharap tugas ini dapat memberikan manfaat besar bagi pembacanya. Dan
penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai koreksi untuk tugas
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................................
PENDAHULUAN
Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi
secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang
sangat minimum. . Suspensi juga dapat di artikan sebagai sediaan cair yang mengandung partikel
padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair.
Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan yaitu rasanya yang lebih enak
juga dapat meningkatkan absorpsi obat sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat Selain
itu, ada beberapa alasan lain pembuatan suspensi oral untuk banyak pasien yaitu bentuk cair lebih
disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), mudahnya menelan cairan,
mudah diberikan untuk anakanak juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak.
Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak
menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal
jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel
tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi kembali dengan
sedikit pengocokan saja
Dalam penelitian ini digunakan ibuprofen sebagai obat yang memiliki kelarutan praktis tidak
larut dalam air, merupakan golongan obat anti inflamasi nonsteroid derivat asam propionat yang
mempunyai efek analgetik dan antipiretik
Polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Serbuk gom Arab. Serbuk gom Arab
merupakan bahan pengental suspensi yang efektif karena kemampuannya melindungi koloid.
Konsentrasi Serbuk gom Arab yang digunakan sebagai suspending agent adalah 0,75 %.
1. Uji Organoleptis
Uji organoleptis diamati dengan secara kualitatif apakah sediaan elixir tersebut sudah
sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yang sedap,
tidak ada pertikel yang tidak larut (Utami, 2015).
2. Uji kejernihan
Dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada atau tidak partikel
yang tertinggal maupun tidak larut (Rizal, 2011)
3. Uji Densitas (bobot jenis)
Dengan menggunakan piknometer dengan tahap sebagai berikut langkah pertama
timbang pikno bersih. Kemudian letakkan kaca arloji dan isi dengan sediaan yang
akan diuji. Selanjutnya, masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass
dengan 200 ml air es - > 20˚C. Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar
kapiler dengan kertas saring menyedot sisi ujunga kapiler terus tutp kapiler dengan
tudung cepat-cepat. Biarkan pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno di
laboratorium. Terakhir imbang pikno dengan isinya.
4. Viskositas
Viskometer kapiler / ostwold dengan cara waktu air dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah
diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut. Jika h1 dan h2 masing-
masing adalah viskositas dari cairan yang tidak diketahui dan cairan standar, r1 dan
r2 adalah kerapatan dari masing-masing cairan, t1 dan t2 adalah waktu alir dalam
detik
5. pH
Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter. Berikut tahapanya pertama
diambil sedikit sampel sediaan .Kemudian pH meter ditara dulu dengan buffer
standar pada pH 7, kemudian ditara pada buffer pH 4 karena sediaan yang diharapkan
pada rentan pH 3.6-4.6. Terakhir diukur sampel sediaan dengan pH meter dan
diketahiui hasilnya.
Flokulasi dan deflokulasi adalah peristiwa memisahnya (mengendapnya fase terdisper) antara
fase terdisper dan fase pendisper terjadi dalam rentang waktu yang berbeda. Dimana pada flokulasi
terpisahnya dua fase tersebut lebih cepat dibandingkan dengan deflokulasi. Namun, endapan dari
flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan endapan deflokulasi tidak karena telah terbentuk
caking, hal ini disebabkan oleh ukuran partikel pada suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga
membentuk ikatan antar partikel yang erat dan padat (Ratnasari, 2019).
1. Flokulasi
Partikel TERFLOKULASI adalah terikat lemah,cepat mengendap,mudah tersuspensi
kembali dan tidak membentuk cake. Sediaan obat suspensi flokulasi dapat
dikendalikan dengan : Kombinasi ukuran partikel, Penggunaan Elektrolit untuk
pengontrolan, Penambahan Polimer yang akan mempengaruhi hubungan / Struktur
partikel dalam suspensi, berdasarkan sifat. Partikel sistem flokulasi berbentuk agregat
yang dapat mempercepat terjadinya sedimentasi. Hal ini disebabkan karena setiap
unit partikel dibentuk oleh kelompok partikel sehingga ukurang agregat relatif besar.
Cairan supernatan pada sistem deflokulasi cepat sekali bening yang disebabkan
flokul-flokul yang terbentuk cepat sekali mengendap dengan ukuran yang bermacam-
macam. Suspensi yang baik salah satu cirinya adalah sediaan ini akan mudah
terdispersi kembali setelah dilakukan pengocokan (Flokulasi) (Ratnasari,2019).
2. Deflokulasi
Partikel TERDEFLOKULASI mengendap perlahan dan akhirnya membentuk
sedimen dan terjadi agregasi dan selanjutnya cake yang keras dan sukar tersuspensi
kembali. Dalam sistem deflokulasi, partikel mengendap sindiri-sendiri secara
perlahan tergantung pada jaraknya dari dasar dan perbedaan ukurannya. Partikel akan
menyusun dirinya dan mengisi ruang-ruang kosong saat mengendap dan akhirnya
membentuk sedimen tertutup dan terjadi aggregasi, selanjutnya membentuk cake
yang keras dan sulit terdispersi kembali karena telah terbentuk jembatan kristal yang
merupakan lapisan film yang liat pada permukaan sedimen.Suspensi deflokulasi
tekanannya lebih besar pada dasar wadah, volume sedimentasi yang terbentuk kecil
dan supernatan tampak keruh sehingga terlihat bahwa suspensi lebih stabil.
Pengendapan jenis ini tidak disukai karena akan kesulitan dalam meredispersi sediaan
walaupun sudah dilakukan pengocokan. Sedimentasi terjadi pada partikel dalam
ukuran yang berbeda – beda tergantung pada agregat yang terbentuk. Sedimentasi
pada deflokulasi tidak dapat didispersikan kembali karena endapan deflokulasi telah
terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh ukuran partikel pada suspensi yang
terdeflokulasi sangat kecil, hingga membentuk ikatan antar partikel yang erat dan
padat. sediaan suspensi yang kurang baik adalah apabila endapan yang terjadi pada
suspensi tersebut tidak mudah terdispersi kembali dengan pengocokan dan
membentuk cake yang liat (Deflokulasi) (Ratnasari, 2019).
2.9 Praformulasi
1. Ibuprofen
Mengandung tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C13H18O2,
dihitung terhadap zat anhidrat. Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih;
berbau khas lemah. Kelarutan Sangat mudah larut dalam etanol, metanol, aseton dan
kloroform; sukar larut dalam etil asetat; praktis tidak larut dalam air.
2. Metil Paraben
Metil paraben mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C8H8O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur kecil, tidak
berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar.
3. Asam Sitrat
Berbentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Mengandung tidak
kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C6H8O7, dihitung terhadap zat
anhidrat. Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
halus; putih; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat
mekar dalam udara kering. Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol; agak sukar larut dalam eter
4. Aquadest
Aquadest dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian cairan
jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Keasaman-
kebasaan pada 10 mL ditambahkan 2 tetes larutan merah metil P, tidak terjadi
warna merah. Pada 10 mL tambahan 5 tetes larutan biru bromitimol P, tidak
terjadi warn biru.
DAFTAR PUSTAKA