Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS LIMPASAN PERMUKAAN PADA PETA TATA GUNA LAHAN

DI SALAH SATU WILAYAH KELURAHAN KARANG BESUKI


DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL

Ahmad Habibi, Safira Arum Aryandi, Andhika Ananda Wijaya**,


Ferryati Masitoh, S.Si, M. Si**
(Geografi, Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang)

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel: Abstract: The results of this study aim to analyze the results of the
Dikirim: 11-11-2021 search for rainwater runoff in one area in Karang Besuki Village. The
data analysis technique in this study is to analyze the data on the land
use map and the thickness of the rain in one hour, calculate with the
Rational method, draw conclusions. The results of the study show: 1)
Keywords: Runoff, Rational Seven of the eight existing land use sectors are used as residences,
method, Karang Besuki while one of the eight is only grown by trees. 2) the largest settlement
2
is the seventh sector with an area of 0.0146952 𝑘𝑚 while the
Kata kunci : Limpasan narrowest settlement is the third sector with an area of
permukaan, metode 2
0.0059189 𝑘𝑚 . 3) The results of the calculation using the rational
Rasional, Karang Besuki
method get 0.108877513 𝑚 3/second, with a total land use area of
2
0.0757211 𝑘𝑚 and the thickness of rain in one hour is 2.05.

Abstrak: Hasil dari penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil


dari pencarian limpasan air hujan pada salah satu wilayah di Kelurahan
Karang Besuki. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan
menganalisis data pada peta tata guna lahan dan tebal hujan dalam satu
jam, menghitung dengan metode Rasional, penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan: 1) Tujuh dari delapan sector tata guna
lahan yang ada di gunakan sebagai tempat tinggal (perumahan,
sedangkan satu dari delapan tersebut hanya di tumbuhi pepohonan. 2)
pemukiman terluas adalah sector ketujuh dengan luas sebesar
0.0146952 sedangkan pemukiman tersempit adalah sector ketiga
dengan luas sebesar 0.0059189 𝑘𝑚 2 . 3) Hasil dari perhitungan dalam
menggunakan Metode rasional mendapatkan hasil sebesar
0.5184877513 𝑚 3/detik, dengan jumlah tata guna lahan seluas
0.0757211 𝑘𝑚 2 dan tebal hujan dalam satu jam sebesar 2.05.

Alamat Korespondensi:
Ahmad Habibi
Geografi
Universitas Negeri Malang
E-mail:Ahmad.habibi.2107226@students.um.ac.id
PENDAHULUAN

Sebagai bagian dari daur hidrologi, limpasan permukaan (surface runoff) merupakan
komponen yang sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya debit sungai. Limpasan permukaan
berasal dari bagian curah hujan yang tidak masuk ke dalam tanah, sehingga mengalir di
permukaan. Karakteristik daerah yang berpengaruh terhadap besarnya limpasan air permukaan
antara lain adalah topografi, ordo tanah dan penggunaan lahan atau penutup lahan. Proses
terjadinya limpasan permukaan ketika hujan turun berlangsung terus menerus sampai mencapai
suatu taraf dimana intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah, dan cekungan – cekungan
juga sudah terpenuhi oleh air maka akan terjadi limpasan permukaan. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi terjadinya limpasan permukaan adalah intensitas hujan, topografi, luas daerah
aliran sungai dan tata guna lahan (Soemarno, 2016).
Akan terjadi Bahaya bila besar limpasan melebihi dari kemampuan infiltrasi tanah di daerah
tersebut contohnya berupa banjir dan longsor hal ini tentu saja akan mempengaruhi kehidupan manusia
itu sendiri dari segi ekonomi maupun pada sector lainnya contohnya seperti rusaknya lahan pertanian,
longsor yang merusak rumah-rumah warga di sekitarnya serta masih banyak lagi. Oleh karena itu,
penting untuk kita mengetahui besarnya limpasan pada suatu wilyah untuk melakukan pencegahan
sejak dini sehingga bahaya-bahaya yang disebabkan oleh limpasan permukaan yang melebihi kapasitas
infiltrasi tanahnya pada wilayah itu dapat teratasi.
Dalam mencari besarnya limpasan permukaan bisa dilakukan dengan dua cara pertama yaitu
dengan memprediksi limpasan permukaan atau mengukur secara langsung dilapangan dengan
pembuatan plot. Pada praktikum kali ini kita mencari besaran limpasan dengan cara memprediksi
limpasan permukaan dengan metode rasional. metode rasional merupakan metode untuk menghitung
debit limpasan, debit sungai dan debit banjir, Parameter yang di butuhkan yaitu koefisien limpasan,
intensitas hujan dan luas daerah aliran sungai. Salah satu parameter dari intensitas hujan membutuhkan
waktu konsentrasi (tc) (Asdak.2014)
Tujuan pada praktikum kali ini yaitu untuk memahami konsep limpasan permukaan serta
memahami koefisien limpasan permukaan berdasarkan penggunaan lahannya dan mengetahui cara
pengukuran besar limpas permukaannya dengan memprediksinya menggunakan metode rasional, Oleh
karena itu dilakukan pengukuran curah hujan untuk mendapatkan data yang akan dilakukan di wilayah
Kelurahan Karang Basuki Kabupaten Malang.
Intensitas curah hujan adalah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan atau volume
hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan yang terkonsentrasi (Wesli,
2008).dan curah hujan setiap wilayah berbeda-berbeda mulai dari lamanya hujan sendiri seta frekuensi
terjadinya hujan itu sendiri, hal ini lah yang nantinya akan berpengaruh pada hasil penelitian kami dan
tentunya kami akan memfokuskan pengukuran curah hujan diwilayah kelurahan karang Basuki sendiri.
Tak hanya itu kami juga perlu melihat luas wilayah dari kelurahan Karang Basuki sendiri serta
penggunaan lahannya dikarenakan kepadatan lahan serta luasnya lahan penyerapan juga berpengaruh
terhadap besarnya limpasan permukaan di wilayah Kelurahan Karang Basuki sendiri.
Sehingga diharapkan penilitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat karang
Basuki untuk melakukan pencegahan awal sehingga akan terhindar dari bahaya-bahaya limpasan
permukaan yang akan menyebabkan bencana dan kerugian diwilayah tersebut, dan diharapkan juga
dapat menambah ilmu pengetahuan tentang limpasan permukaan bagi para siswa atau mahasiswa
METODE
Penelitian ini menggunakan metode Rasional, metode Rasional merupakan pemodelan
hidrologi sederhana yang sering digunakan untuk mengestimasi debit puncak suatu DAS. Pada
penelitian ini menggunakan data wilayah dari daerah Malang yaitu di Kelurahan Karang Basuki,
pengambilan data tebal hujan pada tanggal 4 November 2021 pukul 16.00-17.00 WIB untuk
dianalisis dengan menggunakan metode rasional.
Metode Rasional membutuhkan gambaran citra satelit untung menentukan kepadatan
wilayah Kelurahan Karang Basuki, setelah itu untuk menentukan skala dengan menentukan
pengukuran jarak skala pada peta dan merubahnya pada ukuran jarak sebenarnya.
Kepadatan wilayah juga sangat berpengaruh terhadapap besarnya limpasan di wilayah
tersebut oleh karena itu setelah melihat citra satelit wilayah Karang Basuki, kita juga harus
menentukan wilayah-wilayah yang padat dan sedikit vegetasi dengan wilayah wilayah yang masih
banyak vegetasi. Menurut Schwab et al pada tahun 1981 koefisien limpasan rata rata ( C ) di
pengarihu oleh Faktor laju infiltrasi tanah, tanaman penutup dan intensitas hujan. Frekwensi
terjadinya hujan mempengaruhi debit air dalam DAS. Perhitungan koefisien limpasan tiap sub
DAS yang memiliki lebih dari satu jenis tata guna lahan menggunakan rumus koefisien limpasan
rata-rata tertimbang sebagai berikut:
∑𝒏=𝟏 𝑨𝒏 . 𝑪𝒏
𝑪𝒓 =
𝑨𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝑪𝒓 : koefisien limpasan rata-rata tertimbang
An : luas lahan pada tata guna lahan (ha)
𝑨𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 : luas lahan total (ha)
𝐶𝑛 : nilai koefisien limpasan pada tata guna lahan.
Dan berikut merupakan klasifikasi koefisien limpasan dalam penggunaan lahan.
Tabel 1.0 Koefisien Limpasan Dalam Penggunaan Lahan
Tipe Daerah Koefisien
no
Tangkapan Limpasan ( C )
1 Lapangan Berumput
a. Tanah Berpasir 0,10 - 0.15
b. Tanah Berat 0,25 - 0.35
2 Daerah Usaha di kampung 0,50 - 0.70
3 Daerah pemukiman 0,30 - 0.50
4 Taman, kuburan 0,10 - 0.25
5 Tempat bermain 0,20 - 0.40
6 Daerah tidak terbangun 0,10 - 0.30
7 Jalan
a. Jalan Aspal 0,70 - 0.95
b. Jalan Kerikil 0,15 - 0.35
c. Tidak diperkeras 0,10 - 0.30
8 Atap Genteng 0,30 - 0.50
9 Daerah Berhutan Baik 0,10 - 0.25
10 Tanah Lapang
a. Berpasir, datar 2% 0.05 -0.10
b. Berpasir, agak datar 2-7% 0.10-0.15
c. Berpasir, miring 7% 0.15-0.20
d. Tanah berat, datar 2% 0.13-0.17
e. Tanah berat, agak datar 2-7% 0.18-0.22
f. Tanah berat, miring 7% 0.25-0.35
11 Tanah Pertanian
a. Tanah kosong
- Rata 0.30-0.60
- Kasar 0.20-0.50
b. Ladang garapan
- Tanah berat tanpa vegetasi 0.30-0.60
- Tanah berat dengan vegetasi 0.20-0.50
- Berpasir tanpa vegetasi 0.20-0.25
- Berpasir dengan vegetasi 0.10-0.25
c. Padang rumput
- Tanah berat 0.15-0.45
- Berpasir 0.05-0.25
d. Hutan/bervegetasi 0.05-0.25

Dalam mencari debit maksimum dengan menggunakan metode Rasional memerlukan


Pengambilan data tebal hujan menggunakan wadah slindrer dengan selimut yang sejajar lalu di
biarkan sesaat di luar ruangan selama satu jam penuh (I) agar wadah slinder tersebut dapat terisi
dengan air hujan. Setelah itu di hitung R24nya dalam menentukan tebal hujan dengan satu jam
penuh.

𝑪𝑰𝑨
𝑸𝒓 = = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖 . 𝑪𝑰𝑨
𝟑, 𝟔

Dengan:
Qr = debit maksimum (m3/detik)
I = intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam) =
C = koefisien run off
A = Luas DAS (km2)
HASIL DAN PEMBAHASAN

 Peta Tata Guna Lahan


Berikut ini merupakan peta daerah yang di gunakan dalam penelitian limpasan permukaan dengan
metode Rasional, peta tersebut merupakan salah satu tempat anggota dari penelitian ini tinggal, tempatnya
yaitu berada pada Kecamatan Sukun, Kelurahan Karang Besuki, Malang.

Gambar 1.0 Peta tata guna lahan Gambar 1.1 Peta perhitungan luas tata guna lahan

Pada gambar peta 1.0 memiliki skala 1:1428.57 dan terdiri dari delapan sector yang di teliti dalam
penelitian ini, dari sector kesatu sampai dengan sector ketujuh diklasifikasikan penggunaan lahannya di
gunakan sebagai tempat tinggal (pemukiman) lalu sector kedelapan tidak di tempatkan bangunan apapun
disana melainkan hanya di tumbuhi vegetasi-vegetasi saja yang ada di sector tersebut.
 Luas Daerah Tata Guna Lahan dan Koefisien Limpasan
Tabel 1.1 Klasifikasi sektor peta tata guna lahan dan perhitungan limpasannya
Luas ( A )
Penggunaan Tipe Daerah Koefisien C
Kotak x Skala
lahan Tangkapan Limpasan ( C ) Komposit
(km²)
Pemukiman Sektor 1 Daerah pemukiman 0.5 0.0089804 0.0044902
Pemukiman Sektor 2 Daerah pemukiman 0.5 0.0069394 0.0034697
Pemukiman Sektor 3 Daerah pemukiman 0.5 0.0059189 0.00295945
Pemukiman Sektor 4 Daerah pemukiman 0.5 0.0071435 0.00357175
Pemukiman Sektor 5 Daerah pemukiman 0.5 0.0108173 0.00540865
Pemukiman Sektor 6 Daerah pemukiman 0.5 0.0144911 0.00724555
Pemukiman Sektor 7 Daerah pemukiman 0.5 0.0146952 0.0073476
Bervegetasi Sektor 8 Bervegetasi 0.25 0.0057148 0.0014287
Jalanan Jalan aspal 0.95 0.0010205 0.00096948
Jumlah 0.0757211 0.03689108
Luas persektor di hitung dengan menggunakan kertas millimeter block, dapat di lihat pada peta 1.1
merupakan peta perhitungan luas persektor, dari semua sector yang telah diklasifikasikan sebagai
penggunaan lahan yang di gunakan sebagai tempat tinggal (pemukiman) terluas adalah sector ketujuh
dengan luas sebesar 0.0146952 𝑘𝑚 2 , sedangkan lahan yang di gunakan sebagai tempat tinggal
(pemukiman) kersempit adalah sector ketiga dengan luas sebesar 0.0059189 𝑘𝑚 2 . Lalu untuk luas
perhitungan sector secara penyeluruhan, sector kedelapan merupakan sekor tersempit daripada sector-
sector lainnya dengan luas 0.0057148 𝑘𝑚 2 . Untuk luas sector-sektor lainnya dapat di lihat pada table 1.1.
Koefisien limpasan ditentukan tergantung dengan tipe lahan yang di menutupi lahan tersebut, dapat
di lihat pada table 1.0 koefisien limpasan terbesar tercatat pada penggunaan lahan sebagai jalan aspal,
sedangkan koefien limpasan terkecil tecatat pada vegetasi sector 8 karena lahan tersebut hanya di tumbuhi
dengan pepohonan.

 Perhitungan Metode Rasional


Metode rasional banyak digunakan untuk memperkirankan debit puncak yang ditimbulkan oleh
hujan deras pada daerah tangkapan (DAS) kecil (Polar,2013). Dalam metode ini menggunakan
data tebal hujan dalam satu jam, koefisien limpasan, dan menggunakan luas wilayah tersebut.
Hanya saja dalam metode rasional membutuhkan untuk mencari data tebal hujan dalam satu jam
dahulu, setelah itu data tersebut dapat di gunakan untuk mencari debit puncak. Hasil dari
perhitungan penelitian ini dalam menggunakan Metode rasional limpasan air sesaat mendapatkan
hasil sebesar 0.1795229989 𝑚3/detik, berata-rata koefisien limpasan 2.05, dengan jumlah tata guna
lahan seluas 0.0757211 𝑘𝑚 2 dan tebal hujan dalam satu jam sebesar 4.160167646 mm/jam.

KESIMPULAN
Analasisi ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar nilai limpasan air hujan dengan
menggunakan metode Rasional di salah satu wilayah Kelurahan Karang Besuki dengan menggunakan tebal
hujan dalam satu jam dan dengan menggunakan peta tata guna lahan wilayah tersebut. Berdasarkan kajian
teori dan pengolahan data serta pembahasan yang telah di lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

 Tujuh dari delapan sector tata guna lahan yang ada di gunakan sebagai tempat tinggal (perumahan),
sedangkan satu dari delapan tersebut hanya di tumbuhi pepohonan

 Hasil dari perhitungan luas tata guna lahan pada salah satu wilayah Kelurahan Karang Besuki sebagai
tempat tinggal (pemukiman) terluas adalah sector ketujuh dengan luas sebesar 0.0146952 𝑘𝑚 2 ,
sedangkan lahan yang di gunakan sebagai tempat tinggal (pemukiman) kersempit adalah sector ketiga
dengan luas sebesar 0.0059189 𝑘𝑚 2. Lalu untuk luas perhitungan sector secara penyeluruhan, sector
kedelapan merupakan sekor tersempit daripada sector-sector lainnya dengan luas 0.0057148 𝑘𝑚 2 .

 Hasil dari perhitungan dalam menggunakan Metode rasional limpasan air sesaat pada salah satu
wilayah Kelurahan Karang Besuki mendapatkan hasil sebesar 0.1795229989 𝑚 3/detik, dengan jumlah
tata guna lahan seluas 0.0757211 𝑘𝑚 2 , berata-rata koefisien limpasan 2.05 dan tebal hujan dalam satu
jam sebesar 4.160167646 mm/jam.
DAFTAR RUJUKAN

Palar,T,R., 2013. STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL


CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA.

Asdak. 2014. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Soemarno, M.S.R. 2016. Pengelolaan Lahan untuk Kebun Kopi. Penerbit Gunung Samudera.
Malang.

Wesli, 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Schwab, G.O., R.K. Frevert, T.W. Edmister and K.K. Barnes. 1981. Soil and Water
Conservation Engineering. Third Edition. John Wiley & Sons, Inc., Canada.
LAMPIRAN

Tabel 1.0 Koefisien Limpasan Dalam Penggunaan Lahan


Tipe Daerah Koefisien
no
Tangkapan Limpasan ( C )
1 Lapangan Berumput
a. Tanah Berpasir 0,10 - 0.15
b. Tanah Berat 0,25 - 0.35
2 Daerah Usaha di kampung 0,50 - 0.70
3 Daerah pemukiman 0,30 - 0.50
4 Taman, kuburan 0,10 - 0.25
5 Tempat bermain 0,20 - 0.40
6 Daerah tidak terbangun 0,10 - 0.30
7 Jalan
a. Jalan Aspal 0,70 - 0.95
b. Jalan Kerikil 0,15 - 0.35
c. Tidak diperkeras 0,10 - 0.30
8 Atap Genteng 0,30 - 0.50
9 Daerah Berhutan Baik 0,10 - 0.25
10 Tanah Lapang
a. Berpasir, datar 2% 0.05 -0.10
b. Berpasir, agak datar 2-7% 0.10-0.15
c. Berpasir, miring 7% 0.15-0.20
d. Tanah berat, datar 2% 0.13-0.17
e. Tanah berat, agak datar 2-7% 0.18-0.22
f. Tanah berat, miring 7% 0.25-0.35
11 Tanah Pertanian
a. Tanah kosong
- Rata 0.30-0.60
- Kasar 0.20-0.50
b. Ladang garapan
- Tanah berat tanpa vegetasi 0.30-0.60
- Tanah berat dengan vegetasi 0.20-0.50
- Berpasir tanpa vegetasi 0.20-0.25
- Berpasir dengan vegetasi 0.10-0.25
c. Padang rumput
- Tanah berat 0.15-0.45
- Berpasir 0.05-0.25
d. Hutan/bervegetasi 0.05-0.25
Tabel 1.1 Klasifikasi sektor peta tata guna lahan dan perhitungan limpasannya
Luas ( A )
Penggunaan Tipe Daerah Koefisien C
Kotak x Skala
lahan Tangkapan Limpasan ( C ) Komposit
(km²)
Pemukiman Sektor 1 Daerah pemukiman 0.5 0.0089804 0.0044902
Pemukiman Sektor 2 Daerah pemukiman 0.5 0.0069394 0.0034697
Pemukiman Sektor 3 Daerah pemukiman 0.5 0.0059189 0.00295945
Pemukiman Sektor 4 Daerah pemukiman 0.5 0.0071435 0.00357175
Pemukiman Sektor 5 Daerah pemukiman 0.5 0.0108173 0.00540865
Pemukiman Sektor 6 Daerah pemukiman 0.5 0.0144911 0.00724555
Pemukiman Sektor 7 Daerah pemukiman 0.5 0.0146952 0.0073476
Bervegetasi Sektor 8 Bervegetasi 0.25 0.0057148 0.0014287
Jalanan Jalan aspal 0.95 0.0010205 0.00096948
Jumlah 0.0757211 0.03689108

Gambar 1.0 Peta tata guna lahan Gambar 1.1 Peta perhitungan luas tata guna lahan

∑𝒏=𝟏 𝑨𝒏 . 𝑪𝒏
𝑪𝒓 =
𝑨𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍
𝑪𝒓 : koefisien limpasan rata-rata tertimbang
An : luas lahan pada tata guna lahan (ha)
𝑨𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 : luas lahan total (ha)
𝐶𝑛 : nilai koefisien limpasan pada tata guna lahan.
Dan berikut merupakan klasifikasi koefisien limpasan dalam penggunaan lahan.
𝑪𝑰𝑨
𝑸𝒓 = = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖 . 𝑪𝑰𝑨
𝟑, 𝟔

Dengan:
Qr = debit maksimum (m3/detik)
I = intensitas curah hujan selama konsentrasi (mm/jam) =
C = koefisien run off
A = Luas DAS (km2)

Perhitungan

𝟎. 𝟎𝟕𝟓𝟕𝟐𝟏𝟏
𝑪𝒓 = = 𝟐, 𝟎𝟓
𝟎. 𝟎𝟑𝟔𝟖𝟗𝟏𝟎𝟖

𝑸𝒓 = 𝟎, 𝟐𝟕𝟖 . 𝟐, 𝟎𝟓 . 𝟎, 𝟎𝟕𝟓𝟕𝟐𝟏𝟏. 𝟒, 𝟏𝟔𝟎𝟏𝟔𝟕𝟔𝟒𝟔 = 𝟎. 𝟏𝟕𝟗𝟓𝟐𝟐𝟗𝟗𝟖𝟗

7,3 : 10000 = 1 : 1428.57

Anda mungkin juga menyukai