Anda di halaman 1dari 15

PANJI KEADILAN

Universitas Muhammadiyah Bengkulu


P-ISSN : 2599-1892
E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1, Januari 2019
PERJANJIAN BAGI HASIL PENGELOLAAN PERKEBUNAN KARET ANTARA
PEKERJA DAN PEMILIK KEBUN KARET
(STUDI KASUS DI DESA KARYA BAKTIK, KECAMATAN MARGA SAKTI,
KABUPATEN BENGKULU UTARA)

AHMAD SODIK
Ahmad.sodik@gmail.com
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF BENGKULU

ABSTRAK

Perjanjian kerjasama pengolahan kebun karet kerap dilakukan oleh masyarakat Desa
Karya Bakti dengan alas an saling membantu masyarakat yang ingin bekerja namun tidak
memiliki lahan perkebunan sendiri. Akan tetapi dalam pelalaksanaannya sering timbul
hambatan yang disebabkan oleh para pihak. Kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai system perjanjian dibawah tangan membuat masyarakat tidak mengetahui
kerugian yang ditimbulkan,karena mereka masih memiliki ikatan system kekeluargaan
yang sangat erat yang dirasa menjadikan perjanjian yang mereka lakukan adalah benar,
meskipun lemah dimata hukum. Penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian
empiris dengan pendekatan deskriftif kualitatif. Dari hasil penelitian yang dilakukan
dapat ditarik kesimpulan bahwa hak dan kewajiban para pihak tidak jelas karena masih
menggunakan sistem perjanjian dibawah tangan yang dilandasi sifat kekeluargaan dan
saling percaya.Untuk pemenuhan prstasi masing-masing antar pihak telah terpenuhi,
tetapi masih adanya ditemukan hambatan atau kendala yang timbul.Selain itu juga
karena faktor perjanjian yang dilakukan bersifat lemah hukum, segala sesuatu yang
terjadi jika adanya sengketa atau masalah dikembalikan kesistem kekeluargaan
menggunakan musyawarah desa.Adapun penyelesaian sengketa atau salah faham
dihadiri oleh ketua adat desa, kepala desa, perangkat desa, dan kedua belapihak yang
bersangkutan.

Kata Kunci : Perjanjian Bagi Hasil, Kerjasama, Pengolahan

ABSTRACT

The rubber plantation processing agreement is often carried out by the Karya Bakti
Village community with the reason of helping each other who want to work but do not
own their own plantation. However, in the implementation there are often obstacles
caused by the parties. Lack of public knowledge about the agreement system under the
hands makes people do not know the losses caused, because they still have a very close
kinship system which is felt to make the agreement they are doing right, even though
weak in the eyes of the law. The research was conducted using a type of empirical
research with a qualitative descriptive approach. From the results of the research carried
out, it can be concluded that the rights and obligations of the parties are unclear
because they still use a system of agreements under the hands that are based on the
nature of kinship and mutual trust. arises.In addition, due to the factors of the
agreement carried out are weak in law, everything that happens if there is a dispute or
Panji Keadilan 357
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

problem is returned to the family system using village deliberation.As for the settlement
of disputes or misunderstandings attended by the chairman of the village custom, the
village head, village officials, and second the party concerned.
Keywords: Production Sharing Agreement, Cooperation, Processing
PENDAHULUAN primer, sekunder dan tersier.
Tolong menolong dalam Kebutuhan primer bisa berupa
bahasa Arabnya adalah ta’awun. sandang, pangan, papan. Sedangkan
Sedangkan menurut istilah, kebutuhan sekunder dan kebutuhan
pengertian ta’awun adalah sifat tersier merupakan faktor pendukung
tolong menolong diantara sesama lainnya.
manusia dalam hal kebaikan dan
Dalam memenuhi kebutuhan
takwa. Dalam ajaran Islam, tolong
hidupnya, manusia akan
menolong merupakan kewajiban
membutuhkan biaya sehingga untuk
setiap muslim. Sudah semestinya
mendapatkan biaya hidup dan
konsep tolong menolong ini dikemas
memenuhi kebutuhan hidup tersebut,
sesuai dengan syariat Islam, dalam
manusia perlu bekerja. Pekerjaan
artian tolong menolong hanya
tersebut dapat beupa bertani,
diperbolehkan dalam kebaikan dan
berdagang, maupun pekerjaan
takwa, dan tidak diperbolehkan
lainnya yang dapat menghasilkan
tolong menolong dalam hal dosa
uang untuk memenuhi kebutuhan
atau permusuhan.
hidup mereka.Pekerjaan itu sendiri
Seperti halnya dalam tergantung oleh faktor tempat tinggal.
kehidupan sehari-hari, manusia tidak Seperti masyarakat kota yang
pernah terlepas dari orang lain, cenderung bekerja disuatu
karena kodratnya manusia diciptakan perusahaan atau instalasi. Masyarakat
untuk saling berinteraksi, yang berada di daerah tepi pantai
bermasyarakat serta dapat saling cenderung bekerja sebagai nelayan.
tolong menolong tanpa terkecuali Sedangkan masyarakat yang berada
dalam memenuhi kebutuhan hidup. dipedesaan,mayoritas pekerjaannya
Kebutuhan hidup manusia sendiri adalah petani.
terdiri dari 3 bagian, yaitu kebutuhan
Ahmad Sodik 358
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

Hubungan yang memiliki akibat bahwa suatu hukum terbentuk karena


hukum adalah adanya perikatan atau seseorang yang berjanji kepada
perjanjian dan karena Undang- orang lain untuk melakukan suatu
undang. Untuk melakukan suatu hal. Dalam hal ini, kedua belapihak
perikatan atau perjanjian haruslah saling menyetujui pelaksaan ataupun
ada persetujuan antara kedua pihak, keputusan yang hanya bersifat
baik itu orang perorangan, orang sebelah pihak2.
dengan badan hukum, maupun antara
badan hukum dengan badan hukum.
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan suatu Jenis penelitian yang digunakan
perjanjian haruslah ada yang dalam penelitian ini adalah empiris
namanya suatu jaminan yang harus Penelitian empiris adalah suatu
disepakati. Jaminan bisa berupa keadaan yang berdasarkan pada
apapun yang sesuai dengan kejadian nyata yang pernah
kesepakatan, ini dimaksudkan agar dialami.Kejadian tersebut bisa
tidak terjadi suatu hal yang didapatkan melalui penelitian,
merugikan antara pihak satu dengan observasi, ataupun eksperimen. Dalam
pihak yang lain1. penelitian empiris, biasanya
menganndalkan panca indra untuk
Sedangkan perjanjian kerja
membuktikan dan menganalisanya,
adalah suatu perjanjian di mana pihak
yang merupakan penelitian terhadap
yang satu, buruh, mengikat diri untuk
bagaimana hukum yangdijalankan
bekerja pada pihak yang lain,
dilapangan 3.
majikan, selama suatu waktu tertentu
Dijelaskan bahwa penelitian
dengan menerima upah. Hukum
hukum sosiologis atau empiris
perjanjian merupakan sutu hukum
memandang bukan sebagai fenomena
yang terbentuk akibat adanya suatu
social (yang berbeda dengan hukum
pihak yang mengikatkan dirinya pada
pihak lain atau dapat juga dikatakan
2
FX. Djumialdji. 1992. Perjanjian Kerja.
Jakarta
1 3
L.J.Van Alpendoorn.2005.Pengantar Zainuddin.Ali. 2014. Metode
ilmu hukum.Pradaya Paramitha.Jakarta Penelitian.Sinar Grafika. Jakarta
Panji Keadilan 359
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

normatif yang memandang hukum Dalam perjanjian tersebut


sebagai norma-norma positif di dalam juga tidak mengatur atau
sistem UU bukan nasional), dengan membahas tentang sanksi yang akan
pendekatan strukturaldan dikenakan apabila nantinya terdapat
umumnyaterkualifikasi sengketa atau muncul suatu
(kualitatif).Penelitian kualitatif permasalahan dikemudian hari, hanya
langsung mengarah pada keadaan saja disebutkan dalam surat perjanjian
dan pelaku-pelaku tanpa tersebut, apabila nanti terdapat
mengurangi unsur-unsur yang sengketa,maka permasalahan tersebut
terkandung di dalamnya. akan diselesaikan secara kekeluargaan
saja.Menuruthasil wawancara dengan
PEMBAHASAN
ketua adat bapak Jayadi, beliau
Bagaimana Bentuk perjanjian
dalam sistem pembagian hasil mengatakan bahwa jika ada diantara
antara pekerja dan pemilik kebun mereka melanggar perjanjian, baik
karet di desa Karya Bakti
kecamatan Marga sakti kabupaten pekerja ataupun pemilik lahan
Bengkulu Utara perkebunan maka akan diberikan
Bentuk perjanjian bagi hasil sanksi berupa teguran, namun jika
pengelolahan perkebunan karet yang tetap tidak diindahkan, sanksi bisa
ada di desa Karya Bakti, bentuknya berubah menjadi berakhirnya
tertulis tetapi perjanjian yang dibuat perjanjian tersebut karena hal yang
disini termasuk dalam bentuk disengaja.
perjanjian dibawah tangan, karena
Berdasarkan wawancara yang
tidak dibuat didepan pejabat yang
dilakukan dengan kepala desa karya
berwenang yaitu notaris. Karena
Bakti, Bapak Gunawan, beliau
perjanjian yang dibuat hanya antara
menjelaskan bahwa bentuk perjanjian
kedua belah pihak saja, walaupun
pengolaan lahan perkebunan karet
demikian mereka juga menjunjung
ini memang tertulis tapi perjanjian
adat istiadat setempat dan juga tetap
ini tidak sepenuhnya dipakai, artinya
memperhatikan asas kekeluargaan
selain isi dari perjanjian ini mereka
dalam membuat perjanjian tersebut.
masih menggunakan adat kebiasaan
Ahmad Sodik 360
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

yang ada di desa Karya Bakti ini. bidang perekonomian khususnya


Selain karena kesepakatan yang ada dalam bidang pertanian.
dalam surat perjajian. Dengan demikian perjanjian
yang dibuat secara tertulis ataupun
Berdasarkan wawancara yang
tidak tertulis itu sudah mengikat bagi
dilaukan dengan pekerja sadap,
mereka yang membuat perjanjian
yaitu Bapak Slamet, dalam perjanjian
tersebut. Hanya saja jika perjanjiannya
bagi hasil pengelolahan lahan kebun
dalam bentuk tertulis akan lebih
karet ini, terjadi karena beberapa
mudah untuk difahami dan juga
faktor yang mendukung kepercayaan
memiliki kekuatan hukum.
antara kedua belah pihak dalam
melakukan perjanjian yaitu : Berdasarkan keterangan
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
1. Saling membutuhkan satu sama
efektivitas UU No 2 Tahun 1960
lain ;
tentang perjanjian bagi hasil belum
Disini para pihak bekerjasama
begitu dapat diterapkan di desa Karya
karena ada kepentingan yang sama
Bakti karena masih banyak yang
karena manusia tidak dapat hidup
belum menggunakan perjanjian
sendiri, dan pasti membutuhkan
perjanjian tertulis. Pelaksanaan
orang lain, sehingga terjadi
perjanjian bagi hasil antara pekerja
perjanjian tersebut.
sadap dan pemilik lahan perkebunan
2. Karena rasa tolong menolong;
karet yang dilakukan di desa Karya
Bagi mereka, tolong menolong
Bakti tersebut menjelaskan bahwa
adalah sifat utama yang harus
pekerja sadap sebagai pihak
dimiliki dalam diri suatu
penggarap diperbolehkan untuk
masyarakat, karena itu pula
menyadap lahan perkebunan karet
perjanjian ini dilakuka.
dengan cara bagi hasil dengan pemilik
3. Mempunyai tujuan yang sama;
lahan perkebunan itu sendiri. Menurut
Baik pekerja sadap, ataupun
UU No.2 tahun 1960 pada bab II
pemilik lahan perkebunan karet
tentang penggarap, yaitu pada pasal 2
tersebut memiliki tujuan yang sama
ayat 1. Oleh karena itu, peneliti
yaitu untuk mensejahterakan dalam
Panji Keadilan 361
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

menekankan pada bentuk perjanjian suatu asas hukum dalam hukum


bagi hasil yang dibuat dalam bentuk kontrak yaitu asas
tertulis. Dimana mengenai perjanjian keseimbangan.Dalam suatu perjanjian,
bagi hasil pengelolahan lahan hak dan kewajiban para pihak menjadi
perkebunan karet itu sendiri,sudah suatu tolak ukur apakah perjanjian
diatur dalam UU No.2 Tahun 1960 tersebut dilakukan secara seimbang
tentang bagi hasil. Akan tetapi, atau tidak. Berdasrkan perjanjian yang
msyarakat belum terlalu memahami telah disepakati oleh kedua belapihak
tentang perjanjian pembagian hasil secara umum pelaksanaannya adalah
yang seharusnya. Dalam pembuatan sebagai berikut :
perjanjian bagi hasil ini, ada
1. Mengenai pembelian pupuk dan
ketentuan yang yang harus
penyediaan alat-alat
disepakati atau dibuat oleh kedua
pihak : Dalam hal pembelian pupuk dan
alat-alat yang diperlukan untuk
1. Dalam hal perjanjian ini,
mengelolah perkebunan karet
pemilik lahan perkebunan
merupakan tanggung jawab dari
karet memberikan modal seperti
pemilik lahan perkebunan.
lahan kebun karet yang siap
Menurut wawancara yang
digarap, alat sadap,pupuk, dan
dilakukan dengan bapak
kebutuhan perawatan kebun
M.Nasyikin, beliau mengatakan
karet.
bahwa penyediaaan alat-alat
2. Nantinya apabila perkebunan karet
seperti pemotong rumput,pisau
tersebut berhasil,maka hasilnya
sadap,cuka dan pupuk
dibagi 2 (50:50).
merupakan tanggung jawab dari
Konsep keseimbangan begitu
pemilik lahan perkebunan karet.
penting dalam penyusunan suatu
Untuk pemberian pupuk, biasanya
kontrak, karena tahapan inilah yang
dilakukan 2 kali dalam setahun atau
menjadi dasar dalam pemenuhan
tiap 6 bulan sekali.
hak dan kewajiban (prestasi).Konsep
keseimbangan dituangkan menjadi
Ahmad Sodik 362
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

2. Mengenai perawatan kebun bagi hasil pengelolahan kebun


Dalam hal perawatan kebun karet antara pekerja dan pemilik
merupakan tanggung jawab oleh kebun karet di Desa Karya
pengelolah kebun, dalam hal ini Bakti ini sesuai dengan isi
dilakukan oleh penyadap karet perjanjian yang telah mereka
yaitu bapak Slamet. Menurut hasil sepakati bersama. Sistem
wawancara,beliau mengatakan perjanjian yang diterapkan dalam
bahwa perawatan perlu dilakukan perjanjian ini adalah tergantung
agar perkembangan pohon karet pada jumlah hasil panen yang di
baik dan mampu meningkatkan dapatkan oleh pekerja,tentunya
hasil getah yang banyak. Termasuk sebelum dibagi kepada pemilik
dalam hal pemupukan merupakan kebun karet antara kedua
tanggung jawab yang beliau bela pihak menyetujui jumlah
kerjakan. pembagian dengan jumlah 50 %
3. Mengenai pemilik lahan untuk pekerja dan 50 % untuk
perkebunan ikut mengawasi pemilik kebun karet dengan luas
pengolahan kebun karet kebun karet yang ada yaitu lebih
Dalam hal pengawasan oleh kurang 1,5 Hektar.
pemilik kebun, ada sebagian
Dalam hal ini, tentu terlihat
pemilik kebun yang terkadang
jelas mengenai pembagian hasil
masih ikut dalam merawat
pengelolaan kebun karet bahwa
perkebunan seperti ikut
hasil yang diperoleh oleh pekerja
mengambil hasil panen,
dan pemilik lahan kebun karet
namun ada juga pemilik
yaitu seimbang.Dengan demikian,
kebun yang menyerahkan
antara kedua belapihak saling
sepenuhnya kepada penyadap.
menguntungkan. Apabila salah
4. Mengenai pembagian hasil satu belapihak merasa
Pada dasarnya, sistem dirugikan,maka perjanjian bagi
pembagian hasil yang akan hasil dapat berakhir sesuai
diterapkan dalam suatu perjanjian kesepakatan.
Panji Keadilan 363
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

5. Mengenai hal-hal diluar kendali Menurut hasil wawancara


Mengenai hal-hal yang dengan Bapak Slamet selaku pekerja
diluar kendali seperti hasil sadap sadap karet, beliau menjelaskan
yang dicuri, getah karet yang bahwa hambatan itu biasanya timbul
tidak sesuai target dan lain dari pemilik lahan perkebunan yang
sebagainya yang terjadi diluar terlambat dalam mengirimkan pupuk
kendali merupakan tanggung untuk pohon karet, sehingga
jawab kedua belah pihak. pengelolah juga terlambat melakukan
pemupukan, hasilnya bahwa dengan
Apa Faktor-faktor
penghambatan dalam terjadinya keterlambatan memupuk
pelaksanaan perjanjian menyebabkan hasil sadap atau getah
pengelolaan perkebunan karet
antara pekerja dan pemilik lahan yang diperoleh juga menurun. Dalam
perkebunan di Desa Karya Bakti hal ini, pemilik lahan perkebunan tidak
Kecamatan Marga Sakti
Kabupaten Bengkulu Utara mengetahui penyebab terjadinya hasil

Dalam pelaksanaan perjanjian sadap yang tidak sesuai target.

tentu akan ada hambatan-hambatan Sedangkan hasil wawancara


yang pasti ditimbulkan, baik dari
dengan bapak M. Nasyikin selaku
penggarap maupun pihak pemilik
pemilik lahan, beliau menuturkan
kebun karet. Hambatan menjadi hal
bahwa faktor penghambat itu sendiri
yang tidak dapat dihindari karena
ditimbulkan dari pengelolah lahan
perjanjian sendiri menyangkut dua
perkebunan karet.Beliau menjelaskan
pihak. Sehingga, akan berpotensi
bahwa pekerja atau pengelolah lahan
untuk timbulnya kendala. Begitu pula
perkebunan karet sering terlambat
dalam pelaksanaan perjanjian
dalam memberikan laporan hasil sadap
pengelolahan kebun karet yang
dalam setiap minggu.
dilakukan antara Bapak M.Nasyikin
dan Bapak Slametdi Desa Karya Bakti Ada 2 hambatan yang tak
terduga yang terjadi tanpa keinginan
Kecamatan Marga Sakti Kabupaten
kedua belah pihak menurut pemilik
Bengkulu Utara.
lahan kebun karet dan pekerja, yaitu :
Ahmad Sodik 364
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

1. Hambatan yang pertama adalah menurut analisis peneliti adalah


terjadi ketika musim hujan yang sebagai berikut :
berkepanjangan yang bisa merusak
hasil panen sadap karet. Dimana
1. Perjanjian harusnya dilakukan
biasanya jumlah panen sadap karet
secara rinci dengan persyaratan
dapat menurun drastis dan jauh dari
yang harus disepakati oleh kedua
target.
belah pihak.
2. Hambatan yang kedua adalah
terjadinya hilang hasil sadap karet 2. Pihak pengelolah lahan

yang masih didalam mangkok yang perkebunan harusnya memberikan

dimakan oleh sapi, hal ini juga laporan hasil sadap setiap minggu

terkadang menimbulkan kendala tanpa keterlambatan, agar tidak

yang berpotensi membuat hasil menimbulkan kecurigan pemilik

panen sadap karet yang menurun, lahan terhadap hasil penjualan.

namun tidak separah penurunan 3. Disarankan kepada pemilik lahan


hasil panen dikarenakan hujan, perkebunan dan pengelolaan,
biasanya dalm hal ini hasil panen dalam hal membuat perjanjian
yang kurang tidak terlalu drastis. kerjasama ini, untuk
Solusi yang dapat diberikan mencantumkan secara jelas hak
dalam halnya terjadi hambatan pada dan kewajiban dalam perjanjian
pelaksanaan perjanjian bagi hasil tersebut. Disamping itu kepada
pengelolahan perkebunan karet di para pihak yang akan membuat
Desa Karya Bakti Kecamatan Marga perjanjian terlebih dahulu agar
Sakti Kabupaten Bengkulu Utara. memikirkan secara detail hal
Berdasarkan uraian diatas, beberapa yang berkiatan dengan apa yang
hambatan yang ditimbulkan dalam akan disepakati sehingga
pelaksanaan perjanjian bagi hasil persoalan-persoalan pemenuhan
antara pekerja dan pemilik lahan perjanjian terssebut dikemudian
perkebunan karet didesa Karya Bakti, hari tidak menimbulkan persoalan.
maka solusi yang dapat dilakukan
Panji Keadilan 365
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

4. Harusnya masyaraakat yang temurun dalam kehidupan masyarakat


melakukan perjanjian pengelolaan adat.
kebun karet didesa Karya Bakti
Hukum tertulis sangat
lebih mengerti mengenai
diperlukan dalam mengatur
perjanjian karena dengan semakin
masyarakat yang tinggal di Indonesia
banyaknya interaksi masyarakat
baik itu masyarakat yang tinggal di
akan menimbulkan adanya
kota maupun masyarakat yang tinggal
keinginan untuk melakukan
di pedesaan sekalipun, sedangkan
perjanjian, sehingga tidak jarang
hukum tidak tertulis adalah hukum
suatu perjanjian tidak dilaksanakan
yang digunakan dalam masyarakat
dengan sempurna akibat dari
adat yang diturunkan oleh para tetua-
ketidak fahaman masyarakat
tetua adat secara turun-temurun dari
mengenai arti dari sebuah
generasi ke generasi.
perjanjian.
Pada dasarnya Indonesia
Bagaimana Proses penyelesaian
diatur dengan tiga hukum yakni
sengketa perjanjian bagi hasil
hokum nasional, hukum islam, hukum
antara pemilik lahan perkebunan
adat. Dalam penerapannya masyarakat
karet dan penyadap menurut
kebanyakan lebih memilih untuk
sistem adat yang berlaku di Desa
menyelesaikan masalah dengan hukum
Karya Bakti
adat melalui lembaga adat.Untuk
Di Indonesia masyarakat diatur seterusnya perlu dipahami analisis
dengan dua jenis hukum yang berlaku hukum adat dalam masyarakat adat,
yakni hukum tertulis dengan hukum analisis hukum adat merupakan usaha
tidak tertulis (hukum adat).Hukum untuk memahami struktur hukum,
tertulis adalah hukum yang telah sistem hukum serta sifat hukum
ditulis dan dicantumkan dalam dalam hokum adat.
peraturan Perundanga-undangan
Pengakuan terhadap hukum
Negara Republik Indonesia, sedangkan
adat yang ada di Indonesia dijelaskan
hukum tidak tertulis adalah hukum
secara tegas dalam Undang-undang
yang telah hidup secara turun-
Ahmad Sodik 366
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

Dasar Tahun 1945 Pasal 18B ayat 2 nilai yang hidup dalam masyarakat
yang berbunyi : Negara mengakui yang kemudian menerapkannya
dan menghormati kesatuan- secara adil dan bijaksana. Dalam
kesatuan masyarakat hukum adat penyelesaian konflik adat tidak ada
beserta hak-hak tradisionalnya yang kalah ataupun
sepanjang masih hidup dan sesuai menang,melainkan diupayakan
dengan perkembangan masyarakat agar keseimbangan yang
dan prinsip Negara Kesatuan Republik terganggu pulih kembali dan para
Indonesia, yang diatur dalam undang- pihak yang bersengketa dapat
undang. berhubungan secara harmonis.

Sejalan dengan peraturan Seorang kepala desa tidak


tersebut, Indonesia kaya akan ragam hanya bertugas mengurusi soal
adat dan budaya yang tersebar dari pemerintahan saja, akan tetapi
sabang hingga merauke. Maka bertugas juga untuk menyelesaikan
Pemerintah dan masyarakat harus sengketa yang timbul di
bekerjasama untuk melestarikan masyarakat. Dengan kata lain,
keberagaman adat dan budaya di kepala desa menjalankan urusan
Indonesia agar tetap terjaga dan sebagai hakim perdamaian desa .
dapat diteruskan turun-temurun dari Untuk keperluan itu ia akan
generasi kegenerasi. Berikut adalah berusaha antara lain sebagai
penyelesaian konflik dalam hukum berikut4 :
adat :
o Menerima dan mempelajari
1. Penyelesaian konflik dengan hukum pengaduan yang disampaikan
adat
o Memerintahkan perangkat
Menurut pendapat Sirtha desa atau kepala
dalam buku Sudut Pandang dusun(ketua adat) untuk
Hukum Adat yaitu penyelesaian menyelidiki kasus perkara
konflik dengan menggunakan
hukum adat berarti menggali nilai- 4
Sirtha.2008.Sudut pandang Hukum
Adat. Rineka.Jakarta
Panji Keadilan 367
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

dengan menghubungi para Cara penyelesaian sengketa


pihak yang bersangkutan. adat oleh kepala desa selaku pemimpin
desa juga selaku hakim perdamaian
o Mengatur dan menetapkan
desa mirip dengan mediator, dimana
waktu musyawarah serta
kepala desa bertindak sebagai pihak
menyiapkan persidangan dibalai
netral yang membantu dua pihak yang
desa
bersengketa dalam proses
o Mengundang para sesepuh penyelesaian sengketa melalui
desa yang akan mendampingi perundingan atau cara mufakat. Dalam
kepala desa dalam memimpin hal ini, kepala desa tidak memiliki
musyawarah dibalai desa. wewenang untuk memutuskan.Kepala
desa hanya membantu pihak yang
o Mengundang para pihak
bersengketa dalam mencari
berselisih, para saksi untuk
penyelesaian yang dapat diterima para
didengar keterang dari pihak
pihak. Upaya untuk menyelesaikan
yang bersengketa.
konflik adat dengan pendekatan
o Membuka persidangan dan hukum adat yaitu berdasarkan asas
menawarkan perdamaian rukun,patut, dan laras. Berikut uraian
diantara kedua pihak, jika nya :
diperlukan dapat dilakukan
a. Asas rukun
sidang tertutup.
Dalam pengertian hukum adat,
o Memeriksa perkara,
rukun adalah salah satu macam
mendengarkan keterangan
asas kerja yang menjadi pedoman
saksi,pendapat para sesepuh
dalam menyelesaikan konflik adat.
desa, kepala dusun (kepala
Asas kerukunan merupakan suuatu
adat)
asas yang isinya berhubungan erat
o Mempertimbangkan dan dengan pandangan hidup bersama
menetapkan keputusan didalam suatu lingkungan dengan
berdasarkan kesepakatan kedua sesamanya untuk
belah pihak. mencapaimasyarakat yang aman,
Ahmad Sodik 368
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

tentram, dan sejahtera. Penerapan asas keselarasan dilakukan dengan


asas rukun dalam penyelesaian memperhatikan tempat, waktu dan
konflik adat dimaksudkan untuk keadaan.Sehingga putusan
mengembalikan keadaan kehidupan terhadap konflik adat diterima oleh
seperti keadaan kehidupan semula, pihak masyarakat.
status dan kehormatannya, serta
Sama halnya dalam penyelesaian
terwujudnya hubungan yang
sengketa perjanjian bagi hasil
harmonis sesama warga desa.
antara pekerja dan pemilik lahan
b. Asas patut kebun karet di Desa karya bakti,
pendapat meneurut para ahli juga
Patut adalah pengertian yang
diterapkan dalam penyeesaian
menunjuk kepada alam kesusilaan
sengketa dalam suku jawa,dimana
dan akal sehat, yang ditujukan
ada menggunakan 3 perkara yaitu:
kepada penilaian atas suatu
asas rukun,asas patut, dan asas
kejadian sebagai perbuatan
laras yang mana dalam asas ini
manusia ataupun keadaan.
lebih mementingkan hak bersama
Pendekatan asas patut
dalam bermasyarakat yang
dimaksudkan agar penyelesaian
bertujuan menciptakan masyarakat
konflik adat dapat menjaga nama
yang adil ,damai dan tentram.
baik pihak masing-masing,
sehingga tidak ada yang merasa Disisi lain, pemilik perkebunan
diiturunkan atau direndahkan karet mengatakan bahwa pekerja
status dan kehormatannya. sadap karet selalu terlambat dalam
memberikan laporan hasil penjualan
c. Asas laras
getah karet yang dilakukan penjualan
Asas laras dalam hukum adat setiap minggu. Hal ini membuat
digunakan dalam menyelesaikan pemilik lahan perkebinan karet
konflik adat yang konkret dengan menjagi ragu.Setelah adanya laporan
bijaksana,sehingga para pihak dari kedua pihak, maka diadakannya
yang bersangkutan dan masyarakat penyelesaian menggunakan sitem adat
adat merasa puas. Penggunaan setempat, yang kemudian diadakakan
Panji Keadilan 369
P-ISSN : 2599-1892, E-ISSN : 2622-3724
Vol. 2, No. 1., Januari 2019

mufakat atau musyawarah untuk hal ini, penyebab perselisihan


menyelesaikan selisih faham ini, dalam adalah dikarenakan pemilik lahan
hal penyelesaian masalah diadakan kebun sawit yang jarang
sesi memberikan kendalan yang mengontrol pemanenan dan
dihadapi oleh kedua pihak. perawatan kebun, sehingga
terjadinya penyelewengan hasil
Melalui kepala desa sebagai
panen.Dimana pekerja
media untuk mediasi,akhirnya kasus
memanipulasi hasil timbangan
sengketa antara bapak slemet dan
tanpa sepengetahuan pemilik. Hal
bapak M.Nasyikin. hasil dari
demikian menyebabkan pemilik
musyawarah, antara kedua belah pihak
lahan membuat pengaduan untuk
sepakat untuk saling merubah sifat
kepala desa Karya Bakti untuk
yang menimbulkan perselisihan
menyelesaikan permasalahan
tersebut, pekerja akan memberikan
mereka.
laporan setiap minggu dan pemilik
akan mengirim pupuk dengan tidak Dalam penyelesaiannya,
terlambat lagi. Demikian perjanjian karena menggunakan 2 suku, maka
yang berlangsung tetap dilanjutkan diadakan musyawarah yang
dengan kesepakatan dari awal antara mengundang antara kedua bela
kedua belah pihak. suku, dimana diwakili oleh kepala
desa, perangkat desa, sesepuh
Sedangkan dikasus lain,terjadi
(ketua adat setempat ) dan
sengketa mengenai sistem
sesepuh suku pekal. musyawarah
pembagian hasil perkebunan sawit
yang dilakukan agak sulit
yang terjadi didesa setempat Desa
dibandingkan dengan penyelesain
Karya Bakti,namun dalam kasus ini
sengketa antara sesama suku,
antara pekerja dan pemilik
karen suku pekal memiliki wtak
memiliki surat perjanjian dan suku
yang kesal dan tak mau
yang berbeda, yaitu pekerja
bernegosiasi. Namun demikian
berasal dari suku pekal (bapak
penyelesaian terhadap sengketa ini
Kadir) dan pemilik berasal; dari
tetap dilakukan dengan cara yang
suku jawa (bapak Retno). Dalam
Ahmad Sodik 370
Pejanjian Bagi Hasi; Pengelolaan Perkebunan Karet Antara
Pekerja dan Pemilik Kebun Karet

sama menggunakan musyawarah/ L.J.Van Alpendoorn.2005.Pengantar


ilmu hukum.Pradaya
mufakad menurut hasil wawancara
Paramitha.Jakarta
dengan kepala desa Bapak
Panduan Penulisan Skripsi Fakultas
Gunawan. Hukum UMB.2017

Salim.2006.Hukum Kontrak.Sinar
Grafika:Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Soehartono.2014.Pengertian
A.Sumber Buku Sampel.Bandung

Abdulkadir Muhammad.2014.Hukum Soerjno Soekanto.2012.Hukum Adat


Perdata Indonesia. PT Raja Grafindo
Indonesia.Alumni.Bandung Persada.Jakarta

Alhami Miru.2011.Hukum Perikatan Sugiyono.2005.Pengertian


Penjelasan Makna Pasal 1233 Populasi.Jakarta
sampai 1456 BW. PT Raja Sirtha.2008.Sudut Pandang
Grafindo Persada.Jakarta Hukum Adat.Rineka.Jakarta

Amiruddin & Zainal Pasal 1458 kitab undang-undang


Assikin.2004.Pengantar Metode Hukum Perdata
Penelitian Hukum.PT Raja
Grafindo Persada.Jakarta Pasal 1335 kitab undang-undang
Hukum Perdata
Boedi,Harsono2005.Hukum Agraria
Indonesia Jilid Pasal 1321,1322 dan 1328 kitab
1.Djambatan.Jakarta undang-undang Hukum Perdata

Djumialdji.2005.Hukum Perjanjian Pasal 1233, 1234 kitab undang-undang


Kerja.PT Sinar Grafika Hukum Perdata
Offset.Jakarta UU No. 7 Tahun 1992
Donal Albert Rumokyo.2014.Pengantar C.Sumber Lainnya
Ilmu Hukum.PT Raja
Grafindo.Jakarta QS. Al-maaidah 5:2
Jimmy Assidiqie,M.ali Safaat.2001.Teori Rizki.Aspek Keadilan Dalam Perjanjian
Hans Kelsen Tentang bagi hasil Tanah
Hukum.Konstitusi Press.Jakarta Pertanian.http.//www.eprints.uns
.ac.id/9101.1.205541011201101
Kartini Muljani,dkk.2010.Perikatan yang 361.pdf. diakses pada 23
Lahir Dari Perjanjian.PT november 2017.19.35 wib
RajawaliGrafindo Persada.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai