Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TOKOH PENYEBAR ISLAM DI INDONESIA


SUNAN AMPEL
Disusun untuk memenuhi
Mata Pelajaran:SKI

Disusun Oleh:
Muhammad Rifqi Erwin Supardan 9C

MTS NEGERI 1 KOTA DEPOK


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tokoh Penyebar Islam Di Indonesia: Sunan Ampel ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Ida Farida pada Mata
Pelajaran SKI.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Ida selaku guru SKI yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

DEPOK, Senin 08 Maret 2021


DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………………………………………………………………................ i

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………. ......... ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………….........iii

BAB I PENDAHULUAN

1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………………….........1

2 Rumusan Masalah ……………………………………………………………………………………………………............2

3 Tujuan ………………………………………………………………………………………………………………………...........3

BAB II PEMBAHASAN

1 Asal-Usul atau Biografi Sunan Ampel …………………………........................................................1

2 Peran Sunan Ampel Dalam Perkembangan Islam ………………………………………….........................2

3 Karya Sastra ……………………………………………………………………………………………………………..............3

4 Wafatnya.....…...........…………………………………………………………………………………………………...........4

BAB III PENUTUPAN

1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………............1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyebaran agama Islam ke Nusantara pertama kalinya dilakukandengan menggunakan


berbagai macam cara dan saluran, perdagangan,politik kekuasaan dan sebagainya. Pelopor
dakwah di Jawa, yang terkenal dengan sebutan wali songo,memilih memanfaatkan medium
jalinan kekerabatan yang menghubungkan secara geneologis, baik antara mereka sesama
pelaku dakwah (da‘i) maupun dengan masyarakat strategis yang menjadi objek pengislaman
(mad‘u). Dalam kenyataanya, model komunikasi dakwah semacam itu terbukti sangat efektif
meningkatkan keberhasilan dakwah Islam. Wali-wali pun, pada waktu itu, diakui peranannya
dalam struktur komunitas penduduk pribumi bahkan melalui isyarat-isyarat kesinambungan
keturunan antarsesama wali sebagai da‘i, seperti wali songo. Kekerabatan para wali songo
ini dapat diterangkan dengan teori ujung timur pulau Jawa, yang menyebutkan empat orang
suci agama Islam pada zaman kuno diperkirakan masih satu saudara. Mereka ialah Jumadil
Kubra di mantingan, dan Nyampok di suku Dhomas, Dada Pethak di Gunung Bromo dan
Maulana Ishak dari blangbangan. Pada paruh pertama abad ke-15, saat Islam memperoleh
momentum di istana dan wilayah kekuasaan majapahit, sebelumya prabu Kertawijaya dan
Brawijaya 1 yang masih menganut agama Hindu support kepada pribadi dan aktifitas
muslim, dalam hal ini adalah Santri Gresik, Raden ‘Alim atau Sunan Mejagung dan Raden
Rahmat (Sunan Ampel). Secara geonologis, raja Demak itu masih tergolong kerabat dekat
Sunan Ampel dari lingkungan keraton Majapahit.

Sunan Kudus nama aslinya Jaf’ar Sodik di ketahui putra dari Sunan Maulana Ishak,saudara
sekandung dari lain ibu, sementara Umar Sahid yang bergelar Suna Muria adalah putra
Sunan Kalijaga. Penyebaran Islam dengan kekerabatan memperoleh banyak keuntungan
berkat jalinan kekerabata. Seperti, hubungan kekerabatan yang mengacu pada skema
anggota-anggota keluarga, baik yang bertalian darah segaris keturunan (lineage) atau nasab-
atas (nenek moyang), ke bawah (anak cucu), serta samping kanan dan kiri (semendo),
mampun yang diakibatkan oleh oleh suatu kontrak perkawinan.Dakwah Islam mengalami
akselerasi setalah para penyebar Islam memanfaatkan kualitas-kualitas kenisbatan
(ascriptive), seperti faktor kekeluargaan di atas, dalam fungsi kolegial antar mereka selaku
pembawa risalah (pesan da‘wah) di bumi Indonesai. Selanjutnya, mereka menjalin suatu
pathnership dengan masyarakat pribumi, khususnya penguasapenguasa setempat.
Sejarawan Tunisia Ibnu Khaldun (W. 808 H./322-1406M) mengatakan, da‘wah agama
sesungguhnya tidak akan berhasil tanpa dukungan solidaritas keturunan. Para nabi sendiri
selaku pelaku dakwah dan diyakini paling mampu melakukan hal-hal laur biasa sekalipun,
masih memerlukan perlindungan dari anak kerabatnya. Untuk menegakkan suatu agama,
memang motivasi keagamaan saja tidak cukup bila tidak ditunjang oleh adanya kekuatan
solidaritas sosial yang bertumpu, pada ikatan darah atau persamaan keturunan. Misalnya,
usaha-usaha Muhammad b. Abd al-Wahab memperbaharui agama Islam (gerakan wahabi)
baru berhasil menuai hasil yang lebih luas setelah sang pelopor menjalin “aliansi genealogis”
dengan keluarga penguasa Saudi. Dakwah dengan kekerabatan tidak hanya di temukan pada
masa para wali songo, yang menuai keberhasilan menanamkan Islam pada masyarakat Jawa.
Dakwah dengan kekerabatan perankan oleh Kyai dan anggota pengajian. Pola kekerabatan
yang dilakukan oleh Kyai-santri dan simpatisan (masyarakat) sebagai anggota dakwah.
Pertama, Kyai mewariskan kepada potranah (putra) untuk menggantikan kepemimpinan.
Kedua, anggota pengajian yang terdiri dari alumni santri dan non-alumni (simpatisan)
mewariskan tradisi pengajian kepada saudaranya. Dakwah dengan kekerabatan yang
dilakukan oleh Kyai pesantren dan anggota pengajian, memberikan sesuatu yang bermanfaat
bagi keberlangungan dakwah .. Strategi yang masih konvensional masih di pertahankan dan
nyaris tidak ada perubahan dalam strateginya. Di lihat dari usianya media dakwah . sudah
lebih dari 80 tahun, keunikan tersendiri bagi . sebagai media dakwah untuk menyebarkan
agama Islam kepada masyarakat sebagai sasaran dakwah (mad’u), melihat perkembangan
media dakwah yang digunakan oleh para pelaku dakwah (da’i) sekarang dengan
menggunakan media dakwah modern, seperti. Televisi, Hanphond, Koran, Majalah, Tabloid,
Internet.

Tujuan didirikanya media dakwa untuk menamkan imam dan takwah kepada masyarakat,
dengan memberi pemahaman kepada anggota pengajian tentang penyuluhan-penerangan,
supaya masyarakata khususnya anggota pengajian lebih memahami pentinganya
penyuluhan-penerangan di kehidupan seharihari. Dakwah dengan kekerabatan yang
perankan oleh Kyai (da‘i).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan


yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

  Asalusul atau Biografi Sunan Ampel


  Peran Sunan Ampel Dalam Perkembangan Islam

 Karya Sastra

Wafatnya

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui asal keturunan Sunan Ampel

2.      Untuk mengetahui penyebaran agama


3.      Untuk mengetahui Wafatnya Sunan Ampel
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal-usul atau Biografi Sunan Ampel


Di Rusia selatan ada sebuah daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini terletak
diSamarqand. Sejak dahulu daerah yang disebut Bukhara. Bukhara ini terletak di
Samarqand.Sejak dahulu daerah Samarqand dikenal sebagai daerah Islam yang menelorkan
ulama-ulama besar seperti sarjana hadist terkenal yaitu Imam Bukhari yang mashur sebagai
perawi haditssahih.Di Samarqand ini ada seorang ulama besar bernama Syekh jamalluddin
Jumadil Kubra seorang ahlussunnah bermahab Syafe’i beliau mempunyai seorang putra
bernama Ibrahim. Karena berasal dari Samarqand maka Ibrahim kemudian mendapat
tambahan Samarqandi. 0rang jawa sangat sukar mengucapkan Samarqandi maka mereka
hanya menyebutkansebagai Syekh Ibrahim asmarakandi. Syekh Ibrahim asmarakandi ini
diperintah oleh ayahnya yaitu Syekh JamalluddinJumadil Kubra untuk berdawah ke negara-
negara asia. perintah ini dilaksanakan dan beliaukemudian diambil menantu oleh raja (empa
dijodohkan dengan putri raja (empa yang bernama Dewi (andrawulan. )negeri (empa ini
menurut sebagian ahli sejarah terletak di muangthai. Dari perkawinannya dengan Dewi
(andrawulan maka Ibrahim asmarakandi mendapat dua orang putra yaitu Raden Rahmat
atau Sayyid Rahmatullah dan raden Santri atau Sayyid alimpurtolo. Sedangkan adik Dewi
(andrawulan yang bernama Dewi Dwarawati diperistri oleh prabu Brawijaya majapahit.
Dengan demikian Raden Rahmat itu keponakan Ratu majapahit dan tergolong putra
bangsawan atau pangeran kerajaan.

Sunan Ampel merupakan salah satu wali yang berdakwah di tanah Jawa, tepatnya di kota
Surabaya. Di masa kecilnya beliau di beri nama Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah, namun
seusai pindah ke Jawa Timur, masyarakat memanggilanya dengan nama Raden Rahmat atau
Sunan Ampel. Beliau lahir di Champa tahun 1401 Masehi. Dakwah Sunan Ampel ini
bertujuan untuk memperbaiki dekadensi moral (Kemerostoanmoral) masyrakat saat itu. Saat
itu dimana beberapa warga sekitar yang dulunya juga merupakan masyarakat abangan yang
memang banyak penjudi dan penganut kepercayaan anismisme serta suka dengan yang
namnya sabung ayam.

2.2 Peran Sunan Ampel Dalam Perkembangan Islam


Sunan Ampel dapat menyebarkan agama Islam di Surabaya karena adanya hubungan
baik antara Champa dan Majapahit. Aspek penempatan Sunan Ampel di Surabaya adalah
kebijaksanaan dari Prabu Brawijaya V. Proses penyebaran yang dilakukan Sunan Ampel
adalah lebih melakukan pendekatan dengan keluarga para tokoh. Hal ini ditujukan agar
agama Islam mudah diterima masyarakat. Sunan Ampel juga melakukan metode pendidikan
untuk memperluas penyebaran agama Islam. Selain itu, Sunan Ampel juga melakukan
penyesuaian ajaran Islam dengan kebudayaan masyarakat sebelumnya.
2.3 Karya Sastra

Beliau juga menciptakan karya sastayang terkenal (karya sastra) adalah melarang “MA LIMA”
Atau “ M. lima” dan merancang Kerajaan Islam Demak

MACAM MACAM MA LIMA

- moh main (tidak mau judi)


- moh ngombe (tidak mau mabuk)
- moh maling (tidak mau mencuri)
- moh madat (tidak mau menghisap candu)
- moh madon (tidak mau berzina)

2.4 Wafatnya

Nama Sunan Ampel nama asli Raden rahmad lahir dichampa ( kamboja ) 1401 M, wafat pada
1481 M dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel Surabaya. Sebagai orang pilihan atau
Wali ini, karomah sang Sunan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Bahkan, akibat karomah
itulah banyak orang "menggantungkan” hidupnya di sekitar makam. Sebelum masuk ke
makam Sunan Ampel, pengunjung tentu melewati pintu gerbang.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran
Islam di Pulau Jawa.Ia lahir 1401 di Champa. Menurut sebagian riwayat, orang tua Raden
Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa
dan ipar Dwarawati).

Sikap yang harus diteladani dari Sunan Ampel,

Toleransi, saling menghargai, kasih sayang pada sesama.

Ketika Sunan Ampel berdakwah kepada Prabu Brawijaya. Meskipun akhirnya tidak
memeluk agama Islam, Sunan Ampel mengajarkan falsafah Moh Limo (5M). Yang dimaksud
dengan Moh Limo adalah tidak mau melakukan lima perbuatan tercela. Saat itu beliau tetap
menghargai keputusan dan terus menyebarkan dakwah islami. Ada dua pendapat mengenai
lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah
satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa
Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.

( Moh Limo yaitu )

1.Moh Main(tidak mau berjudi)

2.Moh Ngombe(tidak mau meminum minuman yang memabukkan)

3.Moh Madat(tidak mau mengonsumsi/mengisap narkotika)

4.Moh Maling(tidak mau mencuri)

5.Moh Madon(tidak mau berzina).

Anda mungkin juga menyukai