MAKALAH Wali
MAKALAH Wali
Disusun Oleh:
Muhammad Rifqi Erwin Supardan 9C
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tokoh Penyebar Islam Di Indonesia: Sunan Ampel ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bu Ida Farida pada Mata
Pelajaran SKI.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Ida selaku guru SKI yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
JUDUL ……………………………………………………………………………………………………………………................ i
BAB I PENDAHULUAN
3 Tujuan ………………………………………………………………………………………………………………………...........3
BAB II PEMBAHASAN
4 Wafatnya.....…...........…………………………………………………………………………………………………...........4
1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………............1
BAB I
PENDAHULUAN
Sunan Kudus nama aslinya Jaf’ar Sodik di ketahui putra dari Sunan Maulana Ishak,saudara
sekandung dari lain ibu, sementara Umar Sahid yang bergelar Suna Muria adalah putra
Sunan Kalijaga. Penyebaran Islam dengan kekerabatan memperoleh banyak keuntungan
berkat jalinan kekerabata. Seperti, hubungan kekerabatan yang mengacu pada skema
anggota-anggota keluarga, baik yang bertalian darah segaris keturunan (lineage) atau nasab-
atas (nenek moyang), ke bawah (anak cucu), serta samping kanan dan kiri (semendo),
mampun yang diakibatkan oleh oleh suatu kontrak perkawinan.Dakwah Islam mengalami
akselerasi setalah para penyebar Islam memanfaatkan kualitas-kualitas kenisbatan
(ascriptive), seperti faktor kekeluargaan di atas, dalam fungsi kolegial antar mereka selaku
pembawa risalah (pesan da‘wah) di bumi Indonesai. Selanjutnya, mereka menjalin suatu
pathnership dengan masyarakat pribumi, khususnya penguasapenguasa setempat.
Sejarawan Tunisia Ibnu Khaldun (W. 808 H./322-1406M) mengatakan, da‘wah agama
sesungguhnya tidak akan berhasil tanpa dukungan solidaritas keturunan. Para nabi sendiri
selaku pelaku dakwah dan diyakini paling mampu melakukan hal-hal laur biasa sekalipun,
masih memerlukan perlindungan dari anak kerabatnya. Untuk menegakkan suatu agama,
memang motivasi keagamaan saja tidak cukup bila tidak ditunjang oleh adanya kekuatan
solidaritas sosial yang bertumpu, pada ikatan darah atau persamaan keturunan. Misalnya,
usaha-usaha Muhammad b. Abd al-Wahab memperbaharui agama Islam (gerakan wahabi)
baru berhasil menuai hasil yang lebih luas setelah sang pelopor menjalin “aliansi genealogis”
dengan keluarga penguasa Saudi. Dakwah dengan kekerabatan tidak hanya di temukan pada
masa para wali songo, yang menuai keberhasilan menanamkan Islam pada masyarakat Jawa.
Dakwah dengan kekerabatan perankan oleh Kyai dan anggota pengajian. Pola kekerabatan
yang dilakukan oleh Kyai-santri dan simpatisan (masyarakat) sebagai anggota dakwah.
Pertama, Kyai mewariskan kepada potranah (putra) untuk menggantikan kepemimpinan.
Kedua, anggota pengajian yang terdiri dari alumni santri dan non-alumni (simpatisan)
mewariskan tradisi pengajian kepada saudaranya. Dakwah dengan kekerabatan yang
dilakukan oleh Kyai pesantren dan anggota pengajian, memberikan sesuatu yang bermanfaat
bagi keberlangungan dakwah .. Strategi yang masih konvensional masih di pertahankan dan
nyaris tidak ada perubahan dalam strateginya. Di lihat dari usianya media dakwah . sudah
lebih dari 80 tahun, keunikan tersendiri bagi . sebagai media dakwah untuk menyebarkan
agama Islam kepada masyarakat sebagai sasaran dakwah (mad’u), melihat perkembangan
media dakwah yang digunakan oleh para pelaku dakwah (da’i) sekarang dengan
menggunakan media dakwah modern, seperti. Televisi, Hanphond, Koran, Majalah, Tabloid,
Internet.
Tujuan didirikanya media dakwa untuk menamkan imam dan takwah kepada masyarakat,
dengan memberi pemahaman kepada anggota pengajian tentang penyuluhan-penerangan,
supaya masyarakata khususnya anggota pengajian lebih memahami pentinganya
penyuluhan-penerangan di kehidupan seharihari. Dakwah dengan kekerabatan yang
perankan oleh Kyai (da‘i).
Karya Sastra
Wafatnya
1.3 Tujuan
Sunan Ampel merupakan salah satu wali yang berdakwah di tanah Jawa, tepatnya di kota
Surabaya. Di masa kecilnya beliau di beri nama Sayyid Muhammad ‘Ali Rahmatullah, namun
seusai pindah ke Jawa Timur, masyarakat memanggilanya dengan nama Raden Rahmat atau
Sunan Ampel. Beliau lahir di Champa tahun 1401 Masehi. Dakwah Sunan Ampel ini
bertujuan untuk memperbaiki dekadensi moral (Kemerostoanmoral) masyrakat saat itu. Saat
itu dimana beberapa warga sekitar yang dulunya juga merupakan masyarakat abangan yang
memang banyak penjudi dan penganut kepercayaan anismisme serta suka dengan yang
namnya sabung ayam.
Beliau juga menciptakan karya sastayang terkenal (karya sastra) adalah melarang “MA LIMA”
Atau “ M. lima” dan merancang Kerajaan Islam Demak
2.4 Wafatnya
Nama Sunan Ampel nama asli Raden rahmad lahir dichampa ( kamboja ) 1401 M, wafat pada
1481 M dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel Surabaya. Sebagai orang pilihan atau
Wali ini, karomah sang Sunan masih bisa dirasakan hingga saat ini. Bahkan, akibat karomah
itulah banyak orang "menggantungkan” hidupnya di sekitar makam. Sebelum masuk ke
makam Sunan Ampel, pengunjung tentu melewati pintu gerbang.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Sunan Ampel adalah salah seorang wali di antara Walisongo yang menyebarkan ajaran
Islam di Pulau Jawa.Ia lahir 1401 di Champa. Menurut sebagian riwayat, orang tua Raden
Rahmat, nama lain Sunan Ampel, adalah Maulana Malik Ibrahim (menantu Sultan Champa
dan ipar Dwarawati).
Ketika Sunan Ampel berdakwah kepada Prabu Brawijaya. Meskipun akhirnya tidak
memeluk agama Islam, Sunan Ampel mengajarkan falsafah Moh Limo (5M). Yang dimaksud
dengan Moh Limo adalah tidak mau melakukan lima perbuatan tercela. Saat itu beliau tetap
menghargai keputusan dan terus menyebarkan dakwah islami. Ada dua pendapat mengenai
lokasi Champa ini. Encyclopedia Van Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah
satu negeri kecil yang terletak di Kamboja. Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa
Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.