Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN GERONTIK

“ASKEP PSIKOSOSIAL PADA LANSIA”

DOSEN PEMBIMBING : Ns. TOMI JEPISA, M.Kep

Absen (02) Genap

“KHAMSATI PUTRI HANDAYANI”


18101050103

KEPERAWATAN 7C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PADANG
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah ini tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan
Dosen Mata Kuliah KEPERAWATAN GERONTIK.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.

Padang, 17 November 2021


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi
satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian
dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah
lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-
lain. Menurut Setiawan (1973), timbulnya perhatian pada orang-orang usia
lanjut dikarenakan adanya sifat-sifat atau faktor-faktor khusus yang
mempengaruhi kehidupan pada usia lanjut.

Lansia merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh


individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis,
tetapi juga psikologis dan sosial. Menurut Laksamana (1983:77), perubahan
yang terjadi pada lansia dapat disebut sebagai perubahan `senesens` dan
perubahan ’senilitas’. Perubahan `senesens’ adalah perubahan-perubahan
normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Perubalian ’senilitas’ adalah
perubahan¬-perubahan patologik permanent dan disertai dengan makin
memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan yang
dihadapi lansia pada amumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa dan
problema bidang sosio ekonomi. Oleh karma itu lansia adalah kelompok
dengan resiko tinggi terhadap problema fisik dan mental.

Proses menua pada manusia merupakan fenomena yang tidak dapat


dihindarkan. Seinakin baik pelayanan kesehatan sebuah bangsa makin tinggi
pula harapan hidup masyarakatnya dan padan gilirannya makin tinggi pula
jumlah penduduknya yang berusia lanjut. Demikian pula di Indonesia. Dalam
pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lansia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang dapat mencakup sehat fisik, psikologis, spiritual
dan sosial. Hal tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan
menunjang pelayanan kesehatan pada lansia yang membutuhkan suatu
pelayanan yang komprehensif. Usia lansia bukan hanya dihadapkan pada
permasalahan kesehatan jasmaniah saja, tapi juga permasalahan gangguan
mental dalam menghadapi usia senja.

Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa


lansia. Faktor- faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para
lansia dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa
faktor yang dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa
mereka adalah sebagai berikut:
 Penurunan kondisi fisik 
 Penurunan fungsi dan potensi seksual
 Perubahan aspek psikososial
 Perubahan yang berkaitan dengan pekcrjaan
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Aspek Psikososial Pada Lanjut Usia


A. Konsep Dasar
a. Pengertian
Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri
pencapaian ideal diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan
perasaan berharga .Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan diri
sendiri maupun dari orang lain.Perkembangan harga diri juga
ditentukan oleh perasaan diterima,dicintai,dihormati oleh orang
lain,serta keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
(Hidayat,2006).
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami
atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
( Carpenito, 1998 ) Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang
dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang
negatif dan mengancam(Towsend,1998) Seseorang dengan perilaku
menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau
kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan
diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman
dengan orang lain (DepKes, 1998).
Dari segi kehidupan sosial cultural, interaksi sosial adalah
merupakan hal yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai
dampak adanya kerusakan interaksi sosial : menarik diri akan menjadi
suatu masalah besar dalam fenomen kehidupan, yaitu terganggunya
komunikasi yang merupakan suatu elemen penting dalam mengadakan
hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.

b. Penyebab
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan, yang ditandai dengan adanya perasaan malu
terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang.
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah
kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain,
tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Berbagai
teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan yang
parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang
mungkin bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
1. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif
melalui riwayat keluarga atau keturunan.
2. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi
terjadi karena perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
3. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik
individu dengan benda atau yang sangat berarti.
4. Teori organisasi kepribadian, menguraikan bagaimana konsep diri
yang negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan
dan penilaian seseorang terhadap sesuatu.
5. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah
kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap
diri seseorang, dunia seseorang, dan masa depan seseorang.

d. Faktor Presifitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena
menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan
faktor psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam
keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan
menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995).
Tanda dan Gejala :
 Apatis, ekspresi, afek tumpul.
 Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak
memisahkan diri dari orang lain.
 Komunikasi kurang atau tidak ada
e. Rentang Respon
 Menyendiri (solitude) merupakan respon yang dibutuhkan
seseorang apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya.
 Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide- ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
 Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling
memberi dan menerima.
 Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling
tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal.
 Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseoramg
menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain.
 Tergantung (dependen) terjadi bila seseorang gagal
mengambangkan rasa percaya diri atau kemampuannya untuk
berfungsi secara sukses.
 Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat
pada individu yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu
tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
 Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan
dengan tanda-tanda cembru, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan
induvidu ditandai dengan humor yang kurang, dan individu merasa
bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi.

f. Karakteristik Perilaku
 Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan
berlebihan.
 Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
 Kemunduran secara fisik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Menarik diri adalah penilaian yang salah tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri pencapaian ideal
diri /cita-cita /harapan langsung menghasilkan perasaan berharga .Harga diri
dapat diperoleh melalui penghargaan diri sendiri maupun dari orang
lain.Perkembangan harga diri juga ditentukan oleh perasaan
diterima,dicintai,dihormati oleh orang lain,serta keberhasilan yang pernah
dicapai individu dalam hidupnya.

B. Saran
 Mengingat kondisi psikososial lansia yang tidak berbeda di antara lokasi
pemukiman, maka lansia dapat tinggal di mana saja asalkan tetap
mendapatkan perhatian atau dukungan, baik dari keluarga, masyarakat
maupun pemerintah.
 Dapat dibentuk wadah tempat lansia bersosialisasi bersama peer
groupnya. aktifitas fisik dan perilaku kesehatan, hendaknya
difasilitasi dengan memberi kesejahteraan berupa dukungan moril dan
sprituil kepada kelompok lansia berupa perbaikan ekonomi, kesehatan,
transportasi, dan perumahan serta memberikan gizi yang baik dan obat-
obatan untuk mencegah terjadinya penyakit yang bisa mempercepat
proses penuaa.
 Menghindari sikap menarik diri sebagai lansia.
 Mengembangkan perspektif yang lebih jelas mengenai hidup lansia.
 Menggantikan kepuasan-kepuasan yang hilang.
 Mengembangkan hubungan yang bermakna.
Daftar Pustaka

Setiabudhi, Tony dan Hardywinoto. 2015. Panduan Gerontologi:


Tinjauan dari Berbagai Aspek. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
E. Doenges, Marilyon. dkk. 2019. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai