Disusun oleh :
Kelompok 3
Yoli saputri
Caroline pasaribu
Utari sari Rahma
Trio Jumaldil ikbal
Aulia denisa
Yelfira Yulika putri
Arjono saogo
Syafra tunil Sabrina
Tree putri Faista
Dosen pembimbing:
1|Page
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga makalah tentang perencanan tindakan keperawatan komunikasi pada lansia
untuk mata kuliah keperawatan gerontik dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Stikes
Alifah Padang. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan
maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari
dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan
berikutnya. Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.
2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia berbagai
masalah klinis pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di
praktik klinis. Jumlah penduduk di Indonesia menurut data PBB, Indonesia
diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di
dunia, yaitu 414%, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun
2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut
Lembaga Demografi Universitas Indonesia, presetase jumlah penduduk berusia
lanjut tahun 1985 adalah 3,4% dari total penduduk, tahun 1990 meningkat
menjadi 5,8% dan di tahun 2000 mencapai 7,4%.Dokteryang berpraktek perlu
memahami kebutuhan yang unik pada populasi pasien lanjut usia ini sehingga
mereka akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama kunjungan pasien
lanjut usia tersebut (Hingle dan Sherry, 2009).
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia
tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari
perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien
tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al.,2007)
B.Rumusan Masalah
Bagaimana teknik komunikasi terapeutik yang benar terhadap klien lanjut usia?
C. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
4|Page
BAB II
PEMBAHASA
N
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
B.Komunikasi pada lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan
ketrampilan komunikasi yang tepat juga perlu memperhatikan waktu yang tepat.
4 Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.
b. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan Penolakan adalah
ungkapan ketidakmampuan sesorang untukmengakui secara sadar terhadap pikiran,
keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian -kejadian nyata sesuatu yang
merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.Ada
beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain:
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksi.
a. Ungkapkan kenyataan yang dialami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan
yang merisaukan.
b. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi
klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri
1. Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang
akan dilakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain:
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam
perencanaan waktu, tempat dan macam perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau
mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau
perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka,
mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.
2. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat dlaksanakan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa
yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka
membantu.
c. Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila
klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.
Ny. R, 60 tahun, janda, baru saja dimasukkan ke panti wreda oleh keluarganya.
Ketika baru datang, perawat seringkali melihat Ny. R menangis. Bila ditanya oleh
perawat, Ny. R hanya diam dan tidak mau bicara dan menjauh. Tidak jarang Ny. R
berdiam diri di kamar. Pertanyaan:
PENGKAJIAN
a. Riwayat Psikososial
Klien dulunya tinggal bersama anak dan menantunya. Klien dititipkan di panti
wreda karena kesibukan anaknya agar klien lebih terurus dan banyak teman.
Sejak saat klien masuk panti wreda, klien merasa terbuang dan cenderung
menarik diri dari lingkungan sosial di panti tersebut. Seringkali klien
menangis, diam tak berbicara walaupun diajak berkomunikasi.
b. Riwayat Spiritual
Meski terlihat apatis, klien tetap beribadah seperti biasanya.
c. Kebutuhan Komunikasi dan Mental
Berbicara hanya seperlunya, terlihat diam, acuh tak acuh dan menangis saat
diajak berbicara serta banyak menunduk. Keadaan emosi terlihat murung dan
sedih. Klien jarang berkomunikasi dengan perawat maupun lansia lain yang
juga tinggal di panti wred
Data Objektif
Kurang spontan ketika diajak bicara Apatis
Ekspresi wajah kosong Menurun/tidak
adanya komunikasi verbal, cenderung
diam, sering menangis Bicara dengan suara
pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara
A. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu.
Teknik komunikasi yang diterapkan oleh perawat pada lansia bisa
melalui pendekatan asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar dan
ikhlas. Sedangkan untuk teknik pendekatan kepada klien lansia bisa melalui
teknik pendekatan fisik, pendekatan psikologis, pendekatan sosial, dan
pendekatan spiritual.
B. Saran
Saat melakukan komunikasi terapeutik pada lansia, sebagai perawat
kita tidak lupa untuk memperhatikan apa saja yang menjadi kebutuhan,
kondisi, dan hambatan yang mungkin terjadi pada klien lansia tersebut dan
juga tidak melupakan untuk menggunakan teknik maupun pendekatan pada
lansia yang telah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA