Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PERENCANAN TINDAKAN KEPERAWATAN KOMUNIKASI PADA LANSIA

Disusun oleh :
Kelompok 3

Yoli saputri
Caroline pasaribu
Utari sari Rahma
Trio Jumaldil ikbal
Aulia denisa
Yelfira Yulika putri
Arjono saogo
Syafra tunil Sabrina
Tree putri Faista

Dosen pembimbing:

Ns. Helmanis suci,M.Kep

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


STIKES ALIFAH PDANG
TA 2021

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga makalah tentang perencanan tindakan keperawatan komunikasi pada lansia
untuk mata kuliah keperawatan gerontik dapat terselesaikan dengan baik. Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing kepada kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Stikes
Alifah Padang. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari cara penulisan
maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima baik kritik maupun saran dari
dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam pembuatan
berikutnya. Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa
senantiasa melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan meningkatnya pertumbuhan populasi penduduk lanjut usia berbagai
masalah klinis pada pasien lanjut usia akan menjadi semakin sering dijumpai di
praktik klinis. Jumlah penduduk di Indonesia menurut data PBB, Indonesia
diperkirakan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia yang tertinggi di
dunia, yaitu 414%, hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025), sedangkan di tahun
2020 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia akan mencapai 25,5 juta. Menurut
Lembaga Demografi Universitas Indonesia, presetase jumlah penduduk berusia
lanjut tahun 1985 adalah 3,4% dari total penduduk, tahun 1990 meningkat
menjadi 5,8% dan di tahun 2000 mencapai 7,4%.Dokteryang berpraktek perlu
memahami kebutuhan yang unik pada populasi pasien lanjut usia ini sehingga
mereka akan lebih siap berkomunikasi secara efektif selama kunjungan pasien
lanjut usia tersebut (Hingle dan Sherry, 2009).
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia
tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari
perhatian terhadap keadaan sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien
tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut usia
telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik serta
empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas
fungsional, sosial, ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia
(William et al.,2007)

B.Rumusan Masalah
Bagaimana teknik komunikasi terapeutik yang benar terhadap klien lanjut usia?
C. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum

1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan


3|Page
kelompok dalam menerapkan komunikasi terapeutik pada lansia.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang
komunikasi terapeutik pada lansia.

B. Tujuan Khusus

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan


keterampilan pada mahasiswa Politeknik Kesehatan Banjarmasin dalam
menerapkan proses komunikasi terapeutik pada klien lansia.

4|Page
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Pengertian Komunikasi dan Lanjut Usia

Komunikasi merupakan suatu hubungan atau kegiatan-kegiatan yang


berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-
menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik
individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen
dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry,
2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas
tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim
yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Kelompok lanjut
usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin
banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo
dan Martono, 1999;4). Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis
(1994) menjadi tiga kelompok yakni:
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70
tahun.
B.Komunikasi pada lansia

Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi, lingkungan
ketrampilan komunikasi yang tepat juga perlu memperhatikan waktu yang tepat.

A.Keterampilan komunikasi Listening/Pendengaran


yang baik yaitu:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

B. Teknik komunikasi dengan lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman yang
memadai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agarkomunikasi yang di lakukan dapat berlangsung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.Beberapa teknik komunikasi yang
dapat di terapkan antara lain:Teknik asertifAsertif adalah sikap yang dapat menerima,
memahami pasangan bicara dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan
dan memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan
dapat di mengerti. Asertif merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi. Sikap ini akan
sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan
klien lansia.
1. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien merupakan bentuk
perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan sikap atau
kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan
tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan “Apa yang sedang bapak/ibu pikirkan
saat ini”, “apa yang bisa saya bantu?” berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu
permintaan bantuan dari klien. Sikap aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan
perasaan tenang bagi klien
2 . Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi komunikasi yang
di inginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di
inginkan, maka perawathendaknya mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu di
perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang mungkin tidak
relevan untuk kepentingan petugas kesehatan.
3. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan
menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan mengiyakan , senyum dan
menganggukan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat
menghargai selama lansia berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien
lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya dengan demikaian di
harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan kemampuannya
selama memberi dukungan baik secara materil maupun moril, petugas kesehatan jangan
terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat merendahan kepercayaan klien
kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-ungkapan yang bisa memberi
motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajari
misalnya: “saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu bapak/ibu dapat
melaksanakanya dan bila diperlukan kami dapat membantu”.
4. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud
pembicaraan kita dapat di terima dan di persepsikan sama oleh klien “bapak/ibu bisa
menerima apa yang saya sampaikan tadi?”, “bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi?”
5. Sabar dan Ikhlas
Seperti di ketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan
yang terkadang merepotkan dan kekanak- kanakan perubahan ini bila tidak di sikapi
dengan sabar dan iklas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, salut namun dapat berakibat komunikasi
berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas
kesehatan.
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila ada
sikap agresif dan sikan non asertif.
A. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan perilaku- perilaku di bawah
ini:
1. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
2. Meremehkan orang lain
3. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
4. Menonjolkan diri sendiri
5. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan
maupun tindakan
B. Non asertif
Tanda-tanda dari non asertif ini adalah:
1. Menarik diri bila di ajak berbicara
2. Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
3. Merasa tidak berdaya
4. Tidak berani mengungkap keyakinaan
5. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
6. Tampil diam (pasif)
7. Mengikuti kehendak orang lain
8. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan
baik dengan orang lain.
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupkan hal yang wajar seiring dengan
menurunnya fisik dan psikis klien namun sebagai tenaga kesehatan yang professional
perawat di tuntut mampu mengatasi hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau
tips-tips tertentu yang perlu di perhatikan agar komunikasi berjalan dengan efektif antara
lain:
1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien.
2. Keraskan suara Anda jika perlu.
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara. Pandanglah dia agar dia
dapat melihat mulut Anda.
4. Atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang
baik. Kurangi gangguan visual dan auditory. Pastikan adanya
pencahayaan yang cukup.
5. Ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat
kelemahannya. Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan
hasil bahwa klien tidak kooperatif.
6. Jangan berharap untuk berkomunikasi denagn cara yang sama dengan
orang yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah
sebagai partner yang tugasnya memfasilitasi klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pemahamannya.
7. Berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya gunakan
kalimat pendek dengan bahasa yang sederhana.
8. Bantulah kata-kata Anda dengan isyarat visual.
9. Serasikan bahasa tubuh Anda dengan pembicaraan Anda, misalnya
ketika melaporkan hasil tes yang di inginkan, pesan yang menyatakan
bahwa berita tersebut adalah bagus seharusnya di buktikan dengan
ekspresi, postur dan nada suara Anda yang menggembirakan (misalnya
dengan senyum, ceria atau tertawa secukupnya).
10. Ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut.
11. Berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan Anda.
12. Biarkan ia membuat kesalahan jangan menegurnya secara langsung,
tahan keinginan Anda menyelesaikan kalimat.
13. Jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkannya.
14. Arahkan ke suatu topik pada suatu saat.
15. Jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat ruangan bersama
Anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien
dan dapat membantu proses komunikasi.
1. Lingkungan wawancara
2. Posisi duduk berhadapan
Perawat duduk sangat dekat dan berhadapan dengan klien lansia. Duduk sedekat mungkin
1 sampai 2 kaki dapat diterima jika terdapat penurunan penglihatan atau pendengaran. Jika
individu-individu tampak berhati-hati atau takut, jarak dapat lebih besar pada waktu
permulaan wawancara dan kemudian dikurangi sesuai berkembangnya wawancara.
Perawat harus duduk dengan kepala sedekat mungkin dengan ketinggian mata klien.
3. Jaga privasi
Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
4. Kurangi keramaian dan berisik
5.Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dari komunikasi adalah pengaruh timbal balik
seperti cermin.

B. Kendala-Kendala dan Hambatan dalam Berkomunikasi dengan Lansia


1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi
dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat
dan respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut
membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling
percaya.Gangguan sensoris dalam pendengarannya
6. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
7. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak
orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
8. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya fokus
pada rasa sakit, haus, lapar, capek, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan
lain-lain.
9. Hambatan pada pribadi: penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan
dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia,
gangguan kontak dengan realita.
10. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak
informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan
budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes.
C. Teknik Pendekatan dalam Perawatan Lansia pada Konteks Komunikasi dan
Reaksi Penolakan
a. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada konteks komunikasi
1 Pendekatan Fisik
Mencari kesehatan tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian yang di alami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya.
2 Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini,
perawat sebagai konselor, advokat terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai
pena,pung masalah pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3 Pendekatan Sosial
Pendekatan ini di laksanakan meningkatkan keterampilan berinteraksi dengan
lingkungan. Mengadakan diskusi tukar fikiran bercerita serta bermain merupakan
implementasi dari pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia
maupun dengan petugas kesehatan.

4 Pendekatan Spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan tuhan atau
agama yang di anutnyaterutama pada saat klien sakit atau mendekati kematian.

b. Teknik pendekatan dalam perawatan lansia pada reaksi penolakan Penolakan adalah
ungkapan ketidakmampuan sesorang untukmengakui secara sadar terhadap pikiran,
keiinginan, perasaan atau kebutuhan pada kejadian -kejadian nyata sesuatu yang
merupakan reaksi ketidaksiapan lansia menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.Ada
beberapa langkah yang bisa di laksanakan untuk menghadapi klien lansia dengan
penolakan antara lain:
1. Penolakan segera reaksi penolakan klien
Yaitu membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu. Langkah-
langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut:
Identifikasi pikiran yang paling membahayakan dengan cara observasi klien bila sedang
mengalami puncak reaksi.
a. Ungkapkan kenyataan yang dialami klien secara perlahan di mulai dari kenyataan
yang merisaukan.
b. Jangan menyongkong penolakan klien, akan tetapi berikan perawatan yang cocok bagi
klien dan bicarakan sesering mungkin jangan sampai menolak.
Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan sendiri

1. Langkah ini bertujuan mempermudah proses penerimaan klien terhadap perawatan yang
akan dilakukan serta upaya untuk memandikan klien, antara lain:
a. Libatkan klien dalam perawatan dirinya, misalnya dalam
perencanaan waktu, tempat dan macam perawatan.
b. Puji klien lansia karena usahanya untuk merawat dirinya atau
mulai mengenal kenyataan.
c. Membantu klien lansia untuk mengungkapkan keresahan atau
perasaan sedihnya dengan mempergunakan pertanyaan terbuka,
mendengarkan dan meluangkan waktu bersamanya.
2. Libatkan keluarga atau pihak terdekat dengan tepat
Langkah ini bertujuan untuk membantu perawat atau petugas kesehatan memperoleh
sumber informasi atau data klien dan mengefektifkan rencana atau tindakan dapat
terealisasi dengan baik dan cepat. Upaya ini dapat dlaksanakan dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Melibatkan keluarga atau pihak terkait dalam membantu klien lansia menentukan
perasaannya.
b. Meluangkan waktu untuk menerangkan kepada mereka yang bersangkutan tentang apa
yang sedang terjadi pada klien lansia serta hal-hal yang dapat dilakukan dalam rangka
membantu.
c. Hendaknya pihak – pihak lain memuji usaha klien lansia untuk menerima kenyataan.
d. Menyadarkan pihak lain akan pentingnya hukuman (bukan hukuman fisik) apabila
klien lansia mempergunakan penolakan atau denial.

D.Keterampilan Komunikasi Terapeutik pada Lansia


a. Keterampilan komunikasi terapeutik, dapat melalui:
1. Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan dan lama wawancara
2. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan
dengan pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.
3. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya.
4. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia
kesulitan dalam berfikir abstrak
5. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan
memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung,
duduk dan menyentuh pasien.
6. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda
kepribadian pasien dan distress yang ada
7. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian.
8. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan
dengan cermat dan tetap mengobservasi.
9. Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan
asing bagi pasien.
10. Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman
mungkin.
11. Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang
sensitif terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan
kemampuan penglihatan.
12. Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga
pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
13. Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.

b. Prinsip gerontologis untuk berkomunikasi


 Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
 Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
 Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
 Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
 Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan
telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.
 Berdiri di depan klien.
 Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
 Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
 Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan
orang tua, kegiatan rohani.
 Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
 Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas
atau keahlian.

EPrinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan pada Lansia


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia lanjut
adalah:
 Empati
Istilah empati menyangkut pengertian: “simpati atas dasar pengertian yang
mendalam.” Dalam istilah ini diharapkan upaya pelayanan geriatrik harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang
dan memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita
tersebut.Tindakan empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak
berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-protective dan belas
kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric harus memahami proses
fisiologi dan patologik dari penderita lansia.
 Yang harus dan “janga
Prinsip ini sering dikemukakan sebagai non-malefecience dan
beneficence,pelayanan geriatric selalu didasarkan pada keharusan untuk
mengerjakan yang baik untuk penderita dan harus menghindari tindakan
yang menambah penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium
primum non nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang
menderita“). Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang
tepat untuk menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu
dengan devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan
merupakan contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
 Otonomi
Yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.Tentu
sekali saja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang geriatric
hal tersebut berdasar pada keadaan,apakah penderita dapat membuat
putusan secara mendiri/bebas.
 Keadilan
Yaitu prinsip pelayanan geriatrik harus memberikan perlakuan yang sama
bagi semua penderita. Kewajiban untuk memperlakukan seorang penderita
secara wajar dan tidak mengadakan perbedaan atas dasar karakteristik
yang tidak relevan.
Contoh Kasus

Ny. R, 60 tahun, janda, baru saja dimasukkan ke panti wreda oleh keluarganya.
Ketika baru datang, perawat seringkali melihat Ny. R menangis. Bila ditanya oleh
perawat, Ny. R hanya diam dan tidak mau bicara dan menjauh. Tidak jarang Ny. R
berdiam diri di kamar. Pertanyaan:

1. Bagaimana melakukan pengkajian pada Ny. R?


2. Data apa saja yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah pada Ny. R?
3. Bagaimana melakukan komunikasi yang tepat dengan Ny. R?
4. Apa saja yang dibutuhkan perawat untuk bisa berkomunikasi dengan Ny.
R? Pengkajian pada Ny. R
Pengkajian dilakukan dengan metode anamnesa terhadap klien, keluarga serta
lingkungan sekitar klien. Anamnesa ini dilakukan dengan menggunakan
pendekatan komunikasi terapeutik terhadap klien kelompok usia lanjut secara fisik,
psikologis dan spiritual.

PENGKAJIAN

1. Nama/Nama Panggilan : Ny. R


2. Tempat Tanggal Lahir/Usia : Semarang, 14 Januari 1950/60 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SPG
6. Alamat : Semarang

a. Riwayat Psikososial
Klien dulunya tinggal bersama anak dan menantunya. Klien dititipkan di panti
wreda karena kesibukan anaknya agar klien lebih terurus dan banyak teman.
Sejak saat klien masuk panti wreda, klien merasa terbuang dan cenderung
menarik diri dari lingkungan sosial di panti tersebut. Seringkali klien
menangis, diam tak berbicara walaupun diajak berkomunikasi.
b. Riwayat Spiritual
Meski terlihat apatis, klien tetap beribadah seperti biasanya.
c. Kebutuhan Komunikasi dan Mental
Berbicara hanya seperlunya, terlihat diam, acuh tak acuh dan menangis saat
diajak berbicara serta banyak menunduk. Keadaan emosi terlihat murung dan
sedih. Klien jarang berkomunikasi dengan perawat maupun lansia lain yang
juga tinggal di panti wred

Data identifikasi masalah pada Ny. R


Data Subjektif

Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan/pembicaraan.


Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan orang lain

Data Objektif
Kurang spontan ketika diajak bicara Apatis
Ekspresi wajah kosong Menurun/tidak
adanya komunikasi verbal, cenderung
diam, sering menangis Bicara dengan suara
pelan dan tidak ada kontak mata saat
berbicara

Teknik Komunikasi yang Tepat pada Ny. R


a. Teknik Asertif
b. Responsif
c. Supportif
d. Sabar dan Ikhlas

Kompetensi yang dibutuhkan perawat untuk berkomunikasi dengan Ny. R antara


lain:

1. Menguasai bahan/pesan yang akan disampaikan


2. Menguasai bahasa klien
3. Memiliki keyakinan
4. Bersuara lembut
5. Percaya diri
6. Ramah (penunjukkan penerimaan)
7. Sopan dan santun
8. Jujur dan bijaksana

Disamping itu perlu diciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi, misalnya


suasana terbuka, akrab, santai, bertatakrama dengan posisi menghormat dan harus
memahami keadaan lansia, menyediakan waktu ekstra bagi lansia untuk menjawab
pertanyaan, mendengar aktif, menjaga kontak mata, menetapkan kontak mata,
menetapkan topik dalam satu waktu, serta mengawali percakapan dengan topik
sederhana.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu.
Teknik komunikasi yang diterapkan oleh perawat pada lansia bisa
melalui pendekatan asertif, responsif, fokus, supportif, klarifikasi, sabar dan
ikhlas. Sedangkan untuk teknik pendekatan kepada klien lansia bisa melalui
teknik pendekatan fisik, pendekatan psikologis, pendekatan sosial, dan
pendekatan spiritual.

B. Saran
Saat melakukan komunikasi terapeutik pada lansia, sebagai perawat
kita tidak lupa untuk memperhatikan apa saja yang menjadi kebutuhan,
kondisi, dan hambatan yang mungkin terjadi pada klien lansia tersebut dan
juga tidak melupakan untuk menggunakan teknik maupun pendekatan pada
lansia yang telah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Lueckenotte, Annette Giesler. 1997. Pengkajian Gerontologi. Jakarta: EGC.


Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
http://UangDownload.Com/link-kategori-1/45/56069. Rabu, 22 Mei 2013. Pukul
11.32.
http://narsistikes.blogspot.com/2012/12/makalah-ilmu-keperawatan-dasar-ii.html?m=1.

Rabu, 22 Mei 2013. Pukul 11.32.


http://m.kopasiana.com/post/alternatif/2010/12/04/komunikasi-pada-lansia-di-
panti-
wredha-dan-aplikasinya/. Selasa, 28 Mei 2013. Pukul 18.39.

Anda mungkin juga menyukai