khotbahjumat.com/4807-jauhilah-riya.html
November 8, 2017
Khotbah Pertama:
ْﻚ ﻟَ ُﻪ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﻣ َ
ُﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪ ُه ﻻ َﺷﺮﯾ َ ِي ﻟَ ُﻪ ،أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن َ َ ﱠ ُ
ﻻ إِﻟ َﻪ إِﻻ اﷲ َو ْﺣ َﺪ ُه َ ِ ِﻞ َﻓ َ
ﻼ َﻫﺎد َ ُﻀ ﱠﻞ ﻟَ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ ﯾ ْ
ُﻀﻠ ْ ﻼﻣَِﻓ َ
ِﺴﺎ ًء اﺣ َﺪ ٍة َو َﺧﻠَ َﻖ ِﻣ ْﻨ َﻬﺎ َز ْو َﺟ َﻬﺎ َوﺑَ ﱠﺚ ِﻣ ْﻨ ُﻬ َﻤﺎ ِر َﺟ ًﺎﻻ َﻛﺜ ً
ِﯿﺮا َوﻧ َ ﱠﻜ ُﻢ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻘ ُﻜ ْﻢ ﻣ ْ
ِﻦ ﻧَ ْﻔ ٍ
ﺲ َو ِ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﻨﱠ ُ
ﺎس اﺗﱠ ُﻘﻮا َرﺑ ُ
ُﻄﻊ اﷲَ ِﺢ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﯾَ ْﻐﻔ ْ َ ُ ُ ُ ُ ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا اﺗﱠ ُﻘﻮا اﷲَ َو ُﻗﻮﻟُﻮا َﻗ ْﻮ ًﻻ َﺳﺪِﯾ ًﺪا ﯾ ْ
ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ َ
ِﺮ ﻟﻜ ْﻢ ذﻧﻮﺑَﻜ ْﻢ َو َﻣ ْﻦ ﯾ ِ ِ ُﺼﻠ ْ
َو َر ُﺳﻮﻟَ ُﻪ َﻓ َﻘ ْﺪ َﻓ َ
ﺎز َﻓ ْﻮ ًزا َﻋ ِﻈﯿ ًﻤﺎ
1/6
أَﻣﱠﺎ ﺑَ ْﻌ ُﺪ:
ُﺤﺪَﺛَ ٍﺔ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٌﺔ َو ُﻛ ﱠﻞ
ْ ُﺤﺪَﺛَﺎﺗُ َﻬﺎ َﻓﺈِ ﱠن ُﻛ ﱠﻞ ﻣ ُ ُﺤ ﱠﻤ ٍﺪ و َﺷ ﱠﺮ ْا ْ ََﻓﺈِ ﱠن أ
ْ ُﻮ ِر ﻣ
ْ ﻷﻣ َ َ ْﺮ ْاﻟ َﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ ُي ﻣ ِ َق ْاﻟ َﺤ ِﺪﯾ
ُ َْﺚ ِﻛﺘ
َ ﺎب اﷲِ َو َﺧﯿ َ ﺻﺪ
أَﻣﱠﺎ ﺑَ ْﻌ ُﺪ،ْﻦ
ِ ﺎن إِﻟَﻰ ﯾَ ْﻮ ِم اﻟ ﱢﺪﯾ
ٍ َو َﻣ ْﻦ ﺗَﺒِ َﻌ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺈِ ْﺣ َﺴ:
Ibadallah,
Kaum muslimin,
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan Ulama bahwa ikhlas dan mutaba’ah
(mengikuti tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ) merupakan dua syarat
diterimanya amal seorang Mukmin. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ﱡﻜ ْﻢ أَ ْﺣ َﺴ ُﻦ َﻋ َﻤ ًﻼ
ُ ﴾ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَ َﻖ ْاﻟ َﻤ ْﻮ َت َو ْاﻟ َﺤﯿَﺎ َة ﻟِﯿَﺒْﻠُ َﻮ ُﻛ ْﻢ أَﯾ١﴿ ِﯾﺮ
ٌ ﺎر َك اﻟﱠﺬِي ﺑِﯿَ ِﺪ ِه ْاﻟﻤ ُْﻠ ُﻚ َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء َﻗﺪ
َ َﺗَﺒ
ُ ﯾﺰ ْاﻟ َﻐ ُﻔ
ﻮر ُ ۚ َو ُﻫ َﻮ ْاﻟ َﻌ ِﺰ
Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. [Al-
Mulk/57:1-2]
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “yang lebih baik amalnya” yaitu yang lebih ikhlas
dan lebih benar. Suatu amal tidak akan diterima sehingga menjadi amal yang ikhlas dan
benar. Ikhlas, jika amal itu karena Allah Azza wa Jalla , dan benar, jika amal itu di atas
Sunnah (ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam )”. (Tafsir al-Baghawi, 1/175)
َ ِﺼﺎ َواﺑْﺘُﻐ
ِﻲ ﺑِ ِﻪ َو ْﺟ ُﻬ ُﻪ ً ﺎن ﻟَ ُﻪ َﺧﺎﻟ
َ ﻻ َﻣﺎ َﻛ ِ َ ﻻ ﯾَ ْﻘﺒَ ُﻞ ﻣ
ِﻦ ْاﻟ َﻌ َﻤﻞ إ ﱠ إ ﱠن ﱠ
َ َاﷲ ِ
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima dari semua jenis amalan kecuali
yang murni untuk–Nya dan untuk mencari wajah–Nya. [HR.An-Nasa’i, no: 3140. Lihat:
Silsilah Ash-Shahîhah, no: 52; Ahkamul Janaiz, hlm. 63]
Oleh karena itu, sangat amat penting untuk memperhatikan, apakah amal kita memenuhi
dua syarat ini?
2/6
Ibadallah,
Banyak hal yang dapat merusakkan ikhlas, sehingga ibadah seseorang menjadi sia-sia,
tanpa pahala. Perusak ikhlas itu antara lain adalah riya’, dan riya’ termasuk dosa besar
sebagaimana dinyatakan oleh Imam adz-Dzahabi rahimahullah di dalam kitab al-Kaba-ir.
Ibadallah,
Riya’ diambil dari kata ru’yah (melihat), secara bahasa riya’ artinya memperlihatkan
kepada orang lain sesuatu yang berbeda dengan yang ada padanya.
Adapun menurut istilah syara’ (agama), maka para ulama memberikan definisi-definisi
yang berbeda, namun intinya sama. Yaitu: Seorang hamba yang melakukan ibadah yang
seharusnya untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla , tetapi dia tidak
meniatkannya untuk Allah Azza wa Jalla , bahkan untuk tujuan duniawi.
Al-‘Izz bin Abdus Salam rahimahullah mengatakan, “Riya’ adalah menampakkan amal
ibadah untuk meraih tujuan dunia, mungkin mencari manfaat duniawi, atau pengagungan,
atau penghormatan”. [Qawa’idul Ahkam 1/147]
Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Hakekat riya’ adalah mencari apa yang ada di
dunia dengan ibadah, asalnya mencari kedudukan di hati manusia”. [Tafsir al-Qurthubi
20/212]
Riya’ merupakan dosa besar dan memiliki berbagai bahaya-bahaya, antara lain:
ِﻦ ﺑ ﱠ
ﺎﷲِ َو ْاﻟﯿَ ْﻮ ِم ُ اﻷ َذى َﻛﺎﻟﱠﺬِي ﯾُ ْﻨﻔ َ ْ ِﻜ ْﻢ ﺑ ْﺎﻟ َﻤ ﱢﻦ َو َ ْﻄﻠُﻮا َ ﯾَﺎ أَﯾﱡ َﻬﺎ اﻟﱠﺬ
ِ ُ ُﺆﻣ ِ ِﻖ َﻣﺎﻟَ ُﻪ ِرﺋَﺎ َء اﻟﻨﱠ
ْ ﺎس َو َﻻ ﯾ ِ ُ ﺻ َﺪ َﻗﺎﺗ ِ ِﯾﻦ آ َﻣﻨُﻮا َﻻ ﺗُﺒ
ۗ ون َﻋﻠَﻰ َﺷ ْﻲ ٍء ِﻣﻤﱠﺎ َﻛ َﺴﺒُﻮا
َ ِر ُ ﺻ ْﻠ ًﺪا ۖ َﻻ ﯾَ ْﻘﺪ
َ ﺻﺎﺑَ ُﻪ َواﺑِ ٌﻞ َﻓﺘَ َﺮ َﻛ ُﻪَ َاب َﻓﺄ ٌ ان َﻋﻠَ ْﯿ ِﻪ ﺗُ َﺮ َ ْاﻵ ِﺧ ِﺮ ۖ َﻓ َﻤﺜَﻠُ ُﻪ َﻛ َﻤﺜَ ِﻞ
ٍ ﺻ ْﻔ َﻮ
ْ ْ ُﱠ
ِ َواﷲ َﻻ ﯾَ ْﻬﺪِي اﻟ َﻘ ْﻮ َم اﻟ َﻜﺎﻓ
َ ِﺮ
ﯾﻦ
3/6
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu batu itu menjadi bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. [Al-Baqarah/2:264]
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman, “Aku paling tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa
beramal dengan suatu amalan, dia menyekutukan selain Aku bersama–Ku pada amalan
itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya. [HR. Muslim, no. 2985]
Seseorang yang beribadah bukan karena Allah Azza wa Jalla , tetapi agar diketahui oleh
manusia, seperti orang yang shalat ketika bersama mereka, namun ketika sendirian, dia
tidak shalat. Ini termasuk kemunafikan.
َ ﺎس َو َﻻ ﯾَ ْﺬ ُﻛ ُﺮ
ون َ ون اﻟﻨﱠ َ اﻟﺼ َﻼ ِة َﻗﺎﻣُﻮا ُﻛ َﺴﺎﻟَﻰ ﯾ
َ ُﺮا ُء ِﻋ ُﻬ ْﻢ َوإِ َذا َﻗﺎﻣُﻮا إِﻟَﻰ ﱠ ﻮن ﱠ
ُ اﷲَ َو ُﻫ َﻮ َﺧﺎد َ ِﻋ َ إِ ﱠن ْاﻟ ُﻤﻨَﺎ ِﻓﻘ
َ ِﯿﻦ ﯾ
ُ ُﺨﺎد
ﱠ
ً اﷲَ إ ﱠﻻ َﻗﻠ
ِﯿﻼ ِ
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut
Allah kecuali sedikit sekali. [An-Nisa’/4:142]
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang
berguna. [Al-Ma’un/107:4-7]
Keempat: Pertama Kali Yang Diadili Dan Dilemparkan Ke Neraka Adalah Orang-Orang
Yang Riya’
4/6
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga telah memperingatkan dengan sangat keras
dari riya’.
َ ﺎل َﻛ َﺬﺑ
َ اﺳﺘُ ْﺸ ِﻬ ْﺪ ُت َﻗ َ ﺎل َﻗﺎﺗَ ْﻠ ُﺖ ﻓ
ْ ِﯿﻚ َﺣﺘﱠﻰ َ ﺎل َﻓ َﻤﺎ َﻋﻤ ِْﻠ َﺖ ﻓِﯿ َﻬﺎ َﻗ
َ ِﻲ ﺑِ ِﻪ َﻓ َﻌ ﱠﺮ َﻓ ُﻪ ﻧِ َﻌ َﻤ ُﻪ َﻓ َﻌ َﺮ َﻓ َﻬﺎ َﻗ ُ ْ َر ُﺟ ٌﻞ
ْﺖ َ اﺳﺘُ ْﺸ ِﻬ َﺪ َﻓﺄﺗ
ﺎر َو َر ُﺟ ٌﻞ ﺗَ َﻌﻠﱠ َﻢ ُ َ ِﯿﻞ ﺛُ ﱠﻢ أُﻣ َ ِ َوﻟَ ِﻜﻨﱠ َﻚ َﻗﺎﺗَ ْﻠ َﺖ
ِ ِﻲ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠ َ ِﺮ ﺑِ ِﻪ َﻓ ُﺴ ِﺤ َﺐ َﻋﻠَﻰ َو ْﺟ ِﻬ ِﻪ َﺣﺘﱠﻰ أ ْﻟﻘ َ ﺎل َﺟﺮي ٌء َﻓ َﻘ ْﺪ ﻗ
ِ
َ ﻷ ْن ﯾُ َﻘ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya manusia pertama kali yang akan
diputuskan (pengadilannya) pada hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid.
Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat-nikmat–Nya kepadanya dan dia
mengakuinya. Allah bertanya: “Apa yang telah engkau lakukan pada nikmat-nikmat–Ku
itu? Dia menjawab: “Aku berperang untuk–Mu sehingga aku mati syahid”. Allah berkata:
“Engkau dusta. Tetapi engkau berperang agar dikatakan ‘seorang pemberani’ dan dahulu
(di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan mengenai orang tersebut, kemudian dia
diseret di atas wajahnya, sehingga dilemparkan di dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya. Dan dia membaca Al-
Qur’an. Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat-nikmat–Nya kepadanya dan dia
mengakuinya. Allah bertanya: “Apa yang telah engkau lakukan pada nikmat-nikmat–Ku
itu? Dia menjawab: “Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku membaca Al-
Qur’an untuk–Mu”. Allah berkata: “Engkau dusta. Tetapi engkau mempelajari ilmu agar
dikatakan ‘seorang yang ‘aalim’, engkau membaca Al-Qur’an agar dikatakan ‘seorang
qaari’’ dan dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan mengenai orang tersebut,
kemudian dia diseret di atas wajahnya, sehingga dilemparkan di dalam neraka.
Dan seorang laki-laki yang Allah luaskan rezekinya, dan Allah juga memberikan berbagai
macam harta benda. Dia didatangkan, Allah menyebutkan nikmat-nikmat–Nya
kepadanya dan dia mengakuinya. Allah bertanya: “Apa yang telah engkau lakukan pada
nikmat-nikmatKu itu? Dia menjawab: “Aku tidak meninggalkan satu jalanpun yang
Engkau menyukai infaq padanya kecuali aku berinfaq padanya untuk-Mu”. Allah berkata:
“Engkau dusta. Tetapi engkau melakukannya agar dikatakan ‘seorang dermawan’ dan
5/6
dahulu (di dunia) telah dikatakan. Lalu diperintahkan mengenai orang tersebut, kemudian
dia diseret di atas wajahnya, sehingga dilemparkan di dalam neraka. [HR. Muslim, no.
1905].
Khutbah Kedua
ْﻚ ﻟَ ُﻪ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ﻣ َ
ُﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪ ُه ﻻ َﺷﺮﯾ َ ِي ﻟَ ُﻪ .أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن َ َ ﱠ ُ
ﻻ إِﻟ َﻪ إِﻻ اﷲ َو ْﺣ َﺪ ُه َ ِ ِﻞ َﻓ َ
ﻼ َﻫﺎد َ ُﻀ ﱠﻞ ﻟَ ُﻪ َو َﻣ ْﻦ ﯾ ْ
ُﻀﻠ ْ ﻼﻣَِﻓ َ
Ibadallah,
Setelah kita mengetahui bahaya riya’ ini, maka marilah kita bersihkan hati dan amal kita
darinya dan dari perkara lainnya yang dapat merusak amal ibadah. Dan kita memohon
keikhlasan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
[Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari di majalah As-Sunnah Edisi
08/Tahun XX/1437H/2016M].
6/6