BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Banyak kelainan kongenital dan perinatal saluran cerna yang dapat menyebabkan
obstruksi parsial atau total. Sebagian besar obstruksi akan melibatkan rectum, anus atau
duodenum, hanya sebagian kecil saja yang mengenai usus halus. Kami akan membahas salah
satu kelainan-kelainan yang penting pada system pencernaan yaitu stenosis pilorik.
Stenosis pylorus terjadi kira-kira pada 1 diantara 150 bayi laki-laki dan 1 diantara 750
bayi perempuan, dan lebih sering terjadi pada bayi laki-laki anak pertama. Pengaruh keturunan
jelas terdapat pada sekitar 15% pasien, tetapi tidak ditemukan suatu pola keturunan tertentu.
B. TUJUAN PENULISAN
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Kata pengantar
Daftar isi
Daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Stenosis pilorik adalah penyempitan di bagian ujung lambung tempat makanan keluar
menuju ke usus halus. Akibat penyempitan tersebut, hanya sejumlah kecil isi lambung yg bisa
masuk ke usus, selebihnya akan dimuntahkan sehingga anak akan mengalami penurunan berat
B. ETIOLOGI
Penyebab stenosis pilorik tidak diketahui, tetapi ada kecenderunganfaktor konginetal ikut
Suatu hipertropi dan hyperplasia otot polos antrum lambung yang difus akan
menyempitkan lumen sehingga mudah tersumbat. Bagian antrum akan memanjang, menebal
menjadi 2 kali ukurn normal dan berkonsistensi seperti tulang rawan. Penebalan otot tidak hanya
terbatas pada suatu kumpulan serabut otot sirkuler yang terpisah yaitu sfingter pylorus, tetapi
meluas ke bagian proksimal ke dalam antrum dan ke bagian distal berakhir pada permulaan
duodenum. Sebagai respons terhadap obstruksi lumen dn paristalik yang kuat otot lambung akan
D. MANIFESTASI KLINIS
muntah proyektil mulai umur 2-3 minggu, dan tidak berwarna hijau ( nonbilious vomiting),
Terkadang dijumpai muntah berwarna hijau dan dapat pula muntahan bercampur darah oleh
Setelah muntah kelihatan selalu masih lapar dan rakus bila diberikan minuman
Bayi senantiasa selalu menangis sesudah muntah dan akan muntah kembali setelah makan.
Penurunan berat badan yang disertai dengan penurunan turgor kulit merupakan tanda adanya
dehidrasi.
Konstipasi merupakan gejala yang sering muncul karena sedikitnya jumlah cairan yang
Pemeriksaan radiologi yaitu dengan barium meal maka akan tampak saluran pilorus kecil dan
Pada fluoroskopi tampak pengosongan lambung terlambat, lambung tampak membesar dan jelas
Pada pemeriksaan ultrasonografi, tampak gambaran dougnat sign atau target bull eye sign.
USG
Diameter pylorus > 14 mm
Panjang > 16 mm
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pembedahan
Pembedahan yang dilakukan adalah pyloromiotomi dengan angka kematian kurang dari 1
persen. Untuk mencegah terjadinya keadaan yang berulang residif, piloromiotomi harus
dilakukan tuntas dengan cara seluruh bagian otot pylorus yang hipertropi dibelah, termasuk
Komplikasi pasca operasi dapat terjadi perdarahan, perforasi dan infeksi luka operasi.
Perforasi duodenum atau lambung merupakan penyulit yang berbahaya sebab adanya suatu
kebocoran enterik dapat menyebabkan nyeri, peregangan perut, demam dan peritonitis, bahkan
dapat terjadi sepsis, kolaps vaskuler dan kematian. Jika terjadi perforasi harus dilakukan
perbaikan dan diberi antibiotika. Pada CHPS piloromiotomi merupakan pilihan utama. Apabila
dikerjakan dengan tepat maka prognosisnya baik dan tidak akan timbul kekambuhan.
Tanpa pembedahan penyembuhan lambat (2-8 bulan), angka kematian lebih tinggi, dan
biaya rawat inap tinggi. Serta dampak yang kurang menguntungkan terhadap perkembangan
emosi akibat perawatan yang lama di rumah sakit. Pengobatan secara medis penyembuhannya
Selain itu dibutuhkan pula obat-obatan penenang, anti tikolinergik dan cairan parenteral.
Terapi nutrisi
Pada pasien post operasi pemberian makanan per oral mulai diberikan 4-6 jam pasca
bedah, setelah 24 jam intake penuh diperbolehkan, Pada pasien non bedah diberikan makanan
kental dicampur tepung dan diberikan dengan porsi yang sedikit tapi sering. Selama kira-kira 1
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Riwayat prenatal
Riwayat neonatal
4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
Kesadaran
TTV
b) Pengukuran umum
Dada (thorax)
Abdomen
o Palpasi : palpasi ke empat kuadran nyeri tekan +/-, splenomegali +/-, hepatomegali +/-.
o Perkusi : untuk mengetahui bunyi yang di hasilkan abdomen dengan cara di ketuk pada setiap
kuadran.
Genetalia
Ekstremitas
B. Diagnosa keperawatan
2. Gangguan kebutuhan eliminasi b.d konstipasi karena kurangnya jumlah cairan yang melalui
C. INTERVENSI
Dx 1 :
- Tujuan : Dalam 2x24 jam gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi
- Kriteria hasil :Intake nutrisi klien meningkat dengan porsi yang sedikit tapi sering, muntah tidak
ada.
- Intervensi
Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.
Dx 2 :
- Intervensi :
Dx 3:
- Kriteria hasil : Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang,
- Intervensi :
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
(CHPS)) adalah salah satu kelainan bedah anak yang menyebabkan muntah pada neonatus.
Terjadi pada 2-3 per 1000 kelahiran. Kelainan berupa hipertrofi otot sirkuler pilorus yang
terbatas. Hal ini menyebabkan penyempitan kanal pylorus oleh kompresi lipatan-lipatan
longitudinal dari mukosa dan pemanjangan pylorus. Obstruksi apertura gastrik menyebabkan
muntah yang nonbilious dan menyemprot. Muntah merupakan tanda kegagalan proses
pengosongan lambung yang mengakibatkan dehidrasi yang makin berat, gangguan elektrolit,
ASKEP hisprung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hirschsprung atau
Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion
dalam rectum atau bagian...
ASKEP Ca Nasofaring
ASKEP CA NASOFARING I. Pengertian Karsinoma
nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari
epitel mukosa nasofaring atau k...
oksigenasi
OKSIGENASI A.Pengertian Oksigenasi adalah proses
penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigenasi merupakan gas t...
sejarah keperawatan
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami bisa m...