Anda di halaman 1dari 18

Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi ISSN : 2442 - 9708 (Online)

Vol. 19 No. 2 September 2019 :191- 208 ISSN : 1411 - 8831 (Print)
Doi: http://dx.doi.org/10.25105/mraai.v19i2.5442

KUALITAS AUDIT, KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN


MANAJEMEN LABA RIIL
Christina Dwi Astuti1*
Nandha Pangestu2
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
*cdwi_astuti@trisakti.ac.id

Abstract
This study examines the effect of audit quality and company characteristics on
real earnings management practices. A total of 144 sample data originating from
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The financial
statement data came from 18 manufacturing companies from 2011 to 2018. Real
earnings management was measured using the Roychowdhury model. Audit quality
variables are proxied by the size of public accounting firms (Big four and Non Big four).
The variables of company characteristics are proxy by company size, leverage and
profitability. The data obtained were processed and analyzed using multiple regression
analysis.
The results revealed that leverage and profitability had a positive effect on real
earnings management. This result implies that the higher the leverage and profitability,
the indication of real earnings management practices. Other findings are that audit
quality and firm size do not affect real earnings management.

Keywords: Real Earnings Management; Audit Quality; Size; Profitability.

Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh kualitas audit dan karakteristik perusahaan
terhadap praktik manajemen laba riil. Sejumlah 144 data sampel yang berasal dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data laporan keuangan
berasal dari 18 perusahaan manufaktur dengan periode waktu 2011 hingga 2018.
Manajemen laba riil diukur dengan menggunakan model Roychowdhury. Variabel
kualitas audit diproksikan dengan ukuran kantor akuntan publik (Big four dan Non Big
four). Variabel karakteristik perusahaan diproksikan dengan ukuran perusahaan,
leverage dan profitabilitas. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan
analisis regresi berganda.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa leverage dan profitabilitas berpengaruh
positif terhadap manajemen laba riil. Hasil ini menyiratkan bahwa semakin tinggi
leverage dan profitabilitas, menjadi indikasi praktik manajemen laba riil. Temuan
lainnya adalah kualitas audit dan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi manajemen
laba riil.

Kata kunci: ManajemenaLaba Riil; Kualitas Audit; Size; Profitabilitas.

191
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

JEL Classification : M41, M42


Submission date : September 2019 Acceptance date : September 2019
*Corresponding Author

PENDAHULUAN

Laporan keuangan didefinisikan sebagaiapenyajian yang terstruktur dari kinerja


keuangan suatu entitas/perusahaan. Informasi kinerja suatu entitas diperlukan untuk
membuat penilai perubahan yang potensial dari sumber dayaaekonomi yang dapat
dikendalikan diamasa datang. Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban para
manajemen atas pengelolaan sumber daya perusahaan. Laba, menjadi salah satu indikator
kinerja manajemen. Informasi ini menjadi perhatian utama dalam laproan
pertanggungjawaban manajemen. Laba juga dapat membantu baik pemilik maupun
berbagai pihak pemangku kepentingan untuk mengestimasi earning powerasuatu entitas
di masa datang (Beaver et al., 1968).
Kontrak pemilik dan agen yangzefisien berisi tentang hak dan kewajiban yang jelas
antara masing-masing pihak, yang bertujuansuntuk meminimumkanskonflik keagenan.
Konflik keagenan ini tercermin dalam praktik manajemen laba di laporan keuangan.
Praktik ini sangat mungkin terjadi karena adanya kesenjangan informasi antara pemilik
dan manajemen (asimentri informasi) dan potensial menimbulkan laporan keuangan
yang menyesatkan. Manajemen memiliki kemampuan untuk melakukan perilaku
oportunistik, melalui pilihan kebijakan akuntansi yang menguntungkan dirinya.
Dampaknya, laba yang dilaporkan dapat lebih tinggi ataupun lebih rendah sesuai
ekspektasinya (Healy & Wahlen, 1999).
Manajemen laba merupakan intervensi yang disengaja dalam proses pelaporan
keuangan eksternal dengan maksud memperoleh beberapa keuntungan pribadi oleh para
manajer. Manajer dapat menggunakan personal judgment dalam menentukan transaksi-
transaksi yang akan dimasukkan kedalam laporan keuangan sehingga dapat mengubah
isi dari laporan keuangan tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya distorsi atau
penyimpangan dari laba yang sebenarnya dihasilkan oleh perusahaan dan memicu
terjadinya manajemen laba, yang kemudian akan menimbulkan misleading information
bagi para pengguna informasi dalam laporan keuangan (Schipper, 1989; Healy &
Wahlen, 1999). Proses praktik manajemen laba dapat diartikan sebagai perencanaan dan
pengendalian sistem pelaporan keuangan untuk memenuhi tujuan manajemen
menyesatkan investor, memenuhi ekspektasi analis, mempertahankan proyeksi
pertumbuhan ekonomi atau tiba pada target pendapatan yang ditentukan sebelumnya
untuk upah insentif mereka (Leuz et. al., 2003).
Praktik manajemen laba mendasari berbagai skandal keuangan yang
menimbulkan kekhawatiran besar pada kualitas informasi keuangan (El Diri, 2017).
Baru-baru ini, beberapa perusahaan di Indonesia melakukan manajemen laba,
diantaranya PT Sunprima Nusantara Pembiayaan, Bank Bukopin, PT Garuda Indonesia,
PT Toshiba, dan PT Timah. Hal yang paling menarik perhatian publik adalah kasus pada
PT Garuda Indonesia yakni adanya dua komisaris menolak mendatangani laporan
keuangan 2018. Mereka menolak pencatatan atas transaksi kerjasama penyediaan
layanan wifi pada penerbangan dalam pos pendapatan. Praktik manajemen laba tersebut
mempengaruhi kualitas laporan keuangannya. Keputusan yang diambil berlandaskan
laporan keuangan yang telah dipermak itu bisa menimbulkan kerugian bagi para

192
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

stakeholder. Diharapkan agar para otoritas pasar modal mempertimbangkan cara untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalisme individu melalui peningkatan kemampuan
penalaran moral, idealisme dan religiusitas dalam upaya mengurangi praktik manajemen
laba.
Secara umum, manajemenwlabatdapat dilakukan melalui dua metode utama yaitu
manajemen laba akural dan manajeman pendapatanqriil. Manajemen laba berbasis akrual
melibatkan pemilihan pilihan akuntansi spesifik untuk transaksi tertentu untuk
memanipulasi laba yang dilaporkan. Praktik manajemen laba riil merupakan suatu
praktik pelaporan laba yang mencerminkan keinginan manajemen atas kinerja
perusahaan. Pembiasaan pengukuran laba baik meningkatkan ataupun menurunkan laba
ini tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Akibatnya, realitas labawmenjadi
tereduksi. Membandingkan kedua bentuk manajemen laba ini, manajemen laba riil lebih
sulit ditemukan karena sifatnya yang dapat disembunyikan dalam kegiatan bisnis normal
(Anagnostopoulou & Tsekrekos, 2016). Praktik manajemen laba yang terjadi di
dalamwperusahaan telah banyak diteliti oleh peneliti dari berbagai negara. Hasil
penelitianwtersebutwmengatakanwbahwa perusahaan dengan ukuran yang besar
ataupun profitabilitas yang tinggi dapatwmenyebabkan manajemen laba riil (Hoang &
Nguyen, 2018 dan Zahmri, 2013). Penelitian yang dilakukan di perusahaan manufaktur
AS tahun 1999-2000 menunjukkan bahwa semakin tinggi independensi komite audit,
semakin rendah praktik manajemen laba.
Perspektif dalam teori agensi, kualitas audit dianggap sebagai mekanisme
pemantauan yang efektif, yang berfungsi dalam mendeteksi manipulasi manajer dan
menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan manajer (Alzoubi, 2017). Kualitas
audit menunjukkan potensi auditor menemukan dan melaporkan salah saji dalam laporan
keuangan kliennya. Meskipun audit laporan keuangan memberikan keyakinan bahwa
penilaian tersebut masuk akal, ada banyak kasus bahwa perusahaan audit tidak dapat
mendeteksi salah saji material atau penipuan ini adalah karena sulit untuk menentukan
apakah ada jumlah manajemen laba yang dapat ditoleransi.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa perusahaan yang diaudit oleh Big-4
berkecenderungan lebih cermat untuk mendeteksi adaya abnormal akrual. (Becker et al.,
1998; Rusmin, 2010; Gerayli et al., 2011). Penelitianwyang dilakukanwolehwHoang &
Nguyen (2018) membuktikan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang termasuk Big 4
memiliki potensi melakukan manajemen laba yang sama dengan perusahaan yang diaudit
oleh auditor selain Big Four. Artinya ukuranwKAP tidak mempengaruhi praktik
manajemen laba riil. Temuan ini berbeda dengan Alzoubi (2016)
yangwmenemukanwbahwa ukuran KAP berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Artinya, jika auditornya adalah Big 4, maka kemungkinan perusahaan tersebut potensial
berpraktik manajemen laba riil lebih rendah. Hoang &Nguyen (2018) menemukan bahwa
kualitas audit Big 4 & Non Big 4 tidak berpengaruh terhadap manajemen laba yang
diukur dengan aktivitas riil. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Alhadab
& clacher (2018) menemukan bahwa terdapat keterkaitan positif antara kualitas audit
yang diukur Big 4 & Non Big 4 yang menunjukkan apabila kualitas audit diberikan oleh
Big 4 maka manajemen laba cenderung kecil.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hoang & Nguyen (2018). Berbeda
dengan Hoang & Nguyen (2018), penelitian ini menggunakan sampel perusahaan
manufaktur terbuka selama 2011 – 2018. Selain itu penambahan variabel ukuran
perusahaan, leverage dan profitabilitas sebagai variabel independen.

193
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

Berdasarkanwlatarwbelakangwmasalahwyang telahwdikemukakan di atas maka yang


menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah kualitas audit mempengaruhi manajemen laba riil?
2. Apakah karakteristik perusahaan mempengaruhi manajemen laba riil?

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS

Teori Keagenan
Teori keagenan menjelaskan tentang hubungan antara manajer dan pemegang
saham (shareholders). Hubungan agen (agency relationship) sebagai perjanjian kontrak
dimana agen dilibatkan oleh prinsipal untuk melaksanakan beberapa tugas dan
pelimpahan tugas serta wewenang terhadap agen untuk menentukan pengambilan
keputusan. Manajer dalam suatu perusahaan bertindak sebagai agen dan pemegang
saham sebagai prinsipal. Kontrak kerja antara agen dengan prinsipal tersebut mengenai
rangkaian aturan yang mengatur bagi hasil atas keuntungan, pengembalian, maupun
risiko yang telah menjadi kesepakatan antara agen dan prinsipal. Hasil yang optimal
dapat terwujud dalam kontrak kerja apabila terdapat fairness (keseimbangan) antara agen
dan prinsipal dimana keseimbangan terwujud apabila agen melaksanaan kewajiban dan
prinsipal memberikan imbalan atau insentif yang memuaskan kepada agen (Jensen &
Meckling, 1976).
Agen menerima tugas dan wewenang dari pemegang saham untuk menjalankan
kegiatan bisnis agar kepentingan pemegang saham dapat terpenuhi dengan baik. Agen,
dalam hal ini manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham,
untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang
dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Namun para manajer atau pengelola
perusahaan dalam menjalankan kegiatannya terkadang mencoba berbagai kesempatan
untuk memenuhi kepentingannya sebagai kepentingan pribadi dan tidak selalu
menjalankan kegiatan hanya untuk memenuhi tujuan terbaik bagi agen semata. Adanya
perbedaan kepentingan dapat mengakibatkan tindakan yang diambil manajemen tidak
selalu mencapai tujuan terbaik dari kepentingan pemegang saham.
Kepentingan dari manajer dan pemegang saham yang berbeda tersebut dapat
mengarah pada agency cost untuk tidak hanya menjalankan dan melakukan kontrol
terhadap kegiatannya sendiri. Biaya agensi (agency cost) dapat berupa biaya pengeluaran
atas pengawasan oleh pemegang saham (principal), yang biasa disebut biaya audit dan
biaya pengeluaran obligasi oleh manajer. Selain itu biaya agensi lainnya juga meliputi
biaya struktur, biaya pengawasan, biaya kontrak lainnya yang mengikat hubungan antara
agen dengan pemegang kepentingan lainnya yang bertentangan serta biaya atas
pengeluaran yang telah hilang akibat ikatan kontrak yang telah melebihi keuntungan
(Fama & Jensen, 1983).
Agency cost dapat memiliki pengaruh secara langsung terhadap kinerja
perusahaan. Apabila kinerja perusahaan buruk maka agency cost akan semakin tinggi,
begitu pula apabila kinerja perusahaan baik maka agency cost akan menurun. Agency
cost dapat dikurangi dengan adanya pengawasan secara efektif sehingga manajer akan
menurunkan tingkat penggunaan hutang dan untuk menghindari adanya financial
distress.
Teori keagenan sangat dibutuhkan untuk mengatasi dua permasalahan yang
terjadi dalam hubungan keagenan. Masalah pertama, disebabkan karena adanya
perbedaan kepentingan atau tujuan antara Agent dan Principal. Untuk mencegah konflik

194
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

karena adanya perbedaan kepentingan, maka solusi bagi konflik tersebut sangat
diperlukan terutama dengan adanya pengawasan dan pengendalian oleh dewan direksi
dan dewan komisaris dalam suatu manajemen perusahaan. Masalah kedua mengenai
pembagian risiko yang akan di tanggung oleh principal dan agent yang memiliki sikap
berbeda-beda dalam menerima risiko. Selain itu perusahaan harus mampu meningkatkan
keikutsertaan dan partisipasi dalam bersaing dengan perusahaan lain maupun dengan
dunia pasar diluar perusahaan. Pembagian kompensasi yang benar dan seimbang bagi
dewan direksi dalam sebuah perusahaan juga dapat mengurangi dan mencegah adanya
perbedaan kepentingan dengan pemegang saham (Eisenhardt, 1989).
Kompensasi yang berlebihan diberikan kepada direksi menyebabkan kelalaian
meningkat dalam fungsi pemantauan dan kontrol mereka. Dengan demikian tata kelola
perusahaan sangat memperhatikan hubungan antara kepentingan berbagai pemangku
kepentingan (terutama antara manajer dan pemegang saham) dengan kinerja manajemen
agar dapat berjalan dengan baik. Terdapat instrumen yang mampu melakukan
pertanggungjawaban agen terhadap penggunaan sumber daya prinsipal yaitu laporan
keuangan. Selain itu laporan keuangan juga dapat digunakan sebagai sumber informasi
dalam mengambil keputusan investasi. Dalam teori agensi, alat keuangan tersebut
digunakan untuk memberikan pengawasan terhadap agen yang dilakukan oleh prinsipal
yaitu pengawasan terhadap kinerja agen. Namun, manajer seringkali melakukan hal yang
menyimpang apabila bonus ataupun reward digambarkan pada laporan keuangan yang
dapat dilihat dalam kinerja keuangan jangka waktu yang singkat (Fama & Jensen, 1983).

Manajemen Laba Riil


Mendefinisikan manajemen laba sebagai intervensi dalam pelaporan keuangan
yang dilakukan oleh manajemen dengan memperoleh beberapa keuntungan pribadi.
Manajemen laba juga dapat diartikan sebagai perubahan dari kinerja ekonomi perusahaan
yang dilaporkan yang dilakukan oleh manajemen untuk mengarahkan para pemangku
kepentingan pada keputusan yang salah dan untuk mempengaruhi kontrak (Schipper et
al., 1989); Leuz et al., 2003). Ada banyak alternatif penyajian informasi-informasi
keuangan yang diijinkan GAAP dan juga menyediakan keputusan atau kebijakan yang
berguna sebagai alternatif dalam melakukan praktik pembukuan oleh institusi lain atau
institusi berbeda.
Penggunaan penilaian pribadi (personal judgement) dalam pelaporan keuangan
perusahaan dan dalam pencatatan transaksi untuk membentuk laporan keuangan untuk
menimbulkan kesalahan dalam melaporkan kinerja ekonomi perusahaan atau untuk
mempengaruhi hasil kesepakatan yang berdasarkan pada jumlah transaksi yang
dilaporkan dalam laporan keuangan adalah salah satu tanda yang memicu terjadinya
manajemen laba dalam suatu perusahaan (Healy & Wahlen, 1999). Sementara Dechow
(1994) menemukan bahwa kualitas laba yang tinggi memberikan informasi tambahan
dari fitur kinerja keuangan perusahaan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
tertentu. Terdapat dua teknik yang sering dilakukan dalam manajemen laba, yaitu
manajemen laba akrual dan manajemen laba riil.
Melakukan manipulasi laba dengan penggunaan prosedur pencatatan akuntansi
dan metode akuntansi yang berbeda tanpa mempengaruhi arus kas secara langsung dan
sesuai dengan aturan GAAP disebut dengan manajemen laba akrual. Manajemen laba
akrual (accrual accounting) memberikan gambaran yang sebenarnya atas posisi
keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang karena proses akrual akan
menghasilkan laba yang lebih smooth tetapi sifatnya kurang konsisten dan relatif

195
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

tergantung pada penilaian manjemen terhadap kondisi keuangan perusahaan jika


dibandingkan dengan manajemen laba riil (Lin & Hwang, 2010; Dechow, 1994).
Di lain pihak, manajemen laba riil adalah manipulasi yang dilakukan dengan
mempengaruhi secara langsung arus kas yang masuk ke perusahaan dengan cara
mengubah waktu atau tanggal dalam melakukan investasi dan tambahan modal atau
keuangan, atau melakukan perubahan struktur dalam operasional, mengatur waktu
penjualan aset tetap dan marketable securities saat pendapatan operasional menurun
hingga melebihi ekspektasi manajemen, mengubah struktur operasi termasuk melakukan
manipulasi penjualan dengan memberikan diskon harga yang abnormal dan
memanipulasi harga pokok penjualan karena adanya kelebihan produksi
(overproduction), serta melakukan window dressing (Roychowdhury, 2006; Gunny,
2010).
Arus kas operasi merupakan salah satu jenis aktivitas dari laporan arus kas yang
terdiri dari aktivitas-aktivitas operasional perusahaan. Metode yang digunakan untuk
melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas operasi adalah manipulasi
penjualan. Manipulasi penjualan berkaitan mengenai manajer yang mencoba menaikkan
penjualan selama periode akuntansi dengan tujuan meningkatkan laba untuk memenuhi
target laba yang diharapkan. Tindakan oportunis manajer melalui manipulasi penjualan
ini dapat dengan menawarkan diskon harga produk secara berlebihan atau memberikan
persyaratan kredit yang sangat lunak. Strategi ini tentu dapat meningkatkan volume
penjualan dan laba periode saat ini. Volume penjualan yang meningkat menyebabkan
laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat
penjualan kredit dan potongan harga. Aktivitas manipulasi penjualan menyebabkan arus
kas kegiatan operasi periode sekarang menurun dibandingkan level penjualan normal dan
pertumbuhan abnormal dari piutang.
Biaya produksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan atau dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu barang. Metode yang digunakan dalam melakukan manipulasi riil
melalui biaya produksi ini adalah produksi berlebih (overproduction). Manajer
perusahaan dapat memproduksi lebih banyak daripada yang diperlukan dengan asumsi
bahwa tingkat produksi yang lebih tinggi akan menyebabkan biaya tetap (fixed cost) per
unit produk lebih rendah. Strategi ini dapat menurunkan cost of goods sold dan
meningkatkan laba operasi.
Biaya diskresioner merupakan biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan
yang akrual dengan output. Biaya-biaya diskresioner (discretionary expenditures) yang
digunakan dalam melakukan tindakan pemanipulasian antara lain biaya iklan, biaya riset
dan pengembangan, serta biaya penjualan, umum, dan administrasi. Perusahaan dapat
menurunkan atau mengurangi biaya diskresioner yang pada akhirnya meningkatkan laba
periode berjalan dan dapat juga meningkatkan arus kas periode sekarang jika perusahaan
secara umum membayar biaya seperti itu secara tunai. Strategi ini dapat meningkatkan
laba dan arus kas periode saat ini namun dengan risiko menurunkan arus kas periode
mendatang.

Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajement Laba Riil
Kualitas audit adalah proses pemeriksaan sistematis sistem mutu yang dilakukan
oleh auditor mutu internal atau eksternal. Kualitas audit merupakan profesionalisme
kerja yang harus benar-benar dipertahankan oleh akuntan publik profesional. Dari
pengertian kualitas audit di atas dapat disimpulkan bahwa seorang auditor dituntut untuk

196
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

memberikan pendapatnya tentang kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh


manajemen dalam bentuk laporan audit yang berkualitas dengan mempertahankan
berbagai atribut kualitas audit.
Independensi sangat penting dimiliki oleh auditor dalam menjaga kualitas audit
dimana akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik diatas kepentingan
manajemen atau kepentingan auditor sendiri dalam membuat laporan auditan. Hasil audit
yang berkualitas dapat mempengaruhi citra dari Kantor Akuntan Publik sendiri. Kualitas
audit yang mengandung kejelasan informasi dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
auditor atas laporan keuangan yang diaudit sesuai dengan standar auditing. Tujuan dari
kualitas audit ini yaitu meningkatkan hasil kinerja audit pelaporan keuangan klien yang
dapat digunakan oleh para pemakai laporan keuangan auditan dengan sikap independensi
auditor dalam menjalankan tugasnya memeriksa salah saji material yang terkandung
laporan keuangan dan melaporkan secara transparan beserta bukti-bukti yang diperoleh.
Audit eksternal sangat berperan dalam mereduksi asimetri informasi di kalangan
manajer dan pemangku kepentingan perusahaan. Asimetri informasi seringkali
memunculkan masalah keagenan. Dengan memverifikasi keandalan dan kewajaran
laporan keuangan, audit atas laporan keuangan meningkatkan kualitas informasi
keuangan yang dihasilkan dan mengeliminir praktik manajemen laba (Ammar et al.,
2018; Lopez, 2018; Zgarni, Hlioui & Zehri, 2016; dan Kim & Park, 2013).
Kualitas audit dapat diukur dengan menggunakan ukuran KAP (KAP Big 4 dan
KAP Non Big 4) dan spesialiasi industri auditor (Gerayli et al., 2011). Ukuran KAP
berhubungan negatif dengan manajemen laba yang diukut dengan discretionary accrual
(Gerayli et al, 2011). Sedangkanwtindakanwmanajemenwlabawterhadapwhasil audit
KAP the Big 4 lebih rendah daripada KAP Non Big 4 (Rusmin, 2010). Oleh karena itu
KAP Big 4 akan berusaha mempertahankan perlindungan kepada publik, dapat
disimpulkan bahwa auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan sebuah
perusahaan hendaknya benar-benar memperhatikan laporan keuangan perusahaan dalam
setiap mengaudit sehingga meminimalisir pihak manajemen untuk melakukan rekayasa
laba untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Kualitas audit antara Big 4 dan non Big 4 yang berbeda telah banyak dilaporkan.
Pertama, karena basis klien di seluruh dunia, perusahaan audit besar memiliki motivasi
yang lebih tinggi sebagai upaya mempertahankan kualitas audit dan menghindari risiko
reputasi (Ammar et al., 2018). Perusahaan-perusahaan Big 4 juga lebih konservatif dalam
memitigasi manajemen laba. Perusahaan audit Big 4 diharapkan memiliki lebih banyak
sumber daya yang berkaitan dengan sejumlah staf, keahlian auditor, anggaran, dan
teknologi, yang memungkinkan mereka untuk melakukan lebih banyak prosedur
ekstensif untuk mendeteksi manajemen laba. Praktik manajemen laba yang lebih rendah
dilaporkan pada klien auditor Big 4, sementara perusahaan audit Non Big 4
memungkinkan manajemen laba yang lebih besar (Ammar et al., 2018; Alzoubi, 2017).
Sebaliknya, sejumlah besar penelitian juga melaporkan tidak ada hubungan antara
kualitas audit dan manajemen laba. Hoang & Nguyen (2018) dan Alhadab & Clacher
(2018) membuktikan tidak ada perbedaan antara Big 4 atau Non Big 4 auditor dalam
mendeteksi praktik manajemen laba. Kepasifan dan efektivitas yang rendah dari otoritas
pasar saham di Vietnam, Hoang & Nguyen (2018) menyatakan bahwa risiko litigasi
perusahaan audit di Vietnam tidak signifikan. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan antara
perusahaan Big 4 dan Non Big 4 mengenai mitigasi manajemen laba. Pada IPO Vietnam
antara 2010-2016 ditemukan bahwa audit yang dilakukan oleh auditor Big 4 tidak dapat
membatasi semua bentuk manajemen laba. Sementara tingkat manipulasi berbasis

197
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

pengeluaran yang lebih rendah dilaporkan, beberapa perusahaan IPO yang diaudit oleh
Big 4 masih melakukan tingkat manipulasi berbasis penjualan yang lebih tinggi (Alhadab
& Clacher, 2018). Kualitas audit yang lebih tinggi, dengan proksi audit oleh Big 4),
diindikasikan berhubungan dengan manajemen laba riil karena menghambat manajemen
laba berbasis akrual (Chi, Lisic & Pevzner, 2011). Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
hipotesis pada penelitian ini dapat dinyatakan:
H1: Kualitas Audit berpengaruh negative terhadap manajemen laba riil

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Riil


Pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba riil masih banyak
diperdebatkan. Perusahaan besar akan terkena tekanan yang lebih tinggi dan pengawasan
pasar yang besar, sehingga menyebabkan biaya reputasi dalam keterlibatan kegiatan
manipulasi (Gul et al., 2009; Kim & Park, 2013; Hoang & Nguyen, 2018). Selain itu,
perusahaan besar biasanya diaudit oleh perusahaan audit berkualitas tinggi yang
memiliki lebih banyak kompetensi auditor untuk mencegah dan mendeteksi manipulasi
laba.
Di sisi lain, manajer di perusahaan besar menghadapi pressure lebih tinggi dalam
mencapai bahkan mengalahkan ekspektasi analis dan menghadapi biaya politik yang
lebih tinggi (Watts & Zimmerman, 1986). Ini dapat memotivasi lebih banyak praktik
window dressing untuk mencapai kinerja yang diharapkan atau mengurangi potensi
risiko politik. Perusahaan besar juga memiliki lebih banyak peluang untuk terlibat dalam
pendapatan
Penelitian Jensen & Meckling (1976) menyebutkan bahwa biaya agensi
meningkat ketika ukuran perusahaan meningkat, dengan kebijaksanaan manajer menjadi
lebih besar. Pengoperasian perusahaan besar cenderung lebih kompleks dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, sulit bagi investor dan pihak luar untuk
mengakses sifat dari kegiatan yang sedemikian kompleks ini, sehingga memungkinkan
lebih banyak ruang bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba. Berdasarkan
paparan diatas, maka hipotesis berikutnya adalah:
H2: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba rill

Pengaruh Leverage terhadap Manajemen Laba Riil


Leverage merupakan perbandingan antara total utang dan total aset yang
menunjukkan beberapa bagian aset yang digunakan untuk menjamin utang. Perusahaan
yang memiliki leverage yang tinggi kemungkinan cenderung melakukan manajeman
laba untuk meningkatkan laba perusahaan. Teori dan bukti empiris telah menunjukkan
hasil yang berbeda pada hubungan antara leverage dan manajemen laba riil. Dalam hal
modal, kualitas pelaporan keuangan sangat penting dalam mengevaluasi keputusan
investasi dan memantau penggunaan modal mereka terutama karena kekuatan yang
terdilusi, menghasilkan biaya kontrol yang tinggi dan tidak ada kesejahteraan, investor
individu memiliki sedikit motivasi dalam mengendalikan kegiatan manajer
(Anagnostopoulou & Tsekrekos, 2016). Sementara itu, pemegang utang swasta memiliki
motivasi dan peluang untuk memantau perusahaan peminjam melalui kontrak utang dan
membutuhkan kualitas informasi yang lebih tinggi (Alzoubi, 2017; Zamri, Rahman &
Isa, 2013). Selain itu, Jensen & Meckling (1976) menyebutkan bahwa sifat perjanjian
utang dapat dilayani dalam mengendalikan keleluasaan manajer dalam arus kas bebas.
Namun, adanya hutang dapat menyebabkan insentif manajer dalam manipulasi
keuangan untuk meningkatkan persepsi kreditor karena perjanjian utang cenderung lebih

198
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

mengikat ketika perusahaan mengalami kerugian (Roychowdhury, 2006). Maka,


perusahaan yang sangat berpengaruh cenderung terlibat dalam manajemen laba yang
meningkatkan pendapatan untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang. Hipotesis
penelitian berikutnya adalah:
H3: Leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil

Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba Riil


Profitabilitas merupakan salah satu indikator keberhasilan yang dicapai oleh
perusahaan dalam menghasilkan laba. Sehingga semakin tingginya profitabilitas dari
suatu perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Profitabilitas merupakan KPI (Key Indicators Performance) untuk
menginformasikan kepada pemegang saham perusahaan. Profitabilitas ini menjadi
motivasi besar bagi manajer untuk memenuhi tolok ukur yang diberikan terkait dengan
laba nol, pendapatan tahun lalu, atau perkiraan analisis (El Diri, 2017). Secara umum,
upaya manajer cenderung untuk menghindari pelaporan kerugian. Akibatnya,
perusahaan termotivasi untuk memperpanjang untaian peningkatan laba. Karenanya,
perusahaan memiliki motivasi besar untuk menginformasikan gambaran yang lebih baik
tentang kinerja perusahaan dan meningkatkan penilaian perusahaan. Hipotesis penelitian
berikutnya adalah:
H4 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil

METODE PENELITIAN

Manajemen laba riil merupakan variabel dependen, diukur dalam 3 metode


berdasarkan model Roychowdhurry (2006) dan Cohen & Zarowin (2010), yaitu tingkat
abnormal arus kas dari operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner.

REMi = REM_CFO +REM_PROD - REM_DISX

a) Dengan menjalankan regresi cross-sectional berikut untuk menghitung tingkat


normal arus kas dari operasi:

b) Penerapkan model Roychowdhury (2006) untuk menghitung tingkat pengeluaran


diskresi normal sebagai berikut:

c) Manajemen pendapatan riil juga dilakukan melalui produksi berlebih untuk


memanfaatkan biaya tetap yang lebih rendah per unit.

199
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

Kualitas audit, merupakan variabel independen. Kualitas audit menunjukkan


kredibilitas laporan keuangan dan berimbas pada meningkatnya kepercayaan investor.
Perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Big 4 diberi nilai 1, dan 0 jika sebaliknya
(Alhadab &Clacher, 2018; Chi, Lisic & Pevzner, 2011).
Ukuran perusahaan diartikan sebagai besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran
perusahaan pada penelitian ini diukur dari jumlah total aset perusahaan sampel. Diukur
dengan menggunakan log (In) dari total aset perusahaan:

Firm Size = Total Aset

Leverageadidefinisikanasebagaiatotalahutangaaterhadap total aset perusahaan.


Leverage yang digunakan sebagaiaaproksiauntuk memperlihatkan kemungkinan gagal
bayar, atau pelanggaran terhadap perjanjian hutang. Variabel ini diukur dengan
menggunakan rasio yang didapat dari:aaaaa

DER = Total Debt / Total Asset

Profitabilitas adalahaindikatorakeberhasilanayangadicapaiaoleh perusahaan


untuk memperoleh laba. Makin tinggiaaprofitabilitas makin tinggi kemampuan
perolehan laba. Untuk dapat mengetahui seberapa besar profitabilitas perusahaan
penghitungan yang digunakan adalah menggunakan Returnaon Asseta(ROA).

ROA = Net Income / Total Asset

Data pada penelitianwwini adalah laporan keuangan dan laporan tahunan


perusahaanamanufaktur yang terdaftar di BEI. Metoda yang digunakan untuk mengambil
sampel adalahccPurposive Sampling. Kriteria dari metoda pada penelitianaini: 1)
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI dengan rentang waktu antara 2011-2018;
2) Perusahaan dengan laba negatif; dan 3) perusahaan yang menyajikan laporan
keuangan dalam mata uang Rupiah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan pada kriteria-kriteria pada metode purposive sampling, maka diperoleh
data sebagai berikut.

Tabel 1
TeknikaPengambilan Sampel
JumlahaperusahaanamanufakturayangaterdaftaradiaBEI tahun 2011 –
111
2018
Jumlahaperusahaanamanufakturayangalabaapositif (95)
Jumlahaperusahaanamanufakturayangadalamamataauang Rupiah (43)
Jumlahaperusahaanayangadijadikanasampel 18
Banyaknyaatahunapenelitianaa 8
Jumlahadataasampelaaa 144
Sumber : Data diolah, 2019

Statistik Deskriptif

200
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

Pada tabel 2 disajikan hasil statistikadeskriptif variabel pada penelitian ini, yaitu

Tabel 2
StatistikaDeskriptif
Standar
N Minimum Maximum Mean Deviation
ManajemenaLaba Riil
144 .00 1.57 .6472 .33076
(REM)
KualitasaAudit (AQ) 144 .00 1.00 .3333 .47304
UkuranaPerusahaan
144 4.97 7.20 6.084 .51452
(FIRM_SIZE)
Leverage (DER) 144 .27 1.27 .7106 .22100
Profitabilitas (ROA) 144 .00 .18 .0671 .05338
Sumber : Data diolah,2019

Hasil dari analisis statistikadeskriptif untuk variabel praktik manajemen laba riil
(REM) menunjukan bahwa nilai minumum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1,58
serta rata-rata yang diperoleh sebesar 0,6472. Standar deviasi REM sebesar 0,33076
melebihi nilai rata-rata manajemen laba riil menunjukan tingginya fluktuasi data variabel
REM. Variabel leverage dalam penelitian ini menunjukkan niali minimum 0,27 dan nilai
maksimum sebesar 1,27 serta rata-rata yang diperoleh sebesar 0,7106. Standar deviasi
leverage sebesar 0,221 lebih rendah dari nilai rata-rata menunjukkan rendahnya fluktuasi
data variabel leverage. Nilai maksimum Profitabilitas menunjukkan 0,18, rata-rata
sebesar 0,0671 serta standar deviasi profitabilitas sebesar 0,05338 menunjukkan
rendahnya fluktuasi data variabel profitabilitas. Sedangkan hasil uji hipotesiss disajikan
Tabel 3 berikut ini.

Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis
Koefisien p-value
Konstanta ,109
Kualitas Audit ,077 .072
Ukuran Perusahaan -,007 .442
Leverage ,513 .000
Profitabilitas 2,831 .000
2
Adjusted R 28,4%
F-value 15.164 .000
Variabel dependen : Manajemen Laba Riil.
Sumber : Data diolah, 2019

Model regresi pada penelitian ini:

REMi it = 0,109 + 0,077 AQit – 0,007 FIRM_SIZE + 0,513 DER


+ 2,831 ROA +it

201
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

Berdasarkanatabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa adjusted R2 sebesar 28,4%


yang berarti bahwa variasi perubahan variabel kualitas audit, ukuran perusahaan,
leverage dan profitabilitas hanya mampu menjelaskan variasi peubahan manajemen laba
riil sebesar 28,4% sedangakan sebesar 71,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
termasuk dalam model regresi.
Hasil Uji F memperlihatkan nilai p-value sebesar 0,000, berarti secara bersama-
sama variabel kualitas audit, ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas mampu
mempengaruhi variabel manajemenalaba riil. Dari uji t diperoleh hasil bahwa hanya
variabel leverage dan profitabilitas yang terbukti berpengaruh positif terhadap
manajemen laba riil, sedangkan variabel kualitas audit dan ukuran perusahaan tidak
terbukti berpengaruh.

PEMBAHASAN

Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Manajemen Laba Riil


Perusahaan yangamenggunakan jasa KAP Big 4 seharusnya dapat menjamin
minimalisasi terjadinya manajemen laba di dalam perusahaan klien, karena memiliki
operasi dalam skala besar. KAP yang memiliki lebih banyak modal, sumber daya
manusia, teknologi dan pengalaman, memungkinkan untuk menyediakan kualitasaaudit
yang lebih tinggi dibandingkan KAP Non Big 4. Selain itu, KAP Big 4 mempunyai basis
klien yang besar dan citra perusahaan yang diakui secara internasional, sehingga
memiliki lebih banyak keuntungan untuk mempertahankan kualitas audit yang
lebihatinggi. Auditor KAP Non Big 4 lebih cenderung lunak dan melaporkan dengan
baik untuk mempertahankan klien yang ada. Dengan demikian, KAP yang memiliki
kualitas audit Big 4 pun tidak menjamin mempengaruhi bagaimana manajemen laba di
dalam perusahaan.
Perusahaan-perusahaan Big 4 juga lebih konservatif dalam memitigasi
manajemen laba. Perusahaan audit Big 4 diharapkan memiliki lebih banyak sumber daya
yang berkaitan dengan sejumlah staf, keahlian auditor, anggaran, dan teknologi, yang
memungkinkan mereka untuk melakukan lebih banyak prosedur ekstensif untuk
mendeteksi manajemen laba. Tingkat praktik manajemen laba yang lebih rendah
dilaporkan pada klien auditor Big 4, sementara perusahaan audit Non Big 4
memungkinkan manajemen laba yang lebih besar (Ammar et al., 2018; Alzoubi, 2017).
Sementara, sejumlah besar penelitian juga melaporkan tidak ada hubungan antara
kualitas audit dan manajemen laba. Hoang & Nguyen (2018) dan Alhadab & Clacher
(2018) melaporkan tidak ada perbedaan antara Big 4 atau Non Big 4 auditor terkait
hubungannya dengan manajemen laba. Kepasifan dan efektivitas yang rendah dari
otoritas pasar saham di Vietnam, Hoang & Nguyen (2018) menyatakan bahwa risiko
litigasi perusahaan audit di Vietnam tidak signifikan. Oleh karena itu, tidak ada
perbedaan antara perusahaan Big 4 dan Non Big 4 mengenai mitigasi manajemen laba.
Pada IPO Vietnam antara 2010-2016 ditemukan bahwa audit yang dilakukan oleh auditor
Big 4 tidak dapat membatasi semua bentuk manajemen laba. Sementara tingkat
manipulasi berbasis pengeluaran yang lebih rendah dilaporkan, beberapa perusahaan IPO
yang diaudit oleh Big 4 masih menunjukkan praktik manipulasi penjualan yang lebih
tinggi (Alhadab& Clacher, 2018). Kualitas audit yang lebih tinggi, dengan proksi audit
oleh Big 4, diindikasikan berhubungan dengan manajemen laba riil karena menghambat
manajemen laba berbasis akrual (Chi, Lisic & Pevzner, 2011).

202
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Hoang &Nguyen (2018) dan Alhadab &
Clacher (2018), tetapi hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ammar et al. (2018); Lopez (2018), Zgarni, Hlioui & Zebri (2016), dan Kim & Park
(2013) yang menyatakan kualitas audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
riil. Setiap KAP baik Big 4 maupun non Big 4 wajib memberikan pelayanan secara
profesional terhadap kliennya, sehingga kualitas audit seharusnya setara. Praktik
manajemen laba riil adalah tindakan manajemen yang dilakukan secara hati-hati dan
terukur. Hubungan yang istimewa antara KAP dengan klien dapat mengakibatkan
perilaku ini tidak dapat dideteksi.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba Riil


Ukuran perusahaan dapat menentukan seberapa besar praktik manajemen laba
yang dilakukan oleh manajer perusahaan. Perusahaan besar cenderung bertindak hati-
hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan pengelolaan
laba secara efisien. Perusahaan yang memiliki aset besar memiliki tekanan yang lebih
tinggi sehingga menyebabkan biaya reputasi yang lebih tinggi dalam keterlibatan
kegiatan manipulasi (Gul et al., 2009; Kim & Park, 2013; Hoang & Nguyen, 2018).
Manajer pada korporasi besar, menghadapi tekanan lebih besar untuk mencapai bahkan
melebihi ekspektasi para analis pasar modal. Perusahaan besar juga menghadapi biaya
politik yang lebih tinggi (Watts & Zimmerman, 1986). Hal ini dapat memotivasi lebih
banyak taktik windows dressing untuk mencapai kinerja yang diharapkan atau
mengurangi potensi risiko politik. Perusahaan besar juga memiliki lebih banyak peluang
untuk terlibat dalam pendapatan. Perusahaan besar cenderung akan mengurangi tindakan
manajemen laba untuk menghindari pengawasan ketat dari analis keuangan dan investor
(Zhou & Elder, 2004).
Penelitian Jensen & Meckling (1976) menyebutkan bahwa biaya agensi
meningkat ketika ukuran perusahaan meningkat., dimana kebijaksanaan manajer
menjadi lebih besar. Pengoperasian perusahaan besar cenderung lebih kompleks
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, sulit bagi investor dan pihak luar
untuk mengakses sifat dari kegiatan yang sedemikian kompleks, sehingga
memungkinkan lebih banyak ruang bagi manajer untuk melakukan manajemen laba.
Makin besar ukuran perusahaan, berbanding terbalik dengan praktik manajemen
laba rill. Perusahaan berskala besar (dilihat dari total aset) dianggap lebih kritis dan lebih
diminati oleh para investor bila dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Hoang & Nguyen (2018) bahwa terdapat
pengaruh antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba rill, semakin besar
perusahaan maka makin besar kemungkinan melakukan manajemen laba rill. Perusahan
yang memiliki jumlah asset yang banyak, tidak termotivasi untuk menjalankan
manajemen laba rill. Argumennya, aktivitas operasional pada perusahaan besar lebih
kompleks, sehingga manajemen akan sangat berhati-hati untuk merekayasa laba
perusahaan dan dalam melakukan pelaporan keuangan, mereka akan melaporkannya
dengan lebih akurat karena mempertimbangkan reputasi perusahaan.

Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba Riil


Kualitas pelaporan keuangan sangat penting dalam mengevaluasi keputusan
investasi dan memantau penggunaan modal mereka karena kekuatan yang terdilusi,
menghasilkan biaya kontrol yang tinggi dan tidak ada kesejahteraan, investor individu

203
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

memiliki sedikit motivasi dalam mengendalikan kegiatan manajer (Anagnostopoulou &


Tsekrekos, 2016). Sementara itu, pemegang utang swasta memiliki motivasi dan peluang
untuk memantau perusahaan peminjam melalui kontrak utang dan membutuhkan kualitas
informasi yang lebih tinggi (Alzoubi, 2017; Zamri, Rahman & Isa, 2013).
Sifat perjanjian utang dapat dilayani dalam mengendalikan keleluasaan manajer
dalam arus kas bebas (Jensen dan Meckling, 1976). Adanya utang dapat menyebabkan
insentif manajer dalam manipulasi keuangan untuk meningkatkan persepsi kreditor
karena perjanjian utang cenderung lebih mengikat ketika perusahaan mengalami
kerugian (Roychowdhury, 2006). Perusahaan yang sangat berpengaruh cenderung
terlibat dalam manajemen laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.
Leverage yang tinggi menunjukkan semakin besar penggunaan utang yang
mengakibatkan meningkatnya risiko keuangan potensial bagi perusahaan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa leverage tidak mempengaruhi praktik manajemen
laba riil. Berarti, perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi, maka tindakan
manajemen laba riil yang dilakukan manajer tetap atau konstan. Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian Hoang & Nguyen (2018) dan Zamri (2013) yang menyatakan
tidak terdapat pengaruh total perbandingan utang dengan ekuitas pada perusahaan
terhadap manajemen laba. Tetapi menurut Alhadab & Clatcher (2018) dan Alzoubi
(2017) menunjukkan bahwa manajemen laba riil dipengaruhi oleh tingkat leverage. Jika
dilihat dari statistik deskriptif, perusahaan manufaktur selama 2011 - 2018 memiliki
tingkat utang yang tergolong aman, dalam arti perusahaan mampu membayar utang yang
digunakan untuk membiayai asset perusahaan, maka manajer tidak tertarik untuk
melakukan manajemen laba riil. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak
membutuhkan tindakan-tindakan dalam membantu perusahaan dalam situasi tertentu.
Perusahaan berada dalam kondisi yang baik dan aman serta mampu membayar hutang
yang digunakan untuk membiayai asset.

Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba Riil


Profitabilitas adalah indikator keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan untuk
dapat menghasilkan laba sehingga semakin tingginya profitabilitas maka semakin tinggi
kemampuan perusahan untuk menghasilkan laba perusahaannya. Profitabilitas
merupakan KPI (Key Indicators Performance) untuk menginformasikan kepada
pemegang saham perusahaan. Hal tersebut memotivasi manajer untuk memenuhi tolok
ukur yang diberikan terkait dengan laba nol, pendapatan tahun lalu, atau perkiraan
analisis (El Diri, 2017). Secara umum, upaya manajer cenderung untuk menghindari
pelaporan kerugian. Akibatnya, perusahaan termotivasi untuk memperpanjang untaian
peningkatan laba. Oleh karena itu, perusahaan memiliki motivasi besar untuk
menginformasikan gambaran yang lebih baik tentang kinerja perusahaan dan
meningkatkan penilaian perusahaan.
Semakin besar return asset, maka tindakan manajemenalaba riil semakin kecil.
Temuan ini memperlihatkan fenomena bahwa perusahaan sampel memiliki profitabilitas
yang cenderung tinggi. Temuan ini konsisten dengan temuannya Hoang & Nguyen
(2018) profitabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba riil. Profitablilitas
yang semakin meningkat menunjukkan pengaruh terhadap dividen yang dibagikan. Saat
profitabilitas tinggi, maka dividen yang dibagikan semakin kecil. Profitabilitas yang
semakin tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang
saham menerima keuntungan yang semakin meningkat. Kemungkinan, para pemegang

204
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

saham memberikan insentif kepada manajer dalam jumlah besar sehingga para manajer
tidak melakukan manajemen laba riil.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Simpulan
Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang pengaruh kualitas audit dan
karakteristik perusahaan terhadap manajemen laba riil. Karakteristik perusahaan yang
diukur dengan leverage dan profitabilitas mampu memberikan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba riil. Sedangkan ukuran perusahaan dan kualitas audit terbukti
tidak mampu memberikan pengaruh terhadap manajemen laba rill.

Keterbatasan
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi
penelitian selanjutnya bahwa sampel tidak dikelompokkan menjadi sub-sub industri dan
kualitas auditor yang tidak terspesialisasi. Pembagian menjadi sub-sub industri
memungkinkan hasil yang berbeda dikarenakan adanya karakteristik khusus dari tiap
industri. Auditor yang terspesialisasi diharapkan dapat memberikan kualitas audit yang
lebih baik dalam menilai laporan keuangan suatu perusahaan industri tertentu.

Saran Untuk Penelitian Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan teoritis terkait
manajemen laba riil. Selain itu diharapkan para auditor di KAP lebih mampu mengenali
indikasi terjadinya manajemen laba riil di perusahaan. Pada penelitian selanjutnya,
diharapkan dapat menambahkan variabel tata kelola dan komite audit dalam mengurangi
terjadinya tindakan manajemen dalam melakukan manajemen laba riil.

DAFTAR PUSTAKA

Alhadab, M., and Clacher, I. (2018). The Impact of Audit Quality on Real and Accrual
Earnings Management Around IPOs. The British Accounting Review, 50(4), 442-
461.
Alzoubi, E.S.S. (2017). Audit Quality, Debt Financing, and Earnings Management:
Evidence from Jordan. Journal of Applied Accounting Research, 17(2), 170-189.
Ammar, M.M., et. al. (2018). The Effect of Auditor Characteristics on Audit Service
Quality from an Audit Client Persperctive in Libya: Proposing Conceptual
Framework. Research Journal of Finance and Accounting, 7(10), 125-134
Anagnostopoulou, S.C., Tsekrekos, A.E. (2016). The Effect of Financial Leverage on
Real and Accrual-Based Earnings Management. Accounting and Business
Research, 47(2), 191-236.
Beaver, W. (1968). Information Content of Annual Earnings Announcements. Journal
of Accounting Research, 6, 67-92.
Becker, C.L., De Fond, M.L., Jiambalvo, J., Subramanyam, K. (1998), The Effect of
Audit Quality on Earnings Management. Contemporary Accounting Research,
15(1), 1-24.
Chi, W., Lisic, L.L., Pevzner, M. (2011), Is Enhanced Audit Quality Associated with
Greater Real Earnings Management? Accounting Horizons, 25(2), 315-335.
Cohen, D.A., Zarowin, P. (2010), Accrual-Based and Real Earnings Management

205
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

Activities Around Seasoned Equity Offerings. Journal of Accounting and


Economics, 50(1), 2-19.

Dechow, M. (1994). Accounting & Economics the Role of Accounting Accruals. Journal
of Accounting and Economics, 18, 3–42.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency theory: An Assessment and Review. The Academy of
Management Review, 14(1), 57-74.
El Diri, M. (2017), Introduction to Earnings Management. Switzerland: Springer.
Fama, E.F. and Jensen, M.C. (1983). Separation of Ownership and Control. Journal of
Law and Economics, 26, 301- 325.
Gerayli, M.S, Yanesari, A.M and Maatoofi, A.R. (2011). Impact of Audit Quality on
Earnings management: Evidence from Iran. International Research Journal of
Finance and Economics, 66, 77
Gul, F.A., Fung, S.Y.K., Jaggi, B. (2009). Earnings Quality: Some Evidence on The Role
of Auditor Tenure and Auditors’ Industry Expertise. Journal of Accounting and
Economics, 47(3), 265-287.
Gunny, K. A. (2010). The Relation between Earnings Management Using Real Activities
Manipulation and Future Performance: Evidence from Meeting Earnings
Benchmarks. Contemporary Accounting Research, 27(3), 855–888.
Healy, P.M., and Wahlen, J. M. (1999). A Review of the Earnings Management
Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, 13 (4),
365-383.
Hoang, T.M. K., and Nguyen, V.K. (2018). Audit Quality, Firm Characteristics and Real
Earnings Management: The Case of Listed Vietnamese Firms. International
Journal of Economics and Financial Issues, 8(4), 243-249.
Jensen, M.C., and Meckling, W.H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4),
305-360.
Kim, Y., Park, M.S. (2013). Real Activities Manipulation and Auditors Client-Retention
Decisions. The Accounting Review, 89(1), 367-401.
Leuz, C., Nanda, D., Wysocki, P. (2003). Earnings Management and Investor Protection:
An International Comparison. Jounal of Financial Economics, 69 (3), 505-527.
Lin, J. W. and Hwang, M. I. 2010. Audit Quality, Corporate Governance, and Earnings
Management: A Meta-Analysis. International Journal of Audit, 14 (1), 57-77.
Roychowdhury, S. (2006). Earnings Management through Real Activities Manipulation.
Journal of Accounting and Economics. 42, 335-370.
Rusmin, R. (2010). Auditor Quality and Earnings Management: Singaporean evidence.
Managerial Auditing Journal, 25(7), 618-638.
Schipper, K. (1989). Commentary on Earnings Management. Accounting Horizons, 3(4),
91-102.
Watts, R.L., and Zimmerman, J.L. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review, 65(1), 131-156.
Zamri, N, Rahman, A & Mohd Isa, N. (2013). The Impact of Leverage on Real Earnings
Management. Procedia Economics and Finance, 7, 86 – 95.
Zhou, J., and Elder, R. (2004). Audit Quality and Earnings Management by Seasoned
Equity Offering Firms. Asia-Pacific Journal of Accounting & Economics, 11(2),
95-120.
Zgarni, I., Hlioui, K., and Zehri, F. (2016). Effective Audit Committee, Audit Quality

206
Kualitas Audit, Karakteristik Perusahaan dan Manajemen Laba Riil

and Earnings Management. Journal of Accounting in Emerging Economies, 6(2),


138-155.

207
Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi Vol. 19 No.2 September 2019

208

Anda mungkin juga menyukai