Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Depkes RI, 2016).

Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompres, menggunakan

gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan sebagai kesatuan

personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah

medik modern yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang

sama untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar,

2004).

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(Depkes RI, 2009).

II.1.1 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Yang dimaksud dengan pelayanan

kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan


kesehatan. Tenaga kesehatan rumah sakit meliputi tenaga medis, tenaga

keperawatan, tenaga kefarmasian, dan tenaga manajemen rumah sakit

(Depkes RI, 2004).

Adapun tugas pokok dan fungsi farmasi rumah sakit menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah

Sakit  adalah:

1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.

2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional

berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.

3. Melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang obat.

4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan farmasi.

5. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.

6. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.

7. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.

8. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar

pengobatan dan formularium rumah sakit.

Secara umum pelayanan farmasi rumah sakit memiliki dua fungsi,

yaitu pengelolaan  perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian dalam

penggunaan obat dan alat kesehatan. Memilih perbekalan farmasi sesuai

kebutuhan pelayanan.

1. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal


2. Mengadakan  perbekalan  farmasi  berpedoman  pada  perencanaan

telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Memproduksi  perbekalan  farmasi  untuk  memenuhi  kebutuhan

pelayanan kesehatan di rumah sakit.

4. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan

yang berlaku.

5. Menyimpan  perbekalan  farmasi  sesuai  dengan  spesifikasi  dan

persyaratan kefarmasian.

6. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah

sakit.

Adapun fungsi pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan

alat kesehatan terdiri dari:

1. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien.

2. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan

alat kesehatan

3. Mencegah  dan  mengatasi  masalah  yang  berkaitan  dengan  obat

dan alat kesehatan.

4. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat

kesehatan.

5. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan serta pasien atau

keluarga pasien.

6. Memberi konseling kepada pasien.

7. Melakukan pencampuran obat suntik.


8. Melakukan penanganan obat kanker.Melakukan penentuan kadar obat

dalam darah.

9. Melakukan pencatatan setiap kegiatan dan melaporkan setiap kegiatan

(Depkes RI, 2004).

II.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

II.2.1 Definisi IFRS

Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu departemen atau unit

atau bagian di suatu rumah sakit yang berada di bawah pimpinan seorang

apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi

persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara

profesional dan merupakan tempat atau fasilitas penyelenggaraan yang

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian

yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar, 2004).

Menurut UU No 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, Instalasi

Farmasi harus melaksanakan pengelolaan alat kesehatan, sediaan

farmasi, dan bahan habis pakai di Rumah dengan sistem satu pintu.

Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1197/MENKES/SK/X/2004, Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang

apoteker dan dibantu oleh beberapa staf yang bertanggung jawab pada

direktur umum dan operasional berperan dalam merencanakan,

menyediakan, menyimpan, menyiapkan, meracik, mendistribusikan obat

yang aman dan rasional di rumah sakit. Instalasi Farmasi merupakan

tempat yang layak untuk menerapkan pelayanan kefarmasian yang


bersifat klinis karena di rumah sakit dapat dilakukan interaksi Farmasis,

Dokter, Perawat dan Pasien (Depkes RI, 2004).

II.2.2 Tugas Instalansi Farmasi Rumah Sakit

Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah

pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan,

peracikan, pelayanan langsung kepada penderita sampai dengan

pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar dan di gunakan

dalam Rumah Sakit untuk penderita rawat tinggal,  rawat jalan,  maupun

untuk semua unit termasuk poliklinik Rumah Sakit (Depkes RI, 2009).

II.2.3 Fungsi Intalansi Farmasi Rumah Sakit

Menurut SK Menkes No. 1197/Menkes/SK/X/2004 fungsi instalasi

farmasi rumah sakit adalah sebagai tempat pengelolaan perbekalan

farmasi serta memberikan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan

obat dan alat kesehatan. IFRS mempunyai dua fungsi dalam

melaksanakan tugas dan pelayanan farmasi yaitu fungsi non-klinik dan

fungsi klinik. Lingkup fungsi farmasi nonklinik adalah perencanaan;

penetapan spesifikasi produk dan pemasok; pengadaan; pembelian;

produksi; penyimpanan; pengemasan dan pengemasan kembali;

distribusi; dan pengendalian semua perbekalan kesehatan yang beredar

dan digunakan di rumah sakit secara keseluruhan (Siregar, 2004).

Lingkup fungsi farmasi klinik mencakup pengkajian dan pelayanan

resep, penelusuran riwayat penggunaan obat, pelayanan informasi obat

(PIO), konseling, visite, pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek


samping obat (MESO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dispensing

sediaan khusus yaitu pencampuran obat suntik, penyiapan nutrisi

parenteral dan penanganan sediaan sitotoksik, serta pemantauan kadar

obat dalam darah (PKOD) (Depkes RI, 2004).

II.2.4 Kegiatan Instansi/Unit Kerja (Permenkes, 2016)

1. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan

kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai ini berdasarkan:

a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi

b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

Pakai yang telah ditetapkan

c. pola penyakit

d. efektifitas dan keamanan

e. pengobatan berbasis bukti

f. mutu

g. harga

h. ketersediaan di pasaran.

2. Perencanaan Kebutuhan

Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan

jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan

efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat

dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan

dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,

epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan

disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan

harus mempertimbangkan

a. anggaran yang tersedia

b. penetapan prioritas

c. sisa persediaan

d. data pemakaian periode yang lalu

e. waktu tunggu pemesanan

f. rencana pengembangan

3. Pengadaan

Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk

merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus

menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang

terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan

yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang

dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode

pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,

pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Untuk memastikan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses

pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus

melibatkan tenaga kefarmasian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:

a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.

b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet

(MSDS).

c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus

mempunyai Nomor Izin Edar.

d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu

yang dapat dipertanggung jawabkan.

Rumah Sakit harus memiliki mekanisme yang mencegah

kekosongan stok Obat yang secara normal tersedia di Rumah Sakit dan

mendapatkan Obat saat Instalasi Farmasi tutup. Pengadaan dapat

dilakukan melalui:

a. Pembelian

b. Produksi Sediaan Farmasi

c. Sumbangan/Dropping/Hibah
4. Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,

spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam

kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua

dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

5. Penyimpanan

Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan

penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus

dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan

kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi

persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban,

ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,

bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan

prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai

sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan

penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan

berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Rumah Sakit harus dapat


menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi

kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan

terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.

6. Pendistribusian

Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka

menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit

pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,

dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi

yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit

pelayanan.

7. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai

Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan

dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi

standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik

izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall)

atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)

dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM. Penarikan Alat


Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang

izin edarnya dicabut oleh Menteri.

8. Pengendalian

Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus

bersama dengan Komite/Tim Farmasi dan Terapi di Rumah Sakit. Tujuan

pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

Medis Habis Pakai adalah untuk:

a. penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit

b. penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi

c. memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan

dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan

serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan

Bahan Medis Habis Pakai.

Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:

a. melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)

b. melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga

bulan berturut-turut (death stock)

c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.


9. Administrasi

Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan

untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan

administrasi terdiri dari

a. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi

perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian,

pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.

Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam

periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).

b. Administrasi Keuangan

Apabila Instalasi Farmasi harus mengelola keuangan maka perlu

menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan

merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya,

pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan

laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian

secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan,

semesteran atau tahunan.

c. Administrasi Penghapusan

Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar

dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai

dengan prosedur yang berlaku.

II.3 Rumah Sakit Tk.II Pelamonia

II.3.1 Sejarah Rumah Sakit Tk.II Pelamonia


Rumah Sakit Tk.II 07.05.01 Pelamonia adalah Rumah Sakit TNI AD

yang merupakan unsur pelaksana Kesehatan Kodam VII/Wrb, sebagai

Badan Pelaksana di bidang Kesehatan di Lingkungan Kodam VII/Wrb

mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi

prajurit TNI, ASN beserta keluarganya yang berhak di jajaran Kodam

VII/Wrb. Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita

dengan status BPJS, Jamsostek, Jamkesmas, pasien perusahaan dan

masyarakat umum dengan memanfaatkan kapasitas lebih yang dimiliki 

selain itu juga sebagai Rumah Sakit rujukan bagi penderita dari Kawasan

Timur Indonesia.

Rumah Sakit Tk.II 07.05.01 Pelamonia juga sebagai Rumkit

Rujukan bagi penderita di lingkungan TNI dan masyarakat umum di

Kawasan  Indonesia Timur telah Terakreditasi 16 pelayanan Versi 2007,

serta  telah memperoleh penetapan kelas Type B oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, dan telah dinyatakan lulus Paripurna

Akreditasi Nasional Versi 2012 oleh Tim KARS Tahun 2016.

Rumah sakit Tk.II Pelamonia merupakan Rumah Sakit TNI-AD

yang merupakan unsur pelaksana kesehatan Angkatan Darat. Rumah


Sakit ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1917 dan

disebut Militaire Hospital. Pada waktu penyerahan kedaulatan Rebuplik

Indonesia pada tahun 1950 Militaire Hospital diserahkan pada TNI-AD dan

diubah namanya menjadi Rumah Sakit Tentara Teritorium VII.

Pada tanggal 1 Juni 1957 dengan berubahnya TT VII menjadi

Komando Daerah Militer Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) yang

kemudian berubah nama menjadi kodam XIV Hasanuddin, maka Rumah

Sakit pun berubah nama dari RST TT.VII menjadi Rumkit KDMSST

kemudian menjadi Rumah Sakit Kodam XIV/Hn “Pelamonia”. Dan kini

dikenal dengan nama Rumkit Tk.II Pelamonia. Secara tekhnis medis

Rumkit tk.II Pelamonia dibawah pembinaan Kesehatan Daerah Militer

(Kesdam).

II.3.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana

a. Lokasi

Rumah Sakit Tk.II Pelamonia terletak dipusat kota di Jl. Jend.

Sudirman No.27, Pisang Utara, Kota Makassar, Sulawesi Sealatan. Dan

termasuk dalam wilayah Kodim 1408/BS.

b. Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasaran yang dimiliki di Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia antara lain :

1. Luas tanah : 28.544 M2

2. Luas bangunan : 20.955 M2

3. Instalasi Kamar Bedah (Kamar Operasi  24 Jam : 7 Kamar)


4. Instalasi Penunjang Diagnosa (Jangdiag) yang meliputi Laboratorium

Klinik dan Radiologi.

5. Instalasi Farmasi : Apotek

6. Instalasi Penunjang Perawatan (Jangwat)

a. Pelayanan Unit Gizi

b. Pelayanan Laudry dan Sterilisasi Alkes

c. Rumah Duka / persemayaman jenazah

d. Kamar Jenazah beserta peralatan

e. Ambulance pasien dan jenazah

7. Kamar ICU/ICCU dan ruang tunggu keluarga pasien ICU/ICCU

8. Sistem Informasi Audio Central

9. Keamanan 24 Jam (Pembatasan jam berkunjung dan Jam Besuk oleh

Provos)

10. Pelayanan Kasir terpadu/ Billing Sistem

11. Area parkir, Kantin, Mushallah dan Loket ATM.

II.3.3 Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Tk.II Pelamonia

a. Visi

“Menjadi Rumah Sakit kebanggaan TNI dan Masyarakat di wilayah

Indonesia Timur Tahun 2020”

b. Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan spesialistik dan

subspesialistik terbaik bagi anggota prajurit, Aparatur Sipil Negara,

keluarga dan masyarakat umum.


2. Peningkatan SDM yang Kompetitif

3. Menyediakan pelayanan unggulan traumatologi, jantung  dan stroke

4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai dengan visi Rumah sakit

5. Melaksanakan pelayanan terbaik berdasarkan nilai disilin, jiwa korsa,

loyalitas, akuntabilitas, trasnparansi, efektifitas dan efisiensi.

6. Meyelenggarakan standarissasi pelayanan untuk mencapai akreditasi

secara paripurna.

c. Motto

“Peduli, Ramah, Jujur, Ikhlas dan Terampil (PRAJURIT)”.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009


Tentang Rumah Sakit; Jakarta.

Depkes RI, 2004. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


No.1997/Menkes/SK/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit. Jakarta.

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016


Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
Departemen Kesehatan Republik Indonesia; Jakarta.

Siregar, Charles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit. Buku Kedokteran EGC;
Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah

dilaksanakan pada tanggal 14 Januari s/d 02 Februari 2019 di Rumah

Sakit Tk.II Pelamonia sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Studi DIII Farmasi.

Makassar, 09 Februari 2019

Mengetahui;
Pembimbing PKL Rumah Sakit Pelamonia

Dewi Yunus, S.Farm, Apt


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas berkat,

rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Praktek Kerja

Lapangan Rumah Sakit (PKL).

Laporan Praktek Kerja Lapangan Rumah Sakit ini disusun sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Diploma Tiga

Farmasi. Dalam pengerjaan Laporan Praktek Kerja Lapangan Rumah

Sakit ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu, oleh

karena itu, penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya

kepada:

1. Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tk.II Pelamonia

2. Penanggung jawab masing-masing Depo dan Gudang Farmasi

3. Seluruh Staf yang terlibat dalam manajemen farmasi Rumah Sakit Tk.II

Pelamonia

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, untuk itu penulis akan

sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun bagi

perbaikan laporan ini.

Makassar, 09 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................3
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang....................................................................................6
I.2 Tujuan..................................................................................................7
I.3 Manfaat................................................................................................7
BAB II TINJAUAN UMUM
II.1 Rumah Sakit.......................................................................................8
II.2 Tugas, Fungsi dan Kewajiban Rumah Sakit......................................8
II.3 Ketentuan Umum dan Peraturan Perundang-undangan...................9
II.4 Kegiatan-Kegiatan Instansi/Unit Kerja.............................................10
II.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit.........................................................11
BAB III GAMBARAN KHUSUS TEMPAT PKL
III.1 Sejarah RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE.............................16
III.2 Lokasi, Sarana dan Prasarana........................................................17
III.3 Visi dan Misi....................................................................................18
III.4 Struktur Organisasi RSUD Andi Makkasau Parepare.....................20
III.5 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUD Andi Makkasau
Parepare.................................................................................................21
BAB III KEGIATAN PKL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Gudang Farmasi.............................................................................22
IV.2 Depo Farmasi Apotek Instalasi Gawat Darurat (IGD)....................29
IV.3 Depo Farmasi Apotek Rawat Inap..................................................36
IV.4 Depo Farmasi Apotek Rawat Jalan................................................42
IV.5 Depo Farmasi Apotek Rawat Umum............................................47
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan......................................................................................50
V.2 Saran................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................51
LAMPIRAN.................................................................................................52

Anda mungkin juga menyukai