Anda di halaman 1dari 48

 

LP 7 DIAGNOSA KEPERAWATAN JIWA


LAPORAN PENDAHULUAN (LP)  
HALUSINASI 
A.  Pengertian 
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Isaacs, 2002). 
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis, 2005).  
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart,
2007). 
Menurut Varcarolis (2006: 393), halusinasi dapat didefenisikan sebagai
terganggunya proses sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. 
B.  Penyebab 
1.  Faktor Predisposisi 
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah: 
a.  Biologis 
 Abnormalitas
 Abnormalitas perkembangan
perkembangan sistem saraf yang berhubu
berhubungan
ngan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian yang berikut: 
-  Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam
perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan
dengan perilaku psikotik. 
-  Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan dan
masalah-masalah pada system reseptor dopamin dikaitkan dengan terjadinya
skizofrenia.  
-  Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya atropi yang
signifikan pada otak manusia.
m anusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia
skizofreni a kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan
kelain an anatomi otak tersebut
te rsebut didukung oleh otopsi (post-
mortem). 

b.  Psikologis 
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.  
 

 
c.  Sosial Budaya 
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi
disertai stress. 

2.  Faktor Presipitasi 


Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:  
a.  Biologis 
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan. 

b.  Stress lingkungan 


 Ambang toleransi
toleransi terhadap
terhadap stress yang berinteraksi
berinteraksi terhadap
terhadap stressor
stressor lingkungan
lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku. 

c.  Sumber koping 


Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.  

C.  Manifestasi Klinis 


1.  Bicara, senyum dan tertawa sendiri  
2.  Menarik diri dan menghindar dari orang lain 
3.  Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata 
4.  Tidak dapat memusatkan perhatian 
5.  Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut  
6.  Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung  
(Budi Anna Keliat, 2005) 

D.  Akibat  
 Adanya gangguang
gangguang persepsi
persepsi sensori halusinasi
halusinasi dapat beresiko mencederai
mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, B.A, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu
keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.  
 

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri
dan orang lain dapat menunjukkan perilaku : 
Data subjektif : 
a)  Mengungkapkan mendengar atau melihat objek yang mengancam  
b)  Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir  

Data objektif : 
a)  Wajah tegang, merah 
b)  Mondar-mandir  
c)  Mata melotot rahang mengatup 
d)  Tangan mengepal 
e)  Keluar keringat banyak 
f)  Mata merah 

E.  Penatalaksanaan 
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :  

1.  Menciptakan lingkungan yang terapeutik 


Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien
 jangan di isolasi baik secara
secara fisik atau emosional.
emosional. Setiap perawat
perawat masuk ke kamar
kamar atau
mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.  

2.  Melaksanakan program terapi dokter  


Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat
yang di berikan. 

3.  Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada  
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat
pe rawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau
orang lain yang dekat dengan pasien. 
 

4.  Memberi aktivitas pada pasien 


Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien
ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak
menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.  

5.  Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan  


Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalny dari
percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki
yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada
keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan
memb iarkan pasien sendirian dan saran yang
di berikan tidak bertentangan. 

F.  Pohon Masalah 

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan  

Gangguan Sensori Perseptual : Halusinasi 

Isolasi Sosial 

Harga Diri Rendah 

Ketidakefektifan koping Klien dan Keluarga  

G.  Asuhan Keperawatan 


1.  Identitas klien 
 

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  

2.  Keluhan utama 


Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 

3.  Faktor predisposisi 


Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  
4.   Aspek fisik/biolog
fisik/biologis
is 
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  
5.   Aspek psikososia
psikososiall 
a)  Genogram yang menggambarkan tiga generasi  
b)  Konsep diri 
c)  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
d)  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  
6.  Status mental 
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  
7.  Kebutuhan persiapan pulang 
8.  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.  
a)  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian. 
b)  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.  
c)  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah. 
d)  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  
9.  Mekanisme koping 
 

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain. 

10. Masalah psikososial dan lingkungan 

Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,


pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 
11.  Pengetahuan 
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.  
12. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas. 
13. Daftar masalah keperawatan 
a)  Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan  
b)  Perubahan sensori perseptual : halusinasi 
c)  Isolasi sosial : menarik diri 
H.  Analisa data 
Data Subyektif   Data Obyektif  
Klien mengatakan melihat Tampak bicara dan ketawa sendiri. 
atau mendengar sesuatu. Mulut seperti bicara tapi tidak keluar suara.  
Klien tidak mampu Berhenti bicara seolah mendengar atau
mengenal tempat, waktu, melihat sesuatu. Gerakan mata yang cepat. 
orang.  Tidak tahan terhadap kontak yang lama. 
Klien mengatakan merasa Tidak konsentrasi dan pikiran mudah beralih
kesepian.  saat bicara. 

Klien mengatakan tidak Tidak ada kontak mata. 


dapat berhubungan sosial.  Ekspresi wajah murung, sedih. 
Klien mengatakan tidak Tampak larut dalam pikiran dan ingatannya
berguna.  sendiri. 
Klien mengungkapkan takut.  Kurang aktivitas. 
Klien mengungkapkan apa . Tidak komunikatif. 
yang dilihat dan didengar . Wajah klien tampak tegang, merah. 
mengancam dan . Mata merah dan melotot. 
membuatnya takut.  . Rahang mengatup. 
. Tangan mengepal. 

. Mondar mandir. 
 

 
I.  Diagnosa 
Diagnosa keperawatan yang dapat ditarik dari pohon masalah tersebut adalah :  
Gangguan persepsi sosial: Halusinasi 
J.  Intervensi 
DIAGNOSA
KEPERAWATAN  TUJUAN  INTERVENSI 

Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK 

sensori: halusinasi  keperawatan selama 3 x 24 jam Klien 

klien mampu mengontrol halusinasi Bina hubungan saling percaya 

dengan kriteria hasil:   Adakan kontak


kontak sering
sering dan singkat
singkat secara
secara

Klien dapat membina hubungan bertahap 

saling percaya  Observasi tingkah laku klien terkait

Klien dapat mengenal halusinasinya  


halusinasinya; jenis, isi, waktu, dan Tanyakan keluhan yang dirasakan klien 

frekuensi halusinasi, respon Jika klien tidak sedang berhalusinasi

terhadap halusinasi, dan tindakan klarifikasi tentang adanya pengalaman

yg sudah dilakukan  halusinasi, diskusikan dengan klien

Klien dapat menyebutkan dan tentang halusinasinya meliputi : 

mempraktekan cara mengntrol SP I 

halusinasi yaitu dengan Identifikasi jenis halusinasi Klien 

menghardik, bercakap-cakap Identifikasi isi halusinasi Klien 

dengan orang lain, terlibat/ Identifikasi waktu halusinasi Klien 

melakukan kegiatan, dan minum Identifikasi frekuensi halusinasi Klien 

obat  Identifikasi situasi yang menimbulkan

Klien dapat dukungan keluarga halusinasi 

dalam mengontrol halusinasinya  Identifikasi respons Klien terhadap

Klien dapat minum obat dengan halusinasi 

bantuan minimal   Ajarkan Klien menghardik


menghardik halusinasi
halusinasi 
 

  Mengungkapkan halusinasi sudah  Anjurka


 Anjurkan
n Klien memasukkan
memasukkan cara

hilang atau terkontrol  menghardik halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian 

SP II 

Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien  

Latih Klien mengendalikan halusinasi

dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain 

 Anjurkan
 Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian 

SP III 

Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien  

Latih Klien mengendalikan halusinasi

dengan melakukan kegiatan (kegiatan

yang biasa dilakukan Klien di rumah) 

 Anjurkan
 Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian 

SP IV 

Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien  


Berikan pendidikan kesehatan tentang

penggunaan obat secara teratur  

 Anjurkan
 Anjurkan Klien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian 

Beri pujian jika klien menggunakan obat

dengan benar. 

Keluarga 
 

  Diskusikan masalah yang dirasakn

keluarga dalam merawat Klien 

Jelaskan pengertian tanda dan gejala,

dan jenis halusinasi yang dialami Klien

serta proses terjadinya 

Jelaskan dan latih cara-cara merawat

Klien halusinasi 

Latih keluarga melakukan cara merawat

Klien halusinasi secara langsung 

Discharge planning : jadwal aktivitas dan

minum obat 

Daftar Pustaka 
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. 
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press. 
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga , Edisi
I. Jakarta: CV. Sagung Seto. 
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:EGC. 

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 


HARGA DIRI RENDAH 

A.  Pengertian 
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart, 2005)  
Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan merasa
lebih rendah dari orang lain (Hamid Achir Yani, 2005) 
 

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Yoeddhas, 2010)  

B.  Penyebab 
1.  Faktor Predisposisi 

a.  Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.  
b.  Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan peran kerja,
harapan peran kultural. 
c.  Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan orang tua
tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.  
2.  Faktor Presipitasi
a.  Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupannya. 
b.  Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana
individu mengalaminya sebagai frustasi  
c.  Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran dan kematian 
d.  Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit dicetuskan oleh
kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk, penampilan, fungsi tubuh,
perubahan fisik berhubungan dengan tumbang normal moral dan prosedur medis
keperawatan 

C.  Manifestasi Klinis 


Menurut Suliswati, 2005 tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :  
1.  Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain 
2.  Mengkritik diri sendiri dan orang lain 
3.  Gangguan dalam berhubungan 
4.  Rasa diri penting yang berlebihan 
5.  Perasaan tidak mampu 
6.  Rasa bersalah 
7.  Pandangan hidup yang pesimis 
8.  Penolakan terhadap kemampuan personal  
9.  Menarik diri secara social 
10. Khawatir dan menarik diri dari realitas  
 

D.  Akibat  
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DEPKES RI, 1998

: 336). 

E.  Penatalaksanaan 
Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:  
a.  Farmakologi. 
b.  Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi keluarga,
terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang tujuannya adalah
memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.  
c.  Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan perkembangan
klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
 
bermasyarakat.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan yang
terdiri dari : 
1.  Persepsi 
2.  Kesadaran klien akan emosi dan perasaan 
3.  Menyadari masalah dan perubahan sikap 
Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu :  
1.  Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan keterbukaan dan saling
percaya. 
2.  Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien untuk
menerima perasaan dan pikirannya. 
3.  Perencanaan realita (realita planing) membantu klien bahwa hanya saja di yang
yang dapat
merubah bukan rang lain. 
4.  Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien melakukan tindakan
yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon adaptif.  

F.  Pohon Masalah 

Deficit Perawatan Diri 


 

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah  

Isolasi social: menarik diri 

Penurunan motivasi diri 

Gangguan citra tubuh

G.  Askep 
1.  Identitas klien 
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  

2.  Keluhan utama 


Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 
3.  Faktor predisposisi 
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  
4.   Aspek fisik/biologi
fisik/biologis

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  
5.   Aspek psikososia
psikososiall 
a)  Genogram yang menggambarkan tiga generasi  
b)  Konsep diri 
c)  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
d)  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  
6.  Status mental 
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  
 

7.  Kebutuhan persiapan pulang 


a.  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.  
b.  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian. 
c.  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi. 

d.  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah. 


e.  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  
8.  Mekanisme koping 
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain. 
9.  Masalah psikososial dan lingkungan 
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 
10. Pengetahuan 
 
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas. 

H.  Analisa Data
Data 
Data Subjektif   Data Objektif  
 Adanya ungkapan yang menegatifk
menegatifkan
an Kontak mata kurang, sering menunduk 
diri  Mudah marah dan tersinggung  
Mengeluh tidak mampu melakukan Menarik diri 
peran dan fungsi sebagaimana mestinya  Menghindar dari orang lain 
Ungkapan mengkritik diri sendiri,
mengejek dan menyalahgunakan diri
sendiri 

I.  Diagnose Keperawatan 


Harga Diri Rendah 

J.  Intervensi 
 

DIAGNOSA
TUJUAN  INTERVENSI 
KEPERAWATAN 
Harga Diri Rendah  Setelah 2x pertemuan, pasien SP 1 
mampu  Identifikasi kemampuan positif yang
Mengidentifikasi kemampuan dan dimiliki 

aspek positif yang dimiliki,  Nilai kemampuan yang dapat dilakukan


Memiliki kemampuan yang dapat saat ini 
digunakan,  Pilih kemampuan yang akan dilatih 
Memilih kegiatan yang Diskusikan dengan pasien beberapa
sesuai kemamampuan  aktifitas yang dapat dilakukan dan dipilih
Melakukan kegiatan yang sudah sebagai kegiatan yang akan pasien
dipiih  lakukan sehari-hari 
Merencanakan kegiatan yang Bantu pasien menetapkan aktifitas mana
sudah  yang dapat pasien lakukan secara mandiri 
Nilai kemampuan pertama yang telah

dipilih 
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien 
SP 2 
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)  
Pilih kemampuan kedua yang dapat
dilakukan 
Latih kemampuan yang dipilih 
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien 
SP 3 
Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 & SP 2) 

Memilih kemampuan ketiga yang dapat


dilakukan 
Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien 

Daftar Pustaka 

Keliat,Budi A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2 . Jakarta: EGC. 
Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika

Press. 
 

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar & Aplikasi Laporan


Lapo ran Pendahuluan & Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosa. Jakarta : Salemba Medika 
Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC 

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 


ISOLASI SOSIAL 

A.  Pengertian 
Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang
lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).  
Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan (Yosep, 2009,
hlm.229). 
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat dan
Kemat, 2009, hlm. 93). 

B.  Penyebab 
1.  Faktor Predis Posisi 
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :  
a.  Faktor Perkembangan 

Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu / pengasuh
kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa percaya. 
b.  Faktor komunikasi dalam keluarga  
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan
gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas. Sikap mengancam dan menjelek
 –  jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi. Orang tua atau anggota keluarga sering
berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk
mengatasi masalah, selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .  

c.  Faktor sosial budaya 


 

Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal,
menyandang cacat atau lanjut usia. Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan
seseorang untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.  
d.  Faktor biologi  

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden tertinggi
skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga menderita skizofrenia. 

2.  Faktor Presipitasi 


Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal maupun
eksternal meliputi. 
a.  Stressor sosial budaya 
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai
kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah

sakit atau dipenjara .


b.  Stressor Giokimic  
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf dapat
merupakan indikasi terjadinya skizofrenia 
c.  Stressor biologic dan lingkungan sosial  
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi
antara individu, lingkungan, maupun biologis.  
d.  Stressor psikologis 
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik mempunyai kemampuan
terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius antara
hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu
terhambat.  
1)  Hubungan ibu dan anak 
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya pada anak,
misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena
karen a belum
dapat mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.  
2)  Dependen versus Interdependen 
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan konflik, di satu sisi
anak ingin mengembangkan kemandiriannya.  

C.  Manifestasi Klinis 


 

1)   Apatis, ekspresi


ekspresi sedih,
sedih, afek tumpul. 
2)  Menghidar dari orang lain (menyendiri) 
3)  Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.  
4)  Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.  
5)  Komunikasi kurang / tidak ada. 

6)  Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.  


7)  Tidak ada
ada  kontak
kontak  mata : klienlebih sering menunduk. 
8)  Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.  
9)  Menolak berhubungan dengan orang lain.  
10) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga
sehari-hari tidak dilakukan. 

D.  Akibat  
Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi (Townsend, M.C, 1998 : 156). Perubahan persepsi sensori halusinasi

adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi
sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau
mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada (Johnson, B.S, 1995:421).
Menurut Maramis (1998:119) halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang
apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun
yang dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.  

E.  Penatalaksanaan 
1.  Farmakoterapi 
2.  Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)  
3.  Terapi psikologi 
4.  Terapi social 
5.  Bila serangan pertama 
a)  Membangkitkan dan diagnosis 
b)  Pemeriksaan psikologi 
c)  Pemeriksaan kimia rutin, skrinning, roksikologi, VDRL dan uji fungsi tiroid  
d)  Elektroensefologram (untuk menyingkirkan epilepsy logus temperralit, neoplasma) (Buku
saku psiatri, penerbit buku kedokteran EGC)  

F.  Pohon Masalah 

Gangguan sensori persepsi :Halusinasi 


 

Isolasi Sosial 

Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)  


 
G. Askep 
1.  Identitas klien 
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  
2.  Keluhan utama 
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 

3.  Faktor predisposisi 


Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  
4.   Aspek fisik/biolog
fisik/biologis
is 
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  
5.   Aspek psikososia
psikososiall 
a)  Genogram yang menggambarkan tiga generasi  
b)  Konsep diri 
c)  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
d)  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  
6.  Status mental 
7.  Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  
8.  Kebutuhan persiapan pulang 
a.  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat makan kembali.  
b.  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
membersihka n WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian. 
c.  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi. 
 

d.  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam


didalam dan diluar rumah. 
e.  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  
9.  Mekanisme koping 
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain. 

10. Masalah psikososial dan lingkungan 


Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 
11. Pengetahuan 
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.  
12. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas. 

13. Daftar masalah keperawatan 


a)  Gangguan sensori persepsi : Halusinasi 
b)  Isolasi sosial 
c)  Gangguan konsep diri : harga diri rendah  

H.  Analisa Data 


Data Subjektif   Data objektif  
Klien mengatakan tidak suka berada di Klien suka melamun, 
rumah sakit jiwa.  Klien tampak sedih, 
Klien mengatakan takut dengan teman- Klien suka menyendiri. 

temannya. 

I.  Diagnose Keperawatan 


Isolasi Sosial 

J.  Intervensi 
DIAGNOSA
TUJUAN  INTERVENSI 
KEPERAWATAN 
Isolasi Sosial 
Setelah dilakukan tindakan SP 1

keperawatan selama 3 x 24 Bina hubungan saling percaya 


 

 jam Klien dapat berinteraksi


berinteraksi Identifikasi penyebab isolasi sosial 

dengan orang lain baik secara SP 2

individu maupun secara Diskusikan bersama Klien keuntungan

berkelompok dengan kriteria hasil :  berinteraksi dengan orang lain dan

Klien dapat membina hubungan kerugian tidak berinteraksi dengan orang

saling percaya.  lain 

Dapat menyebutkan penyebab  Ajarkan kepada Klien cara berken


berkenalan
alan

isolasi sosial.  dengan satu orang 

Dapat menyebutkan keuntungan  Anjurka


 Anjurkan
n kepada
kepada Klien untuk memasuka
memasukan
n

berhubungan dengan orang lain.  kegiatan berkenalan dengan orang lain

Dapat menyebutkan kerugian tidak dalam jadwal kegiatan harian dirumah  

berhubungan dengan orang lain.  SP 3 


Dapat berkenalan dan bercakap- Evaluasi pelaksanaan dari jadwal

cakap dengan orang lain secara kegiatan harian Klien 

bertahap.   Beri kesempatan pada Klien

Terlibat dalam aktivitas sehari-hari  mempraktekan cara berkenalan dengan

dua orang 

 Ajarkan Klien berbincang-bincan


berbincang-bincang
g

dengan dua orang tetang topik tertentu 

 Anjurkan
 Anjurkan kepada
kepada Klien untuk memasuka
memasukan
n

kegiatan berbincang-bincang dengan

orang lain dalam jadwal kegiatan harian

dirumah 

SP 4 

Evaluasi pelaksanaan dari jadwal

kegiatan harian Klien 


 

  Jelaskan tentang obat yang diberikan

(Jenis, dosis, waktu, manfaat dan efek

samping obat) 

 Anjurkan
 Anjurkan Klien memasukan kegiata
kegiatan
n

bersosialisasi dalam jadwal kegiatan

harian dirumah 

 Anjurkan
 Anjurkan Klien untuk bersosialisas
bersosialisasii

dengan orang lain 

Daftar Pustaka 
Marlindawani, Jeney, 2002, Asuhan keperawatan
kepe rawatan pada klien dengan masalah Psikososial

dengan gangguan jiwa 


Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. 

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 


RESIKO BUNUH DIRI 

A.  Pengertian 
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk
menyakiti diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Stuart dan Sundeen,
1995 dalam Fitria, 2009).  
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya
untuk mati. Perilaku bbunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton,
1995 dalam Yosep, 2010). 
 

B.  Penyebab 
1.  Faktor predisposisi 
Lima factor predisposisi yang penunjang pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan (Fitria, 2009): 
a.  Diagnosa Psikiatrik. Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan

bunuh diri mempunyai ganggguan jiwa (ganggan afektif, penyalagunaan zat, dan
skizofrenia).  
b.  Sifat Kepribadian. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan risiko bunuh diri
adalah antipasti, impulsive, dan depresi.  
c.  Lingkungan Psikososial. Diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan
dukungan social, kejadian-kkejadian negative dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan,
atau bahkan perceraian. 
d.  Riwayat Keluarga. Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dpaat menyebabkan seseorang melakukan tinfdakan bunuh diri.  
e.  Faktor Biokimia. Data menunjukkan bahwa pada klien dengan risiko bunuh diri terdapat

peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotonin, adrenalin, dan
dopamine yang dapat dilihat dengan EEG. 

2.  Faktor Presipitasi 


Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca
melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
(Fitria, 2009). 

C.  Manifestasi Klinis 


Tanda dan Gejala menurut Fitria, Nita (2009) : 
1.  Mempunyai ide untuk bunuh diri. 
2.  Mengungkapkan keinginan untuk mati. 
3.  Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.  
4.  Impulsif. 
5.  Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).  
6.  Memiliki riwayat percobaan bunuh diri. 
7.  Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan). 
8.  Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah dan
mengasingkan diri). 
 

9.  Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis dan
menyalahgunakan alcohol). 
10. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).  

D.  Akibat  

Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah
mencederai diri dan lingkungan dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan yang
mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.  

E.  Penatalaksanaan 
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan

pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak


selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung
pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya
kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka
dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah
dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani
 juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro
konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.  

F.  Pohon Masalah 

BUNUH DIRI 
RISIKO BUNUH DIRI 
↑ 
ISOLASI SOSIAL 
↑ 
HARGA DIRI RENDAH KRONIS 
(Fitria, 2009) 

G.  Askep 
1.  Identitas klien 
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  
 

2.  Keluhan utama 


Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 
3.  Faktor predisposisi 

Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  
4.   Aspek fisik/biolog
fisik/biologis
is 
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  
5.   Aspek psikososia
psikososiall 
a)  Genogram yang menggambarkan tiga generasi  
b)  Konsep diri 

c)  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
d)  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  
6.  Status mental 
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  
7.  Kebutuhan persiapan pulang 
a)  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.  
b)  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian. 
c)  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi. 
d)  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah. 
e)  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  
8.  Mekanisme koping 
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain. 
9.  Masalah psikososial dan lingkungan 
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 
10. Pengetahuan 
 

Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.  


11. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas. 
12. Daftar masalah keperawatan 

a)  Risiko bunuh diri. 


b)  Bunuh diri. 
c)  Isolasi sosial. 
d)  Harga diri rendah. (Fitria, 2009). 

H.  Analisa Data 


 No  Data  Masalah 
1.  DS:  klien mengatakan tidak ada harapan hidup lagi   Resiko bunuh diri 
klien merasa tidak berguna lagi  
klien selalu mengatakan tentang kematian dirinya  
klien kadang menunjukkan secara verbal tentang
rencana bunuh diri 
DO:  klien tampak gelisah 
klien tampak sedih 
kontak mata kurang  
klien nampak putus asa 

I.  Intervensi 

No.  Diagnosa Rencana Keperwatan 


Keperawatan  Tujuan  Kriteria Evaluasi  Intervensi 
 

  Resiko bunuh Pasien Setelah 3x pertemuan  Sp 1 : 


diri  tetap pasien mampu Identifikasi benda2 yang dapat
aman dan mengidentifikasi membahayakan pasien. 
selamat  benda2 yang dapat  Amankan benda2 yang yang dapat
dapat
mampu membahayakan pasien. 
mengendalikan Lakukan kontrak treatment. 
dorongan bunuh diri 
pasien mampu  Ajarkan
dorongan cara mengdiri.
mengendalikan
bunuh endalikan
 
mengidentifikasi Sp 2 : 
aspek positif dan Identifikasi aspek positif pasien. 
mampu menghargai
Dorong pasien untuk berpikir positif
diri sebagai individu
terhadap diri 
yang berharga. 
Dorong pasien untuk menghargai diri
pasien mampu
sebagai individu yang berharga. 
mengidentifikasi pola
Sp 3 : 
koping yang
Identifikasi pola koping yang biasa
konstruktif dan
mampu diterapkan pasien. 
menerapkannya.   Nilai pola koping yang biasa
dilakukan. 
klien mampu
rencana masa membut
depan Identifikasi pola koping yang
yang realistis dan konstruktif.  
mampu melakukan Dorong pasien memilih pola koping
kegiatan.  yang konstruktif. 
 Anjurkan
 Anjurka n pasien menerapk
menerapkanan pola
koping yang konstruktuif dalam
kegiatan harian. 
Sp 4 : 
Buat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien. 
Identifikasi cara mencapai rencana
masa depan yang realistis.  
Beri dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih
masa depan. 

Daftar Pustaka 
Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.  
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) Untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa

Berat Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika. 


 

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama 


Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press. 
Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu. 

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 


RESIKO PERILAKU KEKERASAN  

A.  Pengertian 
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang
lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).  
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat, 2005).  
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai
atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008). 
B.  Penyebab
1.  Faktor Predisposisi 
a.  Psikologis 
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak yang mendapat
perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan  
b.  Perilaku 
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan yang
diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikan
perilaku yang wajar  
c.  Sosial Budaya 
Budaya yang pasif  – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku
kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar  

d.  Bioneurologis  
 

Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku
kekerasan 
2.  Faktor Presipitasi 
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan

(Yosep, 2009): 
a.  Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.  
b.  Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.  
c.  Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik. 
d.  Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa. 
e.   Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyala
penyalahgunaan
hgunaan obat dan alkoholi
alkoholisme
sme dan

tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.  


f.  Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga. 

C.  Manifestasi Klinis 


Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut: 
1.  Fisik 
a)  Muka merah dan tegang 
b)  Mata melotot/ pandangan tajam 
   
c) Tangan mengepal
d)  Rahang mengatup 
e)  Postur tubuh kaku 
2.  Verbal 
a)  Bicara kasar  
b)  Suara tinggi, membentak atau berteriak 
c)  Mengancam secara verbal atau fisik 
d)  Mengumpat dengan kata-kata kotor  
e)  Suara keras 
3.  Perilaku 
a)  Melempar atau memukul benda/orang lain 
b)  Menyerang orang lain 
 

c)  Melukai diri sendiri/orang lain 


d)  Merusak lingkungan 
e)   Amuk/agr
 Amuk/agresif 
esif  
4.  Emosi 
a)  Tidak adekuat 

b)  Tidak aman dan nyaman 


c)  Rasa terganggu, dendam dan jengkel  
d)  Tidak berdaya 
e)  Bermusuhan 
5.  Intelektual 
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.  
6.  Spiritual 
erasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.  
7.  Sosial 

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.  


8.  Perhatian 
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual. 

D.  Akibat  
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.  
 
E. Penatalaksanaan 
1.  Farmakologi 
1)  Obat anti psikosis : Phenotizin 
2)  Obat anti depresi : Amitriptyline  
3)  Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam 
4)  Obat anti insomnia : Phneobarbital  
2.  Terapi modalitas 
a)  Terapi keluarga 
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien dengan
memberikan perhatian : 
1)  BHSP 
2)  Jangan memancing emosi klien 
 

3)  Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga  


4)  Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat  
5)  Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialami  
b)  Terapi kelompok 
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau aktivitas lain

dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien karena masalah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.  
c)  Terapi music 
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan kesadaran klien.  

F.  Pohon Masalah 

G.  Askep 
13. Identitas klien 
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  
14. Keluhan utama 
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 
 
15. Faktor predisposisi 
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  
16. Aspek
  fisik/biologis
fisik/biologis 
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  
17. Aspek
  psikososiall 
psikososia
e)  Genogram yang menggambarkan tiga generasi  
f)  Konsep diri 
 

g)  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
h)  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  
18. Status mental 
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,

interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  
19. Kebutuhan persiapan pulang 
f)  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.  
g)  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan
dan merapikan pakaian. 
h)  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi. 
i)  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah. 
 j)  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  
20. Mekanisme koping 

Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain. 
21. Masalah psikososial dan lingkungan 
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 
22. Pengetahuan 
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.  
23. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,

okopasional, TAK dan rehabilitas. 


24. Daftar masalah keperawatan 
a)  Perilaku kekerasan 
b)  Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan  
c)  Perubahan persepsi sensori: halusinasi 
d)  Harga diri rendah kronis 
e)  Isolasi social 
f)  Berduka disfungsional 
g)  Penatalaksanaan regimen teurapeutik inefektif  
h)  Koping keluarga inefektif  

H.  Analisa Data 


 

Data Subjektif   Data Objektif  


Klien mengatakan ingin memukul orang Sikap tampak kaku dan tegang\ 
lain   Agresif, agitasi 
Klien mengatakan ingin membunuh  Mengamuk 
Klien mengatakan benci semua orang  Peningkatan aktivitas motorik 
Mengepalkan tinju 
Merusak benda disekitar  

I.  Intervensi 

DIAGNOSA
TUJUAN  INTERVENSI 
KEPERAWATAN 
Risiko Prilaku BHSP 
Selama perawatan diruangan, SP I: 
Kekerasan 
pasien tidak memperlihatkan Diskusikan penyebab, tanda dan gejala,
bentuk dan akibat PK yang dilakukan
perilaku kekerasan, dengan criteria pasien serta akibat PK 
Latih pasien mencegah PK dengan cara:
hasil 
fisik (tarik nafas dalam & memeukul
apat membina hubungan saling
bantal) 
percaya 
Masukkan dalam jadwal harian 
apat mengidentifikasi penyebab,
tanda dan gejala, bentuk dan
SP II: 
akibat PK yang sering dilakukan 
Diskusikan jadwal harian 
apat mendemonstrasikan cara
mengontrol PK dengan cara :  Latih pasien mengntrol PK dengan cara
sosial 
Fisik 
Social dan verbal  Latih pasien cara menolak dan meminta
Spiritual  yang asertif  
Minum obat teratur   Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 
apat menyebutkan dan
mendemonstrasikan cara SP III: 
mencegah PK yang sesuai  Diskusikan jadwal harian 
apat memelih cara mengontrol PK Latih cara spiritual untuk mencegah PK 
yang efektif dan sesuai  Masukkan dalam jadawal kegiatan
apat melakukan cara yang sudah harian 
dipilih untuk mengontrl PK  SP IV 
emasukan cara yang sudah dipilih Diskusikan jadwal harian 
dalam kegitan harian  Diskusikan tentang manfaat obat dan
endapat dukungan dari keluarga kerugian jika tidak minum obat secara
untuk mengontrol PK  teratur  
apat terlibat dalam kegiatan Masukkan dalam jadwal kegiatan harian 
diruangan 
 

Daftar Pustaka 
 Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003 
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan), Widya
Medika, Jakarta 
Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.  
Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC  
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press. 

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 


WAHAM 
A.  Pengertian 
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)  
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan
sundeen, 2004) 
Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat dibuktikan
dalam kenyataan. (Harold K, 2004) 

B.  Penyebab 
1.  Faktor Predisposisi 
  Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.  
  Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks limbic.  
  Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamat.  
  Virus : paparan virus influensa pada trimester III  
  Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli. 
2.  Faktor Presipitasi 
  Proses pengolahan informasi yang berlebihan  
  Mekanisme penghantaran listrik abnormal 
 

  adanya gejala pemicu 

C.  Klasifikasi Waham 


1.  Waham Agama 
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan
berlebih an dan diucapkjan secra berulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan 

2.  Waham Kebesaran 


Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan 
3.  Waham Somatik 
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang yang
tidak sesuai kenyataan 
4.  Waham Curiga 

Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya
diri nya yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai
kenyataan 
5.  Waham Sisip Fikir  
Klien yakin bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan/dimasukkan kedalam fikiran
yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai kenyataan  
6.  Waham Nihilisti
Nihilistik

Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak didunia/meninngal yang disampaikan secara
berulang yang tidak sesuai kenyataan 
7.  Waham Siar Fikir  

Klien yakin bahwa ada orang lain mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun dia tidak
menyatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai
kenyataan 

D.  Manifestasi Klinis 


Menurut Azis (2003), tanda dan gejala yang dihasilkan atas penggolongan
waham, yaitu: 
1.  Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan 
2.  Klien tampak tidak mempunyai orang lain  
3.  Curiga 
 

4.  Bermusuhan  
5.  Merusak (diri, orang lain, lingkungan) 
6.  Takut, sangat waspada 
7.  Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas 
8.  Ekspresi wajah tegang 

9.  Mudah tersinggung 

E.  Akibat 
Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang
lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan
dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.  

F.  Pohon Masalah 


Resiko tinggi melalukan tindak kekerasan 

Gangguan isi pikir : waham kebesaran  

Koping individu tidak efektif  


J.  Askep 
25. Identitas klien 
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  
26. Keluhan utama 
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 
27. Faktor predisposisi 
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  
28. Aspek
  fisik/biologis
fisik/biologis 
 

Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  
29. Aspek
  psikososiall 
psikososia
i)  Genogram yang menggambarkan tiga generasi  
 j)  Konsep diri 

k)  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
l)  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  
30. Status mental 
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  
31. Kebutuhan persiapan pulang 
k)  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.  
l)  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta membersihkan dan

merapikan pakaian. 
m)  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi. 
n)  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah. 
o)  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  
32. Mekanisme koping 
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain. 
33. Masalah psikososial dan lingkungan 
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,

pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 


34. Pengetahuan 
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.  
35. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas. 
36. Daftar masalah keperawatan 
a)  Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan  
b)  Kerusakan komunikasi : verbal 
c)  Perubahan isi pikir : waham 
d)  Gangguan konsep diri : harga diri rendah.  
 

G.  Analisa Data 


Data Subjektif   Perubahan proses pikir :
klien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai waham
kenyataan 
Klien mengatakan berulang kali 

Data Objektif : 
Klien tampak binggung 

H.  Intervensi 
Dx Perencanaan 
Keperawatan  Tujuan  Kriteria Evaluasi  Intervensi 
Gangguan TUM: ………….  Setelah … x interaksi klien:  Bina hubungan saling
Proses Pikir : …………………  o  Mau menerima percaya dengan klien: 
Waham  …………………  kehadiran perawat di Beri salam 
sampingnya.  Perkenalkan diri, tanyakan
TUK:  o  Menyatakan mau nama serta nama
. Klien dapat menerima bantuan perawat  panggilan yang disukai. 
membina o  Tidak menunjukkan Jelaskan tujuan interaksi 
hubungan saling tanda-tanda curiga  Yakinkan dia dalam
percaya dengan keadaan aman dan
perawat  perawat siap menolong
dan mendampinginya 
Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien akan
tetap terjaga 
Tunjukkan sikap terbuka
dan jujur  
Perhatikan keb dasar dan
beri bantuan u/
memenuhinya 
. Klien dapat Klien menceritrakan ide-ide Bantu klien untuk
mengidentifikasi dan perasaan yang muncul mengungkapkan
perasaan yang secara berulang dalam perasaan dan fikirannya. 
muncul secara fikirannya.   Diskusikan dengan klien
berulang dalam (Setelah 2 X interaksi)  pengalaman yang dialami
pikiran klien.  selama ini termasuk
hubungan dengan orang
 

yang berarti, lingkungan


kerja, sekolah, dsb. 
Dengarkan pernyataan
klien dengan empati tanpa
mendukung / menentang
pernyataan wahamnya. 
. Klien dapat Klien dpt menyebutkan Bantu klien untuk
mengidentifikasi kejadian-kejadian sesuai mengidentifikasi
stressor/pencetus dengan urutan waktu serta kebutuhan yang tidak
wahamnya. harapan/kebutuhan-nya yg terpenuhi serta kejadian
(Triggers Factor)  tdk terpenuhi seperti : yang menjadi factor
Harga diri, rasa aman dsb.  pencetus 
(2 X interaksi)  Diskusikan dengan klien
tentang kejadian-kejadian
transmatik yang
menimbulkan rasa takut,
anxietas maupun
perasaan tidak dihargai. 

Diskusikan dengan klien


cara-cara mengatasi
situasi tersebut. 
Diskusikan dengan klien
apakah ada halusinasi
yang meningkatkan fikiran
/ perasaan yang terkait
wahamnya. 
Hubungkan kejadian-
kejadian tersebut dengan
wahamnya. 
. Klien dapat Klien dapat membedakan Bantu klien
mengidentifikasi pengalaman nyata dengan mengidentifikasi
wahamnya  pengalaman wahamnya.  keyakinannya yang salah
(3x interaksi)  tentang situasi yang nyata
(bila klien sudah siap) 
Diskusikan dengan klien
pengalaman wahamnya
tanpa berargumentasi 
Katakan kepada klien akan
keraguan perawat
terhadap pernyataan klien 
Diskusikan dengan klien
respon perasaan terhadap
wahamnya 
 

 Diskusikan frekuensi,
intensitas dan durasi
terjadinya waham 
Bantu klien membedakan
situasi nyata dengan
situasi yang dipersepsikan
salah oleh klien 
. Klien dapat Klien dapat menjelaskan Diskusikan dengan klien
mengidentifikasi gangguan fungsi hidup pengalaman-pengalaman
konsekuensi dari sehari-hari yang yang tidak
wahamnya (2x diakibatkan ide-ide / menguntungkan sebagai
interaksi)   fikirannya yang tidak sesuai akibat dari wahamnya
dengan kenyataan seperti :  seperti : 
Hubungan dengan orang Hambatan dalam
lain  berinteraksi dg orang lain 
Pekerjaan  Perubahan dalam prestasi
Sekolah  kerja / sekolah 
Prestasi, dsb   Ajak klien
klien melihat bahwa
waham tersebut adalah
masalah yang bantuan
membutuhkan
dari orang lain 
Diskusikan dengan klien
orang/tempat ia minta
bantuan apabila
wahamnya timbul / sulit
dikendalikan.  
. Klien melakukan Klien dapat melakukan .  Motivasi klien memilih
teknik distraksi aktivitas yang konstruktif dan melakukan aktivitas
sbg cara yang dapat mengalihkan yang membutuhkan
menghentikan fokus klien dari wahamnya, perhatian dan ketrampilan
pikiran yg sesuai dengan minatnya fisik 
terpusat pada (3X interaksi)  .  Bicara dengan klien
wahamnya  topik-topik yang nyata 
.  Diskusikan
hobi/aktivitas yang
disukainya 
.  Ikut sertakan klien
dalam aktivitas fisik yang
membutuhkan perhatian
sebagai pengisi waktu
luang 
.  Bertanggung jawab
secara personal dalam
mempertahankan /
 

meningkatkan kesehatan
dan pemulihannya 
.  Beri penghargaan bagi
setiap upaya klien yang
positif  
. Klien dapat .  Keluarga dapat Diskusikan dengan
dukungan menjelaskan tentang keluarga tentang : 
keluarga  pentingnya cara-cara Pengertian waham 
merawat klien di rumah  Penyebab 
.  Keluarga dapat Gejala 
menjelaskan cara-cara Cara merawat 
merawat klien di rumah.  Follow up dan obat 
(4X pertemuan) 

. Klien dan . Klien dapat menggunakan .  Klien dengan


keluarga dapat obat dengan benar kesadaran sendiri mau
menggunakan termasuk :  mentaati program terapi
obat dengan Nama dan orangnya  medik 
benar   Jenis obat  Jelaskan dengan klien /
Dosis  keluarga pentingnya obat
Cara penggunaan obat  bagi kesehatan klien 
Waktu  Diskusikan dengan klien
 jenis obat,
obat, cara
Side efek dan tindakan
penggunaannya, side efek
yang harus dilakukan bila
obat serta kapan dia
terjadi efek samping obat 
harus minta pertolongan
(3X interaksi) 
apabila terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan
sebagai dampak
pemakaian obat 
. Jelaskan kepada klien /
keluarga bahwa
pemberhentian /
perubahan dosis harus
sepengetahuan dan saran
dari dokter yang merawat. 

Daftar Pustaka 
 Aziz R, dkk, Pedoma
Pedoman
n A s uhan K epe
eperawa
rawata
tan
n J iwa S em
emara
arang
ng  : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003 

Santoso, Budi. 2005 – 2006. Pandua


Panduan n Diag nos a Nanda. Jakarta : Prima Medika. 
Di agnos
Stuart, G.W. dan Sundden, S.J. ( 2006). B uku S aku K ep
epera
erawa
wattan J iwa. Jakarta : 
 

EGC 

Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 2006 

Yosep Iyus, 2009, Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Refika Aditama  

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) 


DEFISIT PERAWATAN DIRI 
A.  Pengertian 
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
 jika tidak dapat melakukan
melakukan perawata
perawatan
n diri ( Depkes
Depkes 2000).
2000). 
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).  
Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit
peraatan diri yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan akemat 2007).  
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.  
B.  Penyebab 
1.  Faktor prediposisi 
a)  Perkembangan 
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu. 
b)  Biologis 
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.  
c)  Kemampuan realitas turun 
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri. 
d)  Sosial 
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.  

2.  Faktor presipitasi 


 

Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.  
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:  
a)  Body Image 
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.  
b)  Praktik Sosial 
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.  
c)  Status Sosial Ekonomi 
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.  
d)  Pengetahuan 
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus


menjaga kebersihan kakinya. 
e)  Budaya 
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.  
f)  Kebiasaan seseorang 
 Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, sampo dan lain- lain. 
g)  Kondisi fisik atau psikis 
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya 

C.  Manifestasi Klinis 


1.  Fisik: 
  Badan bau, pakaian kotor  
  Rambut dan kulit kotor  
  Kuku panjang dan kotor  
  Gigi kotor disertai mulut yang bau 
  Penampilan tidak rapi 
2.  Psikologis 
  Malas, tidak ada inisiatif  
  Menarik diri, isolasi diri 
   
Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
3.  Social 
 

  Interaksi kurang 
  Kegiatan kurang 
  Tidak mampu berprilaku sesuai norma  
  Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri 

D.  Akibat  
Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti pasien
dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial dan bahkan
kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap tubuhnya.  

E.  Penatalaksanaan 
1.  Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri  
  Bina hubungan saling percaya 
  Bicarakan tentang pentingnya kebersihan 
 
Kuatkan kemampuan klien merawat diri  
2.  Membimbing dan menolong klien merawat diri  
  Bantu klien merawat diri 
   Ajarkan keterampi
keterampilan
lan secara
secara bertahap
bertahap 
  Buatkan jadwal kegiatan setiap hari 
3.  Ciptakan lingkungan yang mendukung 
  Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri  
  Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien 
  Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman 

F.  Pohon Masalah 


Defisit Perawatan Diri 

Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri  

Isolasi social 
 

Kebersihan diri tidak adekuat (BAB/BAK, Makan minum dan berdandan)  

G.  Askep 
1.  Identitas klien 
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS
(masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.  

2.  Keluhan utama 


Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang ke
rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah, dan
perkembangan yang dicapai. 

3.  Faktor predisposisi 


Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa pada
masa lalu, pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik, seksual, penolakan

dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya
meliputi psikologis, biologis, dan social budaya.  

4.   Aspek fisik/biolog


fisik/biologis
is 
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.  

5.   Aspek psikososia


psikososiall 
a.  Genogram yang menggambarkan tiga generasi 

b.  Konsep diri 


c.  Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok, yang
diikuti dalam masyarakat 
d.  Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah  

6.  Status mental 


Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien, afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi, dan berhitung.  

 
7. Kebutuhan persiapan pulang 
a.  Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat makan kembali.  
 

b.  Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan


membersi hkan WC serta membersihkan dan
merapikan pakaian. 
c.  Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi. 
d.  Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah. 
e.  Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah diminum.  

8.  Mekanisme koping 


Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan stimulus internal,
menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada
orang lain. 
9.  Masalah psikososial dan lingkungan 
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan, pendidikan,
pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan. 

10. Pengetahuan 
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.  
11. Aspek
  medic 
medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi, psikomotor,
okopasional, TAK dan rehabilitas. 
12. Daftar masalah keperawatan 
a.  Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri  
b.  Isolasi Sosial 
c.  Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan, BAB/BAK  

H.  Analisa Data 


Data Subjektif   Data Objektif  
Klien mengatakan dirinya malas Ketidak mampuan mandi atau membersihkan diri
mandi karena airnya dingin,atau di ditandai dengan rambut kotor,gigi kotor,kulit
RS tidak tersedia alat mandi.  berdaki,dan berbau serta kuku panjang dan kotor. 
Klien mengatakan dirinya malas Ketidak mampuan berpakaian atau berhias
berdandan.  ditandai dengan rambut acak-acakan,pakaian kotor
Klien mengatakan ingin disuapi dan tidak rapi,pakaian tidak sesuai tidak bercukur (
makan  laki-laki ) atau tidak berdandan ( wanita ). 

Ketidak mampuan makan secara mandiri ditandai


dengan ketidak mampuan mengambil makan
 

  Klien mengatakan jarang sendiri,makan berceceran,dan makan tidak pada


memberiskan alat kelaminya tempatnya.  
setelah BAK maupun BAB.  Ketidak mampuan BAB atau BAK secara mandiri
ditandai BAK atau BAB tidak pada tempatnya,tidak

membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau


BAK. 

H.  Intervensi 
DIAGNOSA
TUJUAN  INTERVENSI 
KEPERAWATAN 

Defisit Perawatan Setelah dilakukan tindakan TINDAKAN PSIKOTERAPEUTIK 

Diri  keperawatan selama 3 x hari, klien Pasien 

dapat mandiri melakukan Menjelaskan pentingnya kebersihan dan

perawatan diri dengan kriteria:  kerapian diri 

Dapat menjelaskan pentingnya Mendiskusikan ciri-ciri badan bersih dan

kebersihan dan kerapian  rapi 

Menyebutkan ciri-ciri badan yang Menjelaskan manfaat bsdsn bersih dan

bersih dan rapi  rapi dan kerugian jika jika badan tidak

Dapat menyebutkan manfaat bersih dan tidak rapi 

badan bersih dan rapi  Mengajarkan cara menjaga kebersihan


Dapat menyebutkan kerugian dan kerapian diri 

badan badan yang tidak bersih dan Memberikan kesempatan pada

tidak rapi  pasien untuk mendemonstrasikan cara


cara

Dapat mempraktikan cara menjaga kebersihan dan kerapian diri 

melakukan cara perawatan diri Menganjurkan pasien memasukan cara

dengan benar   menjaga kebersihan dan kerapian

Badan bersih dan rapi  kedalam jadwal kegiatan harian 

Badan tidak bau 


 

  Dapat melakukan aktifitas Keluarga 

perawatan diri secara mandiri  Mendiskusikan kesulitan yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien dengan

masalah deficit perawatan diri 

Menjelaskan ciri-ciri pasien yang

mengalami masalah deficit perawatan diri

dan jenis deficit perawatan diri yang

sering dialami oleh pasien dan proses

terjadinya  

Menjelaskan cara  –cara merawat pasien

deficit perawatan diri 

Melatih keluarga mempraktekan cara


merawat pasien dengan deficit perawatan

diri 

Membantu keluarga membuat jadwal

aktifitas perawatan diri bagi pasien

dirumah termasuk minum obat (discharge

 planning ) 

Daftar Pustaka 
 Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo,
2003 
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC 
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan . Jakarta : EGC 
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan
Keperawata n.

Jakarta : CV Sagung Seto 


 

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005  – 2006. Jakarta : Prima
Medika. 
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC. 

Anda mungkin juga menyukai