Anda di halaman 1dari 8

Lex Crimen Vol. VI/No.

8/Okt/2017

PENERAPAN SANKSI PIDANA PENEBANGAN PENDAHULUAN


HUTAN TANPA IZIN MENURUT UNDANG- A. Latar Belakang Masalah
UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG Hukum lingkungan hidup merupakan
PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN instrumen yuridis yang memuat kaedah-
LINGKUNGAN HIDUP1 kaedah tentang pengelolaan lingkungan hidup
Oleh : Grashella Laloan2 yang bertujuan untuk mencegah penyusutan
dan kemerosotan mutu lingkungan,
ABSTRAK sebagaimana yang dikatakan oleh Danusaputro
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1998) bahwa hukum lingkungan hidup adalah
mengetahui bagaimana bentuk-bentuk sanksi konsep studi lingkungan hidup yang
yang diatur dalam Undang-Undang No. 32 mengkhususkan pada ilmu hukum, dengan
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan objek hukumnya adalah tingkat perlindungan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan bagaimana sebagai kebutuhan hidup.3
penerapan sanksi pidana khususnya terhadap Dalam penyelenggaraan pengelolaan
tindakan penebangan hutan tanpa izin. lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
Dengan menggunakan metode penelitian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
yuridis normatif, disimpulkan: 1. Berkaitan hidup, harus didasarkan pada norma hukum
dengan perlindungan dan pengelolaan dalam bentuk peraturan perundang-undangan
lingkungan hidup, bentuk-bentuk sanksi yang untuk dijadikan pedoman, landasan hukum
diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun bagi seluruh masyarakat.4 Produk hukum
2009 merupakan upaya dari bagian penegakan terbaru yang disahkan oleh pemerintah
Hukum Lingkungan yang diterapkan kepada berkaitan dengan lingkungan hidup adalah
kegiatan dan/atau usaha yang ditemukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
pelanggaran terhadap izin lingkungan. tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Penegakan hukum tersebut ditetapkan dalam Lingkungan Hidup. Undang-undang yang mulai
bentuk sanksi administrative, perdata dan berlaku sejak Oktober 2009 dan tercatat dalam
pidana seperti yang termuat dalam Pasal 76, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
Pasal. 87 dan Pasal. 97. 2. Sehubungan dengan 2009 Nomor 140 ini menggantikan peran dari
tindakan penebangan hutan tanpa izin, maka Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
penerapan sanksi pidana dapat dijatuhkan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Salah satu hal
hukuman secara kumulatif, Ketentuan Pasal 97 yang paling dinanti dari penerapan UU No 32
Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang tahun 2009 ini adalah pada konteks
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan penyelesaian masalah pencemeran dan
Hidup, menyatakan tindak pidana yang diatur pengrusakan Lingkungan Hidup, tentang
dalam ketentuan Pidana merupakan kejahatan, bagaimana bentuk penyelesaiannya sampai
yang secara substansi pengaturannya terdapat dengan berbagai ancaman pidana terhadap
dalam Bab XV, yaitu dari Pasal 97 sampai para pelanggarnya.
dengan Pasal 120. Perlindungan hutan ini tidak Menurut Penjelasan Umum Undang-
hanya dalam bentuk mencegah dan membatasi undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
kerusakan hutan tetapi juga mempertahankan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan Hidup Angka (1) menjelaskan: "Undang-
atas hutan, kawasan hutan dan hasil hutan Undang Dasar Negara Republik Indonesia
serta investasi dan perangkat yang Tahun 1945 menyatakan bahwa lingkungan
berhubungan dengan pengelolaan hutan. hidup yang baik dan sehat merupakan hak
Kata kunci: Penerapan sanksi pidana, asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga
penebangan hutan, tanpa izin. Negara Indonesia. Oleh karena itu, Negara,
Pemerintah, dan seluruh pemangku
kepentingan berkewajiban melakukan

1 3
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Dr. Ralfie Pinasang, ST Danusaputro, Hukum Lingkungan, Buku.I Bina Cipta,
SH, MH; Harold Anis, SH, MH Bandung, 1998, hal.46.
2 4
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. M Hamdan, 2000. Tindak Pidana Pencemaran
13071101591 Lingkungan Hidup, Jakarta: Mandar Maju, Hal. 2

133
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

perlindungan dan pengelolaan lingkungan pengamanan yang dituangkan dalam bentuk


hidup dalam pelaksanaan pembangunan peraturan hukum, sehingga akan lahir hukum
berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia yang memperhatikan kepentingan alam dan
dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hukum yang berorientasi pada kepentingan
hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk alam atau nature’s interest oriented law.7
hidup lain". Terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
Jadi, secara nasional landasan hukum lingkungan, kebanyakan dilakukan dalam
mengenai pengaturan mengenai pengelolaan konteks menjalankan suatu usaha ekonomi dan
lingkungan hidup adalah apa yang di atur sering juga merupakan sikap penguasa
dalam undang-undang tersebut, termasuk maupun pengusaha yang tidak menjalankan
juga dengan memperhatikan tingkat kesadaran atau melalaikan kewajiban-kewajibannya
masyarakat dan perkembangan lingkungan dalam perlindungan dan pengelolaan
global serta perangkat hukum internasional lingkungan hidup.
yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Sebagaimana umumnya untuk lahirnya
Kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam suatu Undang-undang (UUD 1945), maka
kaitannya dengan pengelolaan lingkungan undang-undang lingkungan hidup lahir atas
hidup telah berkembang demikian rupa kerjasama antara dua lembaga tinggi negara
sehingga perlu disempumakan untuk mencapai yaitu Presiden dan DPR, yang dalam hal ini
tujuan pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk mengatur tentang
berwawasan lingkungan hidup.5 perlindungan dan pengelolaan lingkungan
Dalam dimensi interaksi manusia dengan hidup Indonesia. Agar undang-undang ini
alam lingkungannya, jelas membutuhkan dipatuhi oleh masyarakat baik sebagai individu
aturan atau norma yang kelihatan sebagai maupun kelompok masyarakat, perusahaan
wujud hukum yang berfungsi sebagai landasan dan lain lain dalam rangka menanggulangi
interaksional lingkungan dari setiap kegiatan perusakan dan pencemaran lingkungan hidup
manusia. Berkaitan dengan hal ini Friedman yang mungkin terjadi, maka dalam Undang-
melihat ada empat fungsi sistem hukum. Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang
Pertama sebagai sistem kontrak sosial, kedua Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan
sebagai sarana penyelesaian sengketa, ketiga hidup ditetapkan adanya sanksi yaitu sanksi
sebagai bagian dari perencanaan soal dalam administratif, perdata dan pidana serta adanya
kebijakan publik yang disebut dengan social tindakan tata tertib.8
engineering function dan keempat sebagai
sosial maintenance, yakni sebagai fungsi B. PERUMUSAN MASALAH
pemeliharaan ketertiban.6 1. Bagaimanakah Bentuk-bentuk Sanksi
Hukum lingkungan hidup merupakan yang diatur dalam Undang-Undang No.
instrumen yuridis yang memuat kaidah-kaidah 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
tentang pengelolaan lingkungan hidup. Hukum dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ?
Lingkungan hidup bertujuan untuk mencegah 2. Bagaimana Penerapan Sanksi Pidana
penyusutan dan kemerosotan mutu lingkungan Khususnya Terhadap Tindakan
agar lingkungan itu dapat dimanfaatkan secara Penebangan Hutan Tanpa Izin ?
lestari oleh manusia (Saile, 2003 : 31).
Manusia di dalam hidupnya harus C. METODE PENELITIAN
melindungi dan mengamankan alam agar Dalam penelitian ini telah menggunakan
dapat terselenggara secara teratur dan pasti, metode penelitian kepustakaan (library
serta dapat diikuti dan ditaati oleh semua research) untuk meneliti bahan-bahan hukum,
pihak. Untuk itu perlu perlindungan dan seperti peraturan perundang-undangan, serta
dokumen tertulis, seperti majalah, jurnal dan
5
Siswanto Sunarso,2005.Hukum Pidana Lingkungan sumber tertulis lainnya yang berhubungan
Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa, Jakarta : dengan materi yang akan dibahas.
Rineka Cipta, Hal, 1.
6
Lawrence Friedman, 2001. American Law System, An
7
Introduction, Second Edition, Di terjemahkan oleh Wisnu Danusaputro, Op-Cit. Hal. 67
8
Basuki, Hukum Amerika Sebuah Pengantar, Jakarta : Tata M. Hamdan. 2000, Tindak Pidana Pencemaran
Nusa. Hal. 11 Lingkungan Hidup, Bandung: Mandar Maju, Hal. 17

134
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Dalam penelitian hukum normatif dengan Upaya penegakan hukum ini dapat
data sekunder diperlukan bahan-bahan hukum dilakukan melalui pengadilan atau di luar
primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum pengadilan. Bentuk dari penegakan hukum ini
primer diperoleh dari peraturan perundang- adalah sanksi perdata berupa pembayaran
undangan yang mengatur tentang lingkungan ganti rugi bagi masyarakat dan pemulihan
hidup, khususnya Undang-Undang Nomor.32 terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan lingkungan hidup.
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sedangkan 3) Penegakan Hukum Lingkungan Pidana
bahan hukum sekunder diperoleh melalui Penegakan Hukum Pidana Lingkungan dapat
kajian literatur, karya-karya ilmiah, jurnal dilaksanakan apabila telah memenuhi salah
hukum dan juga sumber hukum tersier sebagai satu persyaratan berikut:
penunjang pengumpulan data yang diperoleh a. sanksi administratif, sanksi perdata,
dari kamus hukum.9 penyelesaian sengketa alternatif melalui
negosiasi, mediasi, musyawarah diluar
PEMBAHASAN pengadilan setelah diupayakan tidak efektif
A. Bentuk-Bentuk Sanksi Menurut Undang- atau diperkirakan tidak akan efektif.
Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang b. tingkat kesalahan pelaku relatif berat;
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan c. akibat perbuatan pelaku relatif besar; dan
Hidup d. perbuatan pelaku menimbulkan keresahan
Hukum lingkungan merupakan salah satu bagi masyarakat. 10
instrumen yuridis yang memuat tentang Sanksi Pidana merupakan sanksi hukum
kaidah-kaidah perlindungan dan pengelolaan yang bersifat antisipatif bukan reaktif, terhadap
lingkungan hidup. Adapun makna yang dapat pelaku tindak pidana yang berbasis pada
terkandung dan diamanatkan dalam Undang- filsafat determinisme dalam ragam bentuk
Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun sanksi yang dinamis dan spesifikasi, bukan
2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan penderitaan fisik atau perampasan
Lingkungan hidup (UUPPLH) adalah upaya kemerdekaan, dengan tujuan untuk
penegakan hukum yang terdiri dari: memulihkan keadaan tertentu bagi pelaku
1. Penegakan hukum secara administrasi maupun korban.11
2. Penegakan hukum secara perdata Perlunya penggunaan sanksi pidana
3. Penegakan hukum secara pidana menjadi premium remedium karena pada saat
Bentuk-bentuk sanksi yang berlaku dalam penggunaan sanksi pidana menjadi sampingan
hukum lingkungan yang berkaitan dengan atau ultimum remedium dalam penyelesaian
Penegakan hukum lingkungan terbagi menjadi masalah pencemaran dan perusakan
3 (tiga) aspek yaitu: lingkungan hidup, telah menimbulkan
1) Penegakan Hukum Lingkungan beberapa kelemahan diantaranya.12
Administratif. a. Pada umumnya proses perkara perdata
Upaya penegakan Hukum Lingkungan yang memerlukan waktu yang cukup lama,
diterapkan kepada kegiatan dan/atau usaha karena besar kemungkinan pencemar
yang ditemukan pelanggaran terhadap izin akan mengulur-ulur waktu sidang atau
lingkungan. Penegakan hukum tersebut pelaksanaan eksekusi dengan cara
diterapkan melalui sanksi administratif seperti mengajukan banding atau kasasi,
yang termuat dalam Pasal 76 ayat (2) UUPPLH, sementara pencemaran terus
yang terdiri dari: berlangsung.
a. terguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
10
d. pencabutan izin lingkungan. Syahrul Machmud, Penegakan Hukum Lingkungan
2) Penegakan Hukum Lingkungan Perdata Indonesia, Penegakan Hukum Administrasi,Hukum
Perdata dan Hukum Pidana, Graha Ilmu, 2012, hal.159
11
Alvi Syahrin, Ketentuan Pidana Dalam UU No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
9
Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Hidup, PT. Sofmedia, Jakarta, 2011.Hal. 52
12
Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, hal.12-13. Ibid, Hal 55

135
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

b. Jangka waktu pemulihan sulit dilakukan pidana penjara, denda dan tindakan tata
dengan segera, memerlukan waktu yang tertib.
cukup lama. 3. Sanksi pidana penjara denda sangat
c. Dengan tidak menerapkan sanksi pidana, bervariasi tergantung pada sifat perbuatan
tidak ada deter effect (efek pencegahan) dan akibat yang ditimbulkan. Pidana
dari sanksi-sanksi lain tidak dapat penjara bervariasi antara 1-15 tahun,
diharapkan dengan baik sedangkan sanksi denda dimulai dari Rp.
d. Penerapan sanksi administarsi dapat 500.000.000,- sampai Rp. 15.000.000.000,-.
mengakibatkan penutupan perusahaan Rumusan sanksi penjara dalam UUPPLH
industri yang membawa akibat pula 2009 dapat dikatakan tidak konsisten
kepada para pekerja, pengangguran karena dalam beberapa pasal diatur sanksi
bertamabah dan menimbulkan bahaya pidana paling lama satu tahun. Ini berarti
dan kerwanan kejahatan lainnya. snaksi yang dijatuhkan bisa kurang dari satu
Telah terurai di atas bahwa dengan di tahun, sebagaimana karakteristik pidana
berlakukannya Undang-Undang Nomor 32 kurungan, bukan pidana penjara.
tahun 2009 tentang Perlindungan dan 4. Dalam UUPPLH 2009 diatur sanksi pidana
Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan diatur bagi pejabat yang memberikan izin
jawaban atas inkonsitensi konstitusi yang tanpa memenuhi syarat, dan juga diatur
ditawarkan atas derovatif regulasi sebelumnya bagi pejabat yang tidak melakukan
yaitu pada Undang-Undang Nomor 23 tahun pengawasaan terhadapa ketaatan usaha
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup atau kegiatan yang mengakibatkan
(PLH). Perbedaan mendasar pada Undang- pencemaran atau perusakan.
Undang lingkungan sebelumnya tidak 5. Pelaku juga dikenakan sanksi pidana tata
mengakomodir hukuman pidana sehingga tertib sebagaimana dirumuskan dalam Pasal
tindakan pidana seperti pengelolaan hutan 119 UU PPLH 2009, yaitu :
tanpa berwawasan lingkungan tidak dapat di a. perampasan keuntungan yang diperoleh
pidana, sehingga dengan regulasi setelahnya dari tindak pidana;
(Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 b. penutupan seluruh atau sebagian
tentang Perlindungan dan Pengelolaan tempat usaha/atau kegiatan;
Lingkungan Hidup) dimuat ketentuan tentang c. perbaikan akibat tindak pidana;
pidana. Upaya hukum demikian merupakan d. pewajiban mengerjakan apa yang
salah satu dari peran pemerintah yang dapat di dilakukan tanpa hak;
implementasikan. Korelasi lingkungan dan e. penempatan perusahaan dibawah
pengelolaan hutan dapat disinergikan, pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.
sehingga dapat memberikan kesejahteraan Penerapan sanksi pidana penjara dan
bagi masyarakat melalui pembangunan pidana denda dalam UUPPLH bersifat kumulasi
perekonomian nasional yang diselenggarakan bukan alternative, bahkan pidana denda
berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan.13 diperberat dengan sepertiga. Ketentuan
hukum pidana dalam UUPPLH sebagaimana
B. Penerapan Sanksi Pidana Khususnya telah diuraikan dalam bab sebelumnya hanya
Terhadap Tindakan Penebangan Hutan mengatur perbuatan pidana pencemaran
Tanpa Izin. dan/atau perusakan (generic crimes) atau
Berkaitan dengan penerapan sanksi pidana , delik materiel sebagaimana diatur dalam Pasal
ketentuan hukum lingkungan dalam UU PPLH 98 ayat (2, 3), Pasal 99 ayat (2, 3) dan 108,
2009 dikemukakan beberapa hal: akan tetapi mengatur juga perbuatan
1. Kualifikasi tindak pidana yang diatur dalam pelepasan, pembuangan zat, energi dan/atau
UU PPLH 2009 adalah kejahatan. komponen lain yang berbahaya dan beracun,
2. Karena termasuk kejahatan maka sanksi serta mengelola B3 tanpa izin (specific crimes)
pidana dalam UU PPLH 2009 meliputi atau delik formil sebagaimana diatur dalam
Pasal 98 ayat (1), Pasal 99 ayat (1) sampai
dengan Pasal 109. Suatu perbuatan yang diatur
dalam hukum pidana lingkungan untuk dapat
13
WWW. Google. Com.

136
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

dinyatakan sebagai tindak pidana selalu benar yang diperlukan dalam


dikaitkan dengan pengaturan lebih lanjut kaitannya dengan pengawasan dan
dalam hukum administrasi, oleh karena penegakan hukum yang berkaitan
didalam rumusan tindak pidana lingkungan, dengan penrlindungan dan
suatu perbuatan dinyatakan sebagai suatu pengelolaan lingkungan hidup (Pasal
tindak pidana jika dilakukan bertentangan 113)
dengan persyaratan administrasi. 13. penanggungjawab usaha dan/atau
Kualifikasi delik formal sebagimana kegiatan yang tidak melaksanakan
diatur dalam Pasal 100-111 dan 113-115, yaitu paksaan pemerintah (Pasal 114);
: 14 14. mencegah, menghalang-halangi, atau
1. melanggar baku mutu air limbah, baku menggagalkan pelaksanaan tugas
mutu emisi, atau baku mutu gangguan pejabat pengawas lingkungan hidup
(Pasal 100) dan/atau pejabat penyidik pegawai
2. melepaskan dan/atau mengedarkan negeri sipil (Pasal 115)
produk rekayasa genetik ke media Secara khusus penebangan hutan tanpa izin
lingkungan hidup yang bertentangan yang berakibat pada perusakan lingkungan
dengan peraturan perundang- berkaitan dengan penerapan Pasal. 109
undangan atau izin lingkungan (Pasal UUPPLH yang menyatakan bahwa: Setiap orang
101) yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
3. melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa memiliki izin lingkungan sebagaimana
tanpa izin (Pasal 102) dimakksud dalam Pasal. 36 ayat (1), di pidana
4. menghasilkan limbah B3 dan tidak dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
melakukan pengelolaan (Pasal 103) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
5. melakukan dumping limbah dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00
bahan media lingkungan hidup tanpa (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
izin (Pasal 104) 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
6. memasukkan limbah atau limbah B3 ke Dari uraian diatas kelihatan bahwa
dalam wilayah Indonesia (Pasal 105 penegakan sanksi pidana adalah penjatuhan
dan Pasal 106) hukuman terhadap orang yang melakukan
7. memasukkan B3 yang dilarang tindak pidana lingkungan. Jadi jelas
menurut peraturan perundang- terdapat adanya keterkaitan yang erat antara
undangan ke dalam wilayah Indonesia izin lingkungan dengan izin usaha dan/atau
(Pasal 107) kegiatan, kedudukan dokumen lingkungan
8. melakukan pembakaran lahan (Pasal hidup seperti AMDAL atau UKL-UPL itu sendiri
108) merupakan syarat utama yang diwajibkan
9. melakukan usaha dan/atau kegiatan dalam memperoleh izin lingkungan dan izin
tanpa memiliki izin lingkungan (Pasal usaha dan/atau kegiatan merupakan satu
109) kesatuan sistem perizinan dalam UU Nomor 32
10. menyusun Amdal tanpa memiliki tentang PPLH.
sertipikat kompetensi penyusunan Penerapan sanksi pidana merupakan bagian
Amdal (Pasal 110) daipada penegakan hukum lingkungan terdiri
11. pemberian izin lingkungan oleh atas 15 :
pejabat tanpa dilengkapi dengan 1. Tindakan untuk menerapkan
AMdal atau UKL-UPL atau izin usaha perangkat hukum melalui upaya
tanpa dilengkapi dengan izin pemaksaan sanksi hukum guna
lingkungan (Pasal 111) menjamin ditaatinya ketentuan-
12. memberikan informasi palsu, ketentuan yang termuat dalam
menyesatkan, menghilangkan peraturan perundang-undangan
informasi, merusak informasi atau lingkungan hidup
memberikan keterangan yang tidak

15
Ilyas Asaad,Penegakan Hukum yang berkaitan dengan
14
Lihat, UU No. 32 Tahun 2009. Hukum Lingkungan di Indonesia, 2008, hal.3.

137
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

2. Penegakan hukum lingkungan memiliki Amdal. Amdal tidak hanya mencakup


bertujuan kajian terhadap aspek biogeofisik dan kimia
penaatan (compliance) terhadap nilai- saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial
nilai perlindungan ekosistem dan budaya, dan kesehatan masyarakat.
fungsi lingkungan hidup. Sedangkan untuk setiap Usaha dan/atau
Selain itu, adanya penerapan sanksi pidana Kegiatan yang tidak berdampak penting, sesuai
terhadap kejahatan kehutanan sebagai dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang
kejahatan lingkungan hidup seperti yang telah Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dimuat dalam UU No. 32 Tahun 2009 tentang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan
Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan untuk memiliki UKL-UPL.
Hidup yang juga memuat sanksi pidana dan Telah terurai di atas bahwa dengan di
denda terkait kejahatan lingkungan hidup. berlakukannya Undang-Undang Nomor 32
Penerapan sanksi pidana disamping tahun 2009 tentang Perlindungan dan
dijatuhkan sanksi pidana secara kumulatif, Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan
mengingat dampak/akibat dari tindak pidana jawaban atas inkonsitensi konstitusi yang
di bidang Kehutanan ini merugikan keuangan ditawarkan atas derovatif regulasi sebelumnya
negara, ekonomi dan sosial maka hendaknya yaitu pada Undang-Undang Nomor 23 tahun
pemberian sanksi tidak hanya sebuah sanksi 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
pidana kepada pelaku dengan sanksi yang (PLH). Perbedaan mendasar pada Undang-
seberat-beratnya melainkan juga harus Undang lingkungan sebelumnya tidak
diperhatikan kerugian negara dengan mengakomodir hukuman pidana sehingga
memberikan sanksi ”tindakan tata tertib “ tindakan pidana seperti pengelolaan hutan
Keterjalinan antara hukum pidana dengan tanpa berwawasan lingkungan tidak dapat di
hukum administrasi dalam hukum lingkungan pidana, sehingga dengan regulasi setelahnya
kepidanaan, merupakan suatu fakta yang harus (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
diterima keberadaannya dan akan menjadikan tentang Perlindungan dan Pengelolaan
penegakan hukum lingkungan lebih baik jika Lingkungan Hidup) dimuat ketentuan tentang
berjalan dengan bersinergi, atau menjadi pidana. Upaya hukum demikian merupakan
kendala jika tidak bersinergi.16 salah satu dari peran pemerintah yang dapat di
Bahwa alasan mengapa hukum pidana implementasikan. Korelasi lingkungan dan
lingkungan ketergantungan pada hukum pengelolaan hutan dapat disinergikan,
administrasi dikarenakan yang mengeluarkan sehingga dapat memberikan kesejahteraan
izin dan/atau mengetahui adanya pelanggaran bagi masyarakat melalui pembangunan
adalah lembaga administrasi. Misalkan apabila perekonomian nasional yang diselenggarakan
ada suatu ambang baku mutu yang ditetapkan, berdasarkan prinsip berwawasan lingkungan.
namun kemudian perusahaan mendapatkan
izin untuk melewati ambang batas tersebut, PENUTUP
maka hal tersebut tidak dapat dipidana. Atau A. Kesimpulan
dengan kata lain tindakan yang seharusnya 1. Berkaitan dengan perlindungan dan
tindak pidana menjadi bukan tindak pidana pengelolaan lingkungan hidup, bentuk-
karena sifat melawan hukumnya hilang.17 bentuk sanksi yang diatur dalam
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan merupakan upaya dari bagian
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap penegakan Hukum Lingkungan yang
Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak diterapkan kepada kegiatan dan/atau
penting terhadap lingkungan hidup wajib usaha yang ditemukan pelanggaran
terhadap izin lingkungan. Penegakan
16
Alvi Syahrin, Ketentuan Dalam UU No. 32 Tahun 2009 hukum tersebut ditetapkan dalam
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan bentuk sanksi administrative, perdata
Hidup, Cetakan PT. Sofmedia, 2011, hal. 23.
17 dan pidana seperti yang termuat dalam
Andi Hamzah, SH, Penegakan Hukum Lingkungan,
Arikha Media Cipta, Jakarta, 1995.Hal.23 Pasal 76, Pasal. 87 dan Pasal. 97.

138
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

2. Sehubungan dengan tindakan Arief Barda Nawai, , Bunga Rampai Kebijakan


penebangan hutan tanpa izin, maka Hukum Pidana, Citra Aditya,
penerapan sanksi pidana dapat Bandung, 1996
dijatuhkan hukuman secara kumulatif, Alvi Syahrin, Ketentuan Dalam UU No. 32
Ketentuan Pasal 97 Undang-Undang No. Tahun 2009 Tentang
32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Perlindungan dan Pengelolaan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lingkungan Hidup, Cetakan PT.
menyatakan tindak pidana yang diatur Sofmedia, 2011, hal. 23.
dalam ketentuan Pidana merupakan Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan,
kejahatan, yang secara substansi Arikha Media Cipta, Jakarta,
pengaturannya terdapat dalam Bab XV, 1995.Hal.23
yaitu dari Pasal 97 sampai dengan Pasal Asaad Ilyas, Penegakan Hukum yang berkaitan
120. Perlindungan hutan ini tidak hanya dengan Hukum Lingkungan di
dalam bentuk mencegah dan Indonesia, 2008
membatasi kerusakan hutan tetapi juga A Ridwan Halim, Hukum Pidana Dalam Tanya
mempertahankan hak-hak negara, Jawab, Ghalia Indonesia,Jakarta,
masyarakat dan perorangan atas hutan, 1986
kawasan hutan dan hasil hutan serta Daud Silalahi, 2001. Hukum Lingkungan Dalam
investasi dan perangkat yang Sistem Penegakan Hukum
berhubungan dengan pengelolaan Lingkungan Indonesia,Bandung
hutan. Dodik Ridho Nurrochmat dan M. Fadhil Hasan,
Ekonomi Politik Kehutanan,
B. Saran Mengurai Mitos dan Fakta
1. Laju kerusakan hutan yang cukup tinggi dari Pengelolaan Hutan, Indef 2012.
waktu ke waktu membuat pemerintah perlu Forest Watch Indonesia, Potret Keadaan Hutan
melakukan tindakan dan mengambil Indonesia Periode Tahun 2000 –
langkah baik preventif maupun represif 2009, Edisi Pertama 2011.
untuk mengatasi praktik penebangan hutan Danusaputro Munadjat ST, Hukum
tanpa izin dan illegal logging yang telah Lingkungan, Buku.I Bina Cipta,
lama terjadi dan memberikan perlindungan Bandung, 1998.
hutan agar kelestarian hutan tetap terjaga, Erwin Muhamad.2009. Hukum Lingkungan
karena hutan memiliki peran yang sangat Dalam Sistem Kebijaksanaan
penting dalam kehidupan. Pembangunan Lingkungan
2. Mengingat penyelenggaraan perlindungan Hidup, Cetakan Kedua. Jakarta
hutan dan Pengelolaan hutan untuk : PT. Refika Aditama
mencegah terjadinya kerusakan hutan dari Friedman Lawrense. 200.American Law
praktik-praktik penebangan hutan tanpa izin System,And Introduction,
termasuk illegal logging oleh manusia yang Second Edition,
tak bertanggung jawab diperlukan adanya diterjemahkan oleh Wisnu
tindakan penegakan hukum secara represif Basuki, Hukum Amerika,
dengan menerapkan ketentuan sanksi Sebuah Pengantar, Tata Nusa,
pidana secara efektif. Jakarta
Hardjasumantri Koesnadi, Hukum Tata
DAFTAR PUSTAKA Lingkungan, Gadjah Mada
Abidin Zamhari, 1986, Pengertian dan Azas University Press, Yokyakarta,
Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, 1992
Jakarta. ----------------, Hukum Tata Lingkungan, Gadjah
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Mada University Press, 1999
Raja Grafindo Persada, Jakarta, Husein M. Harun, Lingkungan Hidup, Masalah
2001 Pengelolaan dan Penegakan
Hukumnya, PT Bumi Aksara,
Jakarta, 1998.

139
Lex Crimen Vol. VI/No. 8/Okt/2017

Jonkers, J.E. 1987. Buku Pedoman Hukum Jakarta.Hal. 114


Pidana Hindia Belanda. Bina S.Van Der Pot dalam Utrecht dan Moh. Saleh
Aksara. Jakarta Djindang, 1985, Pengantar
K. Wantjik Saleh, Tindak Pidana, Ghalia Hukum Administrasi Negara
Indonesia, Jakarta, 1987 Indonesia, cetakan kedelapan,
Machmud Syahrul, Penegakan Hukum Penerbit dan Balai Buku
Lingkungan Indonesia, Graha Ichtiar, Jakarta
Ilmu, Yokyakarta, 2012. Siahaan N.H.T, Hukum Lingkungan, Pancuran
M. Daud Silalahi. 1995. AMDAL Dalam Sistem Alam, Jakarta,2006, hal. 36
Hukum Lingkungan Indonesia, Silalahi Daud. 1998. Manusia Kesehatan dan
Bandung: CV. Mandar Maju Lingkungan, Bandung:
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Edisi Alumni.
Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008 ----------------- 2001. Hukum Lingkungan Dalam
N.M.Spelt dan J.B.J.M.Ten Berge, disunting Sistem Penegakan Hukum
Philipus M.Hadjon, 1993, Lingkungan Indonesia,
Pengantar Hukum Perizinan, Bandung: Alumni
Penerbit Yuridika, Surabaya, Sudarto, 1983, Hukum Pidana dan
Ninik Suparni, Pelestarian, Pengelolaan dan Perkembangan Masyarakat,
Penegakan Hukum Bandung: Sinar Baru
Lingkungan Hidup, Sinar Tresna Sastrawijaya, Pencemaran Lingkungan,
Galia, Jakarta, 1992, hal. 160- Cet. 2, Rineka Cipta,
161. Jakarta,2009, hal. 7
M Hamdan, 2000, Tindak Pidana Pencemaran Sumber-sumber lain :
Lingkungan Hidup, Mandar - http://nasional.sindonews.com/read/96
Maju, Bandung 7291/15/kerusakan-hutanmencapai-
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum 450-ribu-hektare-pertahun-1424526825
Pidana di Indonesia,PT Refika - Penerbit CV. Novindo Pustaka Mandiri,
Aditama , Bandung, 2009 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Salim Emil, Lingkungan Hidup dan Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Pembangunan, Penerbit, Lingkungan Hidup. Dilengkapi PP RI No.
Mutiara, Jakarta, 1983 3 Th. 2008 Tentang Perubahan Atas PP
Siswanto Sunarso,2005.Hukum Pidana No. 6 Th. 2007 Tentang Tata Hutan Dan
Lingkungan Hidup dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Strategi Penyelesaian Serta Pemanfaatan Hutan, Jakarta, 2011
Sengketa, Jakarta : Rineka - Bahan Kuliah Hukum Lingkungan,
Cipta, Hal Fakultas Hukum. 2007.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. - Badan Pembinaan Hukum Nasional
Penelitian Hukum Normatif, (BPHN) 1991
Jakarta : Rajawali. - Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997
Soemarwoto Otto.1986. Permasalahan - WWW.Google.Com, Diakses Mei 2017
Lingkungan Hidup,
Jakarta:BPHN.
------------------2001. Ekologi Lingkungan Hidup
dan PembangunanI, Jakarta:
Djambatan
Simon Hasanu. 2004. Membangun Kembali
Hutan Indonesia. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Siti Sundari Rangkuti, Penegakan Hukum di
Indonesia, 1996, hal. 191.
Salim, H.S, 2004. Dasar-Dasar Hukum
Kehutanan. Sinar Grafika.

140

Anda mungkin juga menyukai