Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi mata kuliah bahasa Indonesia

Dosen pengampu

Agung purwono, M.pd

Disusun oleh

Rofi’urrutab

Roviqoh kamilah majna

Uli huliyatunnisa

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS DAKWAH DAN USHULUDDIN

INSTITUT PESANTREN K.H. ABDUL CHALIM

I
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami haturkan kehadirat Allah yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
muhammas SAW yang membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang
terang benderang.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah bahasa Indonesia pada
program studi ilmu al-qur’n dan tafsir fakultas dakwah dan ushuluddin. Terimakasih
kami haturkan kepada dosen pengampu, yang telah membimbing dan memberi kami
kepercayaan untuk membahas salah satu materi dalam mata kuliah ini.
Sadar atas keterbatasan diri dan segala kekurangan serta makalah kami yang
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari dosen pengampu sangat kami harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi kami para
penyusun. Dan semoga allah senantiasa memberi rahmat, taufik serta hidayahnya
kepada kita semua.

Mojokerto, 02 November 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………II
DAFTAR ISI……………………………………………………………...3
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...4
A. Latar Belakang………………………………………………..4
B. Rumusan Masalah…………………………………………….4
C. Tujuan Masalah……………………………………………….4
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….5
A. Sejarah Bahasa Indonesia……………………………………..5
B. Perkembangan Bahasa Indonesia……………………………..6
C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia……………………10
BAB III PENUTUP………………………………………………………..13
A. Kesimpulan…………………………………………………....13
B. Saran…………………………………………………………..14
BAB IV Daftar pustaka……………………………………………………15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan dengan bahasa melayu yang
merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara.
Selain menjadi bahasa penghubung, bahasa melayu juga menjadi bahasa
transaksi perdagangan internasional dikawasan kepulauan nusantara yang
digunakan oleh berbagai suku bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Bahasa merupakan salah satu unsur identitas nasional dengan kata lain,
bahasa menunjukkan bangsa. Setelah kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan
sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan dengan
bahasa melayu yang merupakan bahasa pergaulan antar etnis yang mampu
merekatkan suku-suku yang ada diindonesia. Dalam perdagangan dan
penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting
. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pertama kali dirumuskan
dalam salah satu butir sumpah pemuda pada tanggal 28 oktoer 1928 sejak
momentum sumpah pemuda bahasa Indonesia kemudian berkembang pesat
menjadi salah satu identitas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa
lainnya. Identitas kebangsaan Indonesia yang kemudian diresmikan sebagai
bahasa negar pada tanggal 18 agustus 1945 seiring dengan disahkannya undang-
undang dasar 1945yang salah satu isi pasalnya menyatakan bahwa bahasa
Negara adalah bahasa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah 


Adapun rumusan masalah yang akan kita bahasa dalam makalah ini yaitu:
   1.      Bagaimana sejarah perkembangan bahasa Indonesia?
   2.      Bagaimana kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia
C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah:
   1.      Untuk mengetahui sejarah perkembangan bahasa Indonesia.
   2.      Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Sejarah Bahasa Indonesia


Para ahli sependapat bahwa cikal bakal bahasa Indonesia adalah bahasa
melayu kuno yang dalam perkembangannya kemudian melahirkan sejumlah
dialek regional dan dialek sosial yang tersebar luas di wilayah Asia Tenggara.
Selain itu, bahasa melayu yang menurut para pakar (Blust 1983,1984, Nothofer
1996, Collins 2005) berasal dari wilayah Kalimantan Barat telah pula melahirkan
dua dialek/ragam politis, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia, disamping
dua ragam politis lain yaitu bahasa Melayu di Singapura dan bahasa Melayu di
Brunei Darussalam.
Bukti bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu kuno adalah
adanya sejumlah prasasti yang di temukan di pulau Sumatera, Pulau Bangka,
Semenanjung Malaya (wilayah Malaysia sekarang) dan di Pulau Jawa. Prasasti-
prasasti itu ditulis dengan menggunakan huruf pallawa, yakni aksara yang dibawa
oleh orang-orang Hindu ke Indonesia. Ada juga, menurut Teeluw(1961) prasasti
yang ditulis dengan huruf Arab, dan ini tentunya prasasti yang dibuat sesudah
masuknya agama Islam ke Indonesia. Menurut Kridalaksana (1991) sudah ada 18
buah prasasti yang sudah teridentifikasi dan besar kemungkinan akan bertambah
lagi.
            Sebagai contoh bentuk bahasa melayu kuno berikut dikutipkan bagian
dari sebuah prasasti yang telah ditranslitrasi kedalam huruf latin.
            Nipahat di welanya yang wala griwijaya kaliwatmanapik yang bhumi
jaya tida bhakti ka griwajaya.
            Secara harfiah artinya: Dipahat di waktunya yang tentara sriwijaya telah
menyerang tanah jawa tidak takluk ke sriwijaya
            Makna sebenarnya: Dipahat pada waktu tentara sriwijaya telah menyerang
tanah jawa yang tidak takluk pada sriwijaya
            Dari kutipan tersebutdapat dikenali sejumlah kata yang hingga yang kini
masih biasa digunakan. Kata kata itu adalah pahat, di, yang, wala(bala)
bhumi(bumi), tida(tidak), bhakti (bakti), dan ka (ke).

5
Kata wala menjadi bala dimana fonem [w] berubah menjadi [b] adalah
perubahan yang umum dan biasa. Ada contoh lain, yaitu watu menjadi batu dan
wankai menjadi bangkai. Fonem [bh] menjadii [b] pada kata bhumi dan bhakti
adalah juga perubahan yang biasa terjadi begitupun fonem[a] berubah menjadi [e]
pada kata ka juga merupakan peubahan yang biasa ada contoh lain, yaitu kata
tantara menjadi tentara dan kata karena menjadi kerana (dalam bahasa Melayu
kini).
B. Perkembangan Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan
            Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa penghubung antar suku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.Membahas tentang
sejarah perkembangan bahasa indonesia sebelum merdeka tidak terjadi dalam
suatu waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan berabad-abad
lamanya.
Alasan dipilihnya bahasa Melayu sebagai bahasa nasional adalah sebagai
berikut:
a. Bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya dipakai sebagai lingua
franca (bahasa perantara atau bahasa pergaulan dibidang perdagangan) di
seluruh wilayah Nusantara.
b. Bahasa Melayu mempunyai struktur sederhana sehingga mudah dipelajari,
mudah dikembangkan pemakaiannya, dan mudah menerima pengaruh luar
untuk memerkaya dan menyempurnakan fungsinya.
c. Bahasa Melayu bersifat demokratis, tidak memperlihatkan adanya perbedaan
tingkatan bahasa berdasarkan perbedaan status sosial pemakainya, sehingga
tidak menimbulkan perasaan sentimen dan perpecahan.
d. Adanya semangat kebangsaan yang besar dari pemakai bahasa daerah lain
untuk menerima bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
e. Adanya semangat rela berkorban dari masyarakat Jawa demi tujuan yang
mulia.

6
Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaanBrunei, Indonesia, Malaysia,
dan Singapura. Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan
dan bahasa resmi Negara Republik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa
Melayu, yang pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu dari provinsi
Riau, Sumatera, Indonesia). Agaknya terlalu sederhana untuk mengatakan bahwa
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Riau. Orang-orang lupa bahwa
bahasa Melayu Riau hanyalah merupakan satu dialek dari sekian banyak dialek
Melayu yang lain.Diatas semua ini sudah terkenal di seluruh Nusantara suatu
bahasa perhubungan, suatulingua Franca yang disebut dengan Melayu Pasar.
Melayu Pasar inilah yang merupakan faktor yang paling penting untuk di
terimanya.
Nama Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah
Jambi di tepi sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukkan
oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat abad, kerajaan ini berkuasa di daerah
Sumatera Selatan bagian Timur dan di bawah pemerintahan raja-raja Syailendra
bukan saja menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat
ilmu pengetahuan.
Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal mula
terdapatnya faktor-faktor historis hingga sekarang, baiklah kita mengikuti
beberapa perkembangan berikut.

a. Masa Prakolonial
            Walaupun bukti-bukti tertulis masih kurang, dapat di pastikan bahasa
yang di pakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII adalah bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai
peninggalan–peninggalan bersejarah misalnya: Tulisan yang terdapat pada batu
Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M, Prasasti Kedukan Bukit, di
Palembang, pada tahun 683, Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684,
Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686, Prasasti Karang Brahi
Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.
Walaupun bukti tertulis hampir tidak ada, dengan adanya bermacam-
macam dialek Melayu yang tersebar di seluruh Nusantara seperti dialek Melayu,

7
Ambon, Larantuka, Kupang Betawi, dan Manado, dapatlah dipastikan bahwa
bahasa Melayu sudah mengalami penyebaran seluas itu.
Dalam kesusastraan Tiongkok terdapat berita-berita tentang musafir-
musafir Cina yang bertahun-tahun tinggal di kota-kota Indonesia. Mereka
mempergunakan bahasa penduduk asli yang disebut Kwu’un Lun. I Tsing yang
belajar di Sriwijaya pada akhir abad VII juga menggunakan bahasa itu.

b. Masa Kolonial
            Ketika orang-orang Barat sampai di Indonesia pada abad ke XVI, mereka
menghadapi suatu kenyataan, yaitu bahasa Melayu merupakan suatu bahasa resmi
dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan (lingua franca). Hal
ini dapat di buktikan dari beberapa kenyataan berikut. Seorang Portugis bernama
Pigafetta, setelah menjunjung Tidore, menyusun semacam daftar kata pada tahun
1522; berarti sebelum itu bahasa Melayu sudah tersebar sampai Kepulauan
Maluku.
Baik bangsa Portugis maupun bangsa Belanda yang datang ke Indonesia
mendirikan sekolah-sekolah. Mereka terbentur pada soal bahasa pengantar.
Usaha-usaha untuk memakai bahasa Portugis atau bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar selalu mengalami kegagalan. Demikianlah pengakuan seorang Belanda
yang bernama Danckaerts dalam tahun 1631. Ia menyatakan bahwa kebanyakan
sekolah di Maluku itu kebanyakan memakai bahasa Melayu sebagai bahasa
pengantar. Kegagalan di dalam memakai bahasa-bahasa Barat itu memuncak
dengan keluarnya suatu keputusan pemerintah kolonial, KB 1871 No. 104, yang
menyatakan bahwa pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putra, kalau tidak
digunakan bahasa Melayu, di berikan dalam bahasa daerah.
c. Masa Pergerakan Kemerdekaan
Dengan lahirnya Budi Utomo pada tahun 1908 sebagai penggerakan
kemerdekaan, terasa sangat diperlukan suatu bahasa untuk mengikat bermacam-
macam suku bangsa di Indonesia. Pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat
berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu mereka mencari suatu
bahasa yang dapat dipahami dan dipakai semua orang.

8
Pada mulanya memang sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan
menjadi bahasa persatuan. Tiap perhimpunan pemuda, apakah Jong Java, Jong
Sumatra atau Jong Ambon, lebih suka menggunakan bahasa daerahnya sendiri.
Budi Utomo, misalnya lebih menekankan kebudayaan dan bahasa Jawa. Hal-hal
ini dirasakan sangat menghambat persatuan dan kesatuan yang hendak dicapai.
Mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan berbagai suku
bangsa di Indonesia, pada tahun 1926 Jong Java merasa perlu mengakui suatu
bahasa daerah sebagai media penghubung pemuda-pemudi Indonesia. Bahasa
melayu dipilih sebagai bahasa pengantar. Pemuda-pemudi di Sumatra sudah lebih
dulu menyatakan dengan tegas hasrat mereka agar bahasa Melayu Riau, yang
juga disebut Melayu Tinggi, diakui sebagai bahasa persatuan. Walaupun dengan
adanya hasrat yang tegas ini, sebagai majalah Jong Java dan Jong Sumatranen
Bond masih ditulis dalam bahasa Belanda.
Perlu pula dicatat jasa beberapa Surat kabar yang turut menyebarluaskan
bahasa Melayu, seperti Bianglala, Bintang Timoer, Kaum Moeda, dan Neratja.
Disamping pengaruhnya yang sangat besar dalam perkembangan bahasa Melayu,
media tersebut sekaligus menjadi penghubung dan tempat latihan bagi putra-putri
Indonesia untuk mengutarakan berbagai macam masalah.
Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti disebutkan diatas,
akhirnya tibalah saat diadakan Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta, yaitu pada
tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai hasil yang paling gemilang dari kongres itu,
diadakan ikrar bersama yang terkenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang
berbunyi:

Kami poetera dan poeteri Indonesia


mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah Air Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia
mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia.

9
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa persatoean,
Bahasa Indonesia.

2. Bahasa Indonesia Setelah Kemerdekaan


Sehari setelah proklamasi kemerdekaan, tanggal 18 Agustus 1945, dalam
UUD 1945 ditetapkanlah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara pada pasal
36. Pada tanggal 19 Maret 1947”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”.
Penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) diresmikan menggantikan Ejaan
van Ophuysen yang berlaku sejak tahun 1901.
Ejaan Van Ophuysen ditetapkan pada tahun 1901 dan diterbitkan dalam
sebuah buku Kitab Logat Melajoe. Sejak ditetapkannya itu, ejaan Van Ophuysen
pun dinyatakan berlaku. Sesuai dengan namanya ejaan itu disusun oleh Ch.A.Van
Ophuysen, yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Sebelum ejaan Van Ophuysen disusun para
penulis pada umumnya mempunyai aturan sendiri-sendiri dalam menuliskan
konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan
yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan Van Ophuysen
mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.

C. Kedudukan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting yang tercantum
di dalam:
1.  Ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”.
2.  Undang- Undang Dasar RI 1945 Bab XV (Bendera, Bahasa, dan lambang
Negara, serta Lagu Kebangsaan) Pasal 36 menyatakan bahwa “Bahasa
Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Maka kedudukan Bahasa Indonesia sebagai:


1.    Bahasa Nasional
Kedudukannya berada diatas bahasa-bahasa daerah. Hasil Perumusan

10
Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25-28 Februari 1975 menegaskan bahwa dalam kedudukannya
sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a.    Lambang kebanggaan Nasional.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional bahasa Indonesia
memancarkan nilai-nilai sosial budaya luhur bangsa Indonesia. Dengan
keluhuran nilai yang dicerminkan bangsa Indonesia, kita harus bangga,
menjunjung dan mempertahankannya. Sebagai realisasi kebanggaan
terhadap bahasa Indonesia, harus memakainya tanpa ada rasa rendah
diri, malu, dan acuh tak acuh. Kita harus bangga memakainya dengan
memelihara dan mengembangkannya.

b.    Lambang Identitas Nasional.


Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia merupakan
lambang bangsa Indonesia. Berarti bahasa Indonesia akan dapat
mengetahui identitas seseorang, yaitu sifat, tingkah laku, dan watak
sebagai bangsa Indonesia. Kita harus menjaganya jangan sampai ciri
kepribadian kita tidak tercermin di dalamnya. Jangan sampai bahasa
Indonesia tidak menunjukkan gambaran bangsa Indonesia yang
sebenarnya.

c.    Sebagai alat pemersatu


Alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-beda latar
belakang sosial budaya dan bahasanya. Dengan fungsi ini
memungkinkan masyarakat Indonesia yang beragam latar belakang
sosial budaya dan berbeda-beda bahasanya dapat menyatu dan bersatu
dalam kebangsaan, cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dengan bahasa
Indonesia, bangsa Indonesia merasa aman dan serasi hidupnya, karena
mereka tidak merasa bersaing dan tidak merasa lagi ‘dijajah’ oleh
masyarakat suku lain. Karena dengan adanya kenyataan bahwa dengan
menggunakan bahasa Indonesia, identitas suku dan nilai-nilai sosial
budaya daerah masih tercermin dalam bahasa daerah masing-masing.

11
Kedudukan dan fungsi bahasa daerah masih tegar dan tidak bergoyah
sedikit pun. Bahkan, bahasa daerah diharapkan dapat memperkaya
khazanah bahasa Indonesia.
d.    Alat penghubung antarbudaya antar daerah.
Manfaat bahasa Indonesia dapat dirasakan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa Indonesia seseorang dapat saling
berhubungan untuk segala aspek kehidupan. Bagi pemerintah, segala
kebijakan dan strategi yang berhubungan dengan ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan kemanan mudah
diinformasikan kepada warga. Apabila arus informasi antarmanusia
meningkat berarti akan mempercepat peningkatan pengetahuan
seseorang. Apabila pengetahuan seseorang meningkat berarti tujuan
pembangunan akan cepat tercapai.

2.   Bahasa Negara (Bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia)


Dalam Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975
dikemukakan bahwa di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
a.    Bahasa resmi kenegaraan.
Bukti bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kenegaraan
adalah digunakannya bahasa Indonesia dalam naskah proklamasi
kemerdekaan RI 1945. Mulai saat itu bahasa Indonesia digunakan dalam
segala upacara, peristiwa serta kegiatan kenegaraan.
b.    Bahasa pengantar resmi dilembaga-lembaga pendidikan.
Bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi. Untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar,
materi pelajaran yang berbentuk media cetak hendaknya juga berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan menerjemahkan buku-buku
yang berbahasa asing. Apabila hal ini dilakukan, sangat membantu

12
peningkatan perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek).
c.    Bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional
Bahasa Indonesia dipakai dalam hubungan antarbadan pemerintah
dan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Sehubungan dengan
itu hendaknya diadakan penyeragaman sistem administrasi dan mutu
media komunikasi massa. Tujuan penyeragaman dan peningkatan mutu
tersebut agar isi atau pesan yang disampaikan dapat dengan cepat dan
tepat diterima oleh masyarakat.
d.    Bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan
ilmu
Kebudayaan nasional yang beragam yang berasal dari masyarakat
Indonesia yang beragam pula. Dalam penyebarluasan ilmu dan teknologi
modern agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan
teknologi, baik melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer,
majalah-majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya
menggunakan bahasa Indonesia. Pelaksanaan ini mempunyai hubungan
timbal-balik dengan fungsinya sebagai bahasa ilmu yang dirintis lewat
lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di perguruan tinggi.       

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal
36”bahasa Negara adalah bahasa Indonesia”. Sejarah bahasa Indonesia telah
tumbuh dan berkembang sekitar abad ke VII dari bahasa Melayu yang sejak
zaman dahulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan.

13
Bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga di seluruh Asia
Tenggara.
Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari
Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, diumumkanlah penggunaan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk Negara Indonesia pascakemerdekaan.
Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi
diakui keberadaannya dan ditetapkan dalam UUD 1945 pasal 36.
Ada beberapa ejaan yang pernah diguankan di Indonesia, antara lain
ejaan Van Ophuysen, ejaan republik, dan ejaan yang masih digunakan sampai
sekarang yaitu ejaan yang disempurnakan atau biasa disingkat EYD.

Kedudukan sebagai Bahasa Nasional:


1.   Lambang kebanggaan Nasional
2.   Lambang Identitas Nasional
3.   Alat pemersatu
4.    Alat penghubung antarbudaya
Kedudukan sebagai Bahasa Negara :
1.  Bahasa resmi kenegaraan
2.  Bahasa pengantar resmi lembaga pendidikan
3.  Bahasa resmi di dalam perhubungan dan pembangunan
4.  Bahasa resmi kebudayaan dan IPTEK

B.     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
di pertanggung jawabkan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca.

 
14
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.unib.ac.id. Sejarah bahasa Indonesia pada 21 maret 2021


sumber: halaman website

prof. Dr. Henry Guntur tarigan, Bandung “ pengajaran kompetensi bahasa “


sumber: buku

15

Anda mungkin juga menyukai