MAKALAH
Dosen Pengampu:
HABIEB BULLAH, M.Th.I
Dibuat Oleh:
Contents
A. LATAR BELAKANG.........................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................4
C. TUJUAN PEMBAHASAN................................................................4
A. Pengertian Syi’ah.............................................................................5
B. Sjarah Kemunculan Aliran Syi’ah....................................................5
D. Golongan-golongan Pada Aliran Syi’ah........................................7
E. Menjelaskan Paham Aliran Syi’ah..............................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada kesempatan ini kita akan menfokusan pembahsan mengenai aliran Syi’ah, yaitu
aliran yang masih sangat eksis, masih bertahan hingga sekarang dibandingkan dengan
aliran yang lainya, yaitu aliran yang ada setelah peristiwa tahkim, tetapi yang perlu kita
garis bawahi adalah Alirran syi’ah yang dengan teologinya. Karena aliran ini selalu
diperdebatkan kebenaranya dalam mengamalkan sunnah rasul dan sahabatnya, apalagi di
kalangan ulama sunni Indonesia, mereka beranggapan bahwa ajaran Syi’ah bertentangan
dengan ajaran yang di ajarkan oleh Rasulullah SAW.
Pada akhirnya, sesuai dengan perkembangan, aliran ini semakin disudutkan oleh
pertentangan-pertentangan yang selalu ganti-ganti, karena doktrin-doktrin yang semakin
ke seninya yang menjadi doktrin yang lebih buas lagi, bahkan sampai timbul kebencian
yang mengakibatkan atau berujung kepada pembunuhan dan pembkaran rumah ibadah
maupun lembga dalam naungan syi’ah mengakibatkan pertanyaan khusus dibenak
masyarakat muslim mengenai kebencian tersebut
Jika kita merujuk lagi kepada masa lalu yang di mana terjadinya peristiwa yang
sangat bersejarah, pristiwa yang sangat membuat umat muslim bingung, yaitu peristiwa
terjadinya perjanjian atau yang biasa di sebut dengan peristiwa TAHKIM dan
ARBITASE, yaitu Ketika peperangan antara Sayyidina Ali dan pasukanya dengan
Muawiyyah dan pasukanya. Yang mana dari kubu Muawiyah yang mulai terpojok
sehingga mengangkat Qur’an yaitu untuk menunjukan bahwasanya Muawiyyah meminta
perdamaiaan dengan cara perundingan dengan menghasilkan suatu perjanjian yang biasa
di sebut perjanjian tahkim. Maka di sinilah umat muslim terutama dari kubu Ali tidak
ada yang setuju dan ada yang setuju yang akhirnya Ketika perjanjian itu benar terjadi,
maka munculah 2 aliran yaitu Syi’ah (kubu Ali), dan Khawarij (kubu yang Keluar dari
barisan Ali). Maka dari sini pula akan memunculkan Aliran-aliran yang lainya. Tetapi
seiring perkembangan zaman, aliran ini malah menambah semakin berutal.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1) Dapat mengerti dan mengetahui kenapa aliran ini disebut dengan Syi’ah.
2) Dapat mengetahui dan menelusuri tentang kemunculan aliran syi’ah.
3) Mengetahui dan memahami sekte-sekte dalam aliran syi’ah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syi’ah
Syiah dalam arti kata lain dapat disandingkan juga dengan kata Tasyayu’ yang berarti
patuh/mentaati secara agama dan mengangkat kepada orang yang ditaati dengan penuh
keikhlasan tanpa keraguan, Seperti yang mana telah dilakukan kepada Sayyidina Ali,
terutama dalam memegang alih kekuasaan atau ke-Khalifahan umat musim pada waktu
itu. Karena mereka berpendapat bahwasanya Sayyidina Ali merupakan khalifah yang sah
setelah meninggalnya rasulullah SAWkarna telah ditetapkan melalui wasiat dari nabi.
Mereka beranggapan juga bahwa imamah (kepemimpinan) tidak boleh keluar dari jalur
Ali dan keturunanya.1
Sebenarnya aliran ini muncul sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Ketika pada
waktu ini kaum muslimin di bingungkan dengan siapa seseorang yang pantas dalam
pengagakatan sebagai pemimpin kaum muslimin setelah waftanya Nabi, pada hal ini
banyak perbedaan Riwayat yang mengatakan bahwasanya pantas menjadi pemimpin
pengganti rasulullah. Karan disini ada dua opsi yang menandakan seseorang menjadi
khalifah, pertama yaitu mengenai sayyidina Ali yang mana selain dari ahlu bait, Nabi
juga pernah berfatwa bahwasany nabi berfatwa Ali sebagai penerus Nabi, jadi inilah yang
dijadikan landasan oleh pra pengikut Ali. Dan opsi kedua mengatakan bahwasanya yang
pantas menjadi khalifah atau penerus nabi adalah Abu Bakar As-Siddiq. Merka
beranggapan bahwasanya Abu Bakarlah yang pantas menjadi khalifah karen beliau
merupakan sahabat terdekat Nabi dan sahabat yang paling tua umurnya selain itu mereka
beranggapan bahwasanyya Abu Bakar layak menjadi khalifah karena Abu Bakar pernah
menjadi Imam untuk menggantikan rasulullah SAW Ketika sedang berhalangan, maka
Ketika itulah Nabi Menyuruh Abu Bakar untuk menjadi imam. Di tmabah lagi Ketika
waktu wafatnya rasul ada suatu kejanggalan yang mana, satu golongan sedang mengurusi
jenazah baginda Rasul dan satu golongan lagi meributi maslah siapa yang akan menjadi
penerus rasulullah untuk memimpin umat islam pada waktu itu.
1
Prof.Syukur Asywadie, LC. Al-Milal Wa Al-Nihal, (Bandung-PT.BinaIlmu, 2009). H.124
Tetapi setelah terpilihnya kaum muslimin melalui kesepakatan para sahabat pada
waktu itu, Aliran pendukung ali dapat meerimanya walaupun ada sedikit kekecewaan
tetapi meraka dapat menerimanya dengan baik dan ikut berjuang kembaali Bersama kaum
muslimin lainya untuk membela ajaran Islam.
Perang jamal atau yang biasa disebut perang unta yaaitu antara Sayyidina Ali dan
Sayyidah Aisyah, thalhah, Zubair. Dalam suatu Riwayat di katakana bahwa perang ini
tidak akan terjadi apabila tidak ada orang yang berlaku sebagai pengkhianat, karna di
suatu Riwayat Ketika sayyidina ali dan sayyidah aisya melakukan perundingan untuk
berdamai tapi sebagain pasukan dimasuki oleh seorang pengkhianat yang ingin
menghancurkan islam dengan cara, berkata kepada kubu pasukan sayyidah sesunnguhnya
syyiah Fatimah menyeru kita untuk perang, maka disinilah timbul banyaknya kaum
muslimin yang gugur dalam pertempuran jamal.
Dan kemudian berlanjut ke perang siffin yang mana peperangan ini di pimpin oleh
sayyidina ali dan Muawiyah yang merupakan mantan gubernur Syam, pada hal ini juga
hamper sama yaitu tentang ketidak puasan muawiyyah kepada sayyidina Ali dalam
mengusut pembunuhan Ustman. Maka disinilah terjadinya perang Siffin tetapi Ketika
Muawiyyah sudah hamper kalah mereka mengajak sayyidina Ali untuk melakukan
perjanjian dengan cara mengangkat mushaf. Maka dari itu terjadilah perundingan dan
menghasilkan perjanjian di antara keduanya walaupun pada Saat itu Sayyidina Ali yang
paling banyak dirugikan, tetapi sayyidina ali tetap menerima dikarenakan tidak mau
banyaknya pertumpahan darah diantara umat islam. Tetapi pada hal ini timbul banyak
prokontra, Yaitu dari kubu Ali yang tidak mau menerima peristiwa Tahkim itu terjadi,
maka mereka meninggalkan barisan atau kubu Ali atau yang biasa disebut dengan Aliran
Khawarij2. Tetapi ada yang tetap berpegang teguh kepada kubuu atau pasukan Ali
sehingga mereka di sebut dengan Syi’ah, yaitu golongan yang patuh terhadap pemimpin.
1) Syi’ah Kaisiniyah
2
Dr.K.H Chalim Saifudin Asep, MA. Aswaja. (Jawa Timur-Erlangga 2017),h 79
2) Ali dan tiga orang anaknya (Hasan, Husein, dan Muhammad bin
Hanafiyah,pen) mereka adalah anak keturunannya, tidak samar lagi.
3) Maka seorang anak yang imannya lagi berbakti. Seorang lagi terbunuh
dipadang Karbela.
“ Sesungguhnya bagi tiap-tiap sesuatu ada yang zhair dan ada yang batin,
tiap-tiap orang mempunyai roh, dan tiap-tiap wahyu ada ta’wilnya.Tiap-
tiap contoh dari ilmu ini ada hakikatnya.Dan mengembangkan ilmu dari
berbagai hikmah dan rahasia terkumpul pada pribadi manusia.Itulah ilmu
yang menyebabkan Ali memilih putranya, Muhammad Ibnu
Hanafiyah.Dan tiap-tiap orang yang padanya mempunyai ilmu semacam
ini, itulah imam yang hak.”.
2). Syi’ah Zindiqiyah
3)Syi’ah Ghullat
Syiah Ghulat (kelompok Syiah yang ekstrem) adalah golongan yang berlebih-lebihan
dalam memuji Sayyidina Ali ra. atau Imam-imam lain dengan menganggap bahwa para
imam tersebut bukan imam biasa, melainkan jelmaan Tuhan atau bahkan Tuhan itu
sendiri. Menurut al-Baghdadi, kaum Ghukat telah ada sejak masa Ali bin Abi Thalib ra.
mereka memanggil Ali dengan sebutan “Anta, Anta”, yang berarti “Engkau, Engkau”
yang dimaksud disini adalah: Engkau adalah tuhan.
melaknatmu. Demi Allah aku tidak suka seatap denganmu.” Ketika asy-syairi keluar,
Ja’far ash-Shadiq berkata kepada pengikutnya, “celakalah dia. Ia adalah setan, anak dari
setan. Dia lakukan ini untuk menyesatkan sahabat dan Syiahku; maka hendaklah berhati-
hati terhadapnya orang-orang yang telah tahu akan hal ini hendaknya menyampaikan
kepada orang lain bahwa aku adalah hamba Allah dan anak seorang perempuan, hamba-
Nya. Aku dilahirkan dari perut seorang wanita. Sesungguhnya aku akan mati dan
dibangkitkan kembali pada hari kiamat, dan aku akan ditanya tentang perbuatan-
perbuatanku.”
Kaum Ghulat dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yaitu golongan as-Saba’iyah
dan golongan al-Ghurabiyah. Golongan as-Saba’iyah berasal dari nama Abdullah bin
Saba’, adalah golongan yang menganggap Ali bin Abi Thalib ra. adalah jelmaan dari
Tuhan atau bahkan Tuhan itu sendiri. Menurut mereka, sesungguhnya Sayyidina Ali ra.
masih hidup. Sedangkan yang terbunuh di tangan Abdurrahman bin Muljam di Kuffah
itu sesungguhnya bukanlah Sayyidina Ali ra., melainkan seseorang yang diserupakan
tuhan dengan beliau menurut mereka, Sayyidina Ali ra. telah naik ke langit dan di
sanalah tempatnya. Petir adalah suara beliau dan kilat adalah senyum beliau.
Imamiyah adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi SAW. telah menunjuk Sayyidina Ali
ra. sebagai Imam penggantinya dengan penunjukan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu,
mereka tidak mengetahui keabsahan kepemimpinan Sayyidina Abu Bakar, Umar, maupun
Utsman ra.. Bagi mereka, persoalan imamah adalah salah satu persoalan pokok dalam agama
atau Ushul ad-Din.
Syiah imamiyah pecah menjadi beberapa golongan. Yang terbesar adalah golongan Itsna
Asyariyah atau Syiah Dua Belas. Sementara golongan kedua yang terbesar adalah golongan
Isamiliyah. Dalam sejarah Islam, kedua golonga sekte Imamiyah ini pernah memegang puncak
kepemimpinan politik Islam. Golongan Ismailiyah berkuasa di Mesir dan Baghdad. Di Mesir
golongan Ismailiyah berkuasa melalui Dinasti Fathimiyah. Pada waktu yang sama golongan Itsna
Asyariyah dengan Dinasti Buwaihi menguasai kekuasaan kekhalifahan Abbasiyah selama
kurang lebih satu abad.
Semua golongan yang bernaung dengan nama Imamiyah ini sepakat bahwa Imam pertama
adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kemudian secara berturut-turut Sayyidina Hasan, Husain, Ali
bin Husain, Muhammad al-Baqir, dan Ja’far ash-Shadiq ra.. Kemudian sesudah itu, mereka
berbeda pendapat mengenai siapa Imam pengganti Ja’far ash-Shadiq. Di antara mereka ada
yang meyakini bahwa jabatan imamah tersebut pindah kepada anaknya, Musa al-Kazhim.
Keyakinan ini kemudian melahirkan sekte Itsna Asyariyah atau Syiah Dua Belas. Sementara
yang lain meyakini bahwa imamah pindah kepada putra Ja’far ash-Shadiq, Ismail bin Ja’far ash-
Shadiq, sekalipun ia telah meninggal dunia sebelum ash-Shadiq sendiri. Pecahan ini disebut
Ismailiyah sebagian yang lain menanggap bahwa jabatan imamah berakhir dengan
meninggalnya Ja’far ash-Shadiq mereka disebut golongan al-Waqifiyah atau golongan yang
berhenti pada Imam Ja’far ash-Shadiq.
Sekte Itsna Asyariyah atau Syiah Dua Belas merupakan sekte terbesar Syiah dewasa ini.
Sekte ini meyakini bahwa Nabi SAW. telah menetapkan dua belas orang Imam sebagai penerus
Risalahnya, yaitu:
Syiah Itsna Asyariyah percaya bahwa keduabelas Imam tersebut adalah ma’shum (manusia-
manusia suci yang terjaga dari dosa, salah, dan lupa). Apa yang dikatakan dan dilakukan
mereka tidak akan bertentangan dengan kebenaran, karena mereka selalu dijaga Allah SWT.
dari perbuatan-perbuatan salah dan bahkan dari kelu
Jadi pada masa Syi’ah ini mereka memiliki faham tersendiri atau faham khusus yang
di yakini oleh para pengikut syi’ah dalam menjadikan landasan utamnaya dalam
berpemikiran, adapun faham atau doktrin utamanya adalah: