OLEH :
Andi Irham
P062201023
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2021
i
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Andi Irham
P062201023
Menyetujui
Komisi Penasehat,
Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Biomedik
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P062201023
Konsentrasi : Fisiologi
DISETUJUI
PEMBIMBING,
KETUA SEKRETARIS
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik
iii
KATA PENGANTAR
jua luput dari berbagai kendala yang penulis rasakan, yang hanya berkat bantuan
dari berbagai pihak, maka tesis ini dapat selesai pada waktunya. Oleh karenanya,
dalam kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan ucapan terima kasih
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA selaku Rektor Universitas Hasanuddin
2. Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku Direktur Program Pascasarjana
iv
Prof. Dr. dr. H.Budu,Sp.M,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran yang
3. Dr. dr. Ika Yustisia, M.SC selaku Ketua Program Studi Biomedik, yang telah
Hasanuddin.
6. Dr. H. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah
pengalaman dalam penulisan proposal ini, oleh karena itu saran dan kritik
v
yang membangun sangat penulis harapkan sehingga tulisan ini dapat lebih
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
3.6 Alat dan Bahan.............................................................................................34
3.7 Izin Penelitian dan Kelaikan Etik.................................................................34
3.8 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................35
3.9 Prosedur Kerja..............................................................................................35
3.10 Alur Penelitian...........................................................................................37
3.11 Analisis Data..............................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
viii
BAB I
PENDAHULUAN
kompleks dan dinamis. Hal tersebut dapat kita lihat pada saat ini seperti
yang berumur lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan
osteoarthritis sering kali banya dialami oleh seseorang dengan umur yang
sosio ekonomik yang besar di Negara maju dan di Negara berkembang (AS.,
2015)
1
OA, sering disebut sebagai penyakit sendi degeneratif, adalah penyakit
tulang rawan artikular biasanya lebih terlihat di medial daripada aspek lateral
lutut. Sepertiga dari individu yang lebih tua dari usia 65 memiliki bukti
Setiap sendi dapat mengalami OA, tetapi yang paling sering adalah
sendi lutut (Dillon et al., 2006). Problem utama dalam penatalaksanaan nyeri
otot yang menimbulkan gangguan fungsi sendi pada OA ialah karena adanya
dan kekakuan sendi. Dari proses tersebut di atas memicu kelemahan otot yang
2
pada akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi sendi lutut pada OA (Ishijima
et al., 2011)
berkurang. Namun demikian, hingga saat ini hal tersebut belum memberikan
hasil terapi yang maksimal.OA terus menjadi penyebab utama morbiditas dan
banyak dari faktor risiko ini sulit diubah, beberapa mungkin lebih dapat
Mdalitas yang bisa digunakan dalam kasus osteoarthritis adalah shock wave
theraphy
3
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan efek shock wave therapy dengan hold relax
osteoarthritis?
4
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan
osteoarthritis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan adanya peradangan diserati nyeri dan gangguan pada komposisi sendi
dan seringkali terjadi pada orang yang berusia lanjut yang meyebabkan
tulang rawan artikular biasanya lebih terlihat di medial daripada aspek lateral
lutut. Sepertiga dari individu yang lebih tua dari usia 65 memiliki bukti
6
OA dihasilkan dari multifaktorial, interaksi kompleks faktor konstitusional
dan mekanik, termasuk integritas sendi, kecenderungan genetik,
peradangan lokal, kekuatan mekanik, dan proses seluler dan
biokimia(Perry et al., 2015)
lokal, kekuatan mekanik, dan proses seluler dan biokimia(Perry et al., 2015)
a. Usia
7
Prevalensi dan derajat beratnya adalah pararel dengan bertambah
usia setengah dari lansia diatas usia 65 tahun secara radiologist terkena
b. Obesitas
c. Jenis Kelamin
resiko yang sama untuk terjadi osteoarthritis lutut, tetapi pada usia 55
8
mempertahankan massa tulang. Bentuk tubuh perempuan juga
d. Aktivitas fisik
yang lama.
yang rusak.
sampai beberapa bulan, (2) adanya krepitasi, (3) kaku sendi lutut pada
9
pagi hari kurang dari 30 menit, (4) umur penderita lebih dari 38
leukosit PNM lebih dari 2000/mm³, (7) pada hasil rongsen ditemukan
lutut ditandai dengan penurunan kadar proteoglikan yang nyata dari matriks
rawan sendi diduga berasal dari kondrosit. Proteoglikan rawan sendi bebas
yang terlepas dari rawan sendi yang rusak dapat merangsang timbulnya
rawan sendi. Proses ini dapat berlangsung cepat atau lambat. Akhirnya
10
b. Pembentukan osteofit
c. Skelerosis subkondral
d. Sinovitis
sendi.
11
Ada berbagai jenis ESWT: ESWT terfokus, ESWT tidak fokus atau
ESWT terfokus (van der Worp et al., 2011). ESWT terfokus disebut terfokus
karena medan tekanan dihasilkan yang menyatu dalam fokus yang dapat
jaringan target yang terdefinisi dengan baik, dengan volume fokus yang
identifikasi yang akurat dari area yang akan dirawat. Hal ini memungkinkan
umpan balik pasien biasanya cukup untuk melokalisasi area tersebut (Romeo
et al., 2014).
Ini mengacu pada medan tekanan divergen yang memiliki efek lebih dangkal
dalam fokus yang terletak lebih dalam ke jaringan (van der Worp et al.,
12
2013). ESWT radial atau gelombang tekanan dihasilkan oleh generator
pneumatik, yang sifat fisiknya berbeda secara signifikan dari ESWT terfokus.
rendah dan, yang terpenting, durasi waktu naik yang singkat, membedakan
gelombang radial dari ESWT terfokus. Dalam generator ESWT radial, udara
atas silinder ini adalah aplikator yang bersentuhan dengan kulit selama
area permukaan yang lebih besar. Kedalaman penetrasi jelas akan lebih
rendah dan oleh karena itu, penggunaan terapeutik terbatas pada lesi
13
dianggap sebagai faktor penting dari respons biologis terhadap gelombang
mengarah pada pelepasan mRNA dari inti sel. Ini diikuti oleh aktivasi organ
sel seperti mitokondria dan retikulum endoplasma dan vesikel sel, yang
14
dan imunologi terkini telah sangat memajukan pemahaman tentang
2014).
15
tendinopati kronis (Tol et al., 2012). Gelombang kejut meningkatkan
Ketika nyeri pengobatan awal mereda ada analgesia sekunder. Pereda nyeri
menyebabkan penurunan transmisi sinyal ke batang otak (van der Worp et al.,
2013).
2017).
16
lingkungan jaringan agar penyembuhan terjadi (Thigpen, 2011). Percobaan
et al., 2012).
17
Sedangkan prinsip dasar untuk Facilitation adalah :
motor learning.
untuk stimulasi.
18
Hold Relax merupakan suatu teknik atau metode yang menggunakan
jarak gerak sendi dan kekuatan otot. Peningkatan jarak gerak sendi
(ROM) dicapai melalui efek autogenic inhibisi dimana otot yang tegang
sangat kuat, yang disebut dengan inverse stretch refleks atau autogenik
19
inhibisi dan menyesuaikan dengan hukum kedua Sherrington yaitu jika
adalah golgi tendon organ yang terdiri atas kumpulan anyaman dari ujung–
2014)
tendon organ dari otot yang sama dan impuls tersebut berjalan ke medula
b. Perbaikan mobilisasi
c. Penurunan nyeri
20
2.3.4 Indikasi dan Kontra Indikasi Hold Relax
1) Nyeri
2) Keterbatasan ROM
3) Kelemahan otot
pencapaian relaksasi pada otot yang spasme atau tightness. Pada teknik ini
yang maksimal, maka pada saat yang sama pasien diminta untuk relaks.
pemanjangan otot lebih nyaman pada saat dilakukan stretching atau saat
pasien dapat relaks secara refleks sebelum dilakukan mobilisasi sendi atau
21
dilakukan mobilisasi sendi untuk meningkatkan jarak gerak sendi lutut
22
2.4. Tinjauan tentang Nyeri
sensorik dan emosional yang tidak nyaman, yang berkaitan dengan kerusakan
berlanjut walaupun stimulasi nyeri telah dihilangkan dan tubuh tampak sudah
potensial aksi yang dijalarkan ke sistem saraf pusat. Nyeri merupakan respon
pada sensoris nerve ending sehingga ujung saraf teriritasi. Dari beberapa
minimal tiga faktor yang berpengaruh diantaranya faktor usia, faktor mekanik
23
Nyeri pada osteoartritis dibagi beberapa tingkatan yang dapat
spinal dan tingkat sentral. Reseptor yang menerima stimulus yang bersifat
nociseptiv, terletak pada kulit, tendon, otot, ligamen, kapsul sendi dan tunika
reseptor nyeri pada struktur periosteum, kapsul sendi, ligamen dan tendon
yang secara klinis tranduksi nyeri lutut sangat dominan didaeraah mediodistal
sendi lutut atau region pas anserinus yang merupakan pertemuan insersio
otot-otot sartorius, grasilis dan adductor longus. Persarafan sendi lutut dan
fisiologis sama, yaitu dari segmen lumbal 3-4. Dengan kata lain aktifasi
diteruskan keserabut saraf pembawa nyeri (afferen tipe A-delta dan tipe C
atau tipe III b dan tipe IV). Selanjutnya menuju ke tanduk belakang, sehingga
sendi lutut juga merupakan region yang menerima input dari kulit, otot, faset
sendi pada segmen yang sama dengan persarafan somatik (osteoartritis lutut
mendapat inervasi somatik dari segmen lumbal 3 dan 4). Dari proses
transmisi maka secara klinis memungkinkan bahwa nyeri lutut dapat dirujuk
24
ke regio lumbal atau sering disebut dengan istilah pseudoradikuler (Bahrudin,
2018)
dalam bentuk yang paling sederhana, sebagai otot atau kekuatan eksternal
yang menggerakkan tulang dalam berbagai pola atau rentang gerakan. Ketika
seseorang bergerak, kendali rumit atas aktivitas otot yang menyebabkan atau
mengontrol gerakan tersebut berasal dari sistem saraf pusat. Tulang bergerak
satu sama lain pada sendi. Struktur persendian, serta integritas dan kelenturan
yang dapat terjadi antara dua tulang. Gerakan penuh yang dimungkinkan
menggunakan goniometer dan dapat diukur pada gerak aktif maupun pasif,
dan mengacu pada kriteria ISOM normal dimana LGS sendi dextra (aktif) S
(pasif) S = 0°-0°-120°. Pada pengukuran LGS sendi knee dextra dan knee
25
sinistra ini dilakukan secara aktif dan pasif. Gerakan pasif dilakukan setelah
gerakan aktif.
2.6. Hubungan antara shock wave theraphy dengan hold relax terhadap
perubahan nyeri dan peningkatan ROM pada Osteo artritis
mengurangi nyeri dan perbaikan pada jaringan dan tulanhg rawan articular
serta tulang subklondral pada lutut yang mengalami Osteoartritis (Ji et al.,
2016) hal yang berbeda diugkapkan oleh Zhong et al., (2019) meyatakan
akan tetapi memiliki beberapa efek negatif pada tulang rawan artikular.
dengan penurunan nilai nyeri dengam menggunakan vas dari skala nilai 8,5
dan setelah diberikan EESWT sedlama dua minggu terjadi perubahan nilai
26
Hold Relax merupakan metode latihan dengan kontraksi otot secara
menaikkan LGS knee Joint pada arah bertentangan dengan otot itu). Tujuan
2013)
27
154,500 ± 8,320 sesudah perlakuan dengan selisih rata-rata sebesar 10,80 ±
3,150 .
28
2.6. Kerangka Teori
Patofisiologi OA
Degradasi
sang golgi tendon organ impuls berjalan rawanspinalis
ke medula sendi pada interneuron inhibitor
Regenerasi jaringan respon inhibisi yang dikirim kembali ke otot yang bersangkutan
menghasilkan
Pembentukan osteofit
Sclerosis subkondral
Sinovitis Pengeluaran growth
hormon
Penghancuran
Nyeri dan keterbatasn klasifikasi
ROM
Bone remodeling
Penurunan nyeri
VAS
ROM geniometer
29
2.7. Kerangka Konsep
gambar berikut:
Variabel perancu
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu variabel
bebas, variabel antara, dan variabel terikat, yang secara rinci diuraikan sebagai
berikut:
30
tindakan tindakan terapi Intensitas: 3 set. 8 rep/
dengan menggunakan kegiatan
gelombang kejut dengan Time: 5 menit
frekuensi latihan 3 kali Type: ESWT
seminggu.
Hold Relax merupakan teknik Frekuensi: 3x/Minggu
penguluran yang diawali Intensitas: 3 set. 8 rep/
dengan kontraksi isometrik kegiatan
otot antagonis dengan Time: 10-15 menit
frekuensi latihan 3 kali Type: isometric exercise
seminggu.
Variabel Terikat
Nyeri Nyeri adalah perasaan sakit Visual Analogue Scale
atau tidak enak yang (VAS)
dirasakan oleh penderita
osteoarthritis
Range Of Range of motion adalah Goniometer
Motion lingkup gerak sendi lutut
penderita osteoarthritis,
baik secara aktif maupun
pasif
2.10. Hipotesis
31
BAB III
METODE PENELITIAN
O1 X1 O1’
O2 X2 O2’
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
3.3 Populasi
Makassar.
32
3.4 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang telah ditetapkan oleh
peneliti. Populasi dalam penelitian ini tidak mendapat peluang yang sama
penelitian jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini.
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Shockwave Therapy
33
c. Goniometer untuk mengukur range of motion
34
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin
oleh peneliti dan hanya sekelompok data yang dilaporkan dalam hasil
penelitian.
3.9.1 Persiapan
osteoarthritis.
35
Pada kelompok intervensi I diberikan ESWT dan Kelompok intervensi
Pengukuran Post-Test
36
3.11 Analisis Data
Sebelum dilakukan uji parametrik, dilakukan uji normalitas data dan uji
perubahan variabel antara dan variabel terikat, dilakukan uji Mann Whitney.
data kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase. Analisis statistic
37
DAFTAR PUSTAKA
Adler, Susan and Dominiek, B. (2014). PNF in Practice 4th. Berlin : Springer.
Anisa Ika Pratiwi. (2015). DIAGNOSIS AND TREATMENT OSTEOARTHRITIS.
Arendt-Nielsen, L., & Hoeck, H. C. (2011). Peripheral and central sensitisation in
osteoarthritis: implications for treatment. European Musculoskeletal Review,
6(3), 158–161.
AS., S. (2015). Pengaruh Berat Badan Terhadap Gaya Gesek Dan Timbulnya
Osteoarthritis Pada Orang Di Atas 45 Tahun Di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado. Skripsi.Manado: Bagian Fisika Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado; 2012.
Auersperg, V., & Trieb, K. (2020). Extracorporeal shock wave therapy: an update.
EFORT Open Reviews, 5(10), 584–592. https://doi.org/10.1302/2058-
5241.5.190067
Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.
https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449
Dillon, C. F., Rasch, E. K., Gu, Q., & Hirsch, R. (2006). Prevalence of knee
osteoarthritis in the United States: arthritis data from the Third National
Health and Nutrition Examination Survey 1991-94. The Journal of
Rheumatology, 33(11), 2271–2279.
Efendi, F., & Makhfudli. (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba
Medika, September 2015. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1178.5366
Hayashi, D., Kawakami, K., Ito, K., Ishii, K., Tanno, H., Imai, Y., Kanno, E.,
Maruyama, R., Shimokawa, H., & Tachi, M. (2012). Low‐energy
extracorporeal shock wave therapy enhances skin wound healing in diabetic
mice: A critical role of endothelial nitric oxide synthase. Wound Repair and
Regeneration, 20(6), 887–895.
Hindle, K., Whitcomb, T., Briggs, W., & Hong, J. (2012). Proprioceptive
neuromuscular facilitation (PNF): Its mechanisms and effects on range of
motion and muscular function. Journal of Human Kinetics, 31(1), 105–113.
https://doi.org/10.2478/v10078-012-0011-y
Ioppolo, F., Rompe, J. D., Furia, J. P., & Cacchio, A. (2014). Clinical application
of shock wave therapy (SWT) in musculoskeletal disorders. Eur J Phys
Rehabil Med, 50(2), 217–230.
Ishijima, M., Watari, T., Naito, K., Kaneko, H., Futami, I., Yoshimura-Ishida, K.,
Tomonaga, A., Yamaguchi, H., Yamamoto, T., & Nagaoka, I. (2011).
Relationships between biomarkers of cartilage, bone, synovial metabolism
and knee pain provide insights into the origins of pain in early knee
38
osteoarthritis. Arthritis Research & Therapy, 13(1), R22.
Ji, Q., Wang, P., & He, C. (2016). Extracorporeal shockwave therapy as a novel
and potential treatment for degenerative cartilage and bone disease:
Osteoarthritis. A qualitative analysis of the literature. Progress in Biophysics
and Molecular Biology, 121(3), 255–265.
https://doi.org/10.1016/j.pbiomolbio.2016.07.001
Kang, S., Gao, F., Han, J., Mao, T., Sun, W., Wang, B., Guo, W., Cheng, L., & Li,
Z. (2018). Extracorporeal shock wave treatment can normalize painful bone
marrow edema in knee osteoarthritis. Medicine (United States), 97(5), 1–6.
https://doi.org/10.1097/MD.0000000000009796
Kisner, C., Colby, L. A., & Borstad, J. (2017). Therapeutic exercise: foundations
and techniques. Fa Davis.
Kohn, M. D., Sassoon, A. A., & Fernando, N. D. (2016). Classifications in Brief:
Kellgren-Lawrence Classification of Osteoarthritis. Clinical orthopaedics
and related research, 474(8), 1886–1893. https://doi.org/10.1007/s11999-
016-4732-4.
Leksonowati, S. S., Fisioterapi, J., Kesehatan, P., & Makassar, K. (2016).
Pengaruh Teknik Hold Relax terhadap Penambahan Jarak Gerak Abduksi
Sendi Bahu pada Frozen Shoulder di Ratulangi Medical Centre Makassar
THE INFLUENCE OF HOLD RELAX TECHNIQUE TO THE DISTANCE
ADDITION OF. 103–108.
Lespasio, M. J., Piuzzi, N. S., Husni, M. E., Muschler, G. F., Guarino, A., &
Mont, M. A. (2017). Knee Osteoarthritis: A Primer. The Permanente
Journal, 21, 1–7. https://doi.org/10.7812/TPP/16-183
Mada, U. G. (2013). Perbedaan pengaruh pemberian. 1–18.
Mittermayr, R., Antonic, V., Hartinger, J., Kaufmann, H., Redl, H., Téot, L.,
Stojadinovic, A., & Schaden, W. (2012). Extracorporeal shock wave therapy
(ESWT) for wound healing: technology, mechanisms, and clinical efficacy.
Wound Repair and Regeneration, 20(4), 456–465.
Mouzopoulos, G., Stamatakos, M., Mouzopoulos, D., & Tzurbakis, M. (2017).
Extracorporeal shock wave treatment for shoulder calcific tendonitis: a
systematic review. Skeletal Radiology, 36(9), 803–811.
Notarnicola, A., Tamma, R., Moretti, L., Fiore, A., Vicenti, G., Zallone, A., &
Moretti, B. (2012). Effects of radial shock waves therapy on osteoblasts
activities. Musculoskeletal Surgery, 96(3), 183–189.
Orhan, Z., Ozturan, K., Guven, A., & Cam, K. (2014). The effect of
extracorporeal shock waves on a rat model of injury to tendo Achillis: a
histological and biomechanical study. The Journal of Bone and Joint
39
Surgery. British Volume, 86(4), 613–618.
Perry, R. J., Samuel, V. T., Petersen, K. F., Shulman, G. I., Haven, N., & Haven,
N. (2015). Osteoarthritis Year in Review 2015: Mechanics Nathan.
510(7503), 84–91. https://doi.org/10.1016/j.joca.2015.08.018.Osteoarthritis
Pradeep Kumar Sacitharan. (2019). Ageing and Osteoarthritis.
Putra, K. A. H. (2017). Fisiologi Nyeri. Anesthesiology, 105(4), 864–864.
Rahayu, W., Kuntono, H. B., & Santoso, T. B. (2013). Pengaruh penulis
Pemberian mampu Strain Counterstrain Dan Kinesio Taping Terhadap
Penurunan Nyeri Dan Peningkatkan Fungsional Aktivitas Pada Pasien
Nyeri punggung Bawah Myogenik”. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Romeo, P., Lavanga, V., Pagani, D., & Sansone, V. (2014). Extracorporeal shock
wave therapy in musculoskeletal disorders: a review. Medical Principles and
Practice, 23(1), 7–13.
Sari, D. P., St, S., Rufaida, Z., Bd, S. K., Sc, M., Wardini, S., Lestari, P., St, S., &
Kes, M. (2018). Nyeri persalinan. Stikes Majapahit Mojokerto, 1–117.
Thigpen, C. (2011). Extracorporeal shock wave treatment for shoulder calcific
tendonitis: a systematic review. Extracorporeal Shockwave Therapy.”
Fourth Edition.
Tol, J. L., Spiezia, F., & Maffulli, N. (2012). Neovascularization in Achilles
tendinopathy: have we been chasing a red herring? Springer.
van der Worp, H., van den Akker-Scheek, I., Van Schie, H., & Zwerver, J. (2013).
ESWT for tendinopathy: technology and clinical implications. Knee Surgery,
Sports Traumatology, Arthroscopy, 21(6), 1451–1458.
van der Worp, H., Zwerver, J., van den Akker-Scheek, I., & Diercks, R. L. (2011).
The TOPSHOCK study: Effectiveness of radial shockwave therapy
compared to focused shockwave therapy for treating patellar tendinopathy-
design of a randomised controlled trial. BMC Musculoskeletal Disorders,
12(1), 229.
Vina, E. R., & Kent Kwoh, C. (2018). Epidemiology of Osteoarthritis: Literature
Update Ernest. Physiology & Behavior, 30(2), 160–167.
https://doi.org/10.1097/BOR.0000000000000479.Epidemiology
Yulianto, D. (2013). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Osteoarthritis Lutut
Dextra Di Rsud Sukoharjo. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Zhong, Z., Liu, B., Liu, G., Chen, J., Li, Y., Chen, J., Liu, X., & Hu, Y. (2019). A
Randomized Controlled Trial on the Effects of Low-Dose Extracorporeal
Shockwave Therapy in Patients With Knee Osteoarthritis. Archives of
40
Physical Medicine and Rehabilitation, 100(9), 1695–1702.
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2019.04.020
41