Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JURNAL REVIEW

PENGANTAR ILMU SASTRA


Dosen Pengampu : Wahyu Wiji Astuti Spd.,M.A

D
I
S
U
S
U
N
Kelompok 8:
1.PARTO ANGGITA SIMANIHURUK ( 2213510011)
2. Christopher Goldwin Millardo (2213510016)

PRODI SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal
Review dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Sastra.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sastra khususnya dalam bidang Sastra Indonesi di
dunia sastra. mengingat berbagai kendala dan kesulitan penulis saat menyelesaikan makalah
ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 02 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………….………………………i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….……………………………ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………….iii

A.Latar Belakang ……………………………………………………………………………………………….iv

B.Rumusan Masalah………………………………………………………………………………………….iv

C.Tujuan dan Manfaat penulisan……………………………………………………………………….v

D.Identitas Jurnal……………………………………………………………………………………………..v

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………………………………………….vi

A.Ringkasan jurnal………………………………………………………………………………………….vi

B.Kelebihan dan kekurangan…………………………………………………………………………….vii

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………………viii

A.Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………….viii

B. Saran…………………………………………………………………………………………………………..ix

Daftar pustaka…………………………………………………………………………………………………….x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR

Critical jurnal review yang berbentuk makalah ini berisi tentang Ringkasan jurnal
yang saya pilih sendiri dan saya akan menyertakan ringkasan dari jurnal, dimana jurnal
memiliki kelebihan dan kekurangan nya masing masing.

Dalam critical jurnal review ini, saya akan memaparkan masalah tersebut lewat
pembahasan berikut. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
penyusun agar dapat jadi sarana pengembangan pengetahuan yang berguna kelak.

B.Tujuan penulisan CJR


Adapun tujuan masalah dalam penulisan critical jurnal review ini dapat dijabarkan
sebagai berikut.

1. Menambah wawasan pembaca mengenai Sastra Lisan

2. Meningkatkan motivasi pembaca dalam menggunkan sastra.

3. Meningkatkan pemahaman pembaca untuk mengenai betapa pentingnya memahami sastra.

C.Manfaat Penulisan CJR

Manfaat yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical jurnal review ini
adalah

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar Ilmu Sastra

2. Melatih kemampuan penulis dalam mengkritis suatu jurnal.

3. untuk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam mengenai jurnal tersebut.
D .Identitas Jurnal
Judul: Literasi ekologis: Tanggungjawab moral Ilmu Sastra dalam pengelolaan ekologi manusia

Penulis: Eggy Fajar Andalas

Penerbit: PBSI Universitas Muhammadiyah Malang

Tahun terbit: 2018

Kota Terbit:Malang

Edisi : 3

ISSN: 2599-0519

Tebal buku: 11 halaman

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ringkasan jurnal

EKOLOGI DAN SASTRA: Merangkai Kata, Merawat Bumi


Hal yang disampaikan oleh Sponsel tersebutlah yang senyatanya saat ini terjadi. Berbagai bentuk
eksploitasi kekayaan alam dilakukan di berbagai wilayah tanpa memperhatikan dampak yang
ditimbulkannya, baik masyarakat lokal maupun ekologi bumi. Sejak beberapa kurun waktu terakhir
sejumlah media massa Indonesia menyoroti berbagai bencana yang terjadi di Indonesia. Media masa
Tempo, pada tahun 2008, memberitakan mengenai hasil dari penelusuran Wahana Lingkungan
Hidup Indonesia (WALHI) kalimantan Timur,bahwa terdapat 49.575,12 ha luas konsesi Kuasa
Pertambangan (KP) oleh 41perusahaan belum memiliki izin pinjam pakai kawasan hutan dari
Kementerian Kehutanan dan 1.426,23 ha Kuasa Pertambangan (KP) oleh 16 perusahaan di wilayah
hutan Konservasi Bukit Soeharto juga tidak memiliki izin (Hidayat, 2010).Akibat dari praktik ini, tidak
hanya kerugian yang diterima oleh negara, tetapi ekosistem hutan bahkan wilayah hutan
konservasi mengalami kerusakan. Pada awal tahun 2017 terjadi banjir hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Badan NasionalPenanggulangan Bencana(BNPB) menyatakan bahwa pada awal
2017 banjir melanda 15 provinsi dan 121 kabupaten/kota di Indonesia, dari pulau Sumatera, Jawa,
Sulawesi, hingga Nusa Tenggara Barat (Denny, 2017).
Ekokritik merupakan suatu gerakan intelektual yang berkembang sejak awal tahun 1990-an.
Gerakan ini ditandai terhadap lingkungan alam yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia,
seperti meningkatnya populasi, perkembangan teknologi yang tidak terkendali,konsekuensi ekologis
dari kekayaan dan kemiskinan, ideologi anti-lingkungan (konsumerisme, kapitalisme, dll). Para
peneliti cenderung mengkritisi antroposentrisme8 yang terjadi dalam hubungan manusia dengan
alam. Akibat dari keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam, keseimbangan ekosistem alam
terganggu dan justru secara terbalik mengancam eksistens manusia di Bumi. Kekhawatiran yang
dirasakan oleh para ahli tersebut nyatanyamerupakan fenomena yang saat ini benarbenar dirasakan
oleh umat manusia di seluruh dunia. Sebagai salah satu negara yang terletak di wilayah ring of fire
(Jepang, Taiwan, Vietnam, dan Indonesia) (Artiningsih, Setyono, & Yuniartanti, 2016:347-348),
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap terjadinya bencana secara tiba-tiba. Akan tetapi,
kondisi tersebut merupakan suatu bentu permasalahan ekologi yang bersifat alami. Sayangnya,
minimnya kesadaran terhadap bahaya dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana yang bersifat
alami tersebut ditambah dengan berbagai permasalahan ekologi yang berasal dari ulah manusia
dalam usaha pengeksploitasian alam secara besar-besaran. Seperti yang telah ditunjukkan di awal
tulisan ini, perkembangan industrialisasi yang semakin pesat dan menguatnya logika kapitalisme
neoliberal global yang tidak diimbangi dengan kesadaran publik terhadap dampak buruk dan akibat
yang dihasilkan oleh penambangan batu-bara mengakibatkan ancaman serius terhadap
permasalahan perubahan iklim, kesehatan, kesejahteraan, dan ekologi lokal (Morrice & Colagiuri,
2013:78; Arsel, Akbulut, & Adaman, 2015:1; Brown & Spiegel, 2017:101). Selain itu, emisi gas buang
dari kendaraan bermotor yang dihasilkan dari industri otomotif di Indonesia9 menyumbang lebih
dari 380 bagian perjuta (ppm). Padahal, berdasarkan data yang dilansir International Climate Change
(ICC), tingkat emisi gas yang dapat ditolerir hanya sebesar 330-350 ppm (Susanti, 2010).

TANGGUNG JAWAB ILMU PENGETAHUAN: Ilmu Sastra dan Kehidupan


Manusia
Hantu” yang selalu meneror setiap orang yang mengabdikan dirinya untuk mempelajari ilmu
sastra. Lebih celakanya, pertanyaan tersebut sering ditujukan kepada mahasiswa sastra, calon-calon
ilmuwan sastra, yang baru mengenal dan ingin mempelajari sastra secara serius. Tidak ayal, sering
terjadi kebimbangan di dalam diri mahasiswa sastra mengenai arah dan tujuan dari keilmuan yang
dipelajarinya. Kondisi ini diperparah jika dalam ruang-ruang kelas mereka hanya diarahkan dan
berkutat pada permasalahan struktur karya sastra semata. Hal tersebut seolah menegaskan asumsi
bahwa sastra memang hanya mengenai persoalan estetika karya semata tanpa pernah bersentuhan
dengan kehidupan manusia. Menyikapi pertanyaan tersebut kita dapat mengarahkan pandangan
kita dengan menelusuri perdebatan yang terjadi di dalam ranah ilmu pengetahuan pada
pertengahan abad ke-192 . Pada masa ini, ketika pasca perang dunia I sekitar pertengahan abad ke-
19, Husserl mengkritik secara keras mengenai lepasnya ilmu dari kehidupan manusia. Menurutnya
(Husserl, 1970:5-6), manusia modern terlalu bergantung pada positive science dan lupa mengenai
peran ilmu terhadap kesejahteraan hidup manusia. Berbagai akibat dari perang dunia dan segala
kerugian yang dialaminya merupakan contoh nyata dari hal tersebut. Oleh karenanya, diperlukan
suatu cara pandang peneliti dalam berbagai ilmu mengenai signifikansi yang dihasilkan dari sebuah
ilmu pengetahuan terhadap kesejahteraan hidup manusia 3 .
B.KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ISI JURNAL
Kelebihan Isi Jurnal
-Dilihat dari penampilan kata yang menarik sehingga pembaca tertarik untuk
mengetahui isi bukunya.
-Dilihat dari penggunaan huruf nya jurnal telah menggunakan penggunaan huruf
kapital yang tepat penggunaan kata miring garis bawah dan kata di cetak tebal.
-Dilihat dari isi buku memaparkan penjelasan yang jelas sehingga memudahkan
pembaca untuk memahami isi buku
-Tata bahasa yang baku dan lugas.

KELEMAHAN JURNAL
KEGAYUTANANTAR ELEMEN

Tiap elemen Bahasa Indonesia yg dikemukakan membuat pembaca menjadi istilahistilah


baru dalam Basaha Indonesiajournal semua terikat antara satu dengan yang lain.
ORIGINALITAS TEMUANPenelitian sering diteliti oleh orang lain, sehingga
mempunyai kecenderung untuk mengadopsi beberapa gagasan dari pakar Basaha
Indonesia dilokasi penelitian menemukan penggunaan kosa kata baku dan tidak
baku tetapi dalam masyarakat luas yang berada di Indonesia
.KEMUTAKHIRAN MASALAHSaya tidak menemukan banyak masalh yang
terdapat metode, prosedur, dan lokasi yang akurat journal tersebut. Karena dalam
melayani masyarakat, namun mengutamakan pengelolaan journal tersebut.Sumber
masalah tersebut yang di kaji oleh penulis ruang lingkupnya yang tidak terdapat
kemuktahiran.
KOHESI DAN KOHERENSI ISI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatifan metode. Koherensi dalam paragraph, karena tidak jelas
penghubung antara sub-sub penjelasanya sehingga yang membaca jadi
bingung.Sehingga melahirkan pemahaman baru tentang ide pembangunan
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dalam mengatasi krisis ekologi yang terjadi saat ini, tidak hanya bidangbidang ilmu eksakta yang
memiliki tanggung jawab sekaligus peran dalam menyelesaikannya. Peran bidang-bidang ilmu sosial-
humaniora juga memiliki tanggung jawab dan peran yang sama. Dalam konteks ini, diperlukan suatu

kesadaran baru terhadap dimensi analisis yang dapat dikembangkan dalam dunia sastra untuk
merespon berbagai isu “nyata” yang terjadi dalam kehidupan manusia. Peneliti-peneliti dalam
bidang sastra perlu mengembangkan kerangka berfikirnya untuk terlepas dari kungkungan tradisi
struktural yang menggejala dan sulit dihilangkan. Sebagai salah satu sumbangsih yang dapat
diberikan terhadap permasalahan hidup yang terjadi saat ini, ekokritik bisa menjadi salah satu
alternatifnya. Ekokritik merupakan suatu paradigma kritis yang tidak hanya memusatkan
permasalahan analisis pada dimensi tekstual yang bertujuan mengidentifikasi berbagai hal yang
berkaitan dengan permasalahan lingkungan. Melalui pendekatan ini, seorang peneliti sastra dapat
menjangkau dimensi ideologis dan kerangka penanggulangan ide pencegahan dan konsep-konsep
ekologis yang berguna bagi kehidupan manusia.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami tentang jurnal tersebut semoga para pembaca mudah mengerti
maksud dari penyampaian dari setiap penulis untuk memahami informasi dalam materi yang
terdapat di jurnal tersebut dan semoga jurnal yang saya review ini menambah pengetahuan dan
wawasan untuk pembelajaran kita kedepan nya nanti. Dan dengan adanya jurnal review ini kita
kiranya bisa menambah ilmu pengetahuan pembaca lebih lanjut lagi. Jurnal review ini juga bisa
dijadikan bahan contoh untuk mengkritik jurnal lainnya. Semoga jurnal review ini bermanfaat bagi
kita semua dan para pembaca yang ada dikalangan terpelajar.

DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M. 1971. The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and The
Critical Tradition. Oxford: Oxford University Press. Arsel, M., Akbulut, B., &
Adaman, F. 2015. Environmentalism of the malcontent: anatomy of an
anticoal power plant struggle in Turkey. Journal of Peasant Studies, 1-25.
doi:10.1080/03066150.2014.97176 Artiningsih, Setyono, J. S., &
Yuniartanti,
R. K. 2016. The challenges of disaster governance in an Indonesian
multihazards city: a case of Semarang, Central Java.
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 227, 347-353.
doi:10.1016/j.sbspro.2016.06.081 Barau, A. S., Stringer, L. C., & Adamu, A.U.
2016. Environmental ethics and future oriented transformation to
sustainability in Sub-Saharan Africa. Journal of Cleaner Production, 135,
1539-1547.
doi:10.1016/j.jclepro.2016.03.053 Bate, J. 1991. Romantic Ecology:
Wordswoth and the Environmental Tradition. London: Routledge. Brown, B.,
& Spiegel, S. J. 2017.
Resisting coal: Hydrocarbon politics and assemblages of protest in the UK
and Indonesia.
Geoforum, 85, 101-11. doi:10.1016/j.geoforum.2017.07.01 Buell, L. 2005. The
Future of Environmental Criticism: Environmental Crisis and Literary
Representation. Oxford: Blackwell.
Chua, R. G. 2015. Dismantling Disaster, Death, and Survival in Philippine
Ecopoetry. Kritika Kultura, 25, 26-45. doi:10.13185/KK2015.02503
Denny, A. 2017, March 7. Banjir dan Krisis Ekologi. Dipetik August 10,
2018, dari Sindonews web site:

Anda mungkin juga menyukai