Anda di halaman 1dari 15

PENGKAJIAN KEPERAWATAN.

 AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur / istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas.

 SIRKULASI
Gejala : Adanya riwayat hipertensi ; IM akut.
Klaudikasi, kebas, dan kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia.
Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi.
Nadi yang menurun / tak ada
Distritmia.
Krekels ; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering, dan kemerahan ; bola mata cekung.

 INTEGRITAS EGO
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain.
Masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.

 ELIMINASI
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia.
Rasa nyeri / terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru /
berulang.
Nyeri tekan abdomen.
Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning ; poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat).
Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun ; hiperaktif (diare).

 MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Hilang nafsu makan.
Mual / muntah.
Tidak mengikuti diet ; peningkatan masukan glukosa / karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari / minggu.
Haus.
Penggunaan diuretik (tiazid).

Tanda : Kulit kering / bersisik, tugor jelek.


Kekakuan / distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah).
Bau halotosis / manis, bau buah (napas aseton).

 NEUROSENSORI
Gejala : Pusing / pening.
Sakit kepala.
Kesemutan, kebas kelemhan pada otot. Parestesia.
Gangguan penglihatan.
Tanda : Disoreantasi; mengantuk, letargi, stupor / koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental.
Refleks tendon dalam (RTD) menurun (koma).
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

 NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang / berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi ; tampak sangat berhati-hati

 PERNAPASAN
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi / tidak).
Tanda : Lapar udara.
Batuk, dengan / tanpa sputum purulen (infeksi).
Frekuensi pernapasan.

 KEAMANAN
Gejala : Kulit kering, gatal ; ulkus kulit.
Tanda : Demam, diaforesis.
Kulit rusak, lesi / ulserasi.
Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
Parestesia /paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam).

 SEKSUALITAS
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi).
Masalah impoten pada pria ; kesulitan orgasme pada wanita.

 PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Faktor resiko keluarga ; DM, penyakit jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang lambat.
Penggunaan obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah).
Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan.

Pertimbangan
Rencana pemulangan : Mungkin mmerlukan bantuan dalam pengarturan diet,
pengobatan, pwerawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma ; Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium ; Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller), selanjutnya akan
menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM )
dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak
adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi
ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pankretitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/gangguan
dalam penggunaannya ( endogen /eksogen ). Resisiten insulin dapat berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin menigkat.
Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan dan infeksi pada luka.

Diagnosa keperawatan yang sering muncul:


1. Kekurangan volume cairan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori.
5. Kelelahan
6. Ketidakberdayaan
7. Kurang pengetahuan (belajar) mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Rencana tindakan.
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Diuresis osmotik (hiperglikemi).
Tujuan : Klien akan memperlihatkan terjadinya tanda – tanda hidrasi yang adekuat.

INTERVENSI RASIONAL
1. Dapatkan riwayat pasien / orang 1. Membantu dalam memperkirakan
terdekat sehubungan dengan urine kekurangan volume total. Tanda dan
yang sangat berlebihan. gejala munglin sudah ada pada
beberapa waktu sebelumnya
(beberapa jam sampai beberapa hari).
Adanya proses infeksi
mengakibatkan demam dan keadaan
hipermetabolik yang meningkatkan
kehilangan air tidak kasatmata.

2. Hipovo;emia dapat dimanifestasikan


2. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya oleh hipotensi dan takikardia.
perubahan TD ortostatik. Perkiraan berat ringannya
hipovolemia dapt dibuat ketika
tekanan darah sistolik pasien turun
lebih dari 10 mmHg dari posisi
berbaring ke posisi duduk /berdiri.

3. Paru-paru mengeluarkan asam


karbonat melalui pernapasan yang
3. Pola napas seperti adanya pernapasan menghasilkan konpensasi alkolosis
kussmaul atau pernapasan yang keton. respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. pernapsan yang berbau
aseton berhubungan pemecahanasam
aseto-asetat dan harus berkurang
bila ketosishsrus terkoreksi.

4. Koreksi hiperglikemia dan asidosis


akan menyebabkan pola frekwensi
4. Frekwensi dan kualitas pernapasan pernapasan mendekati normal.
otot bantu napas,dan adanya periode Tetapi peningkatan kerja
apnea dan munculnya sianosis. pernapasasn : pernapasan dangkal ,
pernapasan cepat, dan munculnya
sianosis mungkin merupakan indikasi
dari kelelahan pernapasan dan atau
mungkin pasien itu kehilangan
kemampuannya untuk melakukan
kompensasi pada asidosis.

5. Meskipun demam, menggigil dan


diaforesis merupakan hal umum
5. Suhu, warna kulit atau kelembabannya. terjadi pada proses infeksi , demam
dengan kulit yang kemerahan , kering
mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.

6. Merupakan indikator dari tingkat


6. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, dehidrasi atau volume sirkulasi yang
turgor kulit, dan membran mukosa. adekuat.

7. Memberikan perkiraan kebutuhan


7. Pantau masukan dan pengeluaran, akan cairan pengganti, fungsi ginjal ,
catat berat jenis urine. dan kefektifan dari terapi yang
diberikan.

8. Memberikan hasil pengkajian yang


8. Ukur berat badan setiap hari. terbaik dari status cairan yang
sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam cairan pengganti.
9. Mempertahankan hidrasi/volume
sirkulasi.
9. Pertahankan untuk memberikan cairan
paling sedikit 2500 ml/hari dalam
batas yang dapat ditoleransi jantung
jika pemasukan cairan melalui oral
sudah dapat diberikan. 10. Menghindari pemanasan yang
berlebihan terhadap pasien lebih
10. Tingkatkan lingkungan yang dapat lanjut akan dapat menimbulkan
menimbulkan rasa nyaman.Selimuti kehilangan cairan.
pasien dengan selimut tipis.
11. Perubahan mental dapat berhubungan
dengan glukosa yang tinggi atau yang
11. Kaji adanya perubahan mental/ sensori rendah (hiperglikemi atau
hipoglikemi), elektrolit yang
abnormal, asidosis , penurunan
perfusi serebral dan berkembangnya
hipoksia. Penyebab yang tidak
tertangani , gangguan kesadaran
dapat menjadi predisposisi
(pencetus) aspirasi pada pasien.

12. Kekurangan cairan dan elektrolit


mengubah motilitas lambung, yang
12. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti sering kali akan menimbulkan muntah
mual, nyeri abdomen, muntah dan secara potensial akan
distensi lambung. menimbulkan kekurangan cairan atau
elektrolit.

13. Pemberian cairan unruk perbaikan


yang cepat mungkin sangat
13. Observasi adanya perasaan kelelahan berpotensi menimbulkan kelebihan
yang meningkat,edema, peningkatan beban cairan dan GJK.
berat badan, nadi tidak teratur, dan
adanya distensi pada vaskuler.
14. Tipe dan jumlah dari cairan
14. Berikan terapi cairan sesuai dengan tergantung pada derajat kekuranan
indikasi; cairan dan respon pasien secara
Normal salin atau setengah normal individual.
salin dengan atau tanpa dektrosa.
Albumin, plasma, atau dekstran
15. Memberikan oengukuran yang
15. Pasang/pertahankan kateter urine tepat /akurat terhdap pengukuran
tetap terpasang. haluaran urine terutama jika
neuropati otonom menimbulkan
gangguan kamtung kemih (retensi
urine/inkontinensia).

16.
16. Pantau pemeriksaan laboraorium  Mengkaji tingkat hidrasi dan
seperti : seringkali meningkat akibat
 Hematokrit (Ht), hemokonsentrasi yang terjadi
setelah diuresis osmotik.
 Peningkatan nilai dapat
 BUN/Kreatinin mencerminkan kerusakan sel
karena dehidrasi atau tanda
awitan kegagaln ginjal.
 Meningkat sehubungan dengan
 Osmolalitas darah adanya hiperglikenia dan
dehidrasi.
 Mungkin menurun yang dapat
 Natrium mencerminkan perpindahan
cairan dari intrasel ( diuresis
osmotik ). Kadar natrium yang
tinggi mencerminkan kehlangan
cairan/dehidrasi berat atau
reabsobsi natrium dalam
berespon terhadap sekresi
aldosteron.
 Awalnya dapat terjasdi
 Kalium hiperkalemia dalam
beresponpada asidosis, namun
selanjutnya kalium ini akan
hilang melalui urine.

17. Kalium harus ditambahkan pada IV


17. Berikan kaliumn atau elektrolit yang (segera aliran urine adekuat) untuk
lain melalui IV dan atau melalui oral mencegah hipokalemia.
sesuai indikasi.

18. Diberikan dengan hati – hati untuk


18. Berikan bikarbonat jika pH kurang dari membantu memperbaiki asidosis
7,0. pada adanya hipotensi atau syok.

19. Mendekompresi lambung dan dapat


19. Pasang selang Ngdan lakukan menghilangkan muntah
penghispan sesuai dengan indikasi.

2. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan :


 Ketidak cukupan insulin ( penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak)
 Penurunan pemasukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen,
peruibahan kesadaran .
 Status hipermetabolikme: pelepasan hormon stress ( mis: efineprin, kortisol, dan
hormon pertumbuhan), Proses infeksius.

Tujuan : Klien akan memperlihatkan berat badan yang stabil atau penambahan kearah
rentang biasanya/ yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal.

Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan setiap hari. 1. Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat ( termasuk absopsi dan
ultisasinya )

2. Tentukan program diet dan pola 2. Mengidentifikasi kekurangan dan


makan pasien bandingkan dengan penyimpangan dari kebutuhan
makanan yang dapat dihabiskan teraupetik.
pasien.
3. Auskultasi bising usus, catat adanya 3. Hiperglikemia dan gangguan
nyeri abdomen/ perut kembung, mual, keseimbangan cairan dan elektrolit
muntahan makanan yang belum dapat menurunkan motilitasd/fungsi
sempat di cerna, pertahankan keadaan lambung (distensi atau ileus paralitik)
puasa sesuai dengan indikasi. yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
4. Berikan makanan cair yang
mengandung zat makanan ( nutrien ) 4. Pemberian makan melalui oral lebih
dan elektrolit dengan segera jika baik jika pasien sadar dan fungsi
pasien sudah dapat mentolerasinya gastrointestinal baik.
melalui pemberian cairan melalui oral.
Dan selanjutnya terus mengupayakan
pemberian makanan yanhg lebih padat
sesuai dengan yang dapat ditoleransi.

5. Identifikasi makanan yang disukai /


dikehendaki termasuk kebutuhan etnik
/ kultural.
5. Jika makanan yang disukai pasien
dapat dimasukkan dalam perencanaan
6. Libatkan keluarga pasienpada makan, kerja sama ini dapat
perencanaan makan ini sesuai dengan diupayakan setelah pulang.
indikasi.
6. Menigkatkan rasa keterlibatannya:
memberikan informasi pada keluarga
7. Observasi tanda – tanda hipoglikemia, untuk memahami kebutuhan nutrisi
seperti perubahan tingkat kesadaran, pasien.
kulit lembab / dingin, denyut nadi
cepat, lapar peka rangsang, cemas, 7. Karena metabolisme karbohidrat mulai
sakit kepala, pusing, sempoyongan. terjadi ( gula darah akan berkurang
dan sementara tetap diberikan insulin
maka hipoglikemia dapat terjadi. Jika
pasien dalam keadaan koma,
hipoglikemia mungkin terjadi tanpa
memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran . ini secara potensial dapat
mengancam kehidupan yang harus
dikaji dan ditangani secara cepat
8. Lakukan kolaborasi pemeriksaan gula melalui protokol yang direncanakan .
darah dengan menggunakan “finger
stick”. 8. Analisa ditempat tidur terhadap gula
darah lebih akurat (menunjukkan
kaadaan saat dilakukan pemeriksaan)
dari pada memantau gula dalam urine
(reduksi urine) yang tidak cukup
akurat untuk mendeteksi fluktuasi
Kadar gula darah dan dapat
dipengaruhi oleh ambang ginjal pasien
secara individual atau adanya retensi
urine/gagal ginjal.
9. Pantau pemeriksaan laboratorium,
seperti glukosa darah, aseton, pH, dan 9. Gula darah darah akan menurun
HCO3. perlahan dengan penggantian cairan
dan terapi insulin terkontrol. Dengan
pemberian insulin dosis optimal,
glukosa kemudian dapat masuk
kedalam sel dan digunakan untuk
sumber kalori. Ketika hal ini terjadi,
kadar aseton akan menurun dan
asidosis dapat dikoreksi.
10. Berikan pengobatan insulin secara
teratur dengan metode IV secara 10. Insulin reguler memilik awitan cepat
intermitten atau secara kontinu. dan karenanya dengan cepat pula
Seperti bolus IV diikuti dengan dapat membantu memindahkan
tetesan yang kontinu melalui alat glukosa kedalam sel. Pemberian
pompa kira – kira 5 – 10 UI/jam melaui IV merupakan rute pilihan
sampai glukosa darah mencapai 250 utama karena absorpsi dari jaringan
mg/dl. subkutan mungkin tidak menetu
/sangat lambat.
11. Berikan larutan glukosa, mosalnya
dektrosa dan setengah salin normal. 11. Larutan glukosa ditambahkan setelah
insulin dan cairan membawa gula
darah kira – kira 250 mg/dl. Dengan
metabolisme karbohidrat mendekati
normal, perawatan harus diberikan
untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia.
12. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
12. Sangat bermanfaat dalam perhitungan
dan penyesuain diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien: menjawab
pertanyaan dan dapat pula membantu
pasien atau orang terdekat dalam
mengembangkan perencanaan makan.

13. Berikan diet kira – kira 60% 13. Kompleks karbiohidrat ( seperti
karbohidrat. 20% protein dan jagung, wortel, brokoli, buncis,
20%lemak dalam penataan makan / gandum, dll) menurunkan kadar
pemberian makanan tambahan. glukosa / kebutuhan insulin,
menurunkan kadar kololesterol darah
dan meningkatkan rasa kenyang.
Pemasukan makanan akan dijadwalkan
sesuai karakteristik insulin spesifik
(mis: efek puncaknya) dan berespon
pasien secara individual.

14. Dapat bermanfaat dalam mengatasi


14. Berikan obat metaklopramid (reglan): gejala yang berhububngan dengan
tetrasikin. neuropati otonom yang mempengaruhi
saluran cerna, yang selanjutnya
meningkatkan pemasukan melalui oral
dan absopsi zat makanan (nutrien)

3. Risiko Tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :


 Kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi,
 Infeksi pernapasan yang ada sebelumnya.

Tujuan : Tanda- tanda infeksi tidak terjadi.


Intervensi Rasional
1. Observasi tanda – tanda infeksi dan 1. Pasien mungkin masuk dengan infeksi
peradangan, seperti demam, yang biasanya telah mencetuskan
kemerahan, adanya pus pada luka keadaan ketoasidosis atau dapat
sputum purulent, urine warna keruh mengalami infeksi nosokomial.
atau berkabut.
2. Mencegah timbuknya infeksi silang
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan (infeksi nosokomial).
melakukan cuci tangan yang baik
pada semua yang berhubungan
dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
3. Kadar glukosa yang tinggi dalam
3. Pertahankan tehnik aseptik pada darah akan menjadi media terbaik abgi
prosedur invasif (seperti pemasangan pertumbuhan kuman.
infus, kateter folley dan sebagainya),
pemberian obat intravena dan
memberikan perawatan
pemeliharaan . Lakukan pengobatan
melalui IV sesui indikasi.

4. Pasang kateter /lakukan perawatan 4. Mengurangi risiko terjadinya infeksi


perineal dengan baik. Ajarkan pasien saluran kemih. Pasien koma mungkin
wanita untuk membersihkan daerah memiliki risiko yang khusus jika terjadi
perinealnya dari depan kearah retensi urine pada saat awal dirawat.
belakang setelah eliminasi.

5. Berikan perawatan kulit dengan 5. Sirkulasi perifer bisa terganggu yang


teratur dan sungguh – sungguh , menempatkan pasien pada peningkatan
masase daerah tulang yang tertekan , risiko terjadinya kerusakan pada kulit /
jaga kulit tetap kering, linen kering iritasi kulit dan infeksi.
dan tetap kencang (tidak berkerut)

6. Auskultasi bunyi napas. 6. Ronki mengindikasikan adnaya


akumulasi sekret yang mungkin
berhubungan dengan pneumonia /
bronkitis (mungkin pencetus sebagai
pencetus dari DKA). Edema paru
(bunyi krekels) mungkin sebagai akibat
dari pemberian cairan yang terlau
cepat / berlebihan atau GJK.

7. Memberikan kemudahan bagi paru


7. Posisikan pasien pada posisi semi untuk berkembang : menurunkan risiko
fowler. terjadinya aspirasi.

8. Membantu dalam menventilasikan


8. Lakukan perubahan posisi dan semua daerah paru dan memobilisasi
anjurkan pasien batuk untuk batuk sekret. Mencegah agar sekret tidak
efektif/napas dalam jika pasien sadar statis dengan terjadiya peningkatan
dan kooperatif. Laukan penghisapan risiko infeksi
lendir pada jalan napas dengan
menggunakan tehnik steril sesuiai
keperluannya.
9. Mengurani penyebaran infeksi.
9. Berikan tissue dan tempat sputum
pada tempat yang mudah dijangkau
untuk penampungan sputum atau
sekret yang lainnya.
10. Menurunkan risiko terjadinya penyakit
10. Bantu pasien untuk melakukan mulut/gusi.
higiene oral.
11. Menurunkan kemungkinan terjadinya
11. Anjurkan untuk makan dan minum infeksi. Meningkatkan aliran urine
adekuat (pemasukan makanan dan untuk mencegah urine yang statis dan
cairan yang adekuat) kira- kira 3000 membantu dalam,mempertahankan
ml/hari pH / keasaman urine, yang
menurunkan pertumbuhan bakteri dan
pengeluaran oragnisme dari sistem
organ tersebut.

12. Untuk mengidentifikasi organisme


sehingga dapat memilih/memberikan
12. Lakukan kolaborasi untuk terapi antibiotik yang terbaik.
pemeriksaan kultur dan sensitivitas
sesuai dengan indikasi 13. Penangananan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis.

13. Berikan obat antibiotik yang sesuai.

4. Risiko Tinggi Terhadap Perubahan Persepsi sensori berhubungan dengan perubahan


kimia endogen: ketidakseimbagan glukosa/insulin dan /atau elektrolit.
Tujuan : Perubahan persepsi sensori tidak terjadi.

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda – tanda vital dan status 1. Sebagai dasar untuk membandingkan
mental. temuan abnormal seperti suhu yang
meningkat dapat, mempengaruhi
fungsi mental.

2. Panggil pasien dengan nama, 2. Menurunkan kebingungan dan


orientasikan kembali sesuai dengan membantu mempertahahnkan kontak
kebutuhannya, misalnya terhadap dengan realitas.
tempat, orang, dan waktu. Berikan
penjelasan yang singkat dengan
bicara perlahan dan jelas.

3. Jadwalkan intervensi keperawatan 3. Meningkatkan tidur, menurunkan rasa


agar tidak mengganggu waktu letih, dan dapat memperbaiki daya
istirahat pasien. fikir.

4. Pelihara aktivitas rutin pasien 4. Membantu memelihara pasien tetap


sekonsisten mungkin, dorongan untuk berhubungan dengan realitas dan
melakukan kegiatan sehari-hari mempertahankan orientasi pada
sesuai kemampuannya. lingkungannya.

5. Lindungi pasien dari cedera (gunakan 5. Pasien mengalami disorientasui


pengikat) ketika tingkat kesadaran merupakan aeal kemungkinan
pasien terganggu. Berikan bantalan timbulnya cedera, terutama malam
lunak pada pagar tempat tidur dan hari dan perlu pencegahan sesuai
berikan jalan napas buatan yang lunak indikasi. Munculnya kejang perlu
jika pasien kemungkinan mengalami diantisipasi untuk mencegah trauma
kejang. fisik, aspirasi dsb.

6. Evaluasi lapang pandang penglihatan 6. Edema / lepasnya retina, hemoragis ,


sesuai dengan indikasi. katarak, atau paralisis otot ekstra
okuler sementara menganggu
penglihatan yang memerlukan terapi
korektif dan atau perawatan
penyokong.

7. Selidiki adanya keluhan parestesia , 7. Neuropati perifer dapat


nyeri, atau kehilangan sensori pada mengakibatkan rasa tidak nyaman
paha / kaki. Lihat adanya ulkus, yang berat, kehilangan sensasi
daerah kemerahan, tempat-tempat sentuhan / distorsi yang mempunyai
tertekan, kehilangan denyut nadi risiki tinggi terhadap kerusakan kulit
perifer. dan gangguan keseimbangan .

8. Berikan tempat tidur yang lembut. 8. Meningkatkan rasa nyaman dan


Pelihara kehangatan kaki / tangan, menurunkan kemungkinan kerusakan
hindari terpajan terhadap air panas kulit pada panas.
atau dingin atau penggunaan
bantalan / pemanas.

9. Bantu pasien dalam ambulasi atau 9. Meningkatkan keamanan pasien


perubahan posisi. terutama ketika rasa keseimbangan
dipengaruhi.

10. Lakukan kolaborasi untuk pemberian 10. Gangguan dalam proses pikir/potensial
pengobatan sesuai dengan obat yang terhadap aktifitas kejang biasanya
ditentukan untuk mengatasai DKA hilang dalam hiperosmolalitas teratasi.
sesuai indikasi
11. Ketidakseimbangan nilai laboratorium
11. Pantau nilai laboratoriun, seperti dapoat menurunkan fungsi mental.
glukosa darah, osmolalitas darah ,
Hb/Ht, ureum kretinin.
12. Dapat memberikan rasa nyama yang
12. Bantu dalam memblok saraf setempat, berhubungan dengan neuropati.
mempertahankan unit TENS.

5. Kelelahan Berhubungan dengan :


 Penurunan produlsi energi metabolik.
 Perubahan kimia darah : insufisiensi insulin.
 Peningkatan kebutuhan energi : Status hipermetabolik/infeksi
Tujuan : klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisdipasi dalam
aktifitas yang diinginkan.

Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien kebutuhan 1. Pendidikan dapat memberikan
akan aktifitas. Buat jadwal motivasi untuk meningkatkan tingkat
perencanaan dengan pasien dan aktivitas meskipun pasien mungkin
identifikasi aktivitas yang meninbulkan sangat lemah.
kelelahan.

2. Berikan aktivitas alternatif dengan 2. Mencegah kelelahan yang berlebihan.


periode istirahat yang cukup / tanpa
diganggu.
3. Diskusi cara menghemat kalori selama 3. Pasien akan dapat melakukan lebih
mandi, berpindah tempat dan banyak kegiatan dengan penurunan
sebagainya. kebutuhan akan energi pada setiap
kegiatan.
4. Tingkatkan partisipasi pasien dalam 4. Meningkatkan kepercayaan diri/harga
melakukan aktifitas sehari – hari yang diri yang positif sesuai tingkat
dapat ditoleransi. aktifitas yang dapat ditoleransi pasien.

5. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang / progresif yang


tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang lain.

Tujuan : Mengidentifikasi cara – cara sehat untuk menghadapi perasaan.

Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien/keluarga untuk 1. Mengidentifikasi area perhatiaannya


mengekspresikan perasaannya dan memudahkan cara pemecahan
tentang perawatan dirumah sakit dan masalah.
penyakitnya secara keseluruhan.
2. Akui normalitas dari perasaan. 2. Pengenalan bahwa reaksi normal dapat
membantu pasien untuk memecahkan
masalah dan mencari bantuan sesuai
kebutuhan.
3. Kaji bagaimana pasien telah 3. Pengetahuan gaya individu membantu
menangani masalahya dimasa lalu, untuk menentukan kebutuhan terhadap
identifikasi lokus kontrol. tujuan penanganan. Pasien yang akan
mempunyai lokus pusat kontrol internal
biasanya memperlihatkan cara untuk
meningkatkan kontrol terhadap
program pengobatan sendiri. Pasien
yang bertindak dengan lokus eksternal
ingin dirawat oleh orang lain atau
mungkin akan mengendalikan faktor –
faktor eksternal yang
mempengaruhinya.
4. Berikan kesempatan pada keluarga 4. Menigkatkan perasaan terlibat dan
untuk mengekspresikan perhatiannya membrikan kesempatan keluarga
dan diskusikan cara mereka dapat untuk memecahkan maslah untuk
membantu sepenuhnya terhadap membantu mencegah terulangnya
pasien. (kambuhnya) penyakit pada pasien
tersebut.
5. Tentukan tujuan / harapan dari pasien 5. Harapan yang tidak realistis atau
atau keluarga. adanya telkanan dari orang lain atau
diri sendiri dapat mengakibatkan
perasaan frustasi / kehilangan kontrol
diri dan mungkin menganggu
kemampuan koping.
6. Tentukan apakah ada perubahan yang 6. Tenaga dan fikiran yang konstan
berhubungan dengan orang terdekat. diperlukan untuk mengendalikan
diabetik yang seringkali memindahkan
fokus hubungan.
7. Anjurkan pasien untuk membuat 7. Mengkomunikasikan pada pasien
keputusan sehubungan dengan bahwa beberapa pengendalian dapat
perawatannya, sepeti ambulasi, waktu dilatih pada saat perawatan dilakukan.
berkatifitas, dan seterusnya.
8. Berikan dukungan pada pasien untuk 8. Meningkatkan perasaan kontrol
ikut berperan serta dalam perawatan terhadap situasi.
diri sendiri dan berikan umpan balik
positif sesuai dengan usaha yang
dilakukannya.

6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan


kebutuhan belajar dan kebutuhan pengobatan. Berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi.

Tujuan : Klien akan melakukan perubahan gayahidup dan berpartisipasi dalam


program pengobatan

Intervensi Rasional
1. Ciptakan lingkungan saling percaya 1. Menanggapi dan memperhatikan perlu
dengan mendengarkan penuh diciptakan sebelum pasien bersedia
perhatian, dan selalu ada untuk pasien. mengambil bagian dalam proses
belajar.
2. Bekerja dengan pasien dalam menata 2. Partisipasi dalam perencanaan
tujuan belajar yang diharapkan. menigkatkan antusias dan kerja sama
Pilih berbagai strategi belajar, seperti pasien denganprinsip – prinsip yang
tehnik demonstrasi yang memerlukan dipelajari.
keterampilan dan biarkan pasien 3.
mendemonstrasikan ulang, gabungkan  Memberikan pengetahuan dasar
keterampilan baru ini ke dalam dimana pasien dapt membuat
rutinitas rumah sakit sehari – hari. pertimbangan dalam memilh gaya
3. Diskusikan topik – topik utama, hidup.
seperti:  Pengetahuan tentang factor
 Apakah kadar glukosa normal itu pencetus dapat membantu untuk
dan bagaimana hal tersebut menghindari kambuhnya seranga
dibandingkan dengan kadar gula tersebut.
darah pasien, tipe DM yang  Kesadaran tentang apa yang terjadi
dialami oleh pasien, hubungan membantu pasien utnuk lebih
antara kekurangan insulin dengan konsisten terhadap perawtannya
kadar gula darah yang tinggi. dan mencegah komplikasi.
 Rasional terjadinya serangan 4. Pemeriksaan gula darah setiap hari
ketoasidosis. memugnkinkan fleksibilitas dalm
 Komplikasi penyakit akut dan perawatn diri dan meningkaktkan
kronis meliputi gangguan kontro;l gula darah lebih ketat.
penglihatan (retinopati), 5. kesadran tentang pentingnya control
perubahan dalam neuroisensori diet akan membantu klien dalam
dan kardiovaskuler, perubahan merencanakan makan dan serat akan
fungsi ginjal/hipertensi. memperlambat absorpsi glukosa yang
4. Demonstrasikan cara pemeriksaan Akan menurunkan fluktuasi kadar
gula darah dengan menggunakan glukosa dalam darah.
“finger stick” dan beri kesempatan 6. Pemahamn tengtang semua aspek akan
pasien untuk mendemonstrasikan meningkatkan penggunaan obat secara
kembali. Instruksikan pasien untuk tepat
pemeriksaan keton urinenya jika 7. Mengidentifikasi pemahaman dan
glukosa darah lebih tinbggi dari 250 kebenaran dan prosedur ataun
mg/dl. masalah yang potensial terjadi
5. Diskusikan tentang cara rencana diet, sehingga solusi alternative dapat
penggunaan makanan tinggi serat dan ditentukan untuk pemberian insulin.
cara untuk melakukan makan diluar 8. Membantu dalam mencipatka gambaran
rumah. nyata dari keadaan pasien untuk
6. Tinjau ulang program pengobatan melakukan kntrol penyakitnya dengan
mel;iputi awitan, puncak dan lamanya lebih naik dengan meningkatkan
dosisi insulin yang diresepkan, bila di kemandirian.
sesuaikan dengan pasien atau
keluarga.
7. Tinjau kembali pemberian insulin oleh
pasien sendiri dan perawatan
terhadap peralatan yang digunakan.
Berikan kesempatan pada pasien
untuk mendemonstrasikan prosedur
tersebut (misalnya menentukan daerah
penyuntikan dan cara menyuntik atau
penggunaan alat suntik pompa
kontinu).
8. Tekankan pentingnya
mempertahankan peneriksaan gula
darah setiap hari, waktu dan dosis
obat, diet, aktifitas, perasaan, sensasi
dan peristiwa dalam hidup.

Anda mungkin juga menyukai