Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN KINERJA

INSTANSI PEMERINTAH
TAHUN 2020

DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TENGAH

JL. PIERE TENDEAN NO. 24 SEMARANG

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa


atas rahmat dan Karunianya, kami dapat menyelesaikan penyusuan Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020. LKj IP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
merupakan bentuk komitmen nyata Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) yang baik sebagai mana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 8 tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah yang diatur kemudian dalam Peraturan Presiden Nomor 29 tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan secara
teknis diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.

LKjIP adalah wujud pertanggungjawabn pejabat publik kepada


masyarakat tentang kinerja lembaga pemerintah selama satu tahun anggaran.
Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah diukur, dievaluasi,
dianalisis dan dijabarkan dalam bentuk LKj Dinas Kesehatan .

Tujuan penyusunan LKjIP adalah untuk menggambarkan penerapan


Rencana Strategis (Renstra) dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
organisasi di masing-masing perangkat daerah, serta keberhasilan capaian
sasaran saat ini untuk percepatan dalam meningkatkan kulitas capaian kinerja
yang diharapkan pada tahun yang akan datang. Melalui penyusunan LKj IP juga
dapat memberikan gambaran penerapan prinsip-prinsip good governance, yaitu
dalam rangka terwujudnya transparansi dan akuntabilitas di lingkungan
pemerintah.

ii
Demikian LKj IP ini kami susun semoga dapat digunakan sebagai bahan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya untuk peningkatan kinerja di
masa mendatang.

Semarang, Februari 2021

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN v

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Landasan Hukum............................................................... 2
C. Maksud dan Tujuan............................................................ 3
D. Gambaran Umum Organisasi............................................. 3
E. Fungsi Strategis Dinas Kesehatan...................................... 21
F. Permasalahan Utama (Isu Strategik).................................. 22
G. Sistematika Penulisan......................................................... 24
BAB II : PERENCANAAN KINERJA
A. Tujuan Perjanjian Kinerja.................................................... 26
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2018
A. Capaian Kinerja Organisasi................................................. 31
B. Realisasi Anggaran............................................................. 83
BAB IV : PENUTUP
A. Tinjauan Umum Capaian Kinerja......................................... 88
B. Strategi untuk Peningkatan Kinerja...................................... 89

iv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Kerja Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun


2019
2. Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2019
3. Alokasi dan Realisasi APBD(P) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2019

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan
kepada daerah provinsi/kabupaten/kota untuk mengurus dan memajukan
daerahnya sendiri. Hal ini diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, dan
pemberdayaan peran serta masyarakat

Dalam pelayanan di bidang Kesehatan, peraturan perundangan yang


menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, yaitu:

1. Undang-undang nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional (RPJMN), yang menempatkan periode 2015-
2019 sebagai tahapan keempat untuk memantapkan pembangunan
secara menyeluruh di berbagai bidang.

2. Undang-undang nomor 26 tahun 2009 tentang Kesehatan yang


menyebutkan bahwa kesehatan adalah hak asasi manusia.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

4. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan


Nasional, untuk mensinergikan pembangunan kesehatan di Jawa Tengah
dengan pembangunan kesehatan nasional.

5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2016 tentang


Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 9 tahun 2016 tentang


Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah

1
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 5 tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Tengah 2018 – 2023

8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 9 tahun 2019 tentang


Sistem Kesehatan Provinsi

9. Peraturan Gubernur nomor 58 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata


Kerja Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

10. Peraturan Gubernur nomor 99 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Agar berbagai program dan kegiatan yang dilaksanakan dimasa


mendatang dapat berhasil dengan baik, maka harus disusun dalam suatu
perencanaan yang matang. Perencanaan yang disusun tentunya harus
mempertimbangkan keadaan yang ada dan memprediksikan keadaan yang
akan datang dengan berbagai dukungan dan hambatan yang akan timbul.

B. LANDASAN HUKUM

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan


Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 dilandasi dengan dasar hukum sebagai
berikut :

1. Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan
Penetapan Kinerja dan Pelaporan Kinerja Instansi Pemerintah

3. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan


Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.

2
C. MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Laporan Kinerja Instansi


Pemerintah (LKj IP) Tahun 2020 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
adalah:

1. Untuk mengetahui pencapaian kinerja sasaran strategis Dinas Kesehatan


sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah;

2. Sebagai acuan untuk perencanaan kegiatan di tahun mendatang,


khususnya dalam perencanaan kinerja di tahun mendatang;

3. Sebagai bukti akuntabilitas kepada publik atas penggunaan sumber daya


dalam rentang waktu satu tahun .

D. GAMBARAN UMUM ORGANISASI


Sebagaimana diatur Peraturan Gubernur Provinsi Jawa Tengah Nomor
58 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Jawa Tengah, kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah adalah sebagai berikut:

1. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah merupakan unsur pelaksana


urusan pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan
daerah. Dinas dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah mempunyai tugas membantu
Gubernur melaksanakan urusan pemerintahan bidang kesehatan yang
menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan
kepada Daerah.

3. Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan


pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya
kesehatan;

3
b. pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya
kesehatan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta
sumber daya kesehatan;
d. pelaksanaan dan pembinaan administrasi, dan kesekretariatan
kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas.
e. pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Gubernur,
sesuai tugas dan fungsinya
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
c. Bidang Kesehatan Masyarakat;
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
e. Bidang Pelayanan Kesehatan;
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan;
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dan


fungsi Dinas Kesehatan. Adapun Sekretariat merupakan unsur pembantu
pimpinan, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
Sekretariat dipimpin oleh sekretaris dan mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Dinas.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretaris mempunyai fungsi:
1. penyiapan bahan koordinasi kegiatan di lingkungan Dinas;
2. penyiapan bahan koordinasi dan penyusunan rencana program dan
kegiatan di lingkungan Dinas;
3. penyiapan bahan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi ketatausahaan, kepegawaian, hukum, keuangan,

4
kerumahtanggaan, aset, kerja sama, kehumasan, kearsipan dan
dokumentasi di lingkungan Dinas;
4. penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penataan organisasi dan
tata laksana di lingkungan Dinas;
5. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemerintah dan pengelolaan informasi;
6. penyiapan bahan pengelolaan barang milik/kekayaan Daerah dan
pelayanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Dinas;
7. penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di lingkungan Dinas; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sekretariat membawahi :
1. Subbagian Program;
2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
Subbagian-subbagian, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala
Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Subbagian Program mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan, koordinasi dan penyusunan perencanaan program dan
kegiatan, evaluasi dan pelaporan di bidang program.Tugasnya meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang program;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian perumusan kebijakan teknis di bidang
program;
3. menyiapkan bahan penyusunan perencanaan program dan kegiatan di
lingkungan Dinas;
4. menyiapkan bahan pengendalian program dan kegiatan di lingkungan
Dinas;
5. menyiapkan bahan pengelolaan data dan informasi di bidang program;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang program; dan
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

5
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan di bidang keuangan. Tugas dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang keuangan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang keuangan;
3. menyiapkan bahan pengelolaan keuangan;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan verifikasi dan pembukuan;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan akuntansi ;
6. menyiapkan bahan pengelolaan data dan informasi di bidang keuangan;
7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang keuangan; dan
8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang umum dan kepegawaian. Tugas
dimaksud meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang umum dan
kepegawaian;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian perumusan kebijakan teknis di
bidang umum dan kepegawaian;
3. menyiapkan bahan pengelolaan ketatausahan di lingkungan Dinas;
4. menyiapkan bahan pengelolaan kepegawaian di lingkungan Dinas;
5. menyiapkan bahan pengelolaan rumah tangga dan aset di lingkungan
Dinas;
6. menyiapkan bahan kerjasama dan kehumasan di lingkungan Dinas;
7. menyiapkan bahan pengelolaan kearsipan dan dokumentasi di lingkungan
Dinas;
8. menyiapkan bahan pelaksanaan organisasi, hukum dan ketatalaksa-naan
di lingkungan Dinas;
9. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang umum dan
kepegawaian; dan
10.melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

6
Bidang Kesehatan Masyarakat merupakan unsur pelaksana di bidang
kesehatan masyarakat, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Bidang.
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta
pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi, promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat,
menyelenggarakan fungsi :
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat;
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri atas :
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
2. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dan
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
Seksi-seksi sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Kesehatan Masyarakat.
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi.

7
Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan keluarga
dan gizi;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian kebijakan teknis di bidang kesehatan
keluarga dan gizi;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional upaya kesehatan
keluarga dan gizi masyarakat skala provinsi;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan upaya kesehatan keluarga dan gizi
masyarakat skala provinsi;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan upaya
kesehatan keluarga dan gizi masyarakat skala provinsi;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan keluarga dan gizi;
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, sebagaimana
dimaksud mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan
bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Tugas
sebagaimana dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional di bidang promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat skala provinsi;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat skala provinsi;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat;

8
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga, mempunyai
tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga. Tugas dimaksud, meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
3. menyiapakan bahan penyusunan standar operasional di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelaksanaan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga; dan
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merupakan unsur


pelaksana di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, dipimpin oleh Kepala Bidang. Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebagaimana dimaksud
mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, koordinasi
dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens
dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular serta
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit, menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan imunisasi;

9
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri atas :
1. Seksi Surveilens dan Imunisasi;
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; dan
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa.
Seksi-seksi sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Seksi Surveilens dan Imunisasi, sebagaimana dimaksud mempunyai tugas,
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan
imunisasi. Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang surveilens dan
imunisasi ;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang surveilens dan imunisasi.;
3. meyiapkan bahan penyusunan standar operasional penyelenggaraan
surveilens dan imunisasi skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan surveilens dan imunisasi skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang surveilens dan
imunisasi skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan
imunisasi skala Daerah; dan

10
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sebagaimana
dimaksud, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di
bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Tugas sebagaimana
dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit
menular skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan
imunisasi; dan
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan


Kesehatan Jiwa, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di
bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa. Tugas dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;
4. menyiapkan bahan fasilitasi pencegahan dan pengendalian penyakit

11
tidak menular dan kesehatan jiwa skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Bidang Pelayanan Kesehatan merupakan unsur pelaksana di bidang


pelayanan kesehatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang.
Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan bidang pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional,
pelayanan kesehatan rujukan, standarisasi pelayanan dan jaminan
kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Pelayanan Kesehatan,
menyelenggarakan fungsi :
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan primer
dan kesehatan tradisional;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan rujukan;
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang standarisasi pelayanan dan
jaminan kesehatan; dan
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri atas :
1. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional;
2. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan; dan
3. Seksi Standarisasi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan.
Seksi-seksi sebagaimana dimaksud masing-masing dipimpin oleh seorang

12
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan.

Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional,


mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional. Tugas sebagaimana
dimaksud meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan
kesehatan primer dan kesehatan tradisional;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pelayanan kesehatan primer dan kesehatan tradisional;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional bidang pelayanan
kesehatan primer dan kesehatan tradisional;
4. menyiapkan bahan fasilitasi pelayanan kesehatan primer dan kesehatan
tradisional skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pelayanan
kesehatan primer dan kesehatan tradisional skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
primer dan kesehatan tradisional; dan
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan, mempunyai tugas, melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
rujukan.Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan
kesehatan rujukan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan bahan kebijakan teknis di
bidang pelayanan kesehatan rujukan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional bidang pelayanan
kesehatan rujukan skala Daerah dan lintas kabupaten/kota;
4. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional bidang pelayanan

13
kesehatan rujukan arus mudik skala Daerah dan lintas kabupaten/kota;
5. menyiapkan bahan fasilitasi pelayanan kesehatan primer dan kesehatan
tradisional skala Daerah;
6. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan
pelayanan kesehatan rujukan skala Daerah dan lintas kabupaten/kota.;
7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
rujukan; dan
8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Seksi Standarisasi Pelayanan dan Jaminan Kesehatan sebagaimana


dimaksud mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di
bidang standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan. Tugas sebagaimana
dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang standarisasi
pelayanan dan jaminan kesehatan;
2. meyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standarisasi pelayanan kesehatan dan
jaminan kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan standarisasi pelayanan dan jaminan
kesehatan ;
5. menyiapkan bahan fasilitasi standarisasi pelayanan dan jaminan kese-
hatan;
6. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan
standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan skala Daerah;
7. menyiapkan bahan penyusunan rekomendasi teknis penerbitan izin Rumah
Sakit Kelas B dan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat Daerah;
8. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang
standarisasi pelayanan dan jaminan kesehatan; dan
9. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

14
Bidang Sumber Daya Kesehatan merupakan unsur pelaksana di bidang
sumber daya kesehatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang.
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan bidang kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan dan manajemen informasi
kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Bidang Sumber Daya
Kesehatan, menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia
kesehatan; dan
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi
kesehatan;
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri atas:
1. Seksi Kefarmasian, Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan;
2. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan; dan
3. Seksi Manajemen Informasi Kesehatan.
Seksi-seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya
Kesehatan. Seksi Kefarmasian, Makanan Minuman dan Perbekalan
Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di
bidang kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan kesehatan. Tugas
sebagaimana dimaksud meliputi:

15
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan layanan kefarmasian, makanan
minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis kefarmasian, makanan
minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;
6. menyiapkan bahan rekomendasi teknis ijin pedagang besar farmasi cabang
dan cabang penyalur alat kesehatan;
7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan, minuman dan perbekalan kesehatan; dan
8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia
kesehatan. Tugas sebagaimana dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang sumber daya
manusia kesehatan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
sumber daya manusia kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pengelolaan sumber
daya manusia kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan skala
Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya
manusia kesehatan skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia
kesehatan; dan

16
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Manajemen Informasi Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi kesehatan.
Tugas sebagaimana dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang manajemen
informasi kesehatan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
manajemen informasi kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional manajemen informasi
kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan penyusunan pelaksanaan manajemen informasi
kesehatan skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis manajemen informasi
kesehatan skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi
kesehatan; dan
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.

Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis


penunjang tertentu di lingkungan Dinas dapat dibentuk UPT Dinas. UPT Dinas
dipimpin oleh Kepala UPT Dinas yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Pembentukan, Tugas dan Fungsi,
Jenis dan Klasifikasi serta Tata Kerja UPT Dinas diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Gubernur nomor 99 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Ada 8
(delapan) UPT Dinas Kesehatan yaitu:

1. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Semarang


2. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Ambarawa
3. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Klaten
4. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Magelang
5. Balai Kesehatan Masyarakat Wilayah Pati
17
6. Balai Kesehatan Indra Masyarakat
7. Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan
8. Balai Pelatihan Kesehatan

Kelompok Jabatan Fungsional pada lingkungan Dinas ditetapkan


sesuai dengan kebutuhan dan mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
jabatan fungsional masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Jumlah
Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja . Jenis
dan jenjang Jabatan Fungsional sebagaimana diatur sesuai peraturan perundang-
undangan. Pembinaan terhadap Jabatan Fungsional dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Untuk memenuhi kebutuhan Jabatan Fungsional
dapat dilakukan dengan pengangkatan pertama, perpindahan jabatan, dan
penyesuaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Pelaksanaan tugas Jabatan Fungsional dikoordinasikan oleh koordinator
kelompok jabatan fungsional sesuai dengan rumpun jabatan masing-masing.
Pelaksanaan penilaian prestasi kerja jabatan fungsional sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan tugas jabatan fungsional dan pola
hubungan kerja jabatan fungsional diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala
Dinas.

18
Gambar 1.1
Struktur organisasi Dinas Kesehatan Tahun 2020

Gambar 1.2
Struktur Organisasi UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

19
Sumber daya yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dalam melaksanakan fungsi koordinasi dan fasilitasi sebagai berikut :
1. Susunan kepegawaian :
a. Pegawai berdasarkan Golongan Kepegawaian dan Tingkat Pendidikan.
Pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dan UPTD sampai dengan akhir tahun 2020 sebanyak 633 orang.
Jumlah pegawai berdasarkan golongan kepegawaian dapat dilihat pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Kepegawaian di
Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2020
Golongan
INSTITUSI
IV III II I
BKIM 10 37 6 0
BALKESMAS AMBARAWA 9 27 3 0
BALKESMAS KLATEN 4 40 2 0
BALKESMAS MAGELANG 4 41 7 1
BALKESMASPATI 3 35 6 1
BALKESMAS SEMARANG 16 45 6 2
BALAI LABKES 13 35 15 0
BAPELKES 6 17 13 0
DINKES 61 140 26 2
JUMLAH 126 417 84 6
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

Sebagian besar (65,88%) pegawai Dinas Kesehatan


Provinsi Jawa Tengah dan UPT Dinas (UPTD) berdasarkan
golongan, terbanyak adalah golongan III yaitu 417 orang,
sedangkan golongan IV sebanyak 19,91% (126 orang) dan
golongan II sebanyak 13,27% (84 orang).

Jumlah pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat


dilihat pada tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2: Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020
Tingkat Pendidikan
INSTITUSI
S3 S2 S1/D4 D3 D1 SMA SMP SD
BKIM 0 9 13 23 0 7 1 0

20
Tingkat Pendidikan
INSTITUSI
S3 S2 S1/D4 D3 D1 SMA SMP SD
BALKESMAS
0 8 12 15 0 3 1 0
AMBARAWA
BALKESMAS KLATEN 0 6 11 20 1 8 0 0
BALKESMAS
0 8 13 14 0 16 1 1
MAGELANG
BALKESMAS PATI 0 5 17 13 0 9 0 1
BALKESMAS
0 9 31 19 0 8 2 0
SEMARANG
BALAI LABKES 0 13 18 24 0 4 2 2
BAPELKES 0 8 7 3 0 15 3 0
DINKES 2 75 94 20 0 27 8 3
JUMLAH 2 141 216 151 1 97 18 7
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Sebagian besar 34,12% pegawai Dinas Kesehatan Provinsi


Jawa Tengah dan UPTD berlatar belakang pendidikan S1/D4
(216 orang), Diploma 3 sebanyak 23,85% (151 orang) dan Pasca
sarjana S2 sebanyak 22,27% (141 orang).
Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan, Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah dilengkapi dengan berbagai fasilitas berupa tanah, gedung,
serta berbagai peralatan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.3.
Jenis dan Jumlah Fasilitas Perlengkapan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
JUMLAH ASET
No. KETERANGAN
Jml Harga
1 2 3 4
1 Tanah 25 61.324.740.000
2 Alat besar 52 7.088.657.774
3 Alat angkutan 106 16.130.717.418
4 Alat bengkel dan alat ukur 55 1.806.013.400
5 Alat pertanian - -
6 Alat kantor dan rumah tangga 9.020 4.686.901.994
7 Alat studio komunikasi dan pemancar 716 4.987.294.001
8 Alat kedokteran dan alat kesehatan 2.137 47.753.520.931
9 Alat laboratorium 542 23.268.423.511
10 Alat persenjataan - -
11 Alat komputer 1.774 13.438.630.382
12 Alat eksplorasi - -
13 Alat pengeboran - -

21
JUMLAH ASET
No. KETERANGAN
Jml Harga
1 2 3 4
14 Alat produksi, pengelolaan dan pemurnian - -
15 Alat bantu eksplorasi - -
16 Alat keselamatan kerja - -
17 Alat peraga - -
18 Peralatan proses/produksi - -
19 Rambu rambu - -
20 Peralatan olah raga 17 81.729.600
21 Bangunan gedung 78 101.921.292.712
22 Monumen 2 144.162.000
23 Bangunan menara - -
24 Tugu titik kontrol/pasti 4 4.970.666.040
25 Jalan dan jembatan 2 117.825.000
26 Bangunan air 9 746.910.500
27 Instalasi 34 3.868.562.664
28 Jaringan 21 1.135.375.128
29 Bahan perpustakaan 35 152.321.050
30 Barang bercorak keseniaan/kebudayaan/olah 102 105.951.000
raga
31 Hewan 4 3.300.000
32 Biota perairan - -
33 Tanaman 1 34.650.000
34 Barang koleksi non budaya - -
35 Aset tetap dalam renovasi - -
36 Konstruksi dalam pengerjaan 4 2.346.105.183
15.640 326.113.750.288
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2020

E. FUNGSI STRATEGIS DINAS KESEHATAN

Berdasarkan pada tugas pokok dan fungsi Dinas Kesehatan dimaksud,


maka Dinas Kesehatan secara umum memiliki Fungsi strategis yaitu:
merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan bidang kesehatan yang
menjadi kewenangan daerah; membantu Gubernur melaksanakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah dan
tugas pembantuan yang ditugaskan kepada Daerah, menyusun perumusan
kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan penyakit,
pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan kebijakan

22
bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan penyakit,
pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan
penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan dan
pembinaan administrasi, dan kesekretariatan kepada seluruh unit kerja di
lingkungan Dinas; pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh
Gubernur, sesuai tugas dan fungsinya.

F. PERMASALAHAN UTAMA (ISSUE STRATEGIK) DINAS KESEHATAN

Berdasarkan telaah capaian indikator kinerja Dinas Kesehatan Provinsi


tahun 2018-2023 dibandingkan dengan target yang tertuang dalam dokumen
perencanaan (RPJMD, Renstra, SPM, MDG’s/SDG’s dan RAD PG) maka isu
strategis Dinas Kesehatan tahun 2020 adalah: meningkatkan derajad
kesehatan masyarakat Jawa Tengah dengan menurunkan angka kesakitan
dan kematian. Strategi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
melalui: peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan, peningkatan
upaya paradigma sehat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pemenuhan
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta peningkatan kualitas
sumber daya manusia kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKABA) masih menjadi prioritas di Jawa Tengah. Capaian
AKI tahun 2020 sebesar 98,6/100.000 KH; AKB: 7,79/1000 KH dan AKABA
8,99/1000 KH) meskipun angka ini jauh lebih baik dibanding target nasional
(AKI: 226/100.000 KH; AKB: 24/1.000 KH) namun untuk capaian AKI
menurun dibandingkan capaian AKI tahun 2019 (AKI 76,93/100.000 KH;
AKB: 8,24/1000 KH dan AKABA 9,65/1000 KH, capaian sudah melebihi
target 2019), namun AKI dan AKB merupakan indikator untuk melihat
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah/ negara. Selain itu
target SDGs belum tercapai (akhir tahun 2030 <70).
Angka Kesakitan dan Kematian penyakit menular dan tidak menular
masih tinggi. Angka Kesakitan DBD tahun 2020 sebesar 15,56 per 100.000

23
penduduk lebih baik dibandingkan capaian Tahun 2019 sebesar 26,15
/100.000 penduduk dan sudah dibawah target <30/100.000 penduduk.
Walaupun sudah dibawah target, namun sudah semua kabupaten/ kota di
Jawa Tengah merupakan daerah endemis DBD, sehingga dikhawatirkan
sewaktu-waktu bisa meningkat kembali.
Kasus HIV/AIDS merupakan kasus fenomena gunung es yaitu
walaupun penemuan kasus cenderung meningkat dan diobati setiap tahun
namun kasus yang belum ditemukan dan diobati masih sangat banyak dan
penularannya melalui hubungan seksual sangat berisiko untuk menularkan
lagi ke orang lain. Tahun 2020 untuk penyakit HIV/AIDS menggunakan
indikator kinerja kegiatan baru yaitu prosentase kasus HIV/AIDS yang diobati
ARV yaitu penderita HIV AIDS yang masih mendapatkan pengobatan Anti
Retro Viral (ARV).
Angka penemuan kasus baru kusta, capaian tiap tahun cenderung
mengalami kenaikan. Kurangnya tingkat capaian disebabkan kusta masih
dianggap neglected disease yang harus mendapatkan komitmen daerah
terutama dalam penganggaran, penemuan kasus dilakukan secara aktif
menurun dikarenakan blocking dana pusat terutama APBN. Provinsi Jawa
Tengah menargetkan tahun 2024 Eliminasi Kusta untuk seluruh Kab/Kota di
Jawa Tengah. Tahun 2019 masih ada 5 kabupaten/kota yang belum
eliminasi kusta yaitu kota Tegal, kab. Tegal, Kota Pekalongan, Pemalang dan
Brebes. Persentase kab/kota dengan kasus baru kusta Tahun 2020 dari
target 71 terealisasi 74,8 lebih baik dibanding tahun 2019 dari target 71 telah
tercapai 71,42%. Adanya pandemi Covid-19 juga menimbulkan masalah baru
dengan tingginya kasus dan kematian yang disebabkan oleh virus corona.
Penyakit-penyakit menular/infeksi masih menjadi masalah di
masyarakat, di sisi lain angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit
tidak menular dan degeneratif seperti Diabetes mellitus (DM), kardiovaskuler,
hipertensi dan kanker (keganasan) cenderung meningkat.

24
G. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penyusunan LKjIP Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


Tahun 2020, disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang penjelasan umum organisasi, dengan penekanan


kepada aspek strategis oraganisasi serta permasalahan utama (strategic
issued) yang sedang dihadapi organisasi.

BAB II : PERENCANAAN KINERJA

Dalam Bab ini menjelasakan tentang ringkasan/ ikhtisar rencana kinerja


tahunan dan perjanjian kinerja tahun 2020 antara Gubernur Jawa Tengah
dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2020

Bab ini menjelaskan capaian kinerja organisasi untuk setiap


pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi Untuk setiap pernyataan kinerja sasaran
strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja sebagai berikut:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini;
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir;
3. Membandingkan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target
jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis
organisasi;
4. Membandingkan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika
ada);
5. Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/ penurunan
kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan;
6. Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya;
7. Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun
kegagalan pencapaian pernyataan kinerja).

25
BAB IV. PENUTUP

Dalam bab ini yang dikemukakan simpulan secara umum atas capaian
kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kinerja.

26
BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Perjanjian Kinerja pada dasarnya adalah lembar/ dokumen yang berisikan


penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi
yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan
indikator kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima
amanah dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja
terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya
yang tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan
atas kegiatan tahun bersangkutan, tetapi termasuk kinerja (outcome) yang
seharusnya terwujud akibat kegiatan tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian
target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari
kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja
setiap tahunnya.

A. TUJUAN PERJANJIAN KINERJA

Tujuan disusunnya Perjanjian Kinerja adalah :

1. Sebagai wujud nyata komitmen antara penerima dan pemberi amanah


untuk meningkatkan integritas, akuntabilitas, transparansi, dan kinerja
Aparatur.

2. Menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.

3. Sebagai dasar penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan dan


sasaran organisasi dan sebagai dasar pemberian penghargaan dan
sanksi.

4. Sebagai dasar bagi pemberi amanah untuk melakukan monitoring,


evaluasi dan supervisi atas perkembangan/ kemajuan kinerja penerima
amanah.

5. Sebagai dasar dalam penetapan sasaran kinerja pegawai.

27
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 – 2023, maka Visi Pembangunan
Jangka Menengah Tahun 2018 – 2023 Provinsi Jawa Tengah yaitu : Jawa
Tengah Sejahtera dan Berdikari dengan slogan “(Tetep) Mboten Korupsi,
Mboten Ngapusi”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, terdapat 4
(empat) misi, yaitu:

1. Membangun masyarakat Jawa Tengah yang religius, toleran dan guyup


utuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Memperluas reformasi birokrasi melalui penguatan koordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten/Kota.
3. Memperkuat kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja
baru untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran
4. Menjadikan rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih
berbudaya dan mencintai lingkungan.
Sedangkan Program Kerja sebagai berikut:

1. Sekolah tanpa sekat, pelatihan tentang domokrasi dan pemilu, gender,


anti korupsi dan magang Gubernur untuk siswa SMA/SMK.
2. Peningkatan peran rumah ibadah, fasilitas pendakwah dan guru ngaji.
3. Reformasi birokrasi di Kabupaten/Kota, sistem layanan terintegrasi.
4. Satgas kemiskinan, bantuan desa, rumah sederhana layak huni.
5. Obligasi daerah, kemudahan akses kredit UMKM, penguatan BUMDes
dan pelatihan stratup untuk wirasusahawan muda.
6. Menjaga harga komoditas dan asuransi gagal panen untuk petani serta
melindungi kepentingan nelayan.
7. Pengembangan transportasi masal, revitalisasi jalur kereta dan bandara
serta pembangunan embung/irigasi.
8. Pembukaan kawasan industri baru dan rintisan pertanian terintegrasi.
9. Rumah sakit tanpa dinding, sekolah gratis untuk SMAN, SMKN, SLB dan
bantuan sekolah swasta, pondok pesantren, madrasah dan difabel.
10. Festival seni serta pengembangan infra struktur olah raga, rumah
kebudayaan dan kepedulian lingkungan.
28
Sebagai upaya dalam melaksanakan pokok – pokok pikiran visi dan
misi pembangunan Jawa Tengah, terutama misi ke 3 yaitu Memperkuat
kapasitas ekonomi rakyat dan membuka lapangan kerja baru untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran, dan misi ke 4 yaitu Menjadikan
rakyat Jawa Tengah lebih sehat, lebih pintar, lebih berbudaya dan mencintai
lingkungan serta mendukung program kerja ke 9 yaitu Rumah sakit tanpa
dinding. Implementasi pelaksanaan upaya tersebut dilandasi dengan slogan
“(tetep) mboten korupsi, mboten ngapusi”.

Makna misi “Menjadikan Rakyat Jawa Tengah Lebih Sehat” adalah


dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yaitu:

1. Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) yaitu suatu


tindakan yang sistematis dan terencana yang dilakukan secara
bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran,
kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas
hidup. GERMAS diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan
melakukan aktivitas fisik secara rutin, melakukan deteksi dini penyakit
dengan cara melakukan cek kesehatan secara rutin serta memperbanyak
konsumsi makan sayur dan buah. Salah bentuk bentuk operasional
dilapangan adalah dengan memperkuat Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM);
2. Peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk lapisan masyarakat antara
lain dengan pemanfaatan SIM RS rujukan online;
3. Peningkatan dan pemerataan sarana dan prasarana kesehatan;
4. Peningkatan kualitas dan distribusi tenaga kesehatan;
5. Pembudayaan/ pemassalan Olah raga.

Sedangkan makna program kerja ‘Rumah Sakit tanpa dinding” yaitu


Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berbasis masyarakat (community
based) dan Rumah Sakit akan mendapat keleluasaan dalam perencanaan
dan tata laksana perawatan kesehatan yang melibatkan semua pihak secara

29
komprehensif dan efektif. Implementasi Rumah Sakit Tanpa Dinding adalah
sebagai berikut :

1. Mampu membina Fasilitas pelayanan kesehatan Primer dalam upaya


promotif dan preventif dengan upaya penguatan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) melalui Tim Terpadu Rumah Sakit;

2. Mampu membina dengan SDM jejaring dalam rangka meningkatkan


kapasitas misalnya dengan kegiatan diklat

3. Membangun sistem rujukan balik pripurna dan terpadu dengan


memberikan pelayanan perawatan paripurna dan terpadu mobile paska
Rumah Sakit ;

4. Pelayanan kelompok populasi beresiko tinggi secara paripurna dan


terpadu dengan membentuk konselor kelompok mobile;

5. Aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin mudah


dengan memberikan layanan didalam gedung dan keluar gedung dengan
pendekatan keluarga (PIS-PK)

6. Akses terbuka Rumah Sakit untuk masyarakat sebagai pusat rujukan


Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK);

7. Pengembangan Public Safety Center (PSC) 119 Kab/Kota dalam


pelayanan pre hospital sebagai respon cepat dalam pelayanan emergensi
sehari-hari

8. Tranfer of knowlodge kepada masyarakat/ keluarga/ perorangan dengan


memberikan penyuluhan, pendampingan, sosialisasi, seminar, pelatihan
untuk penyegaran kembali ilmu pengetahuan.

Untuk menjabarkan visi dan misi pembangunan Jangka Menengah


Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 - 2023, maka Tujuan dan Sasaran Jangka
Menengah Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 - 2023 yang
tertuang dalam Rencana Startegis Dinas Kesehatan sebagai berikut :

30
1. Tujuan 1: Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, dengan indikator
Angka Harapan Hidup.
2. Tujuan 2: Meningkatkan Tata Kelola Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, dengan indikator Nilai Kepuasan Masyarakat
Dalam rangka mencapai tujuan jangka menengah Dinas Kesehatan yaitu
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya
Angka Harapan Hidup, dan Maningkatkan tata kelola organisasi Dinas
Kesehatan dengan indikator nilai kepuasan masyarakat, maka ada 3 (tiga)
sasaran untuk mewujudkan tujuan yaitu :
1. Menurunnya angka kesakitan dan kematian, dengan indikator sasaran :
1) AKI (Angka Kematian Ibu)
2) AKB (Angka Kematian Bayi)
3) AKABA (Angka Kematian Balita)
4) Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian
Penyakit Menular
5) Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
6) Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi
7) Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai
ketentuan
8) Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi
2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran:
1) Nilai SAKIP Dinas Kesehatan
3. Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator sasaran:
1) Nilai kepuasan masyarakat

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, Kepala Dinas
Kesehatan pada Tahun 2020 telah melakukan Perjanjian Kinerja dengan
Gubernur Jawa Tengah untuk mewujudkan target kinerja sesuai lampiran
perjanjian ini.

31
Guna mewujudkan kinerja yang telah diperjanjikan, maka Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan 7 (tujuh) program
utama dan 5 program pendukung dengan 158 kegiatan yang didukung oleh
APBD Provinsi mendasarkan DPA Perubahan sebesar Rp.419.558.613.000,-
(Empat ratus sembilan belas milyar lima ratus lima puluh delapan juta enam
ratus tiga belas ribu rupiah) dan APBN sebesar Rp.11.615.160.000,- (sebelas
milyar enam ratus lima belas ribu seratus enam puluh ribu rupiah).

Jumlah anggaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah bersumber


APBD Provinsi sebelum perubahan sebesar Rp.446.003.259.000,- (Empat
ratus empat puluh enam milyar tiga juta dua ratus lima puluh sembilan ribu
rupiah). Setelah anggaran perubahan, APBD Perubahan Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 sebesar Rp.419.558.613.000,- (Empat
ratus sembilan belas milyar lima ratus lima puluh delapan juta enam ratus
tiga belas ribu rupiah) sedangkan jumlah anggaran bersumber APBN/
Dekonsentrasi awal sebesar Rp.44.143.252.000,- (empat puluh empat milyar
seratus empat puluh tiga juta dua ratus lima puluh dua ribu rupiah) setelah
dilakukan refokusing menjadi Rp.11.615.160.000,0 (sebelas milyar enam
ratus lima belas ribu seratus enam puluh ribu rupiah) sehingga jumlah
seluruh anggaran sebesar Rp.431.173.773.000,- (Empat ratus tiga puluh
satu milyar seratus tujuh puluh tiga juta tujuh ratus tujuh puluh tiga ribu
rupiah).
Prestasi yang diraih oleh Provinsi Jawa Tengah selama Tahun 2019
adalah:
1) Penghargaan dari Kementerian Dalam Negeri sebagai Provinsi Terbaik
Pertama dalam Pembinaan dan Pengawasan 8 Aksi Konvergensi
Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2020
2) Penghargaan MURI atas rekor dalam Pendukung Pengiriman Mahasiswa
Relawan Siaga Covid-19 ke Desa Terbanyak. Adapun mahasiswa berasal
dari mahasiswa aktif Poltekkes Kemenkes Semarang (Polkesmar)
sebanyak 2.277 siaga Covid-19 yang tersebar ke 1.093 desa di 34
Provinsi.

32
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2020

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI


Sebagai tindak lanjut pelaksanaan PP 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 29
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah dan tata cara Review Atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib menyusun Laporan
Kinerja yang melaporkan kemajuan kinerja atas mandat dan sumber daya
yang digunakannya .
Dalam rangka melakukan evaluasi keberhasilan atas pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi sebagaimana yang telah ditetapkan pada
perencanaan jangka menengah, maka digunakan skala pengukuran sebagai
berikut :
Tabel 3.1.
Skala Pengukuran Kinerja Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

NO SKALA CAPAIAN KINERJA KATEGORI

1 Lebih dari 100% Sangat Baik

2 75 – 100% Baik

3 55 – 74 % Cukup

4 Kurang dari 55 % Kurang

Pada tahun 2020, Dinas Kesehatan telah melaksanakan seluruh


program dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2020 dan Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan
Provinsi Daerah, ada 1 (satu) tujuan Dinas Kesehatan yaitu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH).

33
Perda Provinsi Jawa Tengah nomor 5 tahun 2019 tentang RPJMD
tahun 2018-2023, didalamnya terdapat indikator daerah yang terkait dengan
kesehatan antara lain Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA).
Angka Harapan Hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) diartikan
sebagai rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir
pada suatu tahun tertentu. AHH merupakan salah satu indikator dalam
penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM menjelaskan
bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan yang dibentuk dari tiga
dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan
standar hidup layak. AHH Provinsi Jawa Tengah dalam kurun 5 tahun terakhir
terus mengalami peningkatan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3.1
Grafik Capaian AHH Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 – 2020

Sumber data : BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Dari grafik diatas terlihat bahwa AHH Provinsi Jawa Tengah terus
mengalami peningkatan, walaupun terlihat fluktuatif pertahunnya. Capaian
tahun 2020 sebesar 74,37 melebihi target 74,09 lebih baik dibanding tahun

34
2019 sebesar 74,23. Prosentase capaian sebesar 100,37% sedangkan
peningkatan capaian terbesar di tahun 2020 sebesar 0,14.
Tabel 3.2
Capaian AHH Per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2015-2020
NO KABUPATEN/KOTA 2015 2017 2018 2019 2020
1 Kabupaten Cilacap 72,95 73,18 73,33 73,47 73,71
2 Kabupaten Banyumas 73,07 73,28 73,38 73,48 73,68
3 Kabupaten Purbalingga 72,74 72,86 72,93 72,97 73,11
4 Kabupaten Banjarnegara 73,53 73,74 73,86 73,96 74,15
5 Kabupaten Kebumen 72,71 72,93 73,06 73,16 73,37
6 Kabupaten Purworejo 73,97 74,21 74,34 74,47 74,68
7 Kabupaten Wonosobo 70,98 71,24 71,40 71,55 71,80
8 Kabupaten Magelang 73,19 73,33 73,41 73,50 73,70
9 Kabupaten Boyolali 75,55 75,75 75,82 75,86 76,00
10 Kabupaten Klaten 76,49 76,67 76,73 76,74 76,85
11 Kabupaten Sukoharjo 77,39 77,58 77,63 77,65 77,76
12 Kabupaten Wonogiri 75,77 76,01 76,06 76,08 76,19
13 Kabupaten Karanganyar 77,06 77,35 77,40 77,41 77,52
14 Kabupaten Sragen 75,36 75,54 75,59 75,61 75,73
15 Kabupaten Grobogan 74,22 74,41 74,50 74,56 74,72
16 Kabupaten Blora 73,78 73,93 74,06 74,18 74,38
17 Kabupaten Rembang 74,14 74,27 74,34 74,38 74,51
18 Kabupaten Pati 75,58 75,82 75,95 75,96 76,12
19 Kabupaten Kudus 76,34 76,52 76,55 76,57 76,69
20 Kabupaten Jepara 75,58 75,75 75,78 75,80 75,93
21 Kabupaten Demak 75,22 75,29 75,32 75,33 75,44
22 Kabupaten Semarang 75,44 75,59 75,64 75,65 75,77
23 Kabupaten Temanggung 75,29 75,45 75,50 75,52 75,62
24 Kabupaten Kendal 74,09 74,22 74,28 74,30 74,42
25 Kabupaten Batang 74,36 74,51 74,57 74,59 74,71
26 Kabupaten Pekalongan 73,28 73,41 73,48 73,52 73,66
27 Kabupaten Pemalang 72,69 72,93 73,06 73,16 73,37
28 Kabupaten Tegal 70,85 71,09 71,23 71,35 71,58
29 Kabupaten Brebes 68,15 68,55 68,78 68,99 69,32
30 Kota Magelang 76,51 76,70 76,76 76,78 76,89
31 Kota Surakarta 76,93 77,11 77,16 77,18 77,29
32 Kota Salatiga 76,79 77,01 77,14 77,20 77,37
33 Kota Semarang 77,13 77,28 77,30 77,31 77,43
34 Kota Pekalongan 74,04 74,14 74,20 74,23 74,34
35 Kota Tegal 74,05 74,25 74,33 74,35 74,50
Sumber data : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2021

35
Derajat kesehatan yang tinggi dapat digunakan sebagai indikator
keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
yang secara tak langsung dapat meningkatkan angka harapan hidup (AHH).
Secara keseluruhan AHH Jawa Tengah mengalami peningkatan, namun
masih terdapat beberapa kabupaten/kota yang memiliki AHH relatif rendah,
seperti di Kabupaten Tegal sebesar 71,58 tahun. Sementara di Kabupaten
Sukoharjo sebesar 77,76 tahun. Secara teori, salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan data AHH adalah PDRB perkapita. Semakin tinggi
pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan
seseorang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah,
misalnya biaya kesehatan.
Tujuan Dinas Kesehatan ada yaitu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH), dengan 3 sasaran
strategis yang harus diwujudkan pada tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

NO TUJUAN/ SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET


2020
TUJUAN :
Meningkatkan derajat
1 Angka Harapan Hidup (AHH) 74,09
kesehatan masyarakat
SASARAN:
AKI 85,5
AKB 8,10
AKABA 10,45
Ketercapaian upaya pencegahan dan
57%
pengendalian Penyakit Menular
Ketercapaian upaya pencegahan dan
Menurunnya Angka pengendalian Penyakit Tidak Menular dan 52%
1 Kesehatan Jiwa
Kesakitan dan Kematian
Persentase Pelayanan Kesehatan Bagi
Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan
100%
Akibat Bencana dan/atau Berpotensi Bencana
Provinsi
Persentase fasilitas pelayanan kesehatan
57%
primer dan rujukan sesuai ketentuan
Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi 0,20

36
NO TUJUAN/ SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET
2020
TUJUAN :
Meningkatkan tata kelola
2 organisasi Dinas Nilai Kepuasan Masyarakat 80
Kesehatan
SASARAN :
Meningkatnya
1 Nilai SAKIP 74
akuntabilitas kinerja
Meningkatnya kualitas
2 Nilai Kepuasan Masyarakat 80
pelayanan

1. Sasaran 1: Menurunnya Angka Kesakitan dan Kematian


Untuk mengukur capaian kinerja pada sasaran menurunnya angka
kesakitan dan kematian, indikator yang harus dicapai sebagai berikut:

Table 3.3
Ketercapaian Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
Tahun 2018-2020

2020 2019 2018


TUJUAN/ INDIKATOR
SASARAN KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian
Tujuan :
Angka
Meningkatka
Harapan 74,09 74,37 100,38 74,09 74,31 100,12 74,18
n derajat
Hidup
kesehatan
Angka
85,5 98,6 86,71 78,50 76,93 113,09 78,60
Kematian Ibu
Angka
8,10 7,79 103,98 8,30 8,22 100,73 8,36
Kematian Bayi
Angka
Kematian 10,45 8,99 116,24 10,47 9,63 108,50 9,48
Balita
Menurunnya Persentase
angka ketercapaian
kesakitan upaya
dan kematian pencegahan
57 79,29 139,11 52 80,72 155,23 NA
dan
pengendalian
Penyakit
Menular
Persentase
ketercapaian
52 65,50 125,96 50 60,47 120,94 NA
upaya
pencegahan

37
2020 2019 2018
TUJUAN/ INDIKATOR
SASARAN KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian
dan
pengendalian
Penyakit Tidak
Menular dan
Kesehatan
Jiwa
Persentase
pelayanan
kesehatan
bagi penduduk
terdampak
krisis
kesehatan 100 100 100 100 100 100,00 NA
akibat
bencana dan
atau
berpotensi
bencana
provinsi
Persentase
fasilitas
pelayanan
57 57 100 45 46 102,22
kesehatan NA
primer dan
rujukan sesuai
ketentuan
Indeks
Keluarga 0,20 0,19 95 0,2 0,2 100,00
NA
Sehat Wilayah
Provinsi
Rata-rata prosentase Capaian
108,38 112,59
Tujuan 1 Sasaran1
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Rata-rata capaian indikator kinerja sasaran ini 108,38%. Dari 8
indikator kinerja, 6 indikator telah mencapai/melebihi target yang
ditentukan, sedangkan 2 indikator tidak mencapai target. Rata-rata
capaian kinerja pada sasaran tahun 2020 sebesar 108,38 menurun
dibanding capaian kinerja pada sasaran tahun 2019 sebesar 112,59%.
Secara umum indikator pada sasaran menurunnya angka kesakitan dan
kematian di Jawa Tengah dapat dicapai sesuai dengan target, namun dari
8 indikator sasaran Dinas Kesehatan tahun 2020 ada 2 indikator kinerja
yang tidak tercapai yaitu Angka Kematian Ibu dan Indeks Keluarga Sehat
Wilayah Provinsi.

38
Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2020 sebesar 98,6/100.000
Kelahiran Hidup (530 kasus) meningkat dibanding AKI tahun 2019 sebesar
76,93/100.000 Kelahiran Hidup (416 kasus). Kasus kematian ibu
meningkat pada tahun 2020 sehingga mengakibatkan AKI meningkat. Hal
ini disebabkan terjadi gangguan pada pelayanan KIA selama pandemi
karena terjadi perubahan besar di pelayanan fasilitas kesehatan dan
masyarat. Gangguan pelayanan KIA tersebut antara lain karena adanya
pandemi Covid-19 terjadi kendala pelayanan ANC awal, beberapa fasilitas
kesehatan tenaga kesehatannya berkurang, adanya arahan Kementerian
Kesehatan untuk ibu hamil bila sehat di rumah dulu membaca buku KIA,
adanya kendala rujukan ibu hamil karena ruang UGD penuh pasien Covid-
19, ibu hamil yang terindikasi positif covid-19 yang mau melahirkan
terkendala karena ruang isolasi penuh.

Indeks keluarga sehat wilayah provinsi Jawa Tengah tahun 2020


capaian sebesar 0,19 dibawah target 0,20 (95%) lebih rendah disbanding
capaian tahun 2019 sebesar 0,2 sesuai target (100%). Hal ini disebabkan
karena kunjungan ulang untuk intervensi lanjut guna meningkatkan IKS
tidak bisa optimal dalam pelaksanaannya walaupun telah melakukan
koordinasi dengan wilayah kerja dan mendorong Puskesmas untuk
melakukan kunjungan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Sampai bulan Desember belum ada Update IKS Wilayah oleh Pusat Data
Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan.

1) Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu apabila dilihat tren per tahun sejak tahun
2014-2019 mengalami penurunan, namun pada tahun 2020 AKI di
jawa Tengah mengalami peningkatan yang signifikan. Pemerintah
daerah harus tetap memberikan perhatian yang lebih untuk indikator ini
dan saat ini masih menjadi prioritas utama masalah kesehatan di Jawa
Tengah.
Grafik 3.2
Trend Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 s.d. 2020

39
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Dari grafik diatas terlibat bahwa trend AKI mengalami


penurunan yang signifikan sejak tahun 2014 s.d 2020 dari
126,55/100.000 KH menurun menjadi 76,93/100.000 KH kemudian
terjadi peningkatan pada tahun 2020 menjadi 98,6/100.000 KH. Hal ini
disebabkan karena adanya pandemi Covid 19 sehingga terjadi
perubahan besar di pelayanan fasilitas kesehatan dan masyarat.
Grafik 3.3
Jumlah Kasus Kematian Ibu per Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

40
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian ibu pada
tahun 2020 sebanyak 530 kasus, terbanyak di Kabupaten Brebes (62
kasus), Grobogan (31 kasus) dan Kabupaten Tegal (28 kasus).
Sedangkan kasus kematian terendah di Kota Magelang (2 kasus),
Salatiga (3 kasus) dan Tegal (5 kasus).

Dalam upaya penurunan AKI masih banyaknya wanita yang


meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau
kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, abortus (termasuk
abortus mola) dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan).
Berbagai upaya dilakukan untuk mencegah kematian ibu maupun bayi
bersama lintas sektor dan lintas program.

Pada tahun 200 kasus kematian ibu meningkat tajam melebihi


kasus pada tahun 2017. Hal ini karena adanya pandemi Covid-19
sehingga pelayanan KIA terganggu, termasuk ANC, sistem rujukan
dan peran serta masyarakat di masa pandemi. Beberapa faskes
selektif memberikan layanan karena terjadi perubahan besar terhadap
Sumber Daya Kesehatan (beberapa isolasi, bahkan gugur) dan
ketersediaan sarpras (ruang isolasi sempat penuh sehingga ibu hamil
positif sempat kesulitan mendapatkan rujukan). Refokusing
penganggaran dan kegiatan di Kab kota dan Provinsi karena pandemi.
Beberapa kematian ibu karena covid-19 (yang terdeteksi dan
terlaporkan)

2) Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup tahun


2020 sebesar 7,79/1.000 KH (4.189 kasus), lebih baik dibandingkan
capaian tahun 2019 sebesar 8,24/1.000 KH (4.455 kasus) dan lebih
baik dari target 8,30/1.000 KH dengan persentase capaian sebesar
100,73%. Tingginya persentase capaian disebabkan adanya
penguatan pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan baik sumber daya

41
kesehatan, sarana prasarana maupun sistem rujukan untuk
pertolongan persalinan dan kesehatan bayi, meningkatnya
pengetahuan ibu, keluarga dan masyarakat dalam kesehatan ibu dan
bayi, komitmen pemerintah daerah untuk pelayanan kesehatan ibu dan
bayi dan semakin meningkatnya implementasi Gerakan Sayang Ibu
dan Bayi.

Grafik 3.4
Trend Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016-2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Dari grafik diatas dapat diihat bahwa Angka Kematian Bayi


menurun dari tahun 2016-2020. Tahun 2016 AKB 9,99/1.000 KH
menurun menjadi 7,79/1.000 KH pada tahun 2020. Penurunan
signifikan terjadi pada tahun 2017 dan selanjutnya grafik melandai. Hal
ini terjadi karena faktor-faktor internal dari sisi kesehatan sudah dapat
teratasi dengan rata-rata penurunan pertahun mencapai 4,1%. Yang
menjadi masalah sekarang adalah di luar faktor kesehatan yang

42
memerlukan koordinasilintas sektor terhadap penurunan AKB yang
tidak bisa dikendalikan dari sisi kesehatan.
Grafik 3.5
Jumlah Kasus Kematian Bayi per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian bayi tahun
2020 sebanyak 4.834 kasus. Terbanyak di kabupaten Brebes (356
kasus), Grobogan (234 kasus) dan Banyumas (237 kasus).

3) Angka Kematian Balita


Angka Kematian Balita per 1.000 Kelahiran Hidup tahun 2020
sebesar 8,99/1.000 KH (4.834 kasus) lebih baik dibandingkan target
yang ditentukan dalam RPJMD maupun Renstra sebesar 10,45/1.000
KH, dan mengalami penurunan capaian dibanding tahun 2019 sebesar
9,65/1.000 KH (5.217 kasus). Ada penurunan kasus kematian balita
dari 5.217 menjadi 4.834 kasus.
Pada RKPD perubahan 2020, Angka Kematian Balita berbeda
dengan target pada RPJMD karena pada saat penentuan target masih
menggunakan realisasi capaian tahun 2018 sebesar 10,47. Capaian
tahun 2018 sebesar 9,48/1.000 KH sehingga target 2019 pada RKPD
perubahan disesuaikan menjadi sebesar 9,48/1.000 KH. Namun tahun
2019 tidak bisa mencapai target. Perlu ada pembahasan lagi terkait

43
inidkator Angka Kematian Balita karena banyak faktor penyebab
kematian Balita.
Grafikr 3.5
Tren Angka Kematian Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016- 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019
Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan AKABA dari tahun
2015-2019 fluktuatif dan terjadi peningkatan kasus kematian pada
tahun 2019 walaupun masih dibawah target RPJMD. Seperti pada
kasus kematian bayi, kasus kematian balita terjadi karena faktor-faktor
internal dari sisi kesehatan sudah dapat teratasi. Yang menjadi
masalah sekarang adalah di luar faktor kesehatan yang memerlukan
koordinasilintas sektor terhadap penurunan AKABA yang tidak bisa
dikendalikan dari sisi kesehatan.
Berbagai faktor masih harus diselesaikan untuk
menyelamatkan balita dari kematian. Hidup balita sangat tergantung
pada lingkungannya yang ditentkan oleh orang dewasa. Faktor
penyebab kematian Balita antara lain penyakit infeksi, diare yang
seharusnya dapat diupayakan pencegahannya di sektor kesehatan.
Grafik 3.3
Kasus Kematian Balita per Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

44
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian Balita tahun


2020 sebanyak 4.834 kasus tersebar di 35 kabupaten/kota. Kasus
terbanyak di kabupaten Brebes (356 kasus), Grobogan (314 kasus)
dan Banyumas (297 kasus). Kasus terendah di Kota Surakarta (14
kasus), Magelang (24 kasus), dan Salatiga (27 kasus).
Tabel 3.4
Ketercapaian Indikator Kinerja yang Mendukung AKI, AKB dan AKABA
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

2020 2019 2018


INDIKATOR
KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Persentase
kabupaten/kota
dengan
peningkatan 62,86 62,86 100 57,14 77,14 51,43
135
cakupan
kesehatan ibu,
bayi dan balita
% Kab/Kota
yang
melakukan
pelayanan Ibu
97,14 94,28 117,65 97,14 94,28 97,05 97,14
bersalin sesuai
standar
minimal
sebesar 95 %
% Kab/Kota
yang 28,57 40 140,01 25,71 40 155,58 25,71
melakukan

45
2020 2019 2018
INDIKATOR
KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian

pelayanan Ibu
hamil sesuai
standar
minimal
sebesar 95 %
% Pelayanan
balita yang
dilayani sesuai 51,4 74,28 200,22 48,5 48,5 100 48,5
standar
minimal 90%
% Pelayanan
bayi yang
dilayani sesuai 80 94,28 117,85 77 94,28 122,44 77
standar
minimal 90%
% Kab/Kota
dengan
prevalensi gizi 51 60 11,65 48,57 60,00 123,53 48,57
buruk kurang
dari 0,05%
Sumber data : e Controling Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, TW 4 tahun 2020

4) Ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian penyakit


menular
Ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
menular adalah angka yang menunjukkan rata-rata persentase
ketercapaian dari upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
menular prioritas. Indikator kinerja ini merupakan indikator komposit
yang dihitung berdasarkan rata-rata persentase capaian kinerja HIV-AIDS,
TBC, Malaria dan DBD. Persentase ketercapaian upaya pencegahan
dan pengendalian Penyakit Menular dari target 52% tercapai 80,72%
dengan tingkat ketercapaian kinerja 155,23%.
Grafik 3.6
Tren Penyakit Menular Prioritas Yang Mendukung Indikator Ketercapaian
Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Menular
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2020

46
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penyakit prioritas yang
mendukung indikator Ketercapaian Upaya Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016-
2020 adalah TBC, HIV AIDS, malaria dan BDB.
Kinerja penyakit menular prioritas HIV-AID adalah Persentase
kasus HIV/AIDS yang diobati ARV (on treatment) tahun 2020 dengan
target target 77% realisasi 78% dengan tingkat capaian 101,3%
menurun dibandingkan capaian tahun 2019 dengan tingkat
ketercapaian kinerja sebesar 136,36%, namun masih diatas target
yang ditentukan. 55% terealisasi 75%. Hal ini disebabkan karena
selama pandemi kegiatan pemeriksaan pada kelompok risiko
berkurang, pada awal pandemi bulan Januari sampai dengan Juni
2020 tidak ada kegiatan pemeriksaan pada kelompok berisiko, VCT
mobile berkurang, karena menghindari kerumunan dan orang yang
akan melakukan tes ke fasyankes juga terbatas, karena takut tertular
Covid-19 di RS/puskesmas. Kegiatan baru berjalan pada bulan Juli
2020 setelah relaksasi pandemi Covid-19.

47
Kinerja penyakit menular prioritas TBC adalah CNR (case
notification rate) TBC. Target kinerja CNR TBC sebesar 141/100.000
penduduk realisasi 118/100.000 penduduk dengan tingkat capaian
83,69% tidak mencapai target. Hal ini disebabkan karena adanya
kekawatiran masyarakat untuk berobat ke fasilitas kesehatan karena
adanya pandemi Covid-19, selain itu karena ada fungsi Tes Cepat
Molekuler (TCM) yang kurang optimal pemanfaatannya untuk
diagnosis TBC karena harus berbagi dengan pemeriksaan Covid dan
adanya efisiensi anggaran kegiatan TBC baik di tingkat Provinsi
maupun Kab./Kota sehingga penemuan kasus TBC dan CNR tidak
bisa optimal.
Kinerja penyakit menular Malaria adalah Angka Kesakitan
Malaria/Annual Parasitic Incident (API). Target API tahun 2020 sebesar
0,06 tercapai 0,01 dengan tingkat ketercapaian 600%, sama dengan
capaian tahun sebelumnya. Beberapa upaya yang sudah dilakukan
dalam penurunan API malaria:
1. Intensifikasi surveilans migrasi antara lain dengan pembentukan
Perdes; pertemuan lintas sektor tingkat kabupaten, kecamatan dan
desa
2. Screening malaria pada kondisi khusus, pada TNI pasca tugas
3. Pembentukan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di
Purworejo dan Banjarnegara

Indikator kinerja penyakit menular prioritas DBD adalah Angka


kesakitan DBD per 100.000 penduduk. Target tahun 2020 sebesar
30/100.000 penduduk tercapai 16,3/100.000 penduduk dengan tingkat
ketercapaian sebesar 184,05% lebih baik dibandingkan capaian tahun
2019 dengan tingkat ketercapaian 133,6%. Hal ini disebabkan adanya
optimalisasi upaya pengembangan kawasan bebas jentik di daerah
endemis DBD, perbaikan sistem pelaporan dan optimalisasi Gerakan 1
Rumah 1 Jumantik sehingga bisa menekan perkembangan
vektor/nyamuk penular DBD berakibat angka kesakitan menurun.

48
Tabel 3.5
Ketercapaian indikator kinerja yang mendukung upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit menular Tahun 2020

2020 2019 2018


INDIKATOR
KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Persentase
kasus HIV
77 78 101,3 55 75 136,36 -
AIDS yang
diobati ARV
Angka
Penemuan
kasus baru TB
141 118 83,69 177 180 101,69 143,00
yang
ternotofikasi
(CNR)
Angka
Kesakitan 0,06 0,01 600 0,06 0,01 600 0.03
Malaria (API)
Angka
30 16,25 184,05 33 26,21 133,6 10,3
Kesakitan DBD

Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Angka kesakitan DBD sebesar 16,25 per 100.000 penduduk
sudah mencapai target 30 per 100.000 penduduk dan jauh lebih baik
dibandingkan capaian tahun 2019, sebesar 26,21 per 100.000
penduduk.
Grafik 3.7
Trend Angka Kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 – 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Dari gambar diatas dapat dilihat trend angka kesakitan (incident


rate) DBD dari tahun 2014-2020 yang sangat fluktuatif. Terjadi

49
kenaikan kasus yang sangat signifikan pada tahun 2019 walaupun
masih dibawah target dan terjadi penurunan yang signifikant pada
tahun 2020 walaupun angkanya masih lebih tinggi dari tahun 2018.
Grafik 3.8
Angka Kesakitan DBD per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Gambar diatas memperlihatkan bahwa angka kesakitan DBD (IR
DBD) di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar 16,25/100.000 penduduk
menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 26,21/100.000 penduduk,
namun masih lebih tinggi dibanding tahun 2018 (10,20/100.000
penduduk). IR DBD tertinggi di kabupaten Batang, Klaten dan Cilacap.
Terendah di kabupaten Wonogiri (2,8/100.000 penduduk), Pemalang
(3,1/100.000 penduduk) dan Kudus (4,5/100.000 penduduk). Hal ini
disebabkan karena adanya perbaikan sistem pelaporan dan
optimalisasi pemberdayaan masyarakat dengan gerakan satu rumah
satu jumatik.
Grafik 3.9
Angka Penemuan Kasus TB yang Ternotifikasi
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

50
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Gambar diatas menunjukkan bahwa Angka penemuan kasus TB


yang ternotifikasi/ Case Notification Rate (CNR) di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2020 sebanyak 41.322 kasus menurun dibandingkan
tahun 2019 sebanyak 73.171 kasus. Terbanyak penemuan di Kota
Tegal, Kota Magelang dan Kota Surakart, sedangan penemuan
terendah di Kabupaten Karanganyar, Boyolali dan Magelang.

Grafik 3.10
Sebaran Kasus Baru HIV di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

51
Tabel diatas memperlihatkan sebaran penemuan kasus baru HIV
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 sebanyak 2.749 kasus meningkat
dibanding tahun 2019 yaitu sebanyak 2.704 kasus. Penemuan kasus
terbanyak di Kota Semarang, Kebumen dan Kudus, sedangkan
penemuan terendah di Kota Salatiga, Kota Magelang, dan
Banjarnegara.
Grafik 3.11
Kasus Baru AIDS di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

Penemuan kasus baru AIDS di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020


sebanyak 1.549 kasus, mengalami penurunan dibanding tahun 2019
sebanyak 2.316 kasus.
Grafik 3.12
Kasus dan Jumlah Kematian HIV/AIDS di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2016-2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

52
Pada gambar grafik diatas dapat terlihat terjadi penurunan penemuan
kasus HIV/AIDS namun terjadi peningkatan kasus kematian. Hal ini
disebabkan karena selama pandemi kegiatan pemeriksaan pada
kelompok risiko berkurang, pada awal pandemi bulan Januari sampai
dengan Juni 2020 tidak ada kegiatan pemeriksaan pada kelompok
berisiko, VCT mobile berkurang, karena menghindari kerumunan dan
orang yang akan melakukan tes ke fasyankes juga terbatas, karena
takut tertular Covid-19 di RS/puskesmas. Kegiatan baru berjalan pada
bulan Juli 2020 setelah relaksasi pandemi Covid-19.
Grafik 3.12
Capaian Angka Kesakitan Malaria Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Angka kesakitan malaria dari target 0,06 per 1.000 penduduk
telah tercapai 0,001, sehingga capaian sebesar 600%. Kementerian
Kesehatan RI telah menargetkan bahwa pada tahun 2023 pulau Jawa
Bali merupakan target regional eliminasi malaria. Kasus malaria
indigenuos (penularan lokal) cenderung turun dalam 3 (tiga) tahun
terakhir.
Grafik 3.13
Distribusi Kasus Malaria Per Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2020

53
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa kasus malaria terbanyak
di Kota Salatiga, Purbalingga dan Kota Semarang. Sedangkan kasus
ternedah di Kota pekalongan, Kota Surakarta dan Kota Magelang.
Upaya yang sudah dilakukan adalah diagnosa dini dan tata laksana
cepat dan tepat di fasyankes, intensivikasi penemuan penderita secara
aktif di daerah fokus, meningkatnya surveilans migrasi, pengendalian
vektor dengan distribusi kelambu berinsektisida di daerah focus dan
penemuan penderita secara aktif oleh juru malaria desa.

Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular pada


dasarnya menerapkan konsep epidemiologi yaitu interaksi faktor
agent-host-environment, dengan tujuan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat ketidakseimbangan dari ketiga faktor
tersebut. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
peran serta dan tanggung jawab dari lintas program, lintas sektoral dan
masyarakat serta swasta yang selama ini masih belum bisa berjalan
secara optimal dan perlu upaya yang lebih serius sehingga harapan
untuk mempertahankan keseimbangan tiga faktor tersebut di atas di
terwujud.
Berbagai peluang yang bisa menjadi faktor pendukung dan
dimanfaatkan untuk meraih keberhasilan dalam pencapaian program
pembangunan kesehatan, adalah: adanya peraturan perundang-
undangan yang mendukung program P2PM, komitmen internasional

54
dan nasional untuk program P2PM sebagaimana dimaksud dalam
dokumen Sustainibility Development Goals (SDGs), perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan mutu sumber
daya manusia, kerjasama dan kemitraan yang melibatkan berbagai
pihak serta saling menguntungkan dalam berbagai bidang.
Berbagai ancaman eksternal yang mungkin akan menjadi faktor
penghambat dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan
adalah antara lain; dampak negatif era globalisasi dapat menimbulkan
ancaman penyebarluasan penyakit karena sifat penyebaran penyakit
menular yang tidak mengenal batas wilayah/negara, penyebaran
penduduk yang tidak merata dan banyaknya pengungsian akibat
bencana alam, masih sering terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
penyakit menular, dan inilah yang menjadi perhatian kita bersama
untuk selalu menjalin komunikasi antar Provinsi dan Kabupaten
perbatasan.

5) Ketercapaian Upaya Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit


Tidak Menular
Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa adalah penderita/
penyandang penyakit tidak menular (PTM) dan kesehatan jiwa
(Keswa) yaitu penderita Hipertensi, DM, dan Orang dengan Gangguan
Jiwa (ODGJ) yang ditemukan dan mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standart di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP),
dengan perhitungan rata-rata prosentase penderita PTM dan Keswa
(Hipertensi,DM,ODGJ) yang ditemukan dan mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standart di FKTP.
Capaian kinerja indikator Persentase ketercapaian upaya
pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa Tahun 2020, target 52% realisasi 65,5% dengan tingkat
ketercapaian 125,96% melebihi capaian tahun 2019 realisasi 60,47%
dari 50% dengan tingkat capaian 120,94%. Hal ini karena adanya

55
akselerasi kegiatan deteksi dini PTM dalam rangka mendukung
pencapaian SPM Kabupaten/Kota yang didanai dari dana
dekonsentrasi (APBN).
Tabel 3.6
Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Upaya Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dan Kesehatan Jiwa Tahun 2020
2020 2018 2017
INDIKATOR KINERJA
Target Capaian % Target Capaian % Capaian

Persentase Kab/Kota dengan


puskesmas yang melaksanakan 70 71,4 102 40 65 162,5 NA
layanan keswa dan atau napza
Persentase kabupaten/kota
dengan Puskesmas yang 68 85,7 126,03 40 65 162,5 NA
melaksanakan layanan
Posbindu PTM

Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

Keberhasilan pencapaian kinerja Persentase ketercapaian upaya


pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa didukung dari kinerja indikator Kab/Kota dengan puskesmas yang
melaksanakan layanan keswa dan atau napza tahun 2020 dengan
target 70% realisasi 71,4% dengan tingkat capaian 102% meningkat
dibanding capaian tahun 2019 sebesar 65% dan Persentase
kabupaten/kota dengan Puskesmas yang melaksanakan layanan
Posbindu PTM dengan target 68% realisasi 85,7% meningkat
dibanding capaian tahun 2019 65%.

Grafik 3.14
Proporsi Kasus Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

56
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Dari gambar dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran tren penyakit
tidak menular di Jawa Tengah dari 4 urutan besar yaitu hipertensi,
diabetis mellitu dan asma bronkhiale menjadi hipertensi, DM dan
obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik dan diet seimbang
belum menjadi budaya di masyarakat.
Tabel 3.7
Perkembangan Kasus PTM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016-2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Tabel diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2016 sampai
dengan tahun 2017 jumlah kasus penyakit tidak menular paling banyak
adalah hipertensi, Diabetis mellitus dan asma bronkhiole. Namun pada
tahun 2018, terjadi pergeseran penyakit yaitu penyakit jantung
menduduki peringkat pertama diikuti hipertensi dan Diabetis mellitus.

57
Sedangkan pada tahun 2019 dan 2020, penyakit obesitas menduduki
peringkat ke-tiga setelah hipertensi dan Diabetis mellitus. hal ini bisa
terjadi karena pola makan sehat, aktivitas fisik dan cek kesehatan
secara rutin belum menjadi budaya di masyarakat.
Grafik 3.15
Distribusi Posbindu PTM Kabupaten/Kota Provinsi di Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Pada grafik diatas terlibat bahwa jumlah posbindu PTM
terbanyak di kabupaten Purworejo, Klaten dan Kebumen. Banyaknya
posbindu PTM menggambarkan peran serta masyarakat terhadap
kesehatan sangat tinggi. Terendah adalah Kota Magelang, Kota tegal
dan Kota Pekalongan.
Grafik 3.16
Distribusi Kabupaten/Kota dengan 20% Puskesmas Pelayanan
Kesehtan Jiwa di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

58
Mendasarkan pada Undang-undang Kesehatan Jiwa nomor 18
tahun 2014 disebutkan bahwa ODGJ adalah orang yang mengalami
gangguan pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasikan
dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian di tiap tahap agar terwujud kondisi
sehat paripurna.
6) Persentase Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak
Krisis Kesehatan Akibat Bencana Dan Atau Berpotensi Bencana
Provinsi
Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi
adalah Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Realisasi capaian
kinerja Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi
adalah Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai dengan target yaitu 100%. Indikator ini merupakan indikator
yang mendukung Standar Pelayanan Kesehatan Provinsi yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2019.
Indikator kinerja program dan kegiatan yang mendukung
pencapaian indikator ini sebagai berikut :
Tabel 3.6
Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Persentase Pelayanan
Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Dan Atau Berpotensi Bencana di Provinsi Tahun 2020
2020 2019 2018
INDIKATOR KINERJA Capai Capai Capai
Target % Target %
an an an
Persentase kabupaten/kota
dengan respon cepat 100 100 100 100 100 100 100
penanggulangan

59
2020 2019 2018
INDIKATOR KINERJA Capai Capai Capai
Target % Target %
an an an
KLB/Bencana < 24 jam
Persentase pelayanan
kesehatan bagi orang yang
100 100 100 100 100 100 100
terdampak dan berisiko pada
kasus KLB
Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

Persentase Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak


Krisis Kesehatan Akibat Bencana Dan Atau Berpotensi Bencana
Provinsi didukung oleh kinerja indikator Persentase kabupaten/kota
dengan respon cepat penanggulangan KLB/Bencana < 24 jam.
Realisasi indikator sebesar 100% sesuai target, capaian kinerja
indikator 100%. Selain itu juga didukung oleh indikator Persentase
pelayanan kesehatan bagi orang yang terdampak dan berisiko pada
kasus KLB dengan realisasi 100% sesuai target dan tingkat capaian
kinerja 100%.
Gambar 3.2
Peta kasus KLB Keracunan di Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

7) Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan


sesuai ketentuan
Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan
sesuai ketentuan, realisasi capaian kinerja tahun 2020 sebesar 57%
sesuai target dengan tingkat capaian kinerja 100% lebih tinggi
60
dibanding capaian tahun 2019 sebesar 46% dengan tingkat capaian
kinerja 102,22%. Indikator kinerja program dan kegiatan yang
mendukung capaian kinerja Persentase fasilitas pelayanan kesehatan
primer dan rujukan sesuai ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3.7
Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Persentase Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer Dan Rujukan Sesuai Ketentuan
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
2020 2019 2018
INDIKATOR KINERJA Capai Capaia Capai
Target % Target %
an n an
Proporsi kabupaten/kota
dengan pelayanan
23 23 100 17 17 100 11
kesehatan primer sesuai
ketentuan
Persentase kabupaten/kota
dengan 100% fasilitas
kesehatan primer, rujukan 89,65 100 111,54 96,55 96,55 100 24,13
dan faskes lain yang
terakreditasi
Persentase kab/kota
dengan 100% puskesmas 99,54 100 100,46 80 85,71 107,14 NA
terakreditasi
Persentase Kab/Kota yang
100% Labkesda 96,55 100 103,57 31,42 96,55 307,29 NA
terakreditasi
Persentase Kab/Kota yang
100 100 100 77,14 100 129,63 NA
100% RS terakreditasi
Proporsi Kab/Kota dengan
pelayanan kesehatan NA
43 43 100 22 28,51 129,59
rujukan di unit-unit kritis
sesuai ketentuan
Persentase Kabupeten/kota
dengan Puskesmas
memiliki Penilaian Kinerja 51 51,42 100,82 40 42,86 107,15 NA
Puskesmas (PKP) baik
sebesar minimal 20%
Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020

Capaian kinerja Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer


dan rujukan sesuai ketentuan didukung oleh indikator Proporsi
kabupaten/kota dengan pelayanan kesehatan primer sesuai ketentuan
dengan realisasi 23% sesuai target 23% dengan tingkat capaian
kinerja 100% lebih tinggi dibanding capaian tahun 2019 sebesar 17%
dengan ketercapaian 100%; indikator Persentase kabupaten/kota
dengan 100% fasilitas kesehatan primer, rujukan dan faskes lain yang
terakreditasi dengan realisasi 100 melebihi target 89,65 dengan tingkat
61
kinerja capaian 111,54% lebih tinggi dibanding capaian tahun 2019
sebesar 96,55% dengan tingkat ketercapaian 100%; indikator
Persentase kab/kota dengan 100% puskesmas terakreditasi dengan
realisasi 100% melebihi target 99,54%, tingkat capaian kinerja
100,46%, meningkat dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar
96,55% tingkat ketercapaian 100%. Indikator Persentase Kab/Kota
yang 100% Labkesda terakreditasi dengan realisasi 100 melebihi
target 96,55% tingkat capaian kinerja 103,57% sedikit meningkat
dibandingkan capaian tahun 2019 sebesar 96,55%; Indikator
Persentase Kab/Kota yang 100% RS terakreditasi realisasi 100%
sesuai target 100%, tingkat capaian kinerja 100%, sama dengan
capaian tahun sebelumnya sebesar 100% dengan tingkat capaian
129,62%. Hal ini karena semua RS milik pemerintah wajib dilakukan
akreditasi setelah 2 tahun beroperasional, akreditasi juga sebagai
syarat untuk bekerjasama dengan BPJS, sehingga tuntutan/ kewajiban
ini membuat semua RS milik pemerintah melakukan akreditasi dengan
anggaran dari APBD masing-masing, ini menggambarkan adanya
dukungan dari pemda melalui anggarannya untuk akreditasi RS.
Indikator Proporsi Kab/Kota dengan pelayanan kesehatan
rujukan di unit-unit kritis sesuai ketentuan, realisasi 43% sesuai target
43%, tingkat capaian kinerja 100%, meningkat disbanding capaian
tahun 2019 sebesar 28,51%. Indikator Persentase Kabupeten/kota
dengan Puskesmas memiliki Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) baik
sebesar minimal 20%, realisasi 51,42% melebihi target 51% dengan
tingkat capaian 100,82%, meningkat dibandingkan capaian tahun 2019
sebesar 42,86%.

62
Grafik 3.17
Kabupaten/Kota dengan Puskesmas Terakreditasi di Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Dari table diatas dapat dilihat bahwa puskesmas yang sudah


terakreditasi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 sebanyak 874
puskesmas dari 878 puskesmas (99,54%). Kabupaten/kota dengan
Jumlah puskesmas terakreditasi terbanyak adalah Banyumas, Cilacap
dan Brebes, sedangkan yang paling sedikit adalah Kota Magelang,
Salatiga dan Tegal. Hal ini karena luas wilayah dari kabupaten/kota
sehingga kabupaten dengan luas terbesar mempunyai jumlah
puskesmas yang banyak.
Grafik 3.18
Kabupaten/Kota dengan 100% Puskesmas Terakreditasi
Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Tabel diatas memperlihatkan kabupaten/kota dengan 100%
puskesmas teraktreditasi tahun 2020. Kabupaten/kota yang belum

63
100% akreditasi puskesmasnya adalah kabupaten Pekalongan (kurang
1 puskesmas), Temanggung (kurang 1 puskesmas) dan Pemalang
(kurang 3) puskesmas). Hal ini karena adanya komitmen daerah untuk
mengajukan akreditasi berdasarkan roadmap dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan. Standar menurut Permenkes 75 tahun
2015, minimal 1 kecamatan ada 1 puskesmas terakreditasi,
Kabupaten/Kota mendapatkan anggaran DAK Non Fisik dari APBN
untuk Akreditasi Puskesmas sehingga Daerah tidak terbebani untuk
biaya pelaksanaan akreditasi dan adanya kebijakan dari BPJS
Kesehatan dimana Puskesmas yang dapat bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan dan mendapatkan dana Kapitasi adalah Puskesmas
yang sudah terakreditasi disamping karena adanya Permenkes, RI No
46 th 2015 tentang Akreditasi.
Prosentase Kabupaten/Kota dengan 100% RS Terakreditasi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9
Jumlah RS Terakredirasi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 317 RS di Jawa


Tengah telah terakreditasi sebanyak 277 RS (87,38%), terbagi menjadi
akreditasi paripurna 148 RS (46,68%), akreditasi utama 36 RS
(11,37%), akreditasi madya 29 RS (9,15%), akreditasi dasar 12 RS
(3,78%) dan akreditasi Perdana 52 RS (16,4%). Untuk mencapai
target, upaya yang dilakukan adalah salah satunya adalah dengan

64
melakukan koordinasi dengan dinas kabupaten/ kota, melakukan
fasilitasi teknis dan pembinaan maupun pembimbingan kaitanya
tentang ijin operasional. Saat ini RS dituntut untuk melakukan submit
dalam OSS sesuai dengan PP no 24 tahun 2018 tentang pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
Grafik 3.19
Capaian Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah Tahun 2012-2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Jumlah laboratorium kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2020 sebanyak 160 laboratorium, terakreditasi baru 31 labkesda. T

8) Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga (PIS


PK), merupakan program nasional untuk mencapai Indonesia Sehat.
Ada 12 indikator yang t elah disepakati dalam Program Indonesia
Sehat sebagai penanda status kesehatan sebuah keluarga, yaitu:
1. Keluarga mengikuti KB
2. Ibu hamil melakukan persalinan di faskes
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Balita dilakukan pemantauan pertumbuhan
5. Bayi mendapat ASI eksklusif
6. Penderita TB mendapat pengobatan
7. Penderita Hipertensi melakukan pengobaatan secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa berat mendapatkan pengobatan dan tidak
ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak merokok
10. Keluarga mendapatkan akses air bersih
11. Keluarga menggunakan jamban sehat
12. Keluarga menjadi anggota JKN
Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks
Keluarga Sehat (IKS) yang merupakan gambaran kesehatan di suatu
wilayah. Ada 3 kategori indeks keluarga sehat yaitu: tidak sehat
65
dengan hasil perhitungan 0-0,5, pra sehat dengan hasil perhitungan
>0,5-0,8 dan kategori sehat dengan hasil perhitungan >0,8 – 1.
Capaian kinerja sasaran IKS Provinsi Jawa Tengah tahun 2020
sebesar 0,19 dibawah target 0,2 dengan prosentase ketercapaian 95%
menurun dibandingkan capaian tahun 2019 sesuai target yaitu 0,2
dengan prosentase tingkat capaian 100%, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Table 3.10
Laporan IKS per kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020

JUMLAH KELUARGA INDEK KELUARGA


NO KAB-KOTA
TERKUNJUNGI SEHAT
1 BANJARNEGARA 249.013 0,09
2 BANYUMAS 383.711 0,15
3 BATANG 164.225 0,15
4 BLORA 260.264 0,15
5 BOYOLALI 297.080 0,19
6 BREBES 409.045 0,12
7 CILACAP 471.061 0,12
8 DEMAK 298.764 0,23
9 GROBOGAN 280.027 0,16
10 JEPARA 269.776 0,20
11 KARANGANYAR 217.627 0,24
12 KEBUMEN 352.068 0,15
13 KENDAL 278.993 0,22
14 KLATEN 342.189 0,25
15 KOTA MAGELANG 28.885 0,31
16 KOTA PEKALONGAN 71.950 0,17
17 KOTA SALATIGA 37.039 0,31
18 KOTA SEMARANG 405.983 0,37
19 KOTA SURAKARTA 123.143 0,50
20 KOTA TEGAL 36.874 0,28
21 KUDUS 195.362 0,24
22 MAGELANG 271.570 0,13
23 PATI 396.223 0,28
24 PEKALONGAN 195.334 0,14
25 PEMALANG 277.407 0,17
26 PURBALINGGA 235.506 0,16
27 PURWOREJO 202.181 0,15
28 REMBANG 185.961 0,26
29 SEMARANG 269.794 0,20
30 SRAGEN 230.167 0,20
31 SUKOHARJO 231.427 0,30

66
JUMLAH KELUARGA INDEK KELUARGA
NO KAB-KOTA
TERKUNJUNGI SEHAT
32 TEGAL 390.917 0,13
33 TEMANGGUNG 229.285 0,11
34 WONOGIRI 294.995 0,14
35 WONOSOBO 228.710 0,07
JATENG 8.812.556 0,19
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
Jumlah keluarga yang telah dikunjungi PIS PK sampai dengan
Desember 2020 sebanyak 8.812.556 Keluarga dengan hasil IKS
Provinsi sebesar 0,19 (kategori tidak sehat). IKS tertinggi di kota
Surakarta 0,50 dan terendah adalah kabupaten Banjarnegara dengan
hasil IKS 0,09.
IKS wilayah provinsi tidak mencapai target karena Kunjungan
ulang untuk intervensi lanjut guna meningkatkan IKS belum optimal
dilaksanakan karena Kondisi Pandemi Covid-19, Hasil intervensi lanjut
belum semua diinput di Aplikasi. Upaya yang telah dilakukan
Melakukan Koordinasi dengan Kabupaten-kota dengan capaian yang
rendah, mendorong Puskesmas melakukan kunjungan dengan
memperhatikan Protokol Kesehatan. Banyak hambatan dalam
pelaksanaan PIS PK antara lain ketersediaan dan kualifikasi SDM
pada saat melakukan pendekatan keluarga, sarana prasarana,
koordinasi dan perilaku masyarakat.
Grafik 3.20
Perbandingan IKS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 dan 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020

67
Perbandingan IKS Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 dengan
2020 tidak terlihat perbedaan yang signifikan dengan hasil IKS yang
sedikit menurun yatu dari 0,20 menjadi 0.19. Beberapa kabupaten/kota
mengalami penurunan IKS disebabkan dengan semakin banyaknya
pendataan keluarga berpengaruh terhadap indikator keluarga sehat
sehingga IKS juga berubah.
Grafik 3.21
Capaian 12 indikator PISPK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020

Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Pada table diatas dapat dilihat bahwa dari ke-12 indikator
PISPK, indikator dengan capaian terbanyak adalah bayi mendapat
imjunisasi dasar lengkap 96,36%, mrningkst dibabanding capaian
tahun 2019 sebesar 96,33%, keluarga mempunyai akses air bersih
96,13 meningkat disbanding tahun sebelumnya sebesar 96,07% dan
Balita mendapat pemantauan pertumbuhan sebesar 93,61 meningkat
disbanding tahun 2019 sebesar 93,52%. Capaian terendah dari
indikator PISPK adalah penderita hipertensi melakukan pengobatan
secara teratur

68
Indikator kegiatan yang mendukung pencapaian PIS PK yaitu :

Penggunaan sumber daya keuangan untuk pencapaian Sasaran dari


APBD Provinsi, adalah sebesar Rp.351.217.316.538,- (90,83%) dari total
pagu sebesar Rp.386.668.415.000,- Hal ini berarti terdapat efisiensi
penggunaan sumber daya sebesar 9,16% dari Pagu yang dialokasikan.
Sedangkan dari anggaran APBN sebesar Rp.8.516.431.912,- atau
sebesar 73,29% dari alokasi anggaran sebesar Rp. 11.620.509.000,-.

Keberhasilan pencapaian tujuan 1 sasaran 1 sesungguhnya tidak


terlepas dari dilaksanakan program bersumber APBD

1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, dengan kegiatan:


1) Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
2) Kegiatan Pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
3) Kegiatan Surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB dan
bencana (termasuk pelayanan kesehatan haji dan imunisasi).
2. Pelayanan Kesehatan, dengan kegiatan
1) Pelayanan Kesehatan Rujukan
2) Pelayanan Kesehatan Primer dan Kesehatan Tradisional
3) Standarisasi Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
3. Kesehatan Masyarakat dengan kegiatan:
1) Kesehatan Keluarga dan Gizi masyarakat
2) Kesehatan Lingkungan, kesehatan kerja dan kesehatan olah raga
3) Promosi kesehatan
Sedangkan dukungan dari anggaran APBN, kontribusi dari program:
1. Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
2. Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan
3. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

2. Tujuan 2 : Meningkatkan tata Kelola Organisasi Dinas Kesehatan


Provinsi Jawa Tengah

69
Sasaran 1: Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran
Nilai SAKIP

TUJUAN/ INDIKATOR 2020 2019 2018


SASARAN KINERJA
Target Capaian % Target Capaian % Capaian
Meningkatnya
akuntabilitas Nilai SAKIP 74 86,22 108,38 72 84,88 117,88 75,88
kinerja
Rata-rata prosentase
CapaianTujuan 2 Sasaran1 116,51 117,88
dan 2

Nilai SAKIP Dinas kesehatan terus mengalami kenaikan. Capaian


kinerja nilai SAKIP tahun 2020 sebesar 86,22 dari target 74 dengan
prosentase capaian kinerja 116,51% meningkat dibanding capaian tahun
2019 sebesar 84,88 dari target 72, prosentase capaian kinerja 117,88%.
Nilai 86,22 masuk kategori A yang artinya Memuaskan, Memimpin
perubahan, berkinerja tinggi, dan sangat akuntabel.

Penggunaan sumber keuangan untuk pencapaian nilai SAKIP dari


APBD Provinsi sebesar Rp.29.492.872.435,- (89,67%) dari alokasi
Rp.32.890.198.000,- terdapat efisiensi anggaran sebesar 10,33%.
Keberhasilan pencapaian tujuan 2 sasaran 1 sesungguhnya tidak terlepas
dari dilaksanakan program bersumber APBD yaitu:
2) Program Perencanaan dan evaluasi kinerja perangkat daerah, dengan
kegiatan:
a. Kegiatan Penyusunan Dokumen Perencanaan Perangkat Daerah
b. Kegiatan Penyusunan Dokumen Evaluasi Kinerja Perangkat
Daerah
3) Program Manajemen Administrasi Pelayanan Umum, Kepegawaian
dan Keuangan Perangkat Daerah dengan kegiatan Administrasi
Pelayanan Keuangan Perangkat Daerah
4) Program Sumber daya kesehatan dengan kegiatan Manajemen
Informasi Kesehatan
Dukungan anggaran APBN sebesar Rp.2.495.894.000,-

70
Sasaran 2: Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator Nilai
Kepuasan Masyarakat
Capaian kinerja pada indikator tujuan 2 sasaran 2 dapat dilihat
sebagai berikut :

TUJUAN/ INDIKATOR 2020 2019 2018


SASARAN KINERJA
Target Capaian % Target Capaian % Capaian
Meningkatnya Nilai
kualitas Kepuasan 79 82 103,79 77 80,95 105,13 NA
pelayanan Masyarakat
Rata-rata prosentase
CapaianTujuan 2 Sasaran1 103,79 105,13
dan 2

Nilai Kepuasan Masyarakat di Dinas Kesehatan tahun 2020 sebesar


82 melebihi target 79 dan meningkat dibanding tahun 2019 sebesar 80,95,
prosentase capaian kinerja sebesar 103,79%%. Indikator ini merupakan
indikator baru sehingga baru dilaksanakan pada tahun 2019.

B. Realisasi Anggaran

Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas


Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun anggaran 2019, di dukung
dengan anggaran APBD(P) Provinsi sebesar Rp.413.197.808.000,- yang
terbagi dalam 6 program. Realisasi keuangan sebesar Rp. 366.130.457.217,-
atau 88,61% dan realisasi fisik sebesar 99,62% dengan rincian realisasi
anggaran per program sebagai berikut:
1. Program Manajemen Administrasi Pelayanan Umum, kepegawaian dan
keuangan PD Rp. 36.409.364.800,-
2. Program Perencanaan dan Evaluasi Kinerja PD Rp.3.189.929.100,-
3. Program Kesehatan Masyarakat Rp.12.604.658.225,-
4. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Rp.7.076.199.989,-
5. Program Pelayanan Kesehatan Rp.262.721.861.178,-
6. Program Sumber Daya Kesehatan Rp.39.711.386.235,-

71
Selain anggaran bersumber APBD Provinsi, Dinas Kesehatan juga
mendapatkan anggaran APBN sebanyak Rp.57.277.477.000,- dengan
realisasi anggaran Rp.53.599.530.791,- terserap 93.58%, sehingga ada
efisiensi sebesar 6,42%. Realisasi fisik 100%. Rincian realisasi anggaran per
program sebagai berikut:
1. Dukungan Manajemen dan pelaksanan Tugas Teknis Lainnya
Kemenkes (Satker 01) Rp.5.645.799.766,-
2. Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Satker 03) Rp.16.721.519.300,-
3. Pembinaan Pelayanan Kesehatan (Satker 04) Rp.2.117.932.220,-
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Satker 05)
Rp.22.015.637.195,-
5. Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Satker 07) Rp.2.334.011.150,-
6. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(Satker 12) Rp.4.764.631.160,-

Penggunaan anggaran langsung APBD Provinsi apabila diperinci


dalam mendukung pencapaian sasaran adalah sebagai berikut :

SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN


NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
Menurunnya PROGRAM KESEHATAN
19.143.710.000 16.517.201.123 94,65
Angka MASYARAKAT
Kesakitan dan Kesehatan Masyarakat - Bidang
Kematian 89,39
Kesehatan Masyarakat 14.418.080.000 12.604.658.225
1 Kesehatan Keluarga dan Gizi
93,31
Masyarakat 4.000.000.000 3.732.455.500
2 Promosi dan Pemberdayaan
92,97
Kesehatan 3.068.080.000 2.852.308.566
3 Kesehatan Lingkungan, Kesehatan
81,90
Kerja dan Olah Raga 7.350.000.000 6.019.894.159
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 99,40
857.300.000 852.037.000
Semarang
4 Promosi dan Pemberdayaan
99,33
Kesehatan di UPT 400.000.000 397.334.000
5 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
99,37
UPT 257.300.000 255.685.000
6 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
99,51
Balkesmas 200.000.000 199.018.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 94,29
911.800.000 288.429.533
Ambarawa
7 Promosi dan Pemberdayaan
97,09
Kesehatan di UPT 381.400.000 370.287.300
8 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
94,68
UPT 330.400.000 312.815.300

72
SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN
NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
9 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
91,09
Balkesmas 200.000.000 182.186.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 94,24
855.600.000 807.741.665
Magelang
10 Promosi dan Pemberdayaan
96,09
Kesehatan di UPT 400.000.000 384.349.265
11 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
90,14
UPT 255.600.000 230.408.700
12 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
96,49
Balkesmas 200.000.000 192.983.700
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 95,26
781.085.000 731.454.500
Klaten
13 Promosi dan Pemberdayaan
87,34
Kesehatan di UPT 365.560.000 319.262.000
14 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
98,85
UPT 215.525.000 213.038.500
15 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
99,58
Balkesmas 200.000.000 199.154.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 91,51
887.420.000 814.900.500
Pati
16 Promosi dan Pemberdayaan
94,96
Kesehatan di UPT 390.820.000 371.105.500
17 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
87,62
UPT 296.600.000 259.887.000
18 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
91,95
Balkesmas 200.000.000 183.908.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Indera Masyarakat 95,08
202.425.000 192.462.500
Kelas A
19 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
95,08
UPT 202.425.000 192.462.500
Kesehatan Masyarakat - Balai
Laboratorium Kesehatan dan
98,05
Pengujian Alat Kesehatan Kelas 230.000.000 225.517.200
A
20 Promosi dan Pemberdayaan
98,05
Kesehatan di UPT 230.000.000 225.517.200
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
90,34
PEMBERANTASAN PENYAKIT 8.407.180.000 7.076.199.989
Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit -
Bidang Pencegahan dan 7.907.180.000 6.590.790.893 83,59
Pengendalian Penyakit
21 Pencegahan dan Penanggulangan
87,26
Penyakit Menular 4.461.750.000 3.893.188.528
22 Pencegahan dan Penanggulangan
1.185.000.000 1.100.193.990 92,84
Penyakit Tidak Menular
23 Suirveilans, Imunisasi dan
70,67
Penanganan KLB 2.260.430.000 1.597.408.375
Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit - Balai
97,08
Kesehatan Indera Masyarakat 500.000.000 485.409.096
Kelas A
24 Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Indra di BKIM 97,08
500.000.000 485.409.096

73
SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN
NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
PROGRAM PELAYANAN
236,65
KESEHATAN 296.764.328.000 262.721.861.178
Pelayanan Kesehatan - Bidang
Pelayanan Kesehatan 256.548.528.000 235.865.336.721 263
25 Standarisasi Yankes dan Jamkes
92,27
249.888.528.000 230.584.224.500
26 Pelayanan Kesehatan Rujukan
76,00
5.500.000.000 4.180.106.834
27 Upaya Kesehatan Primer dan
94,91
Kestrad 1.160.000.000 1.101.005.387
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
5.907.229.000 1.558.792.412 81
Semarang
28 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 86,33
3.096.000.000 2.672.740.148
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
29 Peningkatan Yankes di UPT 730.000.000 691.333.000 94,70
30 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
63,05
UPT 2.081.229.000 1.312.304.089
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
5.620.837.000 4.730.539.946 250
Ambarawa
31 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 92,10
3.529.000.000 3.250.256.636
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
32 Peningkatan Yankes di UPT 524.320.000 501.431.485 95,63
33 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
62,45
UPT 1.567.517.000 978.851.825
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
3.675.843.000 2.593.867.535 241
Magelang
34 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 99,54
500.000.000 497.704.350
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
35 Peningkatan Yankes di UPT 956.460.000 783.156.560 81,88
36 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
59,16
UPT 2.219.383.000 1.313.006.625
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
3.521.167.000 2.082.618.025 239
Klaten
37 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 99,59
500.000.000 497.970.000
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
38 Peningkatan Yankes di UPT 400.000.000 373.232.000 93,31
39 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
46,22
UPT 2.621.167.000 1.211.416.025
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
5.441.137.000 4.275.298.787 223
Pati

74
SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN
NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
40 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 93,73
3.300.000.000 3.093.095.169
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
41 Peningkatan Yankes di UPT 603.440.000 516.610.800 85,61
42 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
1.537.697.000 665.592.818 43,29
UPT
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Indera Masyarakat 135,27
7.716.916.000 4.121.756.328
Kelas A
43 Peningkatan Yankes di UPT 1.000.000.000 868.269.114 86,83
44 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
6.716.916.000 3.253.487.214 48,44
UPT
Pelayanan Kesehatan - Balai
Laboratorium Kesehatan dan
460,89
Pengujian Alat Kesehatan Kelas 8.332.671.000 7.493.651.424
A
45 Pelayanan Labkes 961.500.000 916.270.402 95,30
46 Pengujian Alkes 2.000.000.000 1.697.459.363 84,87
47 Pemenuhan sarana prasarana dan
Alkes di Balabkes dan PAK 84,36
2.999.999.000 2.530.782.090
48 Peningkatan Yankes di UPT 561.510.000 541.818.400 96,49
49 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
1.809.662.000 1.807.321.169 99,87
UPT

JUMLAH
324.315.218.000 286.315.262.291 422
Ada kenaikan anggaran APBD Provinsi untuk Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah TA. 2019 dibandingkan tahun 2018 dari
Rp.225.804.305.000,- menjadi Rp.413.197.808.000,-. Anggaran TA 2019
sebesar Rp.413.197.808.000,- digunakan untuk urusan wajib sebesar
Rp.369.117.542.000,- dan non urusan sebesar Rp.44.080.266.000,-.
Realisasi anggaran sebesar Rp.366.130.457.217,- (88,61%) sedangkan
realisasi fisik sebesar 99,62%. Ada efisiensi anggaran sebesar 11,39%.
Dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp.225.804.305.000,- digunakan untuk
urusan wajib sebesar Rp.160.278.192.000,- dan non urusan sebesar
Rp.65.526.113.000,-. Realisasi anggaran sebesar Rp.202.678.242.061,-
(89,76%) sedangkan realisasi fisik sebesar 99,88%. Ada efisiensi anggaran
sebesar 10,24%. Dilihat dari sisi realisasi anggaran tahun 2019, apabila
dibandingkan Tahun 2018 maka ada kenaikan sebesar 1,15%, Tahun 2019
realisasi 88,61% menurun dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar

75
89,76% sedangkan untuk realisasi fisik menurun sebesar 0,26%
dibandingkan tahun 2018 yaitu 99,88% menjadi 99,62% pada tahun 2019.
Realiasi fisik tidak dapat mencapai 100% karena beberapa kegiatan
tidak dapat terlaksana secara maksimal misalnya pada kegiatan pelayanan
kesehatan rujukan SK tim BPRSP terbit di tgl 16 Desember 2019. Belanja
jasa konsultasi Konstruksi ( AMDAL ) RSUD provinsi dengan unggulan
kanker dan kesehatan Ibu Anak tidak dilaksanakan karena waktu
pelaksanaan tidak memungkinkan karena membutuhkan waktu minimal 6
bulan setelah penyelesaian DED di akhir bulan Desember 2019. Upaya
pemecahannya : kegiatan akan dilaksanakan di tahun 2020. Selain itu pada
kegiatan farmasi, minuman dan perbekalan kesehatan penyedia tidak dapat
menyediakan barang sesuai dengan waktu yang tertuang di dalam kontrak,
sehingga dilakukan putus kontrak.

76
BAB IV
PENUTUP

A. TINJAUAN UMUM CAPAIAN KINERJA DINAS KESEHATAN

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah sebagai OPD teknis yang


mempunyai tugas pokok menyusun kebijakan, mengkoordinasikan dan
melaksanakan urusan pemerintah di bidang kesehatan mempunyai fungsi
untuk memberikan pelayanan di bidang kesehatan pada masyarakat. Agar
pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut berjalan secara optimal maka
diperlukan pengelolaan SDM, sumber dana dan sarana secara efektif dan
efisien mungkin .

Dengan memperhatiakan uraian dan beberapa data tersebut di atas,


maka dapat dikatakan bahwa Dinas Kesehatan dalam melaksanakan
tugasnya dapat dikatakan berhasil, karena semua target sasaran yang telah
ditetapkan dicapai dengan ketegori Sangat Baik, hal tersebut didukung
dengan data sebagai berikut :

1. Hasil Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dicapai 108,38%, dengan


rincian sasaran 1. (Menurunnya angka kesakitan dan kematian) sebesar
108,38%%, sasaran 2. (Meningkatnya akuntabilitas kinerja) sebesar
117,88%, sasaran 3. (Meningkatnya fasilitas pelayanan kesehatan yang
memenuhi standar) sebesar 105,30%,

2. Pendapatan yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


pada tahun 2019 sebesar Rp. 22.401.725.824,- belum bisa mencapai
target yang ditetapkan sebesar Rp. 30.850.000.000,- hanya teralisasi
sebesar 72,61%, disebabkan keterlambatan pembayaran klaim BPJS di
UPT, adanya aturan baru BPJS (sistem rujukan berjenjang online)
mengakibatkan penurunan jumlah pasien rujukan paru dan kurangnya
tenaga dokkter spesialis di UPT Balkesmas dan BKIM.

3. Anggaran APBD(P) Provinsi untuk Dinas Kesehatan Provinsi Jawa


Tengah TA. 2020 sebesar Rp. 419.558.613.000,-, terealisasi sebesar
77
Rp. 381.051.390.973,- (90,82%), sedangkan untuk realisasi fisik 99,85%.
Realisasi fisik tidak dapat tercapai 100% karena beberapa kegiatan di
Dinas Kesehatan dan UPT Balkesmas ada yang tidak maksimal dalam
pelaksanaannya karena terkendala pandemi Covid-19 misalnya

a. Screening kasus rujukan tidak sesuai karena Volume kegiatan


dikurangi agar fokus penanganan Covid 19

b. Visitasi layanan rujukan spesialis dan bedah kasus tidak sesuai


karena pemberhentian sementara PKS dengan RSU
Dr.Muwardi/FK UNS, Spesialis paru di tarik kembali

c. Pemantapan dan Evaluasi Kinerja tidak sesuai karena Pertemuan


dialihkan melalui Online

d. Dukungan rawat jalan rawat inap tidak sesuai karena Rawat inap
sementara ditutup belum memiliki sterilisasi ruangan.

Upaya pemecahan dengan mengembalikan anggaran sebagai SILPA;

B. Strategi Untuk Peningkatan Kinerja di Masa Datang

Isue strategik Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah adalah


menurunkan angka kesakitan dan kematian. Strategi yang diperlukan guna
meningkatkan kinerja Dinas kesehatan dimasa mendatang dalam rangka
menurunkan angka kesakitan dan kematian adalah:
1. Peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dengan kebijakan:
a. Percepatan Universal Health Coverage (UHC)
b. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan
c. Optimalisasi Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT)
d. Health Tourism
e. Sinergitas pengelolaan UKM UKP (RS Tanpa dinding)
f. Pembinaan dan pengawas pelaksanaan dan pencapaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM)
2. Peningkatan upaya paradigma sehat dengan kebijakan:

78
a. Peningkatan Upaya Promotif Preventif melalui GERMAS
b. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lintas sektor
c. Peningkatan kesehatan keluarga
d. Peningkatan kesehatan lingkungan
e. Peningkatan kesehatan kerja dan Olah Raga
f. Peningkatan gizi masyarakat
g. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK)

3. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dengan kebijakan:


a. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko penyakit menular dan
penyakit tidak menular, napza dan kesehatan jiwa
b. Peningkatan surveilans ketat dan kewaspadaan dini
c. Peningkatan mutu dan cakupan imunisasi
d. Penanggulangan Bencana dan KLB serta krisis bencana
4. Pemenuhan sediaan Farmasi dan perbekalan kesehatan dengan
kebijakan:
a. Penyediaan buffer stock obat program
b. Pemenuhan sarana prasarana (perbekalan kesehatan) sesui standar
c. Pembinaan sarana produksi distribusi kefarmasian
d. Pembinaan sarana pelayanan kefarmasian
e. Pembinaan dan pengawasan industri makanan dan minuman
f. Pembinaan dan pengawasan sarana perbekes
5. Peningkatan Kualitas SDM kesehatan dengan kebijakan:
a. Penguatan perencanaan SDM Kesehatan
b. Peningkatan diklat
c. Penguatan pembinaan dan pengawasan SDM Kesehatan

Demikian Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2019 untuk


Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan/ evaluasi untuk kegiatan/ kinerja yang akan datang.

79
Semarang, Februari 2020

80

Anda mungkin juga menyukai