INSTANSI PEMERINTAH
TAHUN 2020
DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TENGAH
i
KATA PENGANTAR
ii
Demikian LKj IP ini kami susun semoga dapat digunakan sebagai bahan
bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya untuk peningkatan kinerja di
masa mendatang.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Landasan Hukum............................................................... 2
C. Maksud dan Tujuan............................................................ 3
D. Gambaran Umum Organisasi............................................. 3
E. Fungsi Strategis Dinas Kesehatan...................................... 21
F. Permasalahan Utama (Isu Strategik).................................. 22
G. Sistematika Penulisan......................................................... 24
BAB II : PERENCANAAN KINERJA
A. Tujuan Perjanjian Kinerja.................................................... 26
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2018
A. Capaian Kinerja Organisasi................................................. 31
B. Realisasi Anggaran............................................................. 83
BAB IV : PENUTUP
A. Tinjauan Umum Capaian Kinerja......................................... 88
B. Strategi untuk Peningkatan Kinerja...................................... 89
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah nomor 5 tahun 2019 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Tengah 2018 – 2023
10. Peraturan Gubernur nomor 99 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
B. LANDASAN HUKUM
2
C. MAKSUD DAN TUJUAN
3
b. pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya
kesehatan;
c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalan penyakit, pelayanan kesehatan serta
sumber daya kesehatan;
d. pelaksanaan dan pembinaan administrasi, dan kesekretariatan
kepada seluruh unit kerja di lingkungan Dinas.
e. pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Gubernur,
sesuai tugas dan fungsinya
4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah terdiri atas:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretariat;
c. Bidang Kesehatan Masyarakat;
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
e. Bidang Pelayanan Kesehatan;
f. Bidang Sumber Daya Kesehatan;
g. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
h. Kelompok Jabatan Fungsional.
4
kerumahtanggaan, aset, kerja sama, kehumasan, kearsipan dan
dokumentasi di lingkungan Dinas;
4. penyiapan bahan koordinasi, pembinaan dan penataan organisasi dan
tata laksana di lingkungan Dinas;
5. penyiapan bahan koordinasi pelaksanaan sistem pengendalian intern
pemerintah dan pengelolaan informasi;
6. penyiapan bahan pengelolaan barang milik/kekayaan Daerah dan
pelayanan pengadaan barang/jasa di lingkungan Dinas;
7. penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan di lingkungan Dinas; dan
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
Sekretariat membawahi :
1. Subbagian Program;
2. Subbagian Keuangan; dan
3. Subbagian Umum dan Kepegawaian.
Subbagian-subbagian, masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala
Subbagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
Subbagian Program mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan
perumusan kebijakan, koordinasi dan penyusunan perencanaan program dan
kegiatan, evaluasi dan pelaporan di bidang program.Tugasnya meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang program;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian perumusan kebijakan teknis di bidang
program;
3. menyiapkan bahan penyusunan perencanaan program dan kegiatan di
lingkungan Dinas;
4. menyiapkan bahan pengendalian program dan kegiatan di lingkungan
Dinas;
5. menyiapkan bahan pengelolaan data dan informasi di bidang program;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang program; dan
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan
5
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan di bidang keuangan. Tugas dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang keuangan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang keuangan;
3. menyiapkan bahan pengelolaan keuangan;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan verifikasi dan pembukuan;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan akuntansi ;
6. menyiapkan bahan pengelolaan data dan informasi di bidang keuangan;
7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang keuangan; dan
8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang umum dan kepegawaian. Tugas
dimaksud meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang umum dan
kepegawaian;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian perumusan kebijakan teknis di
bidang umum dan kepegawaian;
3. menyiapkan bahan pengelolaan ketatausahan di lingkungan Dinas;
4. menyiapkan bahan pengelolaan kepegawaian di lingkungan Dinas;
5. menyiapkan bahan pengelolaan rumah tangga dan aset di lingkungan
Dinas;
6. menyiapkan bahan kerjasama dan kehumasan di lingkungan Dinas;
7. menyiapkan bahan pengelolaan kearsipan dan dokumentasi di lingkungan
Dinas;
8. menyiapkan bahan pelaksanaan organisasi, hukum dan ketatalaksa-naan
di lingkungan Dinas;
9. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang umum dan
kepegawaian; dan
10.melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
6
Bidang Kesehatan Masyarakat merupakan unsur pelaksana di bidang
kesehatan masyarakat, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh Kepala Bidang.
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi serta
pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi, promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat dan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga.
Dalam melaksanakan tugas Bidang Kesehatan Masyarakat,
menyelenggarakan fungsi :
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat;
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan olah raga;
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Kesehatan Masyarakat, terdiri atas :
1. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi;
2. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat; dan
3. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga.
Seksi-seksi sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Kesehatan Masyarakat.
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi, mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi.
7
Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan keluarga
dan gizi;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian kebijakan teknis di bidang kesehatan
keluarga dan gizi;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional upaya kesehatan
keluarga dan gizi masyarakat skala provinsi;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan upaya kesehatan keluarga dan gizi
masyarakat skala provinsi;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan upaya
kesehatan keluarga dan gizi masyarakat skala provinsi;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang
kesehatan keluarga dan gizi;
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, sebagaimana
dimaksud mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan
bidang promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Tugas
sebagaimana dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional di bidang promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat skala provinsi;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat skala provinsi;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat;
8
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olah Raga, mempunyai
tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga. Tugas dimaksud, meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
3. menyiapakan bahan penyusunan standar operasional di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
olah raga skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelaksanaan kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga; dan
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
9
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri atas :
1. Seksi Surveilens dan Imunisasi;
2. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular; dan
3. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa.
Seksi-seksi sebagaimana dimaksud, masing-masing dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Seksi Surveilens dan Imunisasi, sebagaimana dimaksud mempunyai tugas,
melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan
pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan
imunisasi. Tugas sebagaimana dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang surveilens dan
imunisasi ;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di
bidang surveilens dan imunisasi.;
3. meyiapkan bahan penyusunan standar operasional penyelenggaraan
surveilens dan imunisasi skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan surveilens dan imunisasi skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang surveilens dan
imunisasi skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan
imunisasi skala Daerah; dan
10
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular sebagaimana
dimaksud, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di
bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Tugas sebagaimana
dimaksud, meliputi:
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit menular;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pencegahan dan
pengendalian penyakit menular;
4. menyiapkan bahan pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit
menular skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit menular skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilens dan
imunisasi; dan
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
11
tidak menular dan kesehatan jiwa skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa; dan
7. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
12
Kepala Seksi yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Pelayanan Kesehatan.
13
kesehatan rujukan arus mudik skala Daerah dan lintas kabupaten/kota;
5. menyiapkan bahan fasilitasi pelayanan kesehatan primer dan kesehatan
tradisional skala Daerah;
6. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis penyelenggaraan
pelayanan kesehatan rujukan skala Daerah dan lintas kabupaten/kota.;
7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan
rujukan; dan
8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
14
Bidang Sumber Daya Kesehatan merupakan unsur pelaksana di bidang
sumber daya kesehatan, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang.
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas, melaksanakan penyiapan
perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan
pelaporan bidang kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan dan manajemen informasi
kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana Bidang Sumber Daya
Kesehatan, menyelenggarakan fungsi:
1. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan;
2. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia
kesehatan; dan
3. penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi
kesehatan;
4. pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Bidang Sumber Daya Kesehatan, terdiri atas:
1. Seksi Kefarmasian, Makanan Minuman dan Perbekalan Kesehatan;
2. Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan; dan
3. Seksi Manajemen Informasi Kesehatan.
Seksi-seksi masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya
Kesehatan. Seksi Kefarmasian, Makanan Minuman dan Perbekalan
Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan penyiapan bahan perumusan
kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan kebijakan, evaluasi dan pelaporan di
bidang kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan kesehatan. Tugas
sebagaimana dimaksud meliputi:
15
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
kefarmasian, makanan minuman dan perbekalan kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional kefarmasian,
makanan minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan fasilitasi pelaksanaan layanan kefarmasian, makanan
minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis kefarmasian, makanan
minuman dan perbekalan kesehatan skala Daerah;
6. menyiapkan bahan rekomendasi teknis ijin pedagang besar farmasi cabang
dan cabang penyalur alat kesehatan;
7. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
makanan, minuman dan perbekalan kesehatan; dan
8. melakukan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia
kesehatan. Tugas sebagaimana dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang sumber daya
manusia kesehatan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
sumber daya manusia kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional pengelolaan sumber
daya manusia kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan skala
Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis pengelolaan sumber daya
manusia kesehatan skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya manusia
kesehatan; dan
16
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
Seksi Manajemen Informasi Kesehatan, mempunyai tugas, melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi dan pelaksanaan
kebijakan, evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi kesehatan.
Tugas sebagaimana dimaksud meliputi :
1. menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang manajemen
informasi kesehatan;
2. menyiapkan bahan pengoordinasian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang
manajemen informasi kesehatan;
3. menyiapkan bahan penyusunan standar operasional manajemen informasi
kesehatan skala Daerah;
4. menyiapkan bahan penyusunan pelaksanaan manajemen informasi
kesehatan skala Daerah;
5. menyiapkan bahan pelaksanaan bimbingan teknis manajemen informasi
kesehatan skala Daerah;
6. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan di bidang manajemen informasi
kesehatan; dan
7. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh pimpinan.
18
Gambar 1.1
Struktur organisasi Dinas Kesehatan Tahun 2020
Gambar 1.2
Struktur Organisasi UPT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
19
Sumber daya yang dimiliki Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dalam melaksanakan fungsi koordinasi dan fasilitasi sebagai berikut :
1. Susunan kepegawaian :
a. Pegawai berdasarkan Golongan Kepegawaian dan Tingkat Pendidikan.
Pegawai di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
dan UPTD sampai dengan akhir tahun 2020 sebanyak 633 orang.
Jumlah pegawai berdasarkan golongan kepegawaian dapat dilihat pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan Kepegawaian di
Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
2020
Golongan
INSTITUSI
IV III II I
BKIM 10 37 6 0
BALKESMAS AMBARAWA 9 27 3 0
BALKESMAS KLATEN 4 40 2 0
BALKESMAS MAGELANG 4 41 7 1
BALKESMASPATI 3 35 6 1
BALKESMAS SEMARANG 16 45 6 2
BALAI LABKES 13 35 15 0
BAPELKES 6 17 13 0
DINKES 61 140 26 2
JUMLAH 126 417 84 6
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019
20
Tingkat Pendidikan
INSTITUSI
S3 S2 S1/D4 D3 D1 SMA SMP SD
BALKESMAS
0 8 12 15 0 3 1 0
AMBARAWA
BALKESMAS KLATEN 0 6 11 20 1 8 0 0
BALKESMAS
0 8 13 14 0 16 1 1
MAGELANG
BALKESMAS PATI 0 5 17 13 0 9 0 1
BALKESMAS
0 9 31 19 0 8 2 0
SEMARANG
BALAI LABKES 0 13 18 24 0 4 2 2
BAPELKES 0 8 7 3 0 15 3 0
DINKES 2 75 94 20 0 27 8 3
JUMLAH 2 141 216 151 1 97 18 7
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
21
JUMLAH ASET
No. KETERANGAN
Jml Harga
1 2 3 4
14 Alat produksi, pengelolaan dan pemurnian - -
15 Alat bantu eksplorasi - -
16 Alat keselamatan kerja - -
17 Alat peraga - -
18 Peralatan proses/produksi - -
19 Rambu rambu - -
20 Peralatan olah raga 17 81.729.600
21 Bangunan gedung 78 101.921.292.712
22 Monumen 2 144.162.000
23 Bangunan menara - -
24 Tugu titik kontrol/pasti 4 4.970.666.040
25 Jalan dan jembatan 2 117.825.000
26 Bangunan air 9 746.910.500
27 Instalasi 34 3.868.562.664
28 Jaringan 21 1.135.375.128
29 Bahan perpustakaan 35 152.321.050
30 Barang bercorak keseniaan/kebudayaan/olah 102 105.951.000
raga
31 Hewan 4 3.300.000
32 Biota perairan - -
33 Tanaman 1 34.650.000
34 Barang koleksi non budaya - -
35 Aset tetap dalam renovasi - -
36 Konstruksi dalam pengerjaan 4 2.346.105.183
15.640 326.113.750.288
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2020
22
bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan penyakit,
pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalan
penyakit, pelayanan kesehatan serta sumber daya kesehatan; pelaksanaan dan
pembinaan administrasi, dan kesekretariatan kepada seluruh unit kerja di
lingkungan Dinas; pelaksanaan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh
Gubernur, sesuai tugas dan fungsinya.
23
penduduk lebih baik dibandingkan capaian Tahun 2019 sebesar 26,15
/100.000 penduduk dan sudah dibawah target <30/100.000 penduduk.
Walaupun sudah dibawah target, namun sudah semua kabupaten/ kota di
Jawa Tengah merupakan daerah endemis DBD, sehingga dikhawatirkan
sewaktu-waktu bisa meningkat kembali.
Kasus HIV/AIDS merupakan kasus fenomena gunung es yaitu
walaupun penemuan kasus cenderung meningkat dan diobati setiap tahun
namun kasus yang belum ditemukan dan diobati masih sangat banyak dan
penularannya melalui hubungan seksual sangat berisiko untuk menularkan
lagi ke orang lain. Tahun 2020 untuk penyakit HIV/AIDS menggunakan
indikator kinerja kegiatan baru yaitu prosentase kasus HIV/AIDS yang diobati
ARV yaitu penderita HIV AIDS yang masih mendapatkan pengobatan Anti
Retro Viral (ARV).
Angka penemuan kasus baru kusta, capaian tiap tahun cenderung
mengalami kenaikan. Kurangnya tingkat capaian disebabkan kusta masih
dianggap neglected disease yang harus mendapatkan komitmen daerah
terutama dalam penganggaran, penemuan kasus dilakukan secara aktif
menurun dikarenakan blocking dana pusat terutama APBN. Provinsi Jawa
Tengah menargetkan tahun 2024 Eliminasi Kusta untuk seluruh Kab/Kota di
Jawa Tengah. Tahun 2019 masih ada 5 kabupaten/kota yang belum
eliminasi kusta yaitu kota Tegal, kab. Tegal, Kota Pekalongan, Pemalang dan
Brebes. Persentase kab/kota dengan kasus baru kusta Tahun 2020 dari
target 71 terealisasi 74,8 lebih baik dibanding tahun 2019 dari target 71 telah
tercapai 71,42%. Adanya pandemi Covid-19 juga menimbulkan masalah baru
dengan tingginya kasus dan kematian yang disebabkan oleh virus corona.
Penyakit-penyakit menular/infeksi masih menjadi masalah di
masyarakat, di sisi lain angka kesakitan dan kematian beberapa penyakit
tidak menular dan degeneratif seperti Diabetes mellitus (DM), kardiovaskuler,
hipertensi dan kanker (keganasan) cenderung meningkat.
24
G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : PENDAHULUAN
25
BAB IV. PENUTUP
Dalam bab ini yang dikemukakan simpulan secara umum atas capaian
kinerja organisasi serta langkah-langkah di masa mendatang yang akan
dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kinerja.
26
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
27
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5
Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 – 2023, maka Visi Pembangunan
Jangka Menengah Tahun 2018 – 2023 Provinsi Jawa Tengah yaitu : Jawa
Tengah Sejahtera dan Berdikari dengan slogan “(Tetep) Mboten Korupsi,
Mboten Ngapusi”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, terdapat 4
(empat) misi, yaitu:
29
komprehensif dan efektif. Implementasi Rumah Sakit Tanpa Dinding adalah
sebagai berikut :
30
1. Tujuan 1: Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat, dengan indikator
Angka Harapan Hidup.
2. Tujuan 2: Meningkatkan Tata Kelola Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah, dengan indikator Nilai Kepuasan Masyarakat
Dalam rangka mencapai tujuan jangka menengah Dinas Kesehatan yaitu
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator meningkatnya
Angka Harapan Hidup, dan Maningkatkan tata kelola organisasi Dinas
Kesehatan dengan indikator nilai kepuasan masyarakat, maka ada 3 (tiga)
sasaran untuk mewujudkan tujuan yaitu :
1. Menurunnya angka kesakitan dan kematian, dengan indikator sasaran :
1) AKI (Angka Kematian Ibu)
2) AKB (Angka Kematian Bayi)
3) AKABA (Angka Kematian Balita)
4) Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian
Penyakit Menular
5) Persentase ketercapaian upaya pencegahan dan pengendalian
Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa
6) Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak krisis
kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi
7) Persentase fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rujukan sesuai
ketentuan
8) Indeks Keluarga Sehat Wilayah Provinsi
2. Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran:
1) Nilai SAKIP Dinas Kesehatan
3. Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator sasaran:
1) Nilai kepuasan masyarakat
31
Guna mewujudkan kinerja yang telah diperjanjikan, maka Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan 7 (tujuh) program
utama dan 5 program pendukung dengan 158 kegiatan yang didukung oleh
APBD Provinsi mendasarkan DPA Perubahan sebesar Rp.419.558.613.000,-
(Empat ratus sembilan belas milyar lima ratus lima puluh delapan juta enam
ratus tiga belas ribu rupiah) dan APBN sebesar Rp.11.615.160.000,- (sebelas
milyar enam ratus lima belas ribu seratus enam puluh ribu rupiah).
32
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2020
2 75 – 100% Baik
3 55 – 74 % Cukup
33
Perda Provinsi Jawa Tengah nomor 5 tahun 2019 tentang RPJMD
tahun 2018-2023, didalamnya terdapat indikator daerah yang terkait dengan
kesehatan antara lain Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Ibu
(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKBA).
Angka Harapan Hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) diartikan
sebagai rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir
pada suatu tahun tertentu. AHH merupakan salah satu indikator dalam
penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM menjelaskan
bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan yang dibentuk dari tiga
dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan
standar hidup layak. AHH Provinsi Jawa Tengah dalam kurun 5 tahun terakhir
terus mengalami peningkatan, dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3.1
Grafik Capaian AHH Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 – 2020
Dari grafik diatas terlihat bahwa AHH Provinsi Jawa Tengah terus
mengalami peningkatan, walaupun terlihat fluktuatif pertahunnya. Capaian
tahun 2020 sebesar 74,37 melebihi target 74,09 lebih baik dibanding tahun
34
2019 sebesar 74,23. Prosentase capaian sebesar 100,37% sedangkan
peningkatan capaian terbesar di tahun 2020 sebesar 0,14.
Tabel 3.2
Capaian AHH Per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2015-2020
NO KABUPATEN/KOTA 2015 2017 2018 2019 2020
1 Kabupaten Cilacap 72,95 73,18 73,33 73,47 73,71
2 Kabupaten Banyumas 73,07 73,28 73,38 73,48 73,68
3 Kabupaten Purbalingga 72,74 72,86 72,93 72,97 73,11
4 Kabupaten Banjarnegara 73,53 73,74 73,86 73,96 74,15
5 Kabupaten Kebumen 72,71 72,93 73,06 73,16 73,37
6 Kabupaten Purworejo 73,97 74,21 74,34 74,47 74,68
7 Kabupaten Wonosobo 70,98 71,24 71,40 71,55 71,80
8 Kabupaten Magelang 73,19 73,33 73,41 73,50 73,70
9 Kabupaten Boyolali 75,55 75,75 75,82 75,86 76,00
10 Kabupaten Klaten 76,49 76,67 76,73 76,74 76,85
11 Kabupaten Sukoharjo 77,39 77,58 77,63 77,65 77,76
12 Kabupaten Wonogiri 75,77 76,01 76,06 76,08 76,19
13 Kabupaten Karanganyar 77,06 77,35 77,40 77,41 77,52
14 Kabupaten Sragen 75,36 75,54 75,59 75,61 75,73
15 Kabupaten Grobogan 74,22 74,41 74,50 74,56 74,72
16 Kabupaten Blora 73,78 73,93 74,06 74,18 74,38
17 Kabupaten Rembang 74,14 74,27 74,34 74,38 74,51
18 Kabupaten Pati 75,58 75,82 75,95 75,96 76,12
19 Kabupaten Kudus 76,34 76,52 76,55 76,57 76,69
20 Kabupaten Jepara 75,58 75,75 75,78 75,80 75,93
21 Kabupaten Demak 75,22 75,29 75,32 75,33 75,44
22 Kabupaten Semarang 75,44 75,59 75,64 75,65 75,77
23 Kabupaten Temanggung 75,29 75,45 75,50 75,52 75,62
24 Kabupaten Kendal 74,09 74,22 74,28 74,30 74,42
25 Kabupaten Batang 74,36 74,51 74,57 74,59 74,71
26 Kabupaten Pekalongan 73,28 73,41 73,48 73,52 73,66
27 Kabupaten Pemalang 72,69 72,93 73,06 73,16 73,37
28 Kabupaten Tegal 70,85 71,09 71,23 71,35 71,58
29 Kabupaten Brebes 68,15 68,55 68,78 68,99 69,32
30 Kota Magelang 76,51 76,70 76,76 76,78 76,89
31 Kota Surakarta 76,93 77,11 77,16 77,18 77,29
32 Kota Salatiga 76,79 77,01 77,14 77,20 77,37
33 Kota Semarang 77,13 77,28 77,30 77,31 77,43
34 Kota Pekalongan 74,04 74,14 74,20 74,23 74,34
35 Kota Tegal 74,05 74,25 74,33 74,35 74,50
Sumber data : BPS Provinsi Jawa Tengah tahun 2021
35
Derajat kesehatan yang tinggi dapat digunakan sebagai indikator
keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi
yang secara tak langsung dapat meningkatkan angka harapan hidup (AHH).
Secara keseluruhan AHH Jawa Tengah mengalami peningkatan, namun
masih terdapat beberapa kabupaten/kota yang memiliki AHH relatif rendah,
seperti di Kabupaten Tegal sebesar 71,58 tahun. Sementara di Kabupaten
Sukoharjo sebesar 77,76 tahun. Secara teori, salah satu faktor yang
mempengaruhi perubahan data AHH adalah PDRB perkapita. Semakin tinggi
pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan
seseorang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan pemerintah,
misalnya biaya kesehatan.
Tujuan Dinas Kesehatan ada yaitu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dengan indikator Angka Harapan Hidup (AHH), dengan 3 sasaran
strategis yang harus diwujudkan pada tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
36
NO TUJUAN/ SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET
2020
TUJUAN :
Meningkatkan tata kelola
2 organisasi Dinas Nilai Kepuasan Masyarakat 80
Kesehatan
SASARAN :
Meningkatnya
1 Nilai SAKIP 74
akuntabilitas kinerja
Meningkatnya kualitas
2 Nilai Kepuasan Masyarakat 80
pelayanan
Table 3.3
Ketercapaian Indikator Kinerja Utama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
Tahun 2018-2020
37
2020 2019 2018
TUJUAN/ INDIKATOR
SASARAN KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian
dan
pengendalian
Penyakit Tidak
Menular dan
Kesehatan
Jiwa
Persentase
pelayanan
kesehatan
bagi penduduk
terdampak
krisis
kesehatan 100 100 100 100 100 100,00 NA
akibat
bencana dan
atau
berpotensi
bencana
provinsi
Persentase
fasilitas
pelayanan
57 57 100 45 46 102,22
kesehatan NA
primer dan
rujukan sesuai
ketentuan
Indeks
Keluarga 0,20 0,19 95 0,2 0,2 100,00
NA
Sehat Wilayah
Provinsi
Rata-rata prosentase Capaian
108,38 112,59
Tujuan 1 Sasaran1
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Rata-rata capaian indikator kinerja sasaran ini 108,38%. Dari 8
indikator kinerja, 6 indikator telah mencapai/melebihi target yang
ditentukan, sedangkan 2 indikator tidak mencapai target. Rata-rata
capaian kinerja pada sasaran tahun 2020 sebesar 108,38 menurun
dibanding capaian kinerja pada sasaran tahun 2019 sebesar 112,59%.
Secara umum indikator pada sasaran menurunnya angka kesakitan dan
kematian di Jawa Tengah dapat dicapai sesuai dengan target, namun dari
8 indikator sasaran Dinas Kesehatan tahun 2020 ada 2 indikator kinerja
yang tidak tercapai yaitu Angka Kematian Ibu dan Indeks Keluarga Sehat
Wilayah Provinsi.
38
Angka Kematian Ibu (AKI) Tahun 2020 sebesar 98,6/100.000
Kelahiran Hidup (530 kasus) meningkat dibanding AKI tahun 2019 sebesar
76,93/100.000 Kelahiran Hidup (416 kasus). Kasus kematian ibu
meningkat pada tahun 2020 sehingga mengakibatkan AKI meningkat. Hal
ini disebabkan terjadi gangguan pada pelayanan KIA selama pandemi
karena terjadi perubahan besar di pelayanan fasilitas kesehatan dan
masyarat. Gangguan pelayanan KIA tersebut antara lain karena adanya
pandemi Covid-19 terjadi kendala pelayanan ANC awal, beberapa fasilitas
kesehatan tenaga kesehatannya berkurang, adanya arahan Kementerian
Kesehatan untuk ibu hamil bila sehat di rumah dulu membaca buku KIA,
adanya kendala rujukan ibu hamil karena ruang UGD penuh pasien Covid-
19, ibu hamil yang terindikasi positif covid-19 yang mau melahirkan
terkendala karena ruang isolasi penuh.
Angka Kematian Ibu apabila dilihat tren per tahun sejak tahun
2014-2019 mengalami penurunan, namun pada tahun 2020 AKI di
jawa Tengah mengalami peningkatan yang signifikan. Pemerintah
daerah harus tetap memberikan perhatian yang lebih untuk indikator ini
dan saat ini masih menjadi prioritas utama masalah kesehatan di Jawa
Tengah.
Grafik 3.2
Trend Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 s.d. 2020
39
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
40
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian ibu pada
tahun 2020 sebanyak 530 kasus, terbanyak di Kabupaten Brebes (62
kasus), Grobogan (31 kasus) dan Kabupaten Tegal (28 kasus).
Sedangkan kasus kematian terendah di Kota Magelang (2 kasus),
Salatiga (3 kasus) dan Tegal (5 kasus).
41
kesehatan, sarana prasarana maupun sistem rujukan untuk
pertolongan persalinan dan kesehatan bayi, meningkatnya
pengetahuan ibu, keluarga dan masyarakat dalam kesehatan ibu dan
bayi, komitmen pemerintah daerah untuk pelayanan kesehatan ibu dan
bayi dan semakin meningkatnya implementasi Gerakan Sayang Ibu
dan Bayi.
Grafik 3.4
Trend Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016-2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
42
memerlukan koordinasilintas sektor terhadap penurunan AKB yang
tidak bisa dikendalikan dari sisi kesehatan.
Grafik 3.5
Jumlah Kasus Kematian Bayi per Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus kematian bayi tahun
2020 sebanyak 4.834 kasus. Terbanyak di kabupaten Brebes (356
kasus), Grobogan (234 kasus) dan Banyumas (237 kasus).
43
inidkator Angka Kematian Balita karena banyak faktor penyebab
kematian Balita.
Grafikr 3.5
Tren Angka Kematian Balita di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016- 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2019
Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan AKABA dari tahun
2015-2019 fluktuatif dan terjadi peningkatan kasus kematian pada
tahun 2019 walaupun masih dibawah target RPJMD. Seperti pada
kasus kematian bayi, kasus kematian balita terjadi karena faktor-faktor
internal dari sisi kesehatan sudah dapat teratasi. Yang menjadi
masalah sekarang adalah di luar faktor kesehatan yang memerlukan
koordinasilintas sektor terhadap penurunan AKABA yang tidak bisa
dikendalikan dari sisi kesehatan.
Berbagai faktor masih harus diselesaikan untuk
menyelamatkan balita dari kematian. Hidup balita sangat tergantung
pada lingkungannya yang ditentkan oleh orang dewasa. Faktor
penyebab kematian Balita antara lain penyakit infeksi, diare yang
seharusnya dapat diupayakan pencegahannya di sektor kesehatan.
Grafik 3.3
Kasus Kematian Balita per Kabupaten/Kota
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
44
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Persentase
kabupaten/kota
dengan
peningkatan 62,86 62,86 100 57,14 77,14 51,43
135
cakupan
kesehatan ibu,
bayi dan balita
% Kab/Kota
yang
melakukan
pelayanan Ibu
97,14 94,28 117,65 97,14 94,28 97,05 97,14
bersalin sesuai
standar
minimal
sebesar 95 %
% Kab/Kota
yang 28,57 40 140,01 25,71 40 155,58 25,71
melakukan
45
2020 2019 2018
INDIKATOR
KINERJA Target Capaian % Target Capaian % Capaian
pelayanan Ibu
hamil sesuai
standar
minimal
sebesar 95 %
% Pelayanan
balita yang
dilayani sesuai 51,4 74,28 200,22 48,5 48,5 100 48,5
standar
minimal 90%
% Pelayanan
bayi yang
dilayani sesuai 80 94,28 117,85 77 94,28 122,44 77
standar
minimal 90%
% Kab/Kota
dengan
prevalensi gizi 51 60 11,65 48,57 60,00 123,53 48,57
buruk kurang
dari 0,05%
Sumber data : e Controling Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, TW 4 tahun 2020
46
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa penyakit prioritas yang
mendukung indikator Ketercapaian Upaya Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016-
2020 adalah TBC, HIV AIDS, malaria dan BDB.
Kinerja penyakit menular prioritas HIV-AID adalah Persentase
kasus HIV/AIDS yang diobati ARV (on treatment) tahun 2020 dengan
target target 77% realisasi 78% dengan tingkat capaian 101,3%
menurun dibandingkan capaian tahun 2019 dengan tingkat
ketercapaian kinerja sebesar 136,36%, namun masih diatas target
yang ditentukan. 55% terealisasi 75%. Hal ini disebabkan karena
selama pandemi kegiatan pemeriksaan pada kelompok risiko
berkurang, pada awal pandemi bulan Januari sampai dengan Juni
2020 tidak ada kegiatan pemeriksaan pada kelompok berisiko, VCT
mobile berkurang, karena menghindari kerumunan dan orang yang
akan melakukan tes ke fasyankes juga terbatas, karena takut tertular
Covid-19 di RS/puskesmas. Kegiatan baru berjalan pada bulan Juli
2020 setelah relaksasi pandemi Covid-19.
47
Kinerja penyakit menular prioritas TBC adalah CNR (case
notification rate) TBC. Target kinerja CNR TBC sebesar 141/100.000
penduduk realisasi 118/100.000 penduduk dengan tingkat capaian
83,69% tidak mencapai target. Hal ini disebabkan karena adanya
kekawatiran masyarakat untuk berobat ke fasilitas kesehatan karena
adanya pandemi Covid-19, selain itu karena ada fungsi Tes Cepat
Molekuler (TCM) yang kurang optimal pemanfaatannya untuk
diagnosis TBC karena harus berbagi dengan pemeriksaan Covid dan
adanya efisiensi anggaran kegiatan TBC baik di tingkat Provinsi
maupun Kab./Kota sehingga penemuan kasus TBC dan CNR tidak
bisa optimal.
Kinerja penyakit menular Malaria adalah Angka Kesakitan
Malaria/Annual Parasitic Incident (API). Target API tahun 2020 sebesar
0,06 tercapai 0,01 dengan tingkat ketercapaian 600%, sama dengan
capaian tahun sebelumnya. Beberapa upaya yang sudah dilakukan
dalam penurunan API malaria:
1. Intensifikasi surveilans migrasi antara lain dengan pembentukan
Perdes; pertemuan lintas sektor tingkat kabupaten, kecamatan dan
desa
2. Screening malaria pada kondisi khusus, pada TNI pasca tugas
3. Pembentukan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di
Purworejo dan Banjarnegara
48
Tabel 3.5
Ketercapaian indikator kinerja yang mendukung upaya pencegahan dan
pengendalian penyakit menular Tahun 2020
Persentase
kasus HIV
77 78 101,3 55 75 136,36 -
AIDS yang
diobati ARV
Angka
Penemuan
kasus baru TB
141 118 83,69 177 180 101,69 143,00
yang
ternotofikasi
(CNR)
Angka
Kesakitan 0,06 0,01 600 0,06 0,01 600 0.03
Malaria (API)
Angka
30 16,25 184,05 33 26,21 133,6 10,3
Kesakitan DBD
Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Angka kesakitan DBD sebesar 16,25 per 100.000 penduduk
sudah mencapai target 30 per 100.000 penduduk dan jauh lebih baik
dibandingkan capaian tahun 2019, sebesar 26,21 per 100.000
penduduk.
Grafik 3.7
Trend Angka Kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 – 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
49
kenaikan kasus yang sangat signifikan pada tahun 2019 walaupun
masih dibawah target dan terjadi penurunan yang signifikant pada
tahun 2020 walaupun angkanya masih lebih tinggi dari tahun 2018.
Grafik 3.8
Angka Kesakitan DBD per Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Gambar diatas memperlihatkan bahwa angka kesakitan DBD (IR
DBD) di Jawa Tengah tahun 2020 sebesar 16,25/100.000 penduduk
menurun dibandingkan tahun 2019 sebesar 26,21/100.000 penduduk,
namun masih lebih tinggi dibanding tahun 2018 (10,20/100.000
penduduk). IR DBD tertinggi di kabupaten Batang, Klaten dan Cilacap.
Terendah di kabupaten Wonogiri (2,8/100.000 penduduk), Pemalang
(3,1/100.000 penduduk) dan Kudus (4,5/100.000 penduduk). Hal ini
disebabkan karena adanya perbaikan sistem pelaporan dan
optimalisasi pemberdayaan masyarakat dengan gerakan satu rumah
satu jumatik.
Grafik 3.9
Angka Penemuan Kasus TB yang Ternotifikasi
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
50
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Grafik 3.10
Sebaran Kasus Baru HIV di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
51
Tabel diatas memperlihatkan sebaran penemuan kasus baru HIV
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020 sebanyak 2.749 kasus meningkat
dibanding tahun 2019 yaitu sebanyak 2.704 kasus. Penemuan kasus
terbanyak di Kota Semarang, Kebumen dan Kudus, sedangkan
penemuan terendah di Kota Salatiga, Kota Magelang, dan
Banjarnegara.
Grafik 3.11
Kasus Baru AIDS di Provinsi Jawa Tengah tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
52
Pada gambar grafik diatas dapat terlihat terjadi penurunan penemuan
kasus HIV/AIDS namun terjadi peningkatan kasus kematian. Hal ini
disebabkan karena selama pandemi kegiatan pemeriksaan pada
kelompok risiko berkurang, pada awal pandemi bulan Januari sampai
dengan Juni 2020 tidak ada kegiatan pemeriksaan pada kelompok
berisiko, VCT mobile berkurang, karena menghindari kerumunan dan
orang yang akan melakukan tes ke fasyankes juga terbatas, karena
takut tertular Covid-19 di RS/puskesmas. Kegiatan baru berjalan pada
bulan Juli 2020 setelah relaksasi pandemi Covid-19.
Grafik 3.12
Capaian Angka Kesakitan Malaria Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Angka kesakitan malaria dari target 0,06 per 1.000 penduduk
telah tercapai 0,001, sehingga capaian sebesar 600%. Kementerian
Kesehatan RI telah menargetkan bahwa pada tahun 2023 pulau Jawa
Bali merupakan target regional eliminasi malaria. Kasus malaria
indigenuos (penularan lokal) cenderung turun dalam 3 (tiga) tahun
terakhir.
Grafik 3.13
Distribusi Kasus Malaria Per Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah Tahun 2020
53
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Pada Grafik diatas dapat dilihat bahwa kasus malaria terbanyak
di Kota Salatiga, Purbalingga dan Kota Semarang. Sedangkan kasus
ternedah di Kota pekalongan, Kota Surakarta dan Kota Magelang.
Upaya yang sudah dilakukan adalah diagnosa dini dan tata laksana
cepat dan tepat di fasyankes, intensivikasi penemuan penderita secara
aktif di daerah fokus, meningkatnya surveilans migrasi, pengendalian
vektor dengan distribusi kelambu berinsektisida di daerah focus dan
penemuan penderita secara aktif oleh juru malaria desa.
54
dan nasional untuk program P2PM sebagaimana dimaksud dalam
dokumen Sustainibility Development Goals (SDGs), perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan mutu sumber
daya manusia, kerjasama dan kemitraan yang melibatkan berbagai
pihak serta saling menguntungkan dalam berbagai bidang.
Berbagai ancaman eksternal yang mungkin akan menjadi faktor
penghambat dalam pelaksanaan program pembangunan kesehatan
adalah antara lain; dampak negatif era globalisasi dapat menimbulkan
ancaman penyebarluasan penyakit karena sifat penyebaran penyakit
menular yang tidak mengenal batas wilayah/negara, penyebaran
penduduk yang tidak merata dan banyaknya pengungsian akibat
bencana alam, masih sering terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
penyakit menular, dan inilah yang menjadi perhatian kita bersama
untuk selalu menjalin komunikasi antar Provinsi dan Kabupaten
perbatasan.
55
akselerasi kegiatan deteksi dini PTM dalam rangka mendukung
pencapaian SPM Kabupaten/Kota yang didanai dari dana
dekonsentrasi (APBN).
Tabel 3.6
Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Upaya Pencegahan Dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular Dan Kesehatan Jiwa Tahun 2020
2020 2018 2017
INDIKATOR KINERJA
Target Capaian % Target Capaian % Capaian
Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Grafik 3.14
Proporsi Kasus Penyakit Tidak Menular di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
56
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Dari gambar dapat dilihat bahwa terjadi pergeseran tren penyakit
tidak menular di Jawa Tengah dari 4 urutan besar yaitu hipertensi,
diabetis mellitu dan asma bronkhiale menjadi hipertensi, DM dan
obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa aktifitas fisik dan diet seimbang
belum menjadi budaya di masyarakat.
Tabel 3.7
Perkembangan Kasus PTM di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016-2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Tabel diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2016 sampai
dengan tahun 2017 jumlah kasus penyakit tidak menular paling banyak
adalah hipertensi, Diabetis mellitus dan asma bronkhiole. Namun pada
tahun 2018, terjadi pergeseran penyakit yaitu penyakit jantung
menduduki peringkat pertama diikuti hipertensi dan Diabetis mellitus.
57
Sedangkan pada tahun 2019 dan 2020, penyakit obesitas menduduki
peringkat ke-tiga setelah hipertensi dan Diabetis mellitus. hal ini bisa
terjadi karena pola makan sehat, aktivitas fisik dan cek kesehatan
secara rutin belum menjadi budaya di masyarakat.
Grafik 3.15
Distribusi Posbindu PTM Kabupaten/Kota Provinsi di Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Pada grafik diatas terlibat bahwa jumlah posbindu PTM
terbanyak di kabupaten Purworejo, Klaten dan Kebumen. Banyaknya
posbindu PTM menggambarkan peran serta masyarakat terhadap
kesehatan sangat tinggi. Terendah adalah Kota Magelang, Kota tegal
dan Kota Pekalongan.
Grafik 3.16
Distribusi Kabupaten/Kota dengan 20% Puskesmas Pelayanan
Kesehtan Jiwa di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
58
Mendasarkan pada Undang-undang Kesehatan Jiwa nomor 18
tahun 2014 disebutkan bahwa ODGJ adalah orang yang mengalami
gangguan pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasikan
dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku yang
bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Perlu dilakukan
pencegahan dan pengendalian di tiap tahap agar terwujud kondisi
sehat paripurna.
6) Persentase Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak
Krisis Kesehatan Akibat Bencana Dan Atau Berpotensi Bencana
Provinsi
Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi
adalah Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun. Realisasi capaian
kinerja Persentase pelayanan kesehatan bagi penduduk terdampak
krisis kesehatan akibat bencana dan atau berpotensi bencana provinsi
adalah Jumlah penduduk terdampak krisis kesehatan akibat bencana
dan/atau berpotensi bencana yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai dengan target yaitu 100%. Indikator ini merupakan indikator
yang mendukung Standar Pelayanan Kesehatan Provinsi yang
ditetapkan dalam Peraturan Presiden nomor 2 tahun 2019.
Indikator kinerja program dan kegiatan yang mendukung
pencapaian indikator ini sebagai berikut :
Tabel 3.6
Ketercapaian Indikator Kinerja Yang Mendukung Persentase Pelayanan
Kesehatan Bagi Penduduk Terdampak Krisis Kesehatan Akibat Bencana
Dan Atau Berpotensi Bencana di Provinsi Tahun 2020
2020 2019 2018
INDIKATOR KINERJA Capai Capai Capai
Target % Target %
an an an
Persentase kabupaten/kota
dengan respon cepat 100 100 100 100 100 100 100
penanggulangan
59
2020 2019 2018
INDIKATOR KINERJA Capai Capai Capai
Target % Target %
an an an
KLB/Bencana < 24 jam
Persentase pelayanan
kesehatan bagi orang yang
100 100 100 100 100 100 100
terdampak dan berisiko pada
kasus KLB
Sumber data : e Controling TW 4 Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
62
Grafik 3.17
Kabupaten/Kota dengan Puskesmas Terakreditasi di Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Tabel diatas memperlihatkan kabupaten/kota dengan 100%
puskesmas teraktreditasi tahun 2020. Kabupaten/kota yang belum
63
100% akreditasi puskesmasnya adalah kabupaten Pekalongan (kurang
1 puskesmas), Temanggung (kurang 1 puskesmas) dan Pemalang
(kurang 3) puskesmas). Hal ini karena adanya komitmen daerah untuk
mengajukan akreditasi berdasarkan roadmap dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan. Standar menurut Permenkes 75 tahun
2015, minimal 1 kecamatan ada 1 puskesmas terakreditasi,
Kabupaten/Kota mendapatkan anggaran DAK Non Fisik dari APBN
untuk Akreditasi Puskesmas sehingga Daerah tidak terbebani untuk
biaya pelaksanaan akreditasi dan adanya kebijakan dari BPJS
Kesehatan dimana Puskesmas yang dapat bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan dan mendapatkan dana Kapitasi adalah Puskesmas
yang sudah terakreditasi disamping karena adanya Permenkes, RI No
46 th 2015 tentang Akreditasi.
Prosentase Kabupaten/Kota dengan 100% RS Terakreditasi
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9
Jumlah RS Terakredirasi di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
64
melakukan koordinasi dengan dinas kabupaten/ kota, melakukan
fasilitasi teknis dan pembinaan maupun pembimbingan kaitanya
tentang ijin operasional. Saat ini RS dituntut untuk melakukan submit
dalam OSS sesuai dengan PP no 24 tahun 2018 tentang pelayanan
perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik.
Grafik 3.19
Capaian Akreditasi Laboratorium Kesehatan Daerah Tahun 2012-2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2020
Jumlah laboratorium kesehatan di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2020 sebanyak 160 laboratorium, terakreditasi baru 31 labkesda. T
66
JUMLAH KELUARGA INDEK KELUARGA
NO KAB-KOTA
TERKUNJUNGI SEHAT
32 TEGAL 390.917 0,13
33 TEMANGGUNG 229.285 0,11
34 WONOGIRI 294.995 0,14
35 WONOSOBO 228.710 0,07
JATENG 8.812.556 0,19
Sumber data : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
Jumlah keluarga yang telah dikunjungi PIS PK sampai dengan
Desember 2020 sebanyak 8.812.556 Keluarga dengan hasil IKS
Provinsi sebesar 0,19 (kategori tidak sehat). IKS tertinggi di kota
Surakarta 0,50 dan terendah adalah kabupaten Banjarnegara dengan
hasil IKS 0,09.
IKS wilayah provinsi tidak mencapai target karena Kunjungan
ulang untuk intervensi lanjut guna meningkatkan IKS belum optimal
dilaksanakan karena Kondisi Pandemi Covid-19, Hasil intervensi lanjut
belum semua diinput di Aplikasi. Upaya yang telah dilakukan
Melakukan Koordinasi dengan Kabupaten-kota dengan capaian yang
rendah, mendorong Puskesmas melakukan kunjungan dengan
memperhatikan Protokol Kesehatan. Banyak hambatan dalam
pelaksanaan PIS PK antara lain ketersediaan dan kualifikasi SDM
pada saat melakukan pendekatan keluarga, sarana prasarana,
koordinasi dan perilaku masyarakat.
Grafik 3.20
Perbandingan IKS di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018 dan 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
67
Perbandingan IKS Provinsi Jawa Tengah tahun 2018 dengan
2020 tidak terlihat perbedaan yang signifikan dengan hasil IKS yang
sedikit menurun yatu dari 0,20 menjadi 0.19. Beberapa kabupaten/kota
mengalami penurunan IKS disebabkan dengan semakin banyaknya
pendataan keluarga berpengaruh terhadap indikator keluarga sehat
sehingga IKS juga berubah.
Grafik 3.21
Capaian 12 indikator PISPK di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020
Sumber data : Buku Saku Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tahun 2020
Pada table diatas dapat dilihat bahwa dari ke-12 indikator
PISPK, indikator dengan capaian terbanyak adalah bayi mendapat
imjunisasi dasar lengkap 96,36%, mrningkst dibabanding capaian
tahun 2019 sebesar 96,33%, keluarga mempunyai akses air bersih
96,13 meningkat disbanding tahun sebelumnya sebesar 96,07% dan
Balita mendapat pemantauan pertumbuhan sebesar 93,61 meningkat
disbanding tahun 2019 sebesar 93,52%. Capaian terendah dari
indikator PISPK adalah penderita hipertensi melakukan pengobatan
secara teratur
68
Indikator kegiatan yang mendukung pencapaian PIS PK yaitu :
69
Sasaran 1: Meningkatnya akuntabilitas kinerja, dengan indikator sasaran
Nilai SAKIP
70
Sasaran 2: Meningkatnya kualitas pelayanan, dengan indikator Nilai
Kepuasan Masyarakat
Capaian kinerja pada indikator tujuan 2 sasaran 2 dapat dilihat
sebagai berikut :
B. Realisasi Anggaran
71
Selain anggaran bersumber APBD Provinsi, Dinas Kesehatan juga
mendapatkan anggaran APBN sebanyak Rp.57.277.477.000,- dengan
realisasi anggaran Rp.53.599.530.791,- terserap 93.58%, sehingga ada
efisiensi sebesar 6,42%. Realisasi fisik 100%. Rincian realisasi anggaran per
program sebagai berikut:
1. Dukungan Manajemen dan pelaksanan Tugas Teknis Lainnya
Kemenkes (Satker 01) Rp.5.645.799.766,-
2. Pembinaan Kesehatan Masyarakat (Satker 03) Rp.16.721.519.300,-
3. Pembinaan Pelayanan Kesehatan (Satker 04) Rp.2.117.932.220,-
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Satker 05)
Rp.22.015.637.195,-
5. Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Satker 07) Rp.2.334.011.150,-
6. Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(Satker 12) Rp.4.764.631.160,-
72
SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN
NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
9 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
91,09
Balkesmas 200.000.000 182.186.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 94,24
855.600.000 807.741.665
Magelang
10 Promosi dan Pemberdayaan
96,09
Kesehatan di UPT 400.000.000 384.349.265
11 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
90,14
UPT 255.600.000 230.408.700
12 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
96,49
Balkesmas 200.000.000 192.983.700
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 95,26
781.085.000 731.454.500
Klaten
13 Promosi dan Pemberdayaan
87,34
Kesehatan di UPT 365.560.000 319.262.000
14 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
98,85
UPT 215.525.000 213.038.500
15 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
99,58
Balkesmas 200.000.000 199.154.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah 91,51
887.420.000 814.900.500
Pati
16 Promosi dan Pemberdayaan
94,96
Kesehatan di UPT 390.820.000 371.105.500
17 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
87,62
UPT 296.600.000 259.887.000
18 Kegiatan UKM rujukan sekunder di
91,95
Balkesmas 200.000.000 183.908.000
Kesehatan Masyarakat - Balai
Kesehatan Indera Masyarakat 95,08
202.425.000 192.462.500
Kelas A
19 Peningkatan Pelayanan Kesmas di
95,08
UPT 202.425.000 192.462.500
Kesehatan Masyarakat - Balai
Laboratorium Kesehatan dan
98,05
Pengujian Alat Kesehatan Kelas 230.000.000 225.517.200
A
20 Promosi dan Pemberdayaan
98,05
Kesehatan di UPT 230.000.000 225.517.200
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
90,34
PEMBERANTASAN PENYAKIT 8.407.180.000 7.076.199.989
Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit -
Bidang Pencegahan dan 7.907.180.000 6.590.790.893 83,59
Pengendalian Penyakit
21 Pencegahan dan Penanggulangan
87,26
Penyakit Menular 4.461.750.000 3.893.188.528
22 Pencegahan dan Penanggulangan
1.185.000.000 1.100.193.990 92,84
Penyakit Tidak Menular
23 Suirveilans, Imunisasi dan
70,67
Penanganan KLB 2.260.430.000 1.597.408.375
Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit - Balai
97,08
Kesehatan Indera Masyarakat 500.000.000 485.409.096
Kelas A
24 Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Indra di BKIM 97,08
500.000.000 485.409.096
73
SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN
NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
PROGRAM PELAYANAN
236,65
KESEHATAN 296.764.328.000 262.721.861.178
Pelayanan Kesehatan - Bidang
Pelayanan Kesehatan 256.548.528.000 235.865.336.721 263
25 Standarisasi Yankes dan Jamkes
92,27
249.888.528.000 230.584.224.500
26 Pelayanan Kesehatan Rujukan
76,00
5.500.000.000 4.180.106.834
27 Upaya Kesehatan Primer dan
94,91
Kestrad 1.160.000.000 1.101.005.387
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
5.907.229.000 1.558.792.412 81
Semarang
28 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 86,33
3.096.000.000 2.672.740.148
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
29 Peningkatan Yankes di UPT 730.000.000 691.333.000 94,70
30 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
63,05
UPT 2.081.229.000 1.312.304.089
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
5.620.837.000 4.730.539.946 250
Ambarawa
31 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 92,10
3.529.000.000 3.250.256.636
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
32 Peningkatan Yankes di UPT 524.320.000 501.431.485 95,63
33 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
62,45
UPT 1.567.517.000 978.851.825
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
3.675.843.000 2.593.867.535 241
Magelang
34 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 99,54
500.000.000 497.704.350
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
35 Peningkatan Yankes di UPT 956.460.000 783.156.560 81,88
36 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
59,16
UPT 2.219.383.000 1.313.006.625
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
3.521.167.000 2.082.618.025 239
Klaten
37 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 99,59
500.000.000 497.970.000
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
38 Peningkatan Yankes di UPT 400.000.000 373.232.000 93,31
39 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
46,22
UPT 2.621.167.000 1.211.416.025
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Masyarakat Wilayah
5.441.137.000 4.275.298.787 223
Pati
74
SASARAN JUMLAH REALISASI KEUANGAN
NO NAMA PROGRAM/KEGIATAN
STRATEGIS ANGGARAN (Rp)
(Rp) (%)
1 2 3 4 5 6
40 Upaya penurunan kesakitan dan
kematian melalui kegiatan
promotif/preventif maupun 93,73
3.300.000.000 3.093.095.169
kuratif/rehabilitatif (DBHCHT) di
UPT
41 Peningkatan Yankes di UPT 603.440.000 516.610.800 85,61
42 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
1.537.697.000 665.592.818 43,29
UPT
Pelayanan Kesehatan - Balai
Kesehatan Indera Masyarakat 135,27
7.716.916.000 4.121.756.328
Kelas A
43 Peningkatan Yankes di UPT 1.000.000.000 868.269.114 86,83
44 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
6.716.916.000 3.253.487.214 48,44
UPT
Pelayanan Kesehatan - Balai
Laboratorium Kesehatan dan
460,89
Pengujian Alat Kesehatan Kelas 8.332.671.000 7.493.651.424
A
45 Pelayanan Labkes 961.500.000 916.270.402 95,30
46 Pengujian Alkes 2.000.000.000 1.697.459.363 84,87
47 Pemenuhan sarana prasarana dan
Alkes di Balabkes dan PAK 84,36
2.999.999.000 2.530.782.090
48 Peningkatan Yankes di UPT 561.510.000 541.818.400 96,49
49 Pengelolaan Jasa Pelayanan di
1.809.662.000 1.807.321.169 99,87
UPT
JUMLAH
324.315.218.000 286.315.262.291 422
Ada kenaikan anggaran APBD Provinsi untuk Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah TA. 2019 dibandingkan tahun 2018 dari
Rp.225.804.305.000,- menjadi Rp.413.197.808.000,-. Anggaran TA 2019
sebesar Rp.413.197.808.000,- digunakan untuk urusan wajib sebesar
Rp.369.117.542.000,- dan non urusan sebesar Rp.44.080.266.000,-.
Realisasi anggaran sebesar Rp.366.130.457.217,- (88,61%) sedangkan
realisasi fisik sebesar 99,62%. Ada efisiensi anggaran sebesar 11,39%.
Dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp.225.804.305.000,- digunakan untuk
urusan wajib sebesar Rp.160.278.192.000,- dan non urusan sebesar
Rp.65.526.113.000,-. Realisasi anggaran sebesar Rp.202.678.242.061,-
(89,76%) sedangkan realisasi fisik sebesar 99,88%. Ada efisiensi anggaran
sebesar 10,24%. Dilihat dari sisi realisasi anggaran tahun 2019, apabila
dibandingkan Tahun 2018 maka ada kenaikan sebesar 1,15%, Tahun 2019
realisasi 88,61% menurun dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar
75
89,76% sedangkan untuk realisasi fisik menurun sebesar 0,26%
dibandingkan tahun 2018 yaitu 99,88% menjadi 99,62% pada tahun 2019.
Realiasi fisik tidak dapat mencapai 100% karena beberapa kegiatan
tidak dapat terlaksana secara maksimal misalnya pada kegiatan pelayanan
kesehatan rujukan SK tim BPRSP terbit di tgl 16 Desember 2019. Belanja
jasa konsultasi Konstruksi ( AMDAL ) RSUD provinsi dengan unggulan
kanker dan kesehatan Ibu Anak tidak dilaksanakan karena waktu
pelaksanaan tidak memungkinkan karena membutuhkan waktu minimal 6
bulan setelah penyelesaian DED di akhir bulan Desember 2019. Upaya
pemecahannya : kegiatan akan dilaksanakan di tahun 2020. Selain itu pada
kegiatan farmasi, minuman dan perbekalan kesehatan penyedia tidak dapat
menyediakan barang sesuai dengan waktu yang tertuang di dalam kontrak,
sehingga dilakukan putus kontrak.
76
BAB IV
PENUTUP
d. Dukungan rawat jalan rawat inap tidak sesuai karena Rawat inap
sementara ditutup belum memiliki sterilisasi ruangan.
78
a. Peningkatan Upaya Promotif Preventif melalui GERMAS
b. Peningkatan peran serta masyarakat, swasta dan lintas sektor
c. Peningkatan kesehatan keluarga
d. Peningkatan kesehatan lingkungan
e. Peningkatan kesehatan kerja dan Olah Raga
f. Peningkatan gizi masyarakat
g. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK)
79
Semarang, Februari 2020
80