Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL RONDE KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.R DENGAN DI RUANG


JADE RSU dr.SLAMET

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Program Profesi Ners Angkatan XI

DISUSUN OLEH:
Ajeng Sinta Nuryani (KHGD21061)
Anurul Faida (KHGD210)
Bambang Priadi (KHGD210)
Elvira Adha Nazkhara (KHGD21080)
Fadhil Maulana Akbar (KHGD21041)
Firghy Damayanti Purnomo (KHGD21066)
Yogi Krismansyah (KHGD21087)
Yuli Ratnasari (KHGD21073)
Yunita Tri Rizki (KHGD21088)
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI
STIKES KARSA HUSADA GARUT
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi secara langsung dan tidak langsung memberi dampak pada pemikiran
masyarakat terutama dalam pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang
meningkat menyebabkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap
kualitas pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan keperawatan.
Melihat fenomena tersebut mendorong perawat untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan belajar banyak
tentang konsep pengelolaan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam
pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut dapat berupa penataan sistem modal
asuhan keperawatan profesinal (MAKP) mulai dari ketenagaan/pasien, penetapan
MAKP dan perbaikan dokumentasi perbaikan.
Pemenuhan tingkat kepuasan pasien ini dapat dimulai dengan upaya
menggali kebutuhan pasien demi tercapainya keberhasilan asuhan keperawatan.
Metode yang dipilih untuk menggali secara mendalam tentang kebutuhan pasien
adalah dengan melaksanakan ronde keperawatan. Dengan melaksanakan ronde
keperawatan diharapkan dapat memecahkan masalah keperawatan pasien melalui
cara berfikir kritis berdasarkan konsep asuhan keperawatan.
Ronde keperawatan merupakan suatu sarana bagi perawat untuk
membahas masalah keperawatan dengan melibatkan pasien dan seluruh tim
keperawatan, konsultan keperawatan, serta konsultan keperawatan (dokter, ahi
gizi, rehabilitasi medik dsb). Selain menyelesaikan masalah keperawatan pasien,
ronde keperawatan juga merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan
harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Kepekaan dan cara berfikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu
transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori secara langsung pada kasus

1
nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir
secara kritis dalam peningkatan keperawatan secara profesional. Dalam
pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan
kerjasama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada pasien.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka mahasiswa Praktek Profesi Ners
STIKes Karsa Husada Garut kelompok 5 akan mengadakan kegiatan ronde
keperawatan di ruang Jade RSU dr.Slamet.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah akan dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodivikasi rencana
keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.

1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1) Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2) Memberikan keperawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.

2
2. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kogintif, efektif dan psikomotor
perawat.
2) Meningkatkan kerja sama tim.
3) Menciptakan komunitas keperawatann profesional
3. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas
1) Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan pasien.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ronde Keperawatan


2.1.1 Pengertian Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien, dilakukan dengan melibatkan pasien untuk
membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu harus
dilakukan oleh perawat primer dengan konselor, kepala ruangan, perawat asosiatif
serta melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam, 2014).
2.1.2 Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesianal
4. Terjalinnya kerjasama antar tim
5. Perawat dapat melaksankan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar
2.1.3 Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang
memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
2.1.4 Peran masing–masing anggota tim
1. Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
a. Menjelaskan data klien yang mendukung masalah klien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat

4
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan
serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan

TAHAP PRA PP
RONDE
2

Penetapan Pasien

Persiapan Pasien :

 Informed Concent
 Hasil Pengkajian/
Validasi data

TAHAP Penyajian  Apa masalah & diagnosis


3 PELAKSANAAN DI keperawatan?
Masalah  Data apa yang mendukung?
4 NURSE STATION  Bagaimana intervensi yang sudah
5 dilakukan?
 Apa hambatan yang ditemukan?

TAHAP RONDE DI
6 BED KLIEN Validasi data
7

Diskusi PP, Konselor,


KARU, Dokter,
Gizi,FisioThe

Lanjutan diskusi di
5
Nurse Station
8 TAHAP PASCA
9 RONDE Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah

Aplikasi Hasil analisis

dan diskusi

Masalah teratasi

2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Jade RSU dr.Slamet
dengan persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent,
alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
c. Klien puas dengan hasil kegiatan
d. Masalah klien dapat teratasi
e. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis

6
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa medis dengan
masalah keperawatan utama
2.2.1 Konsep Penyakit
1. Pengertian

KET ( Kehamilan Ektopik Terganggu )  adalah suatu kondisi gawat


darurat karena dapat menyebabkan perdarahan hebat di dalam rongga
perut. Hal tersebut dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani
segera. Kuretase, berfungsi untuk mengambil jaringan embrio yang
beradadi dalam rongga rahimpada kehamilan normal.

2. Etiologi

Salah satu penyebab kehamilan ektopik adalah kerusakan pada tuba


falopi sehingga bisa mencegah sel telur yang telah dibuahi masuk ke
rahim. Seorang perempuan lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik
jika: Memiliki penyakit radang panggul (PID) Merokok.

3. Patofisiologi
Dasar patofisiologi kehamilan ektopik adalah adanya gangguan proses
fisiologis organ reproduksi wanita, sehingga hasil konsepsi mengalami
implantasi dan maturasi di luar rongga uterus. Kontraksi otot polos dan
denyut siliaris pada tuba falopi berguna sebagai media transportasi oosit dan
embrio. Kerusakan tuba falopi, misalnya akibat inflamasi, menyebabkan
disfungsi tuba sehingga terjadi retensi oosit atau embrio.

4. Tanda dan gejala

7
Tanda dan gejala
Tanda :1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau
spotting atau perdarahan vaginal.
2.Menstruasi abnormal.
3.Abdomen dan pelvis yang lunak.
4.Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan,atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
padaendometrium uterus.
5.Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6.Kolaps dan kelelahan
7.pucat
8.Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10.Gangguan kencing : Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena
perangangan peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.
11.Pembesaran uterus : Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga
karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih
kecildibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama
umurnya.
12. Nyeri pada toucher : Terutama kalau cervix digerakkan atau pada
perabaancavumdouglasi (nyeri digoyang).
13.Tumor dalam rongga panggul : Dalam rongga panggul teraba tumor
lunakkenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
14.Perubahan darah : Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun
padakehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke
dalamrongga perut

5. Pathway

8
6. Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus kehamilan ektopik


diantaranya adalah pemeriksaan kada hormon, ultrasonography, dan dilatation &
curettage (D&C).

1. β-Hcg
Kadar β-hCG berkorelasi dengan ukuran dan usia gestasi pertumbuhan embrionik
normal. Pada kehamilan normal, kadar β-hCG menjadi dua kali lipat setiap 48-72
jam sampai mencapai kadar 10.000-20.000mIU/mL. Pada kehamilan ektopik
peningkatan kadar β-hCG tersebut kurang dari normal.

2. Progesteron

Kadar progesteron adalah modalitas diagnostik lain yang bisa digunakan untuk
membedakan gestasi abnormal dari kehamilan intrauterin yang sehat. Berbeda
dengan kadar β-hCG, kadar progesteron tidak bergantung pada usia gestasional.

9
Kadar progesteron relatif konstan selama trimester pertama kehamilan, baik
normal maupun abnormal.

3.Ultrasonografi (USG)
Modalitas USG mungkin menjadi salah satu modalitas terpenting untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik. Sebetulnya pemeriksaan dengan USG ini lebih
tepatnya ditujukan untuk mengkonfirmasi kehamilan intrauterin. Visualisasi
kantong kehamilan intrauterin dengan atau tanpa aktivitas jantung janin adalah
cara yang adekuat untuk mengeksklusi adanya kehamilan ektopik. USG dapat
dilakukan secara abdominal maupun transvaginal.

4. dan Kuretase (D&C)


Walaupun sekarang ini metode dilatation & curetage (D&C) sudah jarang
digunakan karena sudah luasnya ketersediaan USG, metode ini dapat menjadi opsi
untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik dengan cara menegakan
diagnosis kehamilan intrauterin. Jika jaringan yang didapatkan positif
mengandung villi korialis baik pada percobaan pengapungan jaringan pada saline
maupun pada pemeriksaan histologis, itu artinya terdapat kehamilan intrauterin.

5.Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui apakah
terdapat darah di dalam kavum Douglas. Metode ini dilakukan dengan cara
memasukan jarum menembus fornix posteror vagina ke cul-de-sac dan mencoba
mengaspirasi darah. Namun, walaupun metode ini cukup sederhana, cepat, dan
tidak mahal, penggunaannya saat ini sudah jarang dilakukan karena tingginya
hasil positif palsu (10-14%). Tingginya nilai positif palsu ini dapat disebabkan
oleh korpus luteum yang ruptur, abortus inkomplit, dan menstruasi retrograde.
6.Laparoskopi
Laparoskopi menjadi pilihan terakhir yang digunakan sebagai alat bantu
diagnostik untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian metode diagnostik
yang lain meragukan. Pemakaian rutin pemeriksaan laparoskopi pada semua

10
pasien yang diduga mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko dan menambah
biaya yang tidak diperlukan walaupun sebenarnya laparoskopi memang
pemeriksaan standar diagnostik.

11
BAB III

RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN

PADA NY.R DENGAN KEBUTUHAN DASAR E.T CAUSA

DI RUANG JADE RSU dr.SLAMET TAHUN 2021

Topik : Asuhan keperawatan pada Ny.R dengan kebutuhan dasar et.

Sasaran : Ny.R

Hari/Tanggal : Rabu, 10 November 2021

Waktu : 45 menit (Pukul 10.00-10.45 WIB)

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
B. Sasaran
Pasien di Ruang Jade RSU dr.Slamet
C. Materi
Kehamilan Ektopik Terganggu
D. Metode
Diskusi

12
E. Media
1. Dokumen/Status pasien
2. Sarana diskusi : kertas,bullpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.

13
F. Kegiatan ronde Keperawatan

Waktu Tahap Kegiatan Kegiatan


Pelaksana Tempat
Pasien
1 hari Pra-ronde Pra-ronde
sebelum 1. Menentukan kasus dan topik
ronde 2. Menentukan tim ronde
3. Menentukan literatur Mahasiswa - Nurse Station
4. Membuat proposal
5. Mempersiapkan pasien
6. Diskusi pelaksanaan
5 menit Ronde Pembukaan
1. Salam pembuka
2. Memparkenalkan tim ronde
Mahasiswa - Nurse Station
3. Menyampaikan identitas dan masalah
pasien
4. Menjelaskan tujuan ronde
30 menit Penyajian masalah
1. Memberi salam dan memperkenalkan
pasien dan keluarga kepada tim ronde. Nurse Station
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan
keperawatan pasien Mahasiswa Mendengarkan
3. Menjelaskan masalah pasien dan
rencana tindakan yang telah

14
dilaksanakan serta menetapkan
prioritas yang perlu dilakukan.
Validasi data:
1. Mencocokan dan menjelaskan kembali
data yang telah disampaikan .
2. Diskusi antar anggota tim dan pasien
KATIM Memberikan Ruang
tentang masalah keperawatan tersebut.
respon dan Perawatan
3. Pemberian justifikasi oleh tim tentang
menjawab
masalah pasien serta renca tindakan
pertanyaan
yang akan dilakukan.
4. Menentukan tindakan keperawatan
pada masalah prioritas yang telah
ditetapkan.
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi Karu,supervisor,
Nurse Station
ronde keperawatan perawat konselor, -
2. Penutup pembimbing.

15
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Jade
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dan mahasiswa dapat :
1. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan, menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien.
4. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan : Fadhil Maulana Akbar
2. Perawat Primer I : Bambang Priadi
3. Perawat Primer II : Anurul Faidah
4. Perawat Asossiet I          : Yuli Ratnasari
5. Perawat Asossiet II          : Yogi Krismansyah

16
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional


edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
Morris, Jacqueline. C. 2014. Dietitian’s Guide to Assessment and Documentation.
(Terjemahan Albertus Agung Mohade). New York.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Dwienda R, Octa, dkk 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish.
Compton, William C. 2005. An Introduction to Positive Psychology. USA: Thomson
Learning, Inc.
Cahyono, S. B. (2014). Tata Laksana Klinis di Bidang Gastro dan Hepatologi. Jakarta:
Sagung Seto.
Mansjoer, arif., 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi ke 3. Jakarta : FK UI
press.pp78-88

17
Arikunto, S. 2002.Ilmu kebidanan post op KET: Pendekatan Praktek.Edisi Revisi Kelima.

Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Brunner and suddart.(2011).Textbook of Medical Surgical Nursing.Sixth Edition.J.B.

Lippincott Campany, Philadelpia.

Brooker, Christine. 2001.Kamus Saku Keperawatan Ed.31EGC : Jakarta.

Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. (2011).Rencana Asuhan Keperawatan Jakarta: EGC

Manuaba, I,B,G, 2004”Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi” Jakarta: EGC

Perry,& Potter. (2006) Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Edisi 4.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai