Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Program Profesi Ners Angkatan XI
DISUSUN OLEH:
Ajeng Sinta Nuryani (KHGD21061)
Anurul Faida (KHGD210)
Bambang Priadi (KHGD210)
Elvira Adha Nazkhara (KHGD21080)
Fadhil Maulana Akbar (KHGD21041)
Firghy Damayanti Purnomo (KHGD21066)
Yogi Krismansyah (KHGD21087)
Yuli Ratnasari (KHGD21073)
Yunita Tri Rizki (KHGD21088)
PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XI
STIKES KARSA HUSADA GARUT
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
1
nyata. Dengan pelaksanaan ronde keperawatan yang berkesinambungan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat ruangan untuk berpikir
secara kritis dalam peningkatan keperawatan secara profesional. Dalam
pelaksanaan ronde juga akan terlihat kemampuan perawat dalam melaksanakan
kerjasama dengan tim kesehatan yang lain guna mengatasi masalah kesehatan
yang terjadi pada pasien.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka mahasiswa Praktek Profesi Ners
STIKes Karsa Husada Garut kelompok 5 akan mengadakan kegiatan ronde
keperawatan di ruang Jade RSU dr.Slamet.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan
berpikir kritis.
2. Tujuan Khusus
Setelah akan dilaksanakan ronde keperawatan mahasiswa mampu :
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan ilmiah.
2) Meningkatkan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan untuk memodivikasi rencana
keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
sesuai dengan masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pasien
1) Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2) Memberikan keperawatan secara profesional dan efektif kepada
pasien.
3) Memenuhi kebutuhan pasien.
2
2. Bagi Perawat
1) Meningkatkan kemampuan kogintif, efektif dan psikomotor
perawat.
2) Meningkatkan kerja sama tim.
3) Menciptakan komunitas keperawatann profesional
3. Bagi Rumah Sakit/Puskesmas
1) Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit.
2) Menurunkan lama hari perawatan pasien.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah klien yang belum terkaji
2. Perawat Konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan
serta rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
2.1.5 Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
RONDE
2
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Informed Concent
Hasil Pengkajian/
Validasi data
TAHAP RONDE DI
6 BED KLIEN Validasi data
7
Lanjutan diskusi di
5
Nurse Station
8 TAHAP PASCA
9 RONDE Simpulan dan
rekomendasi solusi
masalah
dan diskusi
Masalah teratasi
2.1.6 Evaluasi
1. Evaluasi Struktur :
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Jade RSU dr.Slamet
dengan persyaratan administratif sudah lengkap (Informed consent,
alat, dan lainnya)
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde
keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses :
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran
yang telah ditentukan
3. Evaluasi Hasil :
c. Klien puas dengan hasil kegiatan
d. Masalah klien dapat teratasi
e. Perawat dapat :
1) Menumbuhkan cara berfikir yang kritis
2) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien
3) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis
6
4) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
5) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
8) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan
2.2 Asuhan Keperawatan pada Ny.R dengan diagnosa medis dengan
masalah keperawatan utama
2.2.1 Konsep Penyakit
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Dasar patofisiologi kehamilan ektopik adalah adanya gangguan proses
fisiologis organ reproduksi wanita, sehingga hasil konsepsi mengalami
implantasi dan maturasi di luar rongga uterus. Kontraksi otot polos dan
denyut siliaris pada tuba falopi berguna sebagai media transportasi oosit dan
embrio. Kerusakan tuba falopi, misalnya akibat inflamasi, menyebabkan
disfungsi tuba sehingga terjadi retensi oosit atau embrio.
7
Tanda dan gejala
Tanda :1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau
spotting atau perdarahan vaginal.
2.Menstruasi abnormal.
3.Abdomen dan pelvis yang lunak.
4.Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan,atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
padaendometrium uterus.
5.Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6.Kolaps dan kelelahan
7.pucat
8.Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10.Gangguan kencing : Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena
perangangan peritoneum oleh darah di dalam rongga perut.
11.Pembesaran uterus : Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga
karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih
kecildibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama
umurnya.
12. Nyeri pada toucher : Terutama kalau cervix digerakkan atau pada
perabaancavumdouglasi (nyeri digoyang).
13.Tumor dalam rongga panggul : Dalam rongga panggul teraba tumor
lunakkenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan sekitarnya.
14.Perubahan darah : Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun
padakehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke
dalamrongga perut
5. Pathway
8
6. Penunjang
1. β-Hcg
Kadar β-hCG berkorelasi dengan ukuran dan usia gestasi pertumbuhan embrionik
normal. Pada kehamilan normal, kadar β-hCG menjadi dua kali lipat setiap 48-72
jam sampai mencapai kadar 10.000-20.000mIU/mL. Pada kehamilan ektopik
peningkatan kadar β-hCG tersebut kurang dari normal.
2. Progesteron
Kadar progesteron adalah modalitas diagnostik lain yang bisa digunakan untuk
membedakan gestasi abnormal dari kehamilan intrauterin yang sehat. Berbeda
dengan kadar β-hCG, kadar progesteron tidak bergantung pada usia gestasional.
9
Kadar progesteron relatif konstan selama trimester pertama kehamilan, baik
normal maupun abnormal.
3.Ultrasonografi (USG)
Modalitas USG mungkin menjadi salah satu modalitas terpenting untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik. Sebetulnya pemeriksaan dengan USG ini lebih
tepatnya ditujukan untuk mengkonfirmasi kehamilan intrauterin. Visualisasi
kantong kehamilan intrauterin dengan atau tanpa aktivitas jantung janin adalah
cara yang adekuat untuk mengeksklusi adanya kehamilan ektopik. USG dapat
dilakukan secara abdominal maupun transvaginal.
5.Kuldosintesis
Kuldosintesis adalah suatu metode pemeriksaan untuk mengetahui apakah
terdapat darah di dalam kavum Douglas. Metode ini dilakukan dengan cara
memasukan jarum menembus fornix posteror vagina ke cul-de-sac dan mencoba
mengaspirasi darah. Namun, walaupun metode ini cukup sederhana, cepat, dan
tidak mahal, penggunaannya saat ini sudah jarang dilakukan karena tingginya
hasil positif palsu (10-14%). Tingginya nilai positif palsu ini dapat disebabkan
oleh korpus luteum yang ruptur, abortus inkomplit, dan menstruasi retrograde.
6.Laparoskopi
Laparoskopi menjadi pilihan terakhir yang digunakan sebagai alat bantu
diagnostik untuk kehamilan ektopik apabila hasil penilaian metode diagnostik
yang lain meragukan. Pemakaian rutin pemeriksaan laparoskopi pada semua
10
pasien yang diduga mengalami kehamilan ektopik memiliki risiko dan menambah
biaya yang tidak diperlukan walaupun sebenarnya laparoskopi memang
pemeriksaan standar diagnostik.
11
BAB III
Sasaran : Ny.R
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengklasifikasi masalah yang belum teratasi.
b. Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim
kesehatan lain.
c. Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien.
d. Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.
B. Sasaran
Pasien di Ruang Jade RSU dr.Slamet
C. Materi
Kehamilan Ektopik Terganggu
D. Metode
Diskusi
12
E. Media
1. Dokumen/Status pasien
2. Sarana diskusi : kertas,bullpen
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
13
F. Kegiatan ronde Keperawatan
14
dilaksanakan serta menetapkan
prioritas yang perlu dilakukan.
Validasi data:
1. Mencocokan dan menjelaskan kembali
data yang telah disampaikan .
2. Diskusi antar anggota tim dan pasien
KATIM Memberikan Ruang
tentang masalah keperawatan tersebut.
respon dan Perawatan
3. Pemberian justifikasi oleh tim tentang
menjawab
masalah pasien serta renca tindakan
pertanyaan
yang akan dilakukan.
4. Menentukan tindakan keperawatan
pada masalah prioritas yang telah
ditetapkan.
10 menit Pasca 1. Evaluasi dan rekomendasi intervensi Karu,supervisor,
Nurse Station
ronde keperawatan perawat konselor, -
2. Penutup pembimbing.
15
G. Kriteria Evaluasi
1. Struktur
a. Ronde keperawatan dilaksanakan diruang Jade
b. Peserta ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan
3. Hasil
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dan mahasiswa dapat :
1. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis
2. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosa keperawatan, menumbuhkan
pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien.
4. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
5. Meningkatkan kemampuan jastifikasi
6. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
H. Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan : Fadhil Maulana Akbar
2. Perawat Primer I : Bambang Priadi
3. Perawat Primer II : Anurul Faidah
4. Perawat Asossiet I : Yuli Ratnasari
5. Perawat Asossiet II : Yogi Krismansyah
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Arikunto, S. 2002.Ilmu kebidanan post op KET: Pendekatan Praktek.Edisi Revisi Kelima.
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10.Jakarta : EGC.
Manuaba, I,B,G, 2004”Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi” Jakarta: EGC