Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY.M DENGAN POST OP SECTIO CAESAR ATAS


INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
(KPD)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Maternitas


Program Studi Profesi Ners

Disusun Oleh :

ERLANGGA SURYA PRATAMA


NIM : KHGD21106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA
GARUT
2021 - 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
POST OP SECTIO CAESAR ATAS INDIKASI KETUBAN
PECAH DINI (KPD)

A. Konsep Dasar Sectio Caesar


1. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Nurarif, A.H, 2015).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Cunningham FG,
2015). Sedangkan sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Israr YA,
2016).
Ketidaknyamanan pasca partum merupakan perasaan tidak nyaman yang
berhubungan dengan kondisi setelah melahirkan (SDKI DPP PPNI, 2016). Jadi,
sectio caesaria adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin
dengan cara melakukan insisi pada dinding uterus depan perut kuadran bawah.

2. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :
(1). Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra- kira
sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan
melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
(2). Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika
bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
(3) Sectio Caesarea Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
(4) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan
di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan
faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.

3. Etiologi
Salah satu penyebab persalinan sectio caesar terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Etiologi berasal dari Ibu
Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, Primipara tua disertai
kelainan letak, Disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), Ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, Terdapat kesempitan
panggul, Ketuban pecah dini, Plasenta previa terutama pada primigravida,
Komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, Stas permintaan
kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, Diabetes Mellitus), Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2) Etiologi berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, Mal
presentasi dan mal posisi kedudukan janin, Prolapses tali pusat dengan
pembukan kecil, Kegangalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi.
Untuk kasus yang ditemui adalah tindakan section caesar dikarenakan
Ketuban Pecah Dini (KPD). Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban
pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri
dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
2. Kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
3. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
4. Janin mudah diraba
5. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
6. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air
7. Ketuban sudah kering.
8. Kecemasan ibu meningkat.

Menurut Manuaba (2013) menifestasi klinis ketuban pecah dini, antara


lain:
1. Terjadi pembukaan prematur servik
2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
a. Devaskularisasi
b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.

5. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, dikarenakan ketuban
pecah dini.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan
dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo, 2010).
6. Pathway
7. Pengkajian
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS

A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Pada bagian biodata disini terbagi menjadi dua bagian, yaitu identitas pasien dan
identitas penanggung jawab pasien.
a. Identitas Pasien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, no register, diagnosa medis, tanggal persalinan,
tanggal masuk,dan tanggal pengkajian.
b. Identitas Penanggung Jawab
Untuk identitas penanggung jawab pasien ini berisi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan. Hubungan dengan pasien, alamat

B. ALASAN MASUK RS
C. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
PQRST
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Imunisasi, alergi, kebiasaan (merokok, minum alkohol, obat, kopi), obat-
obatan (nama, lama penggunaan, sendiri/ resep).
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram 3 generasi (kehamilan kembar, gangguan mental, penyakit
yang dapat diturunkan, penyakit yang dapat ditularkan).
G. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI
1. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche
2) Lamanya haid
3) Siklus
4) Banyaknya
5) Sifat darah (warna, bau, cair/ gumpalan, dismenor)
6) HPHT
7) Taksiran persalinan
b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)
1) Usia perkawinan
2) Lama perkawinan
3) Pernikahan yang ke–……
c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil
2) Waktu & lama penggunaan
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut
4) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan
sekarang
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga

2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas yang lalu
G….. P…… A…..

No Tgl Umur Jenis Tempat Jenis BB Masalah Keadaan


Partus kehamilan Partus penolong kelamin Hamil Lahir Nifas Bayi anak

b. Riwayat kehamilan sekarang


1) Klien merasa hamil………. bulan.
2) Keluhan waktu hamil.
3) Gerakan anak pertama dirasakan.
4) Imunisasi.
5) Penambahan BB selama hamil.
6) Pemeriksaan kehamilan teratur/tidak.
7) Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.

H. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas Kehidupan Sehari Hari/Activity Daily Living (ADL)
No ADL Sebelum Hamil Setelah Hamil
1 NUTRISI
MAKAN
- Jenis Menu
- Frekuensi
- Porsi
- Pantangan
- Keluhan
MINUM
- Jenis Minuman
- Frekuensi
- Jumlah
- Pantangan
- Keluhan
2 ISTIRAHAT DAN TIDUR
MALAM
- Berapa Jam
- Dari Jam …..S.D. Jam….
- Kesukaran Tidur
SIANG
- Berapa Jam
- Dari Jam …..S.D. Jam….
- Kesukaran Tidur
3 ELIMINASI
BAK
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Bau
- Kesulitan
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Bau
- Kesulitan
4 PERSONAL HYGIENE
MANDI
- Frekuensi
- Menggunakan Sabun
- Frekuensi Gosok Gigi
- Gangguan
BERPAKAIAN
Frekuensi Ganti Pakaian
5 MOBILITAS DAN
AKTIVITAS
- Aktivitas Yang Dilakukan
- Kesulitan

2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum
Tingkat kesadaran
TTV (T, N, R, S)
BB/ TB
b. Sistem pernafasan (IPPA)
c. Sistem kardiovaskuler (IPPA: TD, nadi, sianosis, konjungtiva, bunyi j
antung,extremitas {edema, homan sin, varises, CRT}).
d. Sistem pencernaan (IPPA: kelembapan membran mukosa, edema, BU, hemoro
id)
e. Sistem persyarafan (IPPA: status mental, kejang, refleks patela).
f. Sistem panca indra (IPPA: fungsi penglihatan [pandangan kabur, pandang
an berkunang-kungan], pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan) .
g. Sistem perkemihan (IPPA: palpasi kandung kemih, berkemih berlebihan, hemat
uri).
h. Sistem integumen (IPPA: hiperpigmentasi, kloasma gravidarum,
turgor, striae, luka SC [karakteristik]).
i. Sistem endokrin (IPPA: pembesaran kelenjar tiroid, tremor).
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA: masaa tonus otot, kekuatan otot, ROM, defor
mitas, diastasis rektur abdominis [lebar, panjang]).
k. Sistem reproduksi (IPPA: payudara [pembesaran, hiperpigmentasi areola, keada
an,putting susu, ASI/ kolostrum, bengkak, bendung/ masa, kebersihan], Uterus [
TFU,posisi uterus, konsistensi uterus], genitalia externa [edema, varises, lo
chea,kebersihan, laserasi/ kaji tanda REEDA].

I. DATA PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


1. Psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
Pengetahuan cara pemberian ASI danmerawat bayi, rencana pemberian ASI, jen
iskelamin yang diharapkan, yang akan membantu merawat bayi di rumah, keha
milan ini diharapkan.
b. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini, harapan setelah menjalani peraw
atan,perubahan yang dirasa setelah hamil.
c. Konsep diri
Gambaran diri, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri.
d. Hubungan/ komunikasi
Bahasa sehari hari, kejelasan bicara, relevan, mampu mengerti orang lain.
e. Kebiasaan seksual
Gangguan hubungan seksual, pemahaman terhadap fungsi seksual.

2. Spiritual
Sumber kekuatan, Tuhan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan kepercayaan
J. DATA PENUNJANG
Laboratorium, radiologi, pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)
K. PENGOBATAN
II. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

III. PERENCANAAN dan IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


N DIAGNOSA PERENCANAAN IMPLEMENT EVALUA
O KEPERAWAT ASI SI
AN
TUJUA INERVEN RASION
N SI AL

IV. CATATAN PERKEMBANGAN


No Hari/Tanggal Catatan Perkembangan Paraf/Nama Jelas
S
O
A
P
8. Analisa Data
Tgl Data Etiologi Masalah
09/11 DS : Ketuban Pecah
/2021 Pasien mengatakan nyeri pada Dini
luka operasinya
DO : Tindakan operasi
- Pasien tampak meringis Sectio Caesar
menahan sakit ketika
bermobilisasi Insisi Nyeri akut
P : Sectio caesaria
Q: Nyeri dirasakan berdenyut- Terputusnya
denyut kontinuitas
R : Abdomen bagian bawah jaringan
S : Skala 8 (0-10)
T : Saat mobilisasi Luka
TD : 120/90 mmHg
N : 100 x/mnt Nyeri Akut
RR : 22 x/mnt S : 36□C
09/11 DS :
/2021 Pasien mengatakan sulit untuk Tindakan operasi
bermobilisasi sectio caesar
DO : Hambatan
- Pasien tampak tertidur dan Anestesi Mobilitas
lemas Fisik
- Pasien hanya mampu miring Bedres
kanan, miring kiri
TD : 120/90 mmHg Hambatan
N : 100 x/mnt Mobilitas Fisik
RR : 22 x/mnt
S : 36□C
0911/ DS : Tindakan Sectio
2021 Pasien mengatakan belum tahu Caesar
tentang cara meningkatkan
produksi ASI, cara dan posisi
Adaptasi Post
menyusui yang benar
Partum
DO :
- Pasien tampak berpisah
dengan bayi Fisiologis

- Pasien tampak khawatir Menyusui


dengan kondisi bayinya Laktasi tidak efektif
- P1A0

Prolaktin
Menurun

Hisapan
menurun

Menyusui tidak
efektif

9. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien sectio caesarea
adalah :
1. Nyeri Akut b.d Terputusnya kontinuitas jaringan sekunder terhadap luka
operasi
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri
3. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan reflek oksitosin
4. Resiko infeksi b.d adanya luka insisi
5. Defisit perawatan diri
6. Konstipasi b.d penurunan tonus otot
7. Defisit pengetahuan tentang teknik menyusui
8. Defisit pengetahuan tentang perawatan diri pasca operasi sectio caesar
9. Ansietas b.d krisis situasional

10. Intervensi Keperawatan


No Tujuan & KH Intervensi Rasional
Dx
I Setelah di lakukan 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk
tindakan keperawatan 2. Monitor TTV mengetahui KU
selama 3x24 jam nyeri 3. Anjurkan teknik pasien
dapat teratasi, dengan relaksasi nafas 2. TTV dbn
kriteria hasil : dalam 3. Untuk
4. Kolaborasi dengan mengurangi rasa sakit
Nyeridapat
dokter dalam 4. Analgesic dapat
berkurang/hilang.
pemberian Obat mengurangi rasa
Skala nyeri 2 nyeri

II Setelah di lakukan 1. Kaji kemampuan 1. Untuk memudahkan


tindakan keperawatan pasien dalam pasien terhadap
selama 3x24 jam pasien mobilisasi kesiapan pulang dalam
dapat bermobolisasi 2. Ajarkan pasien untuk melakukan aktifitas
dengan duduk sehari-hari
kriteria hasil : 3. Ajarkan pasien untuk 2. Agar tidak terjadi ke
- Aktivitas klien merubah posisi setiap kakuan yang
meningkat 30 menit diakibatkan bedres
- Pasien dapat turun dari 4. Berikan alat bantu 3. Untuk menghindari
bed jalan, jika perlu terjadinya luka
-. Pasien dapat berjalan dekubitus pada bagian
secara mandiri tubuh tertentu
4. Jika diperlukan alat
bantu jalan, agar pasien
tidak terlalu lama
bedres
III Setelah di lakukan 1. Kaji tingkat 1. Menggali tingkat
tindakan keperawatan pengetahuan ibu pengetahuan ibu
selama 1x24 jam pasien tentang cara tentang cara
mampu melakukan perawatan payudara perawatan payudara
perawatan payudara 2. Lakukan breast care 2. Membantu
sendiri, dengan kriteria pada ibu. merangsang
hasil : 3. Beri pendkes keluarnya ASI
- Perlekatan bayi pada tentang cara 3. Untuk menambah
payudara ibu meningkat perawatan payudara wawasan ibu
- Kemampuan ibu 4. Manajemen laktasi
memposisikan bayi
dengan benar meningkat
- Miksi bayi lebih dari 8
kali/ 24 jam
- Berat badan bayi
- Tetesan pancaran ASI

11. Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah di susun pada tahap perencanaan. Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan,
tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau
tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.

12. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang
dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan. Evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan sesuai diagnosa
keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari SOAP (Subjek, Objek,
Analisis, Planning).
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene .M, Lowdermilk, Deitra Leonard, Jensen, Margaret Duncan,


Wijayarini, Maria A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4
(Edisi Keempat). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. 2015. Obstetri Williams Edisi 21.
Jakarta : EGC.
Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. 2016. Keperawatn Maternitas dengan Indikasi
Sectio caesar. Jakarta : EGC
Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatn
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia Definisi (SDKI) dan Indikator Diagnostik. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Prawirohardjo,S., 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Jakarta:
EGC
Wilkinson, J., & Ahern, n. R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan edisi 9
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai