Disusun Oleh :
2. Klasifikasi
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi :
(1). Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra- kira
sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan
melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
(2). Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika
bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal
dilakukan sampai ke otot-otot bawah rahim.
(3) Sectio Caesarea Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah
janin dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
(4) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada
seorang pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan
di atas bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan
faisa abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
3. Etiologi
Salah satu penyebab persalinan sectio caesar terbagi menjadi 2, yaitu :
1) Etiologi berasal dari Ibu
Ibu pada primigravida dengan kelainan letak, Primipara tua disertai
kelainan letak, Disproporsi cepalo pelvik (disproporsi janin/panggul), Ada
sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, Terdapat kesempitan
panggul, Ketuban pecah dini, Plasenta previa terutama pada primigravida,
Komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, Stas permintaan
kehamilan yang disertai penyakit (Jantung, Diabetes Mellitus), Gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya).
2) Etiologi berasal dari janin
Etiologi yang berasal dari janin seperti Fetal distress/gawat janin, Mal
presentasi dan mal posisi kedudukan janin, Prolapses tali pusat dengan
pembukan kecil, Kegangalan persalinan vakum atau ferseps ekstraksi.
Untuk kasus yang ditemui adalah tindakan section caesar dikarenakan
Ketuban Pecah Dini (KPD). Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban
pecah dini antara lain :
1. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri
dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
2. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
3. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetic.
4. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase
laten.
a. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
b. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
c. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
5. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik,
disproporsi.
6. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
1. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
2. Kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
3. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
4. Janin mudah diraba
5. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
6. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air
7. Ketuban sudah kering.
8. Kecemasan ibu meningkat.
5. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, dikarenakan ketuban
pecah dini.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai
berikut:
1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan
vaskularisasi Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan
retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen
dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas
IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan
selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
3. Patofisiologi Pada infeksi intrapartum:
a. Ascending infection (naiknya mikroorganisme), pecahnya ketuban
menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan
dunia luar.
b. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion.
c. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin
menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik
traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu
sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi (Prawirohardjo, 2010).
6. Pathway
7. Pengkajian
FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN IBU NIFAS
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Pada bagian biodata disini terbagi menjadi dua bagian, yaitu identitas pasien dan
identitas penanggung jawab pasien.
a. Identitas Pasien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, no register, diagnosa medis, tanggal persalinan,
tanggal masuk,dan tanggal pengkajian.
b. Identitas Penanggung Jawab
Untuk identitas penanggung jawab pasien ini berisi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan. Hubungan dengan pasien, alamat
B. ALASAN MASUK RS
C. KELUHAN UTAMA SAAT DIKAJI
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
PQRST
E. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Imunisasi, alergi, kebiasaan (merokok, minum alkohol, obat, kopi), obat-
obatan (nama, lama penggunaan, sendiri/ resep).
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram 3 generasi (kehamilan kembar, gangguan mental, penyakit
yang dapat diturunkan, penyakit yang dapat ditularkan).
G. RIWAYAT OBSTETRI GINEKOLOGI
1. RIWAYAT GINEKOLOGI
a. Riwayat menstruasi
1) Menarche
2) Lamanya haid
3) Siklus
4) Banyaknya
5) Sifat darah (warna, bau, cair/ gumpalan, dismenor)
6) HPHT
7) Taksiran persalinan
b. Riwayat perkawinan (suami dan istri)
1) Usia perkawinan
2) Lama perkawinan
3) Pernikahan yang ke–……
c. Riwayat kontrasepsi
1) Jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil
2) Waktu & lama penggunaan
3) Masalah dalam penggunaan cara tersebut
4) Jenis kontrasepsi yang akan dilaksanakan setelah persalinan
sekarang
5) Jumlah anak yang direncanakan keluarga
2. RIWAYAT OBSTETRI
a. Riwayat kehamilan, persalinan, & nifas yang lalu
G….. P…… A…..
H. DATA BIOLOGIS
1. Aktivitas Kehidupan Sehari Hari/Activity Daily Living (ADL)
No ADL Sebelum Hamil Setelah Hamil
1 NUTRISI
MAKAN
- Jenis Menu
- Frekuensi
- Porsi
- Pantangan
- Keluhan
MINUM
- Jenis Minuman
- Frekuensi
- Jumlah
- Pantangan
- Keluhan
2 ISTIRAHAT DAN TIDUR
MALAM
- Berapa Jam
- Dari Jam …..S.D. Jam….
- Kesukaran Tidur
SIANG
- Berapa Jam
- Dari Jam …..S.D. Jam….
- Kesukaran Tidur
3 ELIMINASI
BAK
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Bau
- Kesulitan
- Frekuensi
- Jumlah
- Warna
- Bau
- Kesulitan
4 PERSONAL HYGIENE
MANDI
- Frekuensi
- Menggunakan Sabun
- Frekuensi Gosok Gigi
- Gangguan
BERPAKAIAN
Frekuensi Ganti Pakaian
5 MOBILITAS DAN
AKTIVITAS
- Aktivitas Yang Dilakukan
- Kesulitan
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan umum
Kondisi umum
Tingkat kesadaran
TTV (T, N, R, S)
BB/ TB
b. Sistem pernafasan (IPPA)
c. Sistem kardiovaskuler (IPPA: TD, nadi, sianosis, konjungtiva, bunyi j
antung,extremitas {edema, homan sin, varises, CRT}).
d. Sistem pencernaan (IPPA: kelembapan membran mukosa, edema, BU, hemoro
id)
e. Sistem persyarafan (IPPA: status mental, kejang, refleks patela).
f. Sistem panca indra (IPPA: fungsi penglihatan [pandangan kabur, pandang
an berkunang-kungan], pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan) .
g. Sistem perkemihan (IPPA: palpasi kandung kemih, berkemih berlebihan, hemat
uri).
h. Sistem integumen (IPPA: hiperpigmentasi, kloasma gravidarum,
turgor, striae, luka SC [karakteristik]).
i. Sistem endokrin (IPPA: pembesaran kelenjar tiroid, tremor).
j. Sistem muskuloskeletal (IPPA: masaa tonus otot, kekuatan otot, ROM, defor
mitas, diastasis rektur abdominis [lebar, panjang]).
k. Sistem reproduksi (IPPA: payudara [pembesaran, hiperpigmentasi areola, keada
an,putting susu, ASI/ kolostrum, bengkak, bendung/ masa, kebersihan], Uterus [
TFU,posisi uterus, konsistensi uterus], genitalia externa [edema, varises, lo
chea,kebersihan, laserasi/ kaji tanda REEDA].
2. Spiritual
Sumber kekuatan, Tuhan, agama, kepercayaan, sistem nilai dan kepercayaan
J. DATA PENUNJANG
Laboratorium, radiologi, pemeriksaan tambahan (USG, amniosintesis)
K. PENGOBATAN
II. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
Prolaktin
Menurun
Hisapan
menurun
Menyusui tidak
efektif
12. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir proses keperawatan yang terdiri dari
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi formatif adalah
evaluasi yang dilakukan setelah perawat melakukan tindakan keperawatan yang
dilakukan terus menerus hingga mencapai tujuan. Evaluasi sumatif adalah
evaluasi yang dilakukan setiap hari setelah semua tindakan sesuai diagnosa
keperawatan dilakukan evaluasi sumatif terdiri dari SOAP (Subjek, Objek,
Analisis, Planning).
DAFTAR PUSTAKA