Anda di halaman 1dari 68

BUDAYAKAN

PERCAYA DIRI ANAK


DALAM BELAJAR
BAHASA INGGRIS
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
rahmat-Nya yang telah tercurah, sehingga penulis bisa menyelesaikan Buku Spektakuler
Budayakan Percaya Diri Anak dalam Belajar Bahasa Inggris. Adapun tujuan dari
disusunnya buku ini adalah agar orang tua dan guru dapat mengetahui bagaimana cara
menghadapi anak ataupun siswa yang memiliki ketidakpercayaan diri dalam belajar bahasa
Inggris.
Buku ini membahas tentang konsep – konsep teori percaya diri dan pembelajaran
bahasa Inggris, faktor - faktor yang meningkatkan percaya diri serta ketidakpercayaan diri
dalam menghadapi bahasa Inggris, peranan kepercayaan diri dalam pembelajaran,
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar, dan hasil penelitian percaya diri anak dalam
menghadapi pembelajaran bahasa Inggris.
Tersusunnya buku ini tentunya bukan hanya usaha dari penulis seorang. Dukungan
moral dan material dari berbagai pihak sangatlah membantu tersusunnya buku ini. Untuk
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga, sahabat, rekan – rekan, dan pihak –
pihak lainnya yang telah membantu secara moral dan material bagi tersusunnya buku ini.
Buku yang tersusun ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan agar buku ini bisa lebih baik nantinya.

Bandung, 31 Desember 2018

Penulis

i ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
BAB II KONSEP
A. Konsep Percaya Diri ............................................................................................. 3
B. Aspek – Aspek Percaya Diri ................................................................................. 4
C. Ciri – Ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri.......................................... 6
D. Faktor yang Meningkatkan Percaya Diri .............................................................. 8
E. Peranan Kepercayaan Diri dalam Pembelajaran ................................................... 9
F. Konsep Pembelajaran Bahasa Inggris di SD ...................................................... 10
G. Faktor Ketidakpercayaan Diri dalam Menghadapi Bahasa Inggris .................... 14
H. Peranan Guru dan Orang Tua ............................................................................. 15
I. Definisi Operasional ........................................................................................... 18
J. Cara Mengukur Atribut ....................................................................................... 19
BAB III PROSES PENGEMBANGAN
A. Kajian Teori ........................................................................................................ 21
B. Pengembangan Kisi – kisi dan Instrumen ........................................................... 21
C. Face Validity ....................................................................................................... 29
D. Uji Coba Lapangan ............................................................................................. 29
E. Analisis Validitas ................................................................................................ 30
F. Analisis Reabilitas .............................................................................................. 42
G. Pengembangan Norma ........................................................................................ 43
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 54
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 55

ii iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kisi – kisi Instrumen Sebelum Face Validity dan Uji Coba ......................... 22
Tabel 1.2 Angket Sebelum Face Validity ..................................................................... 25
Tabel 1.3 Patokan Skor ................................................................................................. 30
Tabel 1.4 Analisis Validitas Instrumen ......................................................................... 31
Tabel 1.5 Kisi – kisi Instrumen Valid dan tidak valid ................................................. 33
Tabel 1.6 Kisi – kisi Instrumen Revisi yang sudah Valid ............................................. 36
Tabel 1.7 Hasil Reabilitas Instrumen ............................................................................ 43
Tabel 1.8 Norma Pengukuran Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi
Pembelajaran Bahasa Inggris ........................................................................ 45
Tabel 1.9 Hasil Pengukuran Kepercayaan Diri .............................................................. 46

iii iv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Foto Pengisian Angket ......................................................... 55
Lampiran 2 Angket ........................................................................................................ 56

iv v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai
keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran itulah terjadi
proses transformasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai. Ketika proses
pembelajaran berlangsung, terjadi interaksi antara guru dengan siswa yang
memungkinkan bagi guru untuk dapat mengenali karakteristik serta potensi yang
dimiliki anak. Demikian pula sebaliknya, pada saat pembelajaran siswa memiliki
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga potensi
tersebut dapat dioptimalkan. Oleh karena itu, pendidikan bukan lagi memberikan
stimulus akan tetapi usaha mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengetahuan
itu tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa ( Wina Sanjaya, 2009: 102).
Untuk dapat mengenali dan mengembangkan potensi siswa tentunya dalam
proses pembelajaran perlu pembelajaran yang bersifat aktif. Pembelajaran tidak
lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai
fasilitator serta pembimbing. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan yang
luas untuk mengembangkan kemampuannya seperti mengemukakan pendapat,
berpikir kritis, menyampaikan ide atau gagasan dan sebagainya. Belajar aktif
sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Ketika
siswa pasif, atau hanya menerima dari pengajar ada kecenderungan untuk
melupakan apa yang telah diberikan pengajar (Hisyam Zaini, 2008: XIV).
Pada kenyataanya proses pembelajaran masih dominan terpusat pada guru,
salah satu indikatornya yaitu pembelajaran masih dominan dengan metode
ceramah dan siswa lebih banyak diam, pasif dan hanya berperan sebagai
pendengar guru. Sehingga dengan pembelajaran seperti ini cenderung membuat
anak memiliki sikap tidak percaya diri. Hal ini karena guru terus-menerus
menyampaikan materi dan anak tidak diberikan kesempatan untuk berbicara.

1
Apabila hal tersebut terus menerus dilakukan, maka sikap anak akan berubah
menjadi sikap yang paling tidak diinginkan guru, yaitu cenderung tidak percaya
diri, pemalu, dan pasif.
Seperti pada pembelajaran pada umumnya, pembelajaran pada mata pelajaran
bahasa Inggris di SD juga masih dominan berpusat pada guru dikarenakan sedari
dini anak jarang dikenalkan terhadap kosakata bahasa inggris. Padahal bahasa
Inggris merupakan bahasa resmi yang diguanakan secara internasional. Setiap
Negara dapat berkomunikasi secara resmi dengan Negara lain melalui perantara
bahasa Inggris. Bahasa Inggris harus sudah dikenalkan kepada anak melalui
pendidikan formal sejak dini. Agar ketika dewasa anak tidak kaget dalam
menghadapi bahasa inggris. Tetapi pembelajaran bahasa inggris yang sering
dijumpai di sekolah-sekolah cenderung kontekstual dan terpaku pada buku yang
membuat anak tidak memiliki kesempatan untuk mencoba berbicara bahasa
Inggris. Sehingga kedepannya hal ini membuat anak takut apabila menghadapi
pembelajaran bahasa inggris. Seperti dalam berbicara anak sering takut apa yang
diucapkannya salah, tidak mengetahui banyak kosakata sehingga saat berbicara
kata yang diungkapkannya terbatas. Oleh karena itu, kunci utama dalam
permasalahan ini adalah Percaya diri sehingga guru perlu untuk meningkatkan
kepercayaan diri anak dalam menguasai empat keterampilan berbahasa yaitu
menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis
(writing). Percaya diri ini diharapkan dapat menggugah semangat belajar dan
keberanian anak dalam menghadapi ataupun mempelajari bahasa Inggris terutama
bagi para siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah.

2
BAB II
KONSEP
A. Konsep Percaya Diri
Margono (2005, hlm. 47) mengemukakan bahwa istilah rasa percaya diri
diterjemahkan dari self confidence yang pada hakikatnya merupakan ekspresi
dari self-worth yaitu penghargaan seseorang terhadap dirinya sendiri. Apabila
seseorang telah melakukan suatu kegiatan dengan baik, maka seseorang tersebut
akan merasa puas serta mendapatkan penghargaan terhadap dirinya.
Ghufron & Risnawita (2010), mengemukakan pengertian percaya diri
menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
a. Menurut Wills (1985) kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang
mampu menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat
memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain.
b. Lauster (1992) mendefinisikan kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman
hidup. Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang
berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak
terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira,
optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.
c. Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan diri merupakan sikap pada
diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan
kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai
kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu yang diinginkan.
d. Kumara (1988) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan ciri
kepribadian yang mengandung arti keyakinan terhadap kemampuan diri
sendiri.
Rasa percaya diri (self confidence) adalah keyakinan seseorang akan
kemampuan yang dimiliki untuk menampilkan perilaku tertentu atau untuk
mencapai target tertentu atau cara seseorang merasakan sendiri mengenai dirinya

3
dan perilaku yang direfleksikan tanpa percaya diri bukan merupakan kualitas
mental atas pencapaian yang dihasilkan dari proses pendidikan dan
pemberdayaan yang dapat dilatih dan dibiasakan, Taylor (Marten, 2017, hlm. 7).
Dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan yang dimiliki, maka dengan rasa
percaya diri dapat mencapai suatu target ataupun keinginan yang diharapkan
dengan baik.
Kepercayaan diri atau percaya diri merupakan hal yang sangat penting
dalam pembelajaran, dengan percaya diri yang tinggi maka seseorang dapat
mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya di dalam kehidupan. Percaya
diri akan dimiliki seseorang melalui pengalaman hidupnya seperti pengalaman
ketika belajar di dalam kelas. Hal tersebut sependapat dengan Suhardita (2011,
hlm. 130) kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman hidup dan berhubungan
dengan kemampuan melakukan sesuatu dengan baik. Dengan kepercayaan yang
baik seseorang akan dapat mengaktualisasikan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya.
Apabila anak memiliki kepercayaan diri yang baik, maka anak tersebut
tidak mudah merasa putus asa oleh suatu kegagalan yang diterimanya.
Melainkan, dengan penuh semangat anak tersebut akan terus mencoba sampai
berhasil. Sebagaimana pendapat Widarso (dalam Rohayati, 2011, hlm. 370)
dengan memiliki percaya diri, seseorang dapat melakukan apapun dengan
keyakinan bahwa itu akan berhasil, apabila ternyata gagal, seseorang tidak lantas
putus asa, tetapi tetap masih mempunyai semangat, tetap bersikap realistis, dan
kemudian dengan mantap mencoba lagi.

B. Aspek – Aspek Kepercayaan Diri


Orang yang memiliki kepercayaan diri tinggi akan mampu bergaul secara
fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, bersikap positif dan tidak
mudah terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan
langkah-langkah pasti dalam kehidupannya (Ghufron & Risnawita, 2010, hlm.
35). Dengan demikian , percaya diri merupakan hal penting yang dimiliki

4
individu dapat dengan mudah mengaktualisasikan segala potensi yang
dimilikinya di dalam kehidupan.
Individu yang meiliki kepercayaan diri tinggi akan terlihat lebih tenang,
tidak memiliki rasa takut dan mampu memperlihatkan kepercayaan dirinya
pada setiap saat (Ghufron & Risnawita, 2010, hlm. 35). Hal tersebut yang akan
menjadikan individu dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat di
masyarakat ataupun di dalam kelompok belajarnya.
Selain itu lauster (dalam Ghufron & Risnawita, 2010, hlm. 35)
mengemukakan bahwa orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif
adalah yang di sebutkan di bawah ini
a. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri adalah sikap positif seseorang tentang
dirinya. Ia mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang dilakukannya
b. Optimis
Optimis adalah sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam mengahadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
c. Objektif
Orang yang memandang permasalahan atau sesuatu sesuai dengan
kebenaran yang semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau
menurut dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab adalah kesediaan orang untuk menanggung segala
sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis
Rasional dan realistis adalah analisis terhadap suatu masalah, sesuatu
hal, dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan.

5
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang
mempunyai rasa percaya diri yang tinggi maka akan bersikap positif terhadap
apa yang dilakukan dalam kehidupannya. Sebaliknya apabila individu
mempunyai kepercayaan diri yang sangat berlebihan, maka bukan meiliki sikap
yang positif. Adapun individu yang memiliki kepercayaan diri yang positif
apabila memiliki kemampuan terhadap keyakinan diri, optimistis, objektif,
sikap bertanggung jawab serta rasional dan realistis.

C. Ciri – Ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri


Sutisna, C (2010, hlm. 17) mengemukakan individu yang percaya diri
memiliki ciri – ciri sebagai berikut: (1) Bersifat independen, yaitu tidak
bergantung apda orang lain (2) Mampun memegang tanggung jawab yang
diberikan (3) Mampu menghargai diri sendiri dan usahanya (4) Tidak mudah
mengalami frustasi (5) Mampu menerima tantangan (6) Memiliki emosi yang
stabil (7) Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri
seseorang memiliki kepercayaan diri yaitu yakin dan percaya akan kemampuan
diri sendiri dan berkomunikasi dengan baik, memiliki kemampuan
bersosialisasi, dan pantang menyerah dalam mengahdapi nasib atau keadaan.
Hakin (2002) Menjelaskan ciri – ciri siswa yang memiliki rasa percaya
diri diantaranya adalah selalu bersikap tenang didalam mengerjakan segala
sesuatu, mempunya potensi dan kemampuan yang memadai, mampu
menetralisasi keteganaga yang muncul didalm berbagai situasi, mampu
menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi, memiliki kondisi
mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya,memiliki kecerdasan
yang cukup, memiliki tingkap pendidikan formal yang cukup, memiliki
keahlian dan keterampilan, memiliki kemampuan sosialisasi dan orang lain,
memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik, serta siswa selalu
bersikap dan berfikir positif.

6
Hakim (2002) Mengemukakan sikap – sikap positif yang harus dimiliki
dan dikembangkan oleh anak yang ingin membangun kepercayaan diri yang
kuat dalam pembelajaran, yaitu:
1) Bangkitkan kemauan yang keras, yaitu sanggup memunculkan keinginan
yang besar dalam diri anak itu sendiri untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan
2) Membiasakan untuk berani. Anak terbiasa dengan keadaan dalam proses
belajar dan berani menanyakan hal-hal yang tidak diketahuinya
3) Bersikap dan berfikiran positif, anak memiliki sikap pribadi yang baik dan
berfikiran jauh kedepan.
4) Membiasakan diri untuk berinisiatif, siswa memiliki kemampuan diri untuk
mengemukakan ide dan gagasan.
5) Selalu bersikap mandiri, kemampuan untuk menganalisis situasi dengan
bersikap mandiri atau tidak selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam
bertindak.
6) Belajar dari pengalaman, kemampuan bersikap melahirkan kemampuan
untuk belajar dari pengalaman yang pernah ia alami sebelumnya.
7) Tidak mudah menyerah (tegar), memiliki tekad yang kuat sehingga tidak
mudah untuk menyerah pada suatu keadaan tertentu.
8) Membangun pendirian yang kuat, dalam kehidupan sehari-hari seseorang
yang percaya diri memiliki pendirian yang kuat sehingga tidak mudah
goyah.
9) Pandai membaca situasi, individu yang percaya diri, ia pandai membaca
keadaan yang terjadi dan sigap dalam mencermati situasi yang dialaminya.
10) Pandai menempatkan diri, kemampuan siswa dalam menempatkan dirinya
dalam situasi yang berbeda dari yang diharapkan. Pandai melakukan
penyesuaian dan pendekatan pada orang lain. Seseorang yang memiliki
rasa percaya diri yang tinggi ia mampu melakukan penyesuaian dan
pendekatan dengan orang lain tanpa ragu-ragu.

7
D. Faktor yang Meningkatkan Percaya Diri
Percaya diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Berikut faktor internal yang mempengaruhi percaya diri menurut
Ghufron & Risnawita (2010, hlm. 37) yaitu :
a. Konsep diri
Menurut Anthony (1992) terbentuknya kepercayaan diri pada diri sesorang
diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam
pergaulannya dalam suatu kelompok. Hasil interaksi yang terjadi akan
menghasilkan konsep diri.
b. Harga Diri
Konsep diri yang positif akan membentuk harga diri yang positif pula. Harga
diri adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Santoso
berpendapat bahwa tingkat harga diri seseorang akan mempengaruhi tingkat
kepercayaan diri seseorang.
c. Kondisi Fisik
Cacat atau kelainan fisik tertentu seperti cacat anggota tubuh atau rusaknya
salah satu indera merupakan kekurangan yang terlihat jelas oleh orang lain.
Jika orang tersebut tidak bisa bereaksi secara positif, timbullah rasa rendah
diri yang akan berkembang menjadi tidak percaya diri.
d. Pengalaman
Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri. Sebaliknya,
pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya rasa percaya diri
seseorang. Anthony (1992) mengemukakan bahwa pengalaman masa lalu
adalh hal yang terpenting untuk mengembangkan kepribadian sehat.

Selanjutnya, berikut merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi


percaya diri di antaranya sebagai berikut :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap tingkat
kepercayaan diri seseorang. Tingkat pendidikan yang rendah akan

8
menjadikan orang tersebut tergantung dn berada di bawah kekuasaan orang
lain yang lebih pandai darinya. Sebaliknya, orang yang mempunyai
pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih
dibandingkan yang berpendidikan rendah.
b. Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan kemandirian serta rasa
percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat
muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diproleh,
kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan
kemampuan diri.
c. Lingkungan
Ruang lingkup lingkungan bisa terjadi pada lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Dukungan yang baik diterima lingkungan keluarga seperti
anggota keluarga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa
nyaman dan percaya diri yang tinggi. Sementara itu, dengan adanya
hubungan persahabatan yang baik antar anak dan guru, pemberian motivasi
guru, serta adanya program-program sekolah dapat menjadi sarana dalam
meningkatkan percaya diri anak di lingkungan sekolah. Begitu juga dengan
lingkungan masyarakat, semakin bisa memenuhi norma yang berlaku dan
diterima di masyarakat, maka semakin tinggi harga diri yang dimiliki.

E. Peranan Kepercayaan Diri dalam Pembelajaran


Para tingkat sekolah SD SMP dan SMA adalah masa dimana seseorang
ingin prestasinya kelihatan menonjol di sekolah. Untuk menonjolkan prestasi
tersebut dengan baik, kepercayaan dirilah salah satu kunci kesuksesannya.
Kepercayaan diri anak dalam sekolah terlihat pada anak yang ingin melontarkan
pendapatnya di depan kelas tetapi ia hanya bisa diam. Ia takut bila satu kelas
akan mengolok – ngoloknya jika pendapata yang dilontarkan jauh dari sempurna.
Kadang kala gejala tak percaya diri muncul tiba – tiba, tanpa disadari oleh

9
seseorang ketika melakukan sesuatu sehingga orang tersebut tidak bias
mengeluarkan kemampuan secara optimal.
Seorang anak yang tidak mempunyai rasa percaya diri, akan menghambat
perkembangan prestasi intelektual, keterampilan dan kemandirian serta membuat
anak tersebut tidak cakap bersosialisasi (tidak pandai bergaul). Anak tersebut
tidak ada keberanian untuk mengaktualisasikan dirinya di lingkungan sosial.
Ketidak percayaan diri membuat seseorang menjadi marah terhadap dirinya
sendiri dan mengakibatkan terganggunya prestasi belajar. Sebagian besar anak
yang merasa gagal dengan prestasinya sulit untuk mengembangkan kepercayaan
diri. Takut dengan tugas yang menantang, takut akan kegagalan, dan terbiasa
dalam mengambil tugas yang tantangannya sedikit.

F. Konsep Pembelajaran Bahasa Inggris


Anak adalah masa depan bangsa, terlebih dalam era globalisasi dewasa
ini, mereka dituntut untuk mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Karena, hanya dengan kemampuan sumber daya manusia yang tinggilah maka
mereka akan siap menghadapi masa depan yang penuh dengan persaingan. Salah
satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan memberikan
pengajaran bahasa asing. Bahasa adalah alat komunikasi yang paling
fundamental. Lewat kemahiran berbahasa, anak dapat mengekspresikan dirinya.
Dengan bahasa, anak dapat membaca dan menulis, untuk memperoleh ilmu
pengetahuan dan untuk berpikir dalam upaya memecahkan masalah yang
ditemuinya. Seperti bahasa inggris.
Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama di Indonesia yang ditetapkan
oleh Pemerintah sebagai mata pelajaran tambahan yang wajib diberikan
disekolah mulai dari tingkat sskolah dasar, Menengah hingga tingkat
pendidikan.yang paling tinggi.
Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi yang digunakan secara
internasional. Setiap Negara dapat berkomunikasi secara resmi dengan Negara
lain melalui perantara bahasa Inggris. Kedudukan bahasa Inggris di Indonesia

10
sebagai bahasa asing karena di Indonesia bahasa resmi atau bahasa nasionalnya
menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa asing adalah bahasa milik bangsa lain
yang dikuasai, biasanya melalui pendidikan formal dan yang secara sosialkultur
tidak dianggap sebagai bahasa sendiri (KBBI, 2005, hlm, 88). Bahasa Inggris
diajarkan dari jenjang sekolah menengah atas. Namun pada kurikulum 2013
pembelajaran bahasa Inggris diajarkan di sekolah dasar tidak diterapkan lagi
dalam pembelajaran wajib. Setiap sekolah diberi kewenangan untuk
menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris untuk dimasukan dalam
pembelajaran atau tidak berdasarkan pada musyawarah.
Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar lebih ditekankan pada
pengenalan kosakata. Materi yang diajarkan dari kelas satu sampai kelas enam
sekolah dasar lebih ditekankan pada kosakata dengan tingkat kesulitan yang
berbeda sesuai dengan jenjang kelasnya. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah
dasar menekankan pada empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
1. Keterampilan Menyimak
Keterampilan menyimak adalah suatu bentuk keterampilan berbahasa yang
bersifat reseptif (Iskandarwassid, 2008, hlm 227). Pemilihan secara tidak
langsung terjadi pada proses menyimak. Izzan (2010, hlm 79) mengatakan
bahwa materi yang dapat diguanakn untuk menyimak bahasa Inggris
diajarkan secara bertahap:
a. Fase Pengenalan, seperti fonologi (fonem-fonem), kata – kata, frase –
frase , dan kalimat – kalimat.
b. Fase pemahaman, yakni melakukan respon analinguistik (ini dianjurkan
dalam pendekatan pemahaman).
c. Fase pemahaman “pertengahan”, yakni menjawab pertanyaan mengenai
isi bacaan pendek, percakapan penutur asli, dan percakapan melalui
telepon.
d. Fase pemahaman “lanjut”, yakni bertanya jawab tentang isi berita di
radio, TV, dan penyajian bahan otentik.

11
2. Keterampilan Berbicara (speaking skill)
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan kererampilan
mereproduksi arus system bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan perasaan, dan keinginan kepada orang lain (Iskandarwassid, 2008,
hlm. 241). Keterampilan berbicara sangat diperlukan dalam penguasaan
kosakata bahasa Inggris. Keterampilan berbicara memberikan penekanan dari
informasi yang di dapat para proses menyimak. Keterampilan berbicara
berarti pengulangan dengan mengucapkan kembali kata/kalimat
menggunakan bahasa sendiri. Kata – kata yang digunakan siswa dapat
diperoleh dari proses menyimak.
3. Keterampilan Membaca (reading skill)
Keterampilan membaca menjadi alat yang digunakan alat untuk
memberdayakan diri dalam pengembangan pengetahuan. Keterampilan
membaca dapat membantu siswa dalam memahami kosakata yang diajarkan
guru. Membaca lebih membantu anak dalam memahami dari pada hanya
menyimak penjelasan dari guru. Membaca membantu anak untuk menyerap
pengetahuan lebih banyak. Membaca juga dapat memperluas pengetahuan
dan tidak hanya bergantung satu pada informasi saja.
4. Keterampilan Menulis (Writing Skill)
Keterampilan menulis merupakan pengembangan dari keterampilan
membaca setelah menguasai. Keterampilan menulis lebih mengandalkan
pada kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Keterampilan
menulis dapat diguanakan utnutk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
Seorang pemakai bahasa memiliki kesempatan untuk mengatur dan
mempersiapkan diri dalam menulis, Pesan yang perlu diungkapkan agar
mudah dipahami (Iskandarwassid, 2008, hlm. 248-249).
Saat ini untuk di sekolah – sekolah dasar , pelajaran bahasa Inggris masih
diajarkan secara include dalam satu kesatuan tema lalu langsung diajarkan 4
keterampilan tersebut, sehingga untuk mengetahui penguasaan keterampilan

12
tersebut dapat dilihat sebagai hasil pembelajaran peserta didik dalam pelajaran
bahasa Inggris.
Pada bagian lain, Uno (2007:54) menyatakan bahwa pembelajaran dapat
diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar/
instruktur dan atau sumber belajara pada suatu lingkungan belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Dalam proses pembelajaran, prinsip utamanya
adalah adanya proses keterlibatan seluruh atau sebagian besar potensi diri siswa
dan kebermaknaanya bagi diri dan kehidupannya saat inin dan masa yang akan
datang.
Lebih lanjut Gagne dan Briggs dalam Brown (1994: 9-10) menjelaskan
bahwa ada beberapa ciri pembelajaran, yaitu:
1. Menarik perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran.
2. Memberitahukan tujuan pelajaran.
3. Merangsang timbulnya ingatan atasa ajaran sebelumnya.
4. Presentasi bahan ajaran dan alat bantu belajar.
5. Memberikan bimbingan belajar.
6. Membangkitkan timbulnya unjuk kerja dala,m belajar.
7. Memberikan umpan balik.
8. Menilai unjuk kerja.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar.
Bahasa Inggris di Indonesia secara umum diajarkan sebagai „bahasa asing‟
dalam bidang pengajaran bahasa berbeda dengan „bahasa kedua‟. Bahasa asing
adalah bahasa yang tidak di gunakan sebagai alat komunikasi di Negara tertentu
di mana bahasa tersebut diajarkan. Sementara bahasa kedua adalah bahasa yang
bukan bahasa utama namun menjadi salah satu bahasa yang digunakan secara
umum di suatu Negara.
Sementara itu Hapsari (2012) menyatakan pengajaran bahasa Inggris di
Indonesia untuk siswa Sekolah Dasar berlandaskan SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari tentang dimungkinkannya
program bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal sekolah dasar, dan

13
dapat dimulai pada kelas 4 sekolah dasar (depdiknas). Kebijakan ini diambil
karena adanya kebutuhan untuk berpartisipasi dalam era globalisasi. Dalam
perkembangannya bahasa Inggris yang awalnya adalah mata pelajaran muatan
lokal pilihan menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib di beberapa daerah.
Lebih lanjut pelajaran bahasa Inggris yang pada mulanya dimulai pada kelas 4
sekolah dasar dimulai pada kelas 1,2 dan 3.

G. Faktor Ketidakpercayaan Diri dalam Menghadapi Bahasa Inggris


Sering terpaparnya metode belajar tradisional yang menggunakan pola
komunikasi satu arah, biasanya anak di sekolah akan memiliki rasa percaya diri
yang rendah terutama dalam hal berbicara. Hal ini yang menjadi momok besar
bagi masyarakat yang kompetitif di dunia persaingan global. Ada anak yang
paham betul bahasa Inggris tetapi tidak memiliki kepercayaan diri sehingga
menutup kesempatan ataupun peluang baginya untuk berkembang. Dibawah ini
adalah beberapa faktor yang menghambatnya ketidakpercayaan diri anak saat
menghadapi pembelajaran bahasa Inggris:
a. Sudah menjudge dirinya bahwa bahasa Inggris itu sulit.
b. Bingung harus menjawab ketika ditanya bahasa Inggris.
c. Tidak terbiasa dalam mengucapkan bahasa Inggris sehingga proses berbicara
pun tersendat-sendat.
d. Takut salah mengucapkan karena belum paham grammar dengan baik.
e. Malu berbicara dengan orang yang lebih pintar atau native speaker.
f. Kurangnya vocabulary.
g. Pengajarnya kurang pandai dalam menyampaikan materi
h. Tidak fokus belajar dalam satu kelas dengan banyak orang didalamnya.
i. Sulit mengucapkan karena cara baca bahasa Inggris yang berbeda.
j. Perlu waktu lama berpikir untuk menerjemahkan apa yang ingin diucapkan.
k. Susah memahami teks dalam bahasa Inggris.
l. Susah berbicara apa yang sudah ada di kepala.
m. Merasa bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit dan tidak menyukainya.

14
n. Khawatir dalam membuat kesalahan.
o. Mampu memahami namun tidak dapat mengutarakannya.
p. Jarangnya guru berbicara dengan bahasa Inggris di dalam kelas. Hal ini
dirasakan menghambat oleh para anak karena menurut mereka hal tersebut
membuat tidak terbiasa mendengar orang lain berbahasa Inggris.
q. Penjelasan terlalu ditekankan pada tata bahasa dan bukan pada percakapan.
Tetapi siswa jarang diberi arahan mengenai bagaimana dan apa fungsi dari
unsur – unsur tata bahasa yang mereka pelajari.
r. Kosa kata yang diajarkan tidak terlalu berguna dalam percakapan sehari-
hari.
Hambatan – hambatan yang bersumber dari diri sendiri seperti rasa takut
atau malu dan tidak percaya diri, bisa diatasi dengan meninggikan keinginan
untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris seperti mengingat ke
tujuan awal yaitu untuk belajar ataupun motivasi yang bisa membuat terus
menerus belajar.

H. Peran Guru dan Orang Tua


a. Peran Orang Tua
Setiap orang tua tentunya mendambakan anak yang memiliki kecerdasan
serta diimbangi budi pekerti dan kepribadian yang berkarakter. Hal tersebut tidak
hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarga, tetapi juga bermanfaat untuk
masyarakat luas. Oleh karena itu dalam membentuk motivasi belajar terutama
belajar bahasa Inggris pada anak usia Sekolah Dasar, orang tua harus mengetahui
apa yang menjadi perhatian maupun kebutuhan anak. Trik-trik khusus yang telah
direncanakan dan dipikirkan akan banyak menolong orang tua dalam memotivasi
anak yang termotivasi untuk belajar maupun yang tidak termotivasi belajar.
Learning is the process by which an activity originates or is changed
through training procedures (whether in the laboratory or in the natural
environment) as distinguished from change by facors not attributable to training
(suryabrata, 1984)

15
Pengertian diatas mengacu pada disiplin diri, yaitu orang tua harus
memberi kesempatan pada anak untuk memimpin dan mengawasi dirinya sendiri
namun tidak terlepas dari pengawasan serta peranan orang tua. Anak-anak yang
masih duduk di bangku Sekolah Dasar memerlukan banyak kontrol serta
bimbingan dari orang tua mereka. Sejalan dengan waktu, anak tidak hanya maju
dalam disiplin diri tetapi juga maju dalam pola pikirnya.
Dalam research ini, responden berpendapat bahwa orang tua memegang
peranan yang amat penting dalam memotivasi belajar anak. Hal ini berkenaan
dengan budaya disiplin yang bisa diterapkan pada anak. Pembiasaan juga berlaku
untuk kedua orang tua yang harus secara konsisten mentaati aturan-aturan yang
di buatnya, salah satu nya adalah ketika orang tua menerapkan jam belajar pada
saat prime time , mereka juga tidak boleh melihat tayangan televisi, melainkan
membimbing anak dalam belajar.
Peran orang tua dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris anak
dapat dilakukan dengan sebuah pembiasaan. Pembiasaan ini lah yang nantinya
akan membuat anak menjadi terbiasa. Sehingga dalam menghadapi bahasa
Inggris anak sudah terbiasa dan lancar. Oleh karena itu, penerapan kebiasaan ini
harus dimulai oleh orang tua. Berikut beberapa cara/peran orang tua yang dapat
dilakukan untuk membiasakan anak berbahasa Inggris :
1. Mengenalkan pronounciation dari setiap kata. Sebelum mengenalkan
pronounciation dari setiap kata, maka terlebih dahulu yang harus dilakukan
orang tua adalah mengenalkan alphabet dalam bahasa Inggris dan mengeja
kata dalam bahasa inggris tersebut. Kita bisa menempelkan alfabet dalam
bahasa Inggris di dinding sambil melatih pengucapan alfabet tersebut. Misal
nya A dibaca „ei”, I dibaca „ay‟, U dibaca „yu‟, E dibaca „i‟ dan O dibaca
„ow‟ dan pembacaan huruf konsonan dalam alphabet. Kemudian, setelah
anak paham terhadap pengucapan alphabet, dilanjutkan dengan pengejaan
kata dalam bahasa Inggris. Misalnya mata dalam bahasa Inggris adalah eye
dieja „i way i‟ dan masih banyak kosakata yang lain yang bisa dikenalkan
kepada anak.

16
2. Bermain dengan kata-kata. Hal ini dapat dilakukan dengan mengenalkan
kata-kata lewat kegiatan yang sedang dilakukan. Ketika anak berlari,
larilah bersamanya dengan mengatakan kegiatan dengan bahasa Inggris
yaitu “Run” sedangkan saat mengajak anak untuk makan maka ucapkan
“Let’s Eat”. Pada awalnya mungkin anak belum memahami arti dari
setiap kata dalam bahasa Inggris yang kita ucapkan, sehingga saat kita
mengucapkan kata dalam bahasa Inggris harus disertai pula dengan
pengucapan arti dalam bahasa Indonesia sehingga anak dapat paham dan
ingat.
3. Mengenalkan Kata ganti orang : I, You, We, They, Her, His, dsb.
Dengan mengetahui kata ganti orang ini anak akan mudah
mengespresikan apa yang akan dia sampaikan.
4. Mengenalkan Conjunction: for, as, because, but, and, or, if, although,
the, dll. Conjunction adalah kata-kata penghubung dasar yang penting
dipelajari setelah anak mengenal kosa kata sederhana bahasa inggris.
Karena Conjunction ini adalah penghubung kata yang satu dengan kata
yang lainnya.
5. Ciptakan percakapan. Anda dapat meningkatkan kemampuan verbal
anak secara sederhana lewat pertanyaan atau kalimat meminta tolong
kepada anak. Misalnya „can you bring my handphone, please?‟ atau
kalimat seru seperti „put the glass on the table‟.

b. Peran Guru
Keberhasilan anak dalam belajar sangat ditentukan oleh proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dituntut mampu memahami
komponen dasar dalam pembelajaran di dalam kelas. Peran guru dalam proses
pembelajaran bahasa harus dapat memenuhi kebutuhan anak, dengan
demikian, anak dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Perkembangan
tersebut akan lebih memudahkan siswa memperoleh hasil yang lebih baik, dan
anak akan mampu mengatasi berbagai situasi dalam penggunaan bahasa

17
khususnya bahasa Inggris. Lebih jauh Brown menjelaskan secara umum guru
berperan sebagai organisator, motivator, pengarah, transmitter, fasilitator,
mediator, dan evaluator (Brown:2001).
Organisator merupakan pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal
pelajaran, dan komponen-komponen yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. Motivator merupakan perangsang dan pemberi dorongan untuk
meningkatkan potensi dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
Pengarah merupakan pembimbing kegiatan siswa sesuai dengan tujuan
kegiatan yang ingin dicapai. Transmitter merupakan penyebar kebijaksanaan
pendidikan dan pembelajaran. Mediator adalah penengah dalam kegiatan
belajar mengajar siswa dalam menengahi atau memberikan jalan keluar dalam
memecahkan persoalan yang dialami siswa. Sedangkan, evaluator yaitu
pengevaluasi proses pembelajaran baik secara intrinsik maupun ekstrinsik.

I. Definisi Operasional
1. Sikap Percaya Diri
Sikap percaya diri adalah seseorang yakin akan kemampuan yang
dimiliki ditunjukkan dengan berani untuk mengkomunikasikan hasil kerja
atau diskusi dengan memperhatikan aspek kognitif, emosional, dan
performance ketika tampil di depan orang lain diukur menggunakan lembar
observasi sikap percaya diri dengan penskoran skala 1-3 kategori baik,
cukup dan kurang.
2. Hasil Belajar Bahasa Inggris anak
Hasil belajar anak merupakan sesuatu yang dicapai setelah mengikuti
proses pembelajaran. Hasil yang diperoleh tersebut bisa menunjukkan
kenaikan yang signifikan ataupun sebaliknya menjadi sangat menurun
dibandingkan sebelum melakukan penelitian.
Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi yang diguanakan secara
internasional. Setiap Negara dapat berkomunikasi secara resmi dengan
Negara lain melalui perantara bahasa Inggris. Maka dari itu perlu adanya

18
pembelajaran bahasa Inggris sejak Sekolah Dasar yang lebih ditekankan
pada pengenalan kosakata. Materi yang diajarkan dari kelas satu sampai
kelas enam Sekolah Dasar lebih ditekankan pada kosakata dengan tingkat
kesulitan yang berbeda sesuai dengan jenjang kelasnya. Pembelajaran bahasa
Inggris di Sekolah Dasar menekankan pada empat keterampilan berbahasa
yaitu menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan
menulis (writing).

J. Cara Mengukur Atribut


Cara mengukur percaya diri belajar anak dalam menghadapi pembelajaran
bahasa Inggis ini yaitu dengan penyebaran angket kepada anak sekolah dasar
kelas tinggi. Angket berisi sekitar 35 pernyataan yang akan memberikan
gambaran mengenai kepercayaan diri anak dalam menghadapi pembelajaran
bahasa Inggris.

19
BAB III
PROSES PENGEMBANGAN
Proses pengembangan dalam menilai percaya diri anak dalam menghadapi
pembelajaran bahasa Inggris yaitu dengan memahami terlebih dahulu mengenai
konsep “Percaya Diri” Perlu kita ketahui bahwa kepercayaan diri itu adalah efek dari
bagaimana kita merasa, meyakini, dan mengetahui. Terkait dengan kutipan di atas,
anak yang punya kepercayaan diri rendah atau kehilangan kepercayaan diri memiliki
perasaan negatif terhadap dirinya, memiliki keyakinan lemah terhadap kemampuan
dirinya dalam belajar, dan punya pengetahuan yang kurang akurat terhadap kapasitas
yang dimilikinya. Hal ini dapat ditemukan pada pembelajaran Bahasa Inggris.
Padahal di era globalisasi saat sekarang ini, bahasa Inggris menjadi salah satu bahasa
komunikasi yang paling penting untuk dikuasai oleh anak sejak dini. Dimana setiap
siswa diharapkan dapat menguasai empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak
(listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing).
Penulis melakukan percobaan mengenai Percaya diri anak dalam menghadapi
pembelajaran bahasa Inggris ini terhadap anak sekolah dasar kelas 5. Alasan kami
mengambil sampel anak kelas 5 karena kelas tersebut sudah termasuk ke dalam kelas
tinggi dan pada tingkatan kelas tersebut materi pelajaran bahasa Inggris sudah
mencangkup ke-empat aspek keterampilan berbahasa. Sehingga penulis berpikir anak
telah cakap dalam menguasai empat keterampilan berbahasa inggris tersebut.
Penelitian ini menargetkan 70 partisipan siswa kelas 5, dan kemudian anak
diminta untuk mengisi angket yang kami bagikan. Proses pengembangan dari
keseluruhan proses terdiri dari kajian teori mengenai percaya diri dan pembelajaran
bahasa Inggris, merumuskan indikator dan variabel. Pengembangan kisi-kisi dan
instrumen, face validity, realibilitas, dan pengembangan norma.

20
A. Kajian Teori
Pada bagian ini penulis mengaji percaya diri dari berbagai sumber dan
cabang ilmu. Hal yang didapat dari proses pengajian mengenai percaya diri ini
bahwa percaya diri sangatlah diperlukan bagi siswa agar dapat meningkatkan
prestasi dan hasil belajarnya. Tak hanya itu penulis juga, penulis juga mencari
tahu apa saja hal – hal yang menjadi faktor percaya diri baik internal atau pun
eksternal. Agar lebih jelas dan spesifik penulis juga mencari tahu tentang apa
saja indikator yang ada pada percaya diri anak dalam meningkatkan
pembelajaran bahasa Inggris yang dijadikan tolak ukur dalam pembuatan
angket yang akan disebar.
Kajian teori ini diperlukan untuk memastikan bahwasannya penilaian
yang kita lakukan berdasarkan teori sehingga datanya tidak bias. Hasil bias ini
dikhawatirkan akan menghasilkan data yang tidak valid . Maka dari itu, untuk
meminimalisir data yang tidak valid, penulis membuat angket disesuaikan
dengan kajian teori yang sudah dipelajari.

B. Pengembangan Kisi – kisi dan Instrumental


Pada tahap ini penulis membuat kisi – kisi berdasarkan indikator yang
telah dibuat sebelumnya. Indikator ini merujuk pada 8 aspek dari variabel
Percaya Diri dan Pembelajaran Bahasa Inggris. Pembuatan kisi – kisi ini
bertujuan untuk mendeskripsikan lebih dalam lagi mengenai percaya diri anak
sekolah dasar dalam menghadapi pembelajaran bahasa Inggris.
Pengembangan kisi kisi diambil dari indikator, rata – rata penulis membuat
kisi – kisi 4 - 5 kisi – kisi dari setiap indikator yang dibuat. Dalam pembuatan
kisi – kisi juga penulis memperhatikan setiap pernyataannya sehingga
mengandung pernyataan positif dan negatif agar pernyataan lebih bervariasi.
Untuk instrumennya penulis membuat 35 pernyataan dengan 4 jawaban
alternatif yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), dan TS
(Tidak setuju).

21
Berikut merupakan kisi – kisi sebelum melakukan face validity dan uji coba :
Tabel 1.1 Kisi – kisi Instrumen Sebelum Face Validity dan Uji Coba

Penyataan
Variabel Aspek Indikator Instrumen Positif Negatif Soal
(+) (-)
Saya berani berbicara di
1
depan orang banyak
Saya berani mengerjakan
2
Keyakinan soal di depan kelas
akan 1.1 Tampil Saya malu apabila tampil
3 4
kemampuan Percaya Diri sendirian
diri
Ketika ada mata pelajaran
yang tidak dimengerti, saya
4
mencoba memberanikan diri
untuk bertanya
Saya merasa mampu
mengerjakan sesuatu dengan 5
baik
2.1
Saya yakin kalau belajar
Menyatakan
dengan giat maka saya akan 6
Percaya diri Keyakinan
Optimis mendapat nilai yang bagus 6
atas
Kemampuan Saya merasa orang lain lebih
7
Diri mampu dari saya
Saya menghindari tugas-
tugas yang sulit untuk 8
dikerjakan
Saya mengerjakan sesuatu
9
secara mandiri
3.1 Bertindak
Objektif Saya cenderung mengikuti 4
Independen
hal-hal yang dilakukan 10
teman-teman saya
Saya berusaha
4.1 Memiliki mengembangkan bakat yang 11
Bertanggung
Tantangan saya miliki 6
Jawab
atau konflik Saya merasa mudah putus
12
asa

22
Saya lebih suka menyendiri
bila ada masalah daripada 13
berbaur dengan teman
Saya mempunyai kemauan
yang kuat bila menginginkan
14
sesuatu supaya nantinya
berjalan dengan baik
5.1 Mampu Saya mampu bersikap tenang
menganalisa saat mengahadapi kesulitan 15
suatu dalam pembelajaran
Rasional dan kejadian
5
realitas menggunakan Saya tidak memaksakan diri
pemikiran untuk sama seperti orang 16
yang sesuai lain
kenyataan.
Saya merasa lebih serius
untuk belajar materi
pelajaran bahasa inggris 17
setelah diberi penjelasan
oleh guru.
Saya lebih suka belajar
bahasa Inggris dengan teman 18
dibandingkan dengan guru.
6.1 Perhatian 6
Saya merasa perlu mengisi
waktu luang dengan belajar
19
materi pelajaran bahasa
Pembelajaran Inggris secara mandiri.
Bahasa Motivasi
Inggris Saya sudah memutuskan
bahwa saya tidak bisa belajar
20
bahasa Inggris karena sulit
dalam memahami materinya.
Saya merasa senang belajar
mata pelajaran bahasa
21
Inggris di situasi apapun
6.2 Minat (Sekolah,rumah,masyarakat) 4
Saya berusaha mengerjakan
soal bahasa inggris meskipun 22
jawabannya selalu salah.

23
Saya malu ketika orang lain
bisa bahasa inggris tetapi diri 23
saya sendiri tidak bisa.
Saya lebih tertarik dengan
pelajaran bahasa Inggris
dengan praktek 24
dibandingkan hanya teori
saja.
Saya sudah takut duluan
ketika ditanya oleh guru
25
dengan menggunakan bahasa
Inggris.
Saya memahami materi yang
diajarkan oleh guru, tetapi
26
saya tidak bisa
mengutarakannya.
Saya selalu takut salah
dalam pengucapan dengan
7.1 bahasa Inggris karena belum 27
Kemudahan paham grammar dengan
Kemudahan dalam baik. 8
memahami Saya tidak terbiasa dalam
materi mengucapkan bahasa inggris
28
sehingga proses berbicara
pun tersendat-sendat.
Saya sulit menyukai bahasa
inggris karena terlalu banyak
29
vocabulary dan sulit
menghafalnya.
Saya tidak terbiasa
mendengar orang lain
berbicara dengan
menggunakan bahasa
30
Inggris salah satunya karena
guru jarangnya guru
berbicara dengan bahasa
Inggris di dalam kelas.
8.1 Memberi Saya merasa mempelajari
Kemanfaatan dampak pada bahasa inggris penting untuk 31 5
siswa masa depan kelak.

24
Saya senang belajar bahasa
Inggris karena bisa
menambah pengetahuan 32
bahasa selain bahasa negara
sendiri.
Saya semangat belajar
bahasa Inggris salah satunya
33
agar bisa mendapatkan
beasiswa ke luar negeri.
Saya semangat belajar
bahasa Inggris agar tidak 34
ketinggalan jaman.
Saya belajar bahasa Inggris
agar bisa memahami semua
35
teks atau bacaan yang
berbahasa inggris

Setelah Kisi-kisi dibuat secara lengkap sesuai dengan indikator dan tanda
setiap pernyataan positif dan negatifnya, maka langkah selanjutnya adalah
membuat instrumen/angket yang akan disebar ke setiap anak.

Berikut merupakan angket sebelum melakukan face validity:

Tabel 1.2 Angket Sebelum Face Validity


No Pernyataan SS S KS TS

1. Saya berani berbicara di depan orang banyak

2. Saya berani mengerjakan soal di depan kelas

3. Saya malu apabila tampil sendirian

4. Ketika ada mata pelajaran yang tidak dimengerti,

saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya

5. Saya merasa mampu mengerjakan sesuatu dengan

baik

25
6. Saya yakin kalau belajar dengan giat maka saya

akan mendapat nilai yang bagus

7. Saya merasa orang lain lebih mampu dari saya

8. Saya menghindari tugas-tugas yang sulit untuk

dikerjakan

9. Saya mengerjakan sesuatu secara mandiri

10. Saya cenderung mengikuti hal-hal yang dilakukan

teman-teman saya

11. Saya berusaha mengembangkan bakat yang saya

miliki

12. Saya merasa mudah putus asa

13. Saya lebih suka menyendiri bila ada masalah

daripada berbaur dengan teman

14. Saya mempunyai kemauan yang kuat bila

menginginkan sesuatu supaya nantinya berjalan

dengan baik

15. Saya mampu bersikap tenang saat mengahadapi

kesulitan dalam belajar

16. Saya tidak memaksakan diri untuk memiliki

kemampuan yang sama seperti orang lain

17. Saya merasa lebih serius untuk belajar materi

pelajaran bahasa inggris setelah diberi penjelasan

oleh guru.

18. Saya lebih suka belajar bahasa Inggris dengan

26
teman dibandingkan dengan guru.

19. Saya merasa perlu mengisi waktu luang dengan

belajar materi pelajaran bahasa Inggris secara

mandiri.

20 Saya merasa bahwa saya tidak bisa belajar bahasa

Inggris karena sulit dalam memahami materinya.

21. Saya merasa senang belajar mata pelajaran bahasa

Inggris di tempat manapun

(sekolah,rumah,masyarakat)

22. Saya berusaha mengerjakan soal bahasa inggris

meskipun jawabannya selalu salah.

23. Saya malu ketika orang lain bisa bahasa inggris

tetapi diri saya sendiri tidak bisa.

24. Saya lebih tertarik belajar bahasa Inggris melalui

praktek dibandingkan hanya mendengarkan

penjelasan dari guru.

25. Saya sudah takut duluan ketika ditanya oleh guru

dengan menggunakan bahasa Inggris.

26. Saya memahami materi yang diajarkan oleh guru,

tetapi saya tidak bisa menjelaskannya kembali.

27. Saya selalu takut salah dalam pengucapan dengan

bahasa Inggris karena belum paham cara

pengucapan (pronounciation) setiap kata dengan

baik.

27
28. Saya tidak terbiasa dalam mengucapkan bahasa

inggris sehingga proses berbicara pun tersendat-

sendat.

29. Saya sulit menyukai bahasa inggris karena terlalu

banyak vocabulary dan sulit menghafalnya.

30. Saya tidak terbiasa mendengar orang lain berbicara

dengan menggunakan bahasa Inggris salah satunya

karena jarangnya guru berbicara dengan bahasa

Inggris di dalam kelas.

31. Saya merasa mempelajari bahasa inggris penting

untuk masa depan kelak.

32. Saya senang belajar bahasa Inggris karena bisa

menambah pengetahuan bahasa selain bahasa

negara sendiri.

33. Saya semangat belajar bahasa Inggris salah

satunya agar bisa melanjutkan sekolah ke luar

negeri

34. Saya semangat belajar bahasa Inggris agar tidak

ketinggalan jaman.

35. Saya belajar bahasa Inggris agar bisa memahami

semua teks atau bacaan yang berbahasa inggris

28
C. Face Validity
Face validity adalah merupakan langkah untuk menguji coba
instrumen yang sudah siap kepada subjek uji coba yang rentang umur dan
kondisinya sama dengan subjek sasaran nantinya. Face validity dilakukan di
komplek Perumahan Permata Cimahi dengan mengajak 5 orang anak kelas
tinggi dari berbeda sekolah untuk mengisi angket yang diberikan oleh penulis.
Tujuan dari Face Validity ini adalah untuk mengukur seberapa jelas
pernyataan yang dibuat oleh penulis atau sudah tercapainnya tujuan dari setiap
item pada angket tersebut. Hasil face validity yang penulis lakukan ialah
ternyata masih terdapat beberapa pernyataan yang masih belum dimengerti
anak kelas tinggi ini. Terdapat beberapa penggunaan redaksi kata yang ada
dalam pernyataan yang kurang dipahami siswa. Kata – kata seperti luang,
cenderung, dan vocabulary. Oleh karena itu, instrument perlu dilakukan revisi
kembali dengan kata – kata yang lebih dimengerti oleh anak sehingga layak
untuk disebar.

D. Uji Coba
Setelah angket melakukan revisi dan dirasa sudah layak disebar,
selanjutnya penulis melakukan uji coba lapangan. Hal ini dilakukan di SDN
195 Isola dan SDN 204 Cidadap Setiabudi, Bandung. Sasaran dari uji coba ini
merujuk kepada anak kelas 5 sekolah dasar. Sebelum melakukan uji coba,
penulis meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah agar menyetujui
atas penyebaran angket dan pihak sekolah pun mengizinkan.
Target dari penyebaran angket ini adalah 70 angket dari kelas 5
Sekolah dasar, maka dari itu penyebaran angket di lakukan di dua sekolah
yang berbeda karena di satu sekolah tersebut hanya terdapat dua rombongan
belajar (rombel) hal ini masih kurang dalam target penulis, sehingga
diharuskan menyebar ke dua sekolah. Penulis mengontrol siswa dalam
pengisian angket jika terjadi anak yang masih kebingungan dalam pernyataan.

29
Saat penyebaran angket penulis masih menemukan anak kebingungan
dalam bahasa penyataan angket terkait yang disajikan yang menurut mereka
bahasa tersebut masih awam untuk mereka, hal ini membuat penulis berfikir
bahwa face validity satu kali dengan 5 orang anak tidak lah cukup. Diperlukan
kembali face validity kembali setelah angket melakukan revisi agar bisa
mengetahui seberapa jauh anak memahami pernyataan yang diberikan
sebelum disebar ke sekolah yang dituju. Sehingga pada saat melakukan uji
coba lapangan tidak lagi menemukan anak yang kebingungan pada saat
mengisi angket.
Pata tahap uji coba, penulis membuat patokan skor. Untuk pernyataan
negatif hasil nya kebalikan dari pernyataan positif, karena penulis mengambil
variabel positif mengenai percaya diri pada anak. Berikut dibawah ini tabel
skor tiap hasil jawaban

Tabel 1.3 Patokan skor


Jawaban
Jawaban Pernyataan
Jumlah Skor Pernyataan Jumlah Skor
Positif (+)
Negatif (-)
SS 4 SS 1
S 3 S 2
KS 2 KS 3
TS 1 TS 4

E. Analisis Validitas
Sebelum masuk kedalam tahap validitas, data yang sudah terkumpul
dilakukan rekap terlebih dahulu. Anak mendapatkan skor sesuai dengan
jawaban yang ia pilih pada setiap pernyataan. Setiap pernyataan memiliki skor
yang berbeda pada jawabannya tergantung positif atau negatifnya pernyataan
tersebut. Sebelum melakukan perekapan perlu dicek terlebih dahulu apakah

30
anak mengisi seluruh instrumen atau tidak, karena jika menemukan angket
yang tidak sepenuhnya terisi, angket tersebut tidak bisa di olah datanya karena
bisa menyebabkan ke-bias-an/tidak valid dalam pengolahan data. Untuk
memudahkan perekapan penulis membuat kertas note yang berisi nilai poin
setiap pernyataan positif maupun negatif. Agar skor dapat terlihat dan
langsung dinilai. Setelah semua data sudah terekap , tahap selanjutnya yakni
penghitungan skor setiap aspek/indikator. Setiap indikator dihitung terpisah
agar memudahkan dalam membuat data di SPSS.
Tahap selanjutnya adalah validitas. Validitas digunakan untuk melihat
kelayakan butir-butir pernyataan apakah dapat mendefinisikan suatu variabel.
Di tahap validitas ini data hasil angket yang telah dilakukan rekap, dimasukan
dalam aplikasi SPSS untuk melihat ke valid-an kisi-kisi. Apakah item – item
pernyataan bisa mengukur total penilaian? Jawabannya bisa dilakukan dengan
memasukan data ke dalam aplikasi SPSS. Sesudah data di masukkan ke dalam
SPSS maka kisi – kisi yang valid akan menampilkan bintang satu atau dua di
kolom total.

Tabel 1.4 Analisis Validitas Instrumen

Tanda bintang dalam kolom total tersebut menunjukkan tingkat ke


validitasan setiap pernyataan. Jika dalam pernyataan tersebut tidak memiliki

31
bintang itu menandakan bahwa pernyataan yan dibuat tidak valid. Namun jika
pada kolom tersebut terdapat bintang satu baik dua itu menandakan
pernyataan tersebut valid bisa di olah ke tahap selanjutnya.
Dari 35 pernyataan yang dibuat oleh penulis, hanya tersisa 21
pernyataan yang memiliki bintang yang dinyatakan valid dan penulis
menemukan terdapat satu aspek yang semuanya tidak valid akan tetapi penulis
akan mempertahankan aspek tersebut dengan mengambil satu sampel
pernyataan yang didalam aspek tersebut sehingga tetap di cantumkan di data
valid. Hal ini menandakan bahwa hanya 22 pernyataan yang dianggap sebagai
pernyataan yang mewakili atribut percaya diri dalam pembelajaran bahasa
Inggris ini. Setelah mengetahui terdapat 22 data pernyataan yang valid,
sisanya dibuang untuk memudahkan proses selanjutnya yaitu reabilitas.

Adapun cara input memasukkan item untuk uji validitas sebagai berikut:

1. Sebelum melakukan pemindahan data, anda harus merekap hasil data


pernyataan ke dalam Ms. Excel .
2. Buka aplikasi SPSS.
3. Drag data seluruh item dan total dengan cara copy, masukkan ke aplikasi
SPSS kemudian paste.
4. Ubah nama variabel di aplikasi SPSS dengan mengklik Variabel View
yang terletak di bawah tampilan, lalu pada kolom label ganti nama
variabel dengan “Item 1” sampai dengan jumlah item yang ada untuk
variabel pernyataan, dan ganti variabel total menjadi “Total”
5. Setelah itu, klik Analyze, pilih Correlate, pilih Bivariate. Maka akan
muncul kotak Bivariate Correlations. Pindahkan unsur di sebelah kiri ke
unsur sebelah kanan pada kotak variable(s). Drag variabel “Total”di
paling atas, dan dilanjutkan dengan variabel “Item” dibawahnya.

32
6. Pada pilihan Correlation Coefficients pilih pearson, dan pada pilihan Test
of Significance pilih Two-tailed. Dan terakhir centang Flag significant
correlations. Klik OK.
7. Kemudian akan muncul file Output : Correlations yang berisikan data –
data item yang valid dan tidak valid ditandai dengan tanda bintang (untuk
item valid) dan tanpa tanda bintang (untuk item yang tidak valid).

Berikut merupakan kisi – kisi yang tidak valid sebanyak 12 pernyataan


dengan diberi warna tabel merah, dan untuk tabel yang bewarna hijau
menandakan pernyataan tersebut valid.

Tabel 1.5 Kisi – kisi Instrumen Valid dan tidak valid

Penyataan
Variabel Aspek Indikator Instrumen Positif Negatif
(+) (-)
Saya berani berbicara di
1
depan orang banyak
Saya berani mengerjakan
2
Keyakinan soal di depan kelas
akan 1.1 Tampil Saya malu apabila tampil
3
kemampuan Percaya Diri sendirian
diri
Ketika ada mata pelajaran
yang tidak dimengerti, saya
4
mencoba memberanikan diri
untuk bertanya
Percaya diri
Saya merasa mampu
mengerjakan sesuatu dengan 5
baik
2.1
Saya yakin kalau belajar
Menyatakan
dengan giat maka saya akan 6
Keyakinan
Optimis mendapat nilai yang bagus
atas
Kemampuan Saya merasa orang lain lebih
7
Diri mampu dari saya
Saya menghindari tugas-
tugas yang sulit untuk 8
dikerjakan

33
Saya mengerjakan sesuatu
9
secara mandiri
3.1 Bertindak
Objektif Saya cenderung mengikuti
Independen
hal-hal yang dilakukan 10
teman-teman saya
Saya berusaha
mengembangkan bakat yang 11
saya miliki
Saya merasa mudah putus
12
asa
4.1 Memiliki
Bertanggung Saya lebih suka menyendiri
Tantangan
Jawab bila ada masalah daripada 13
atau konflik
berbaur dengan teman
Saya mempunyai kemauan
yang kuat bila menginginkan
14
sesuatu supaya nantinya
berjalan dengan baik
5.1 Mampu Saya mampu bersikap
menganalisa tenang saat mengahadapi
15
suatu kesulitan dalam
Rasional dan kejadian pembelajaran
realitas menggunakan
Saya tidak memaksakan diri
pemikiran
untuk sama seperti orang 16
yang sesuai
lain
kenyataan.
Saya merasa lebih serius
untuk belajar materi
pelajaran bahasa inggris 17
setelah diberi penjelasan
oleh guru.
Pembelajaran Saya lebih suka belajar
Bahasa Motivasi 6.1 Perhatian bahasa Inggris dengan teman 18
Inggris dibandingkan dengan guru.
Saya merasa perlu mengisi
waktu luang dengan belajar
19
materi pelajaran bahasa
Inggris secara mandiri.

34
Saya sudah memutuskan
bahwa saya tidak bisa
belajar bahasa Inggris karena 20
sulit dalam memahami
materinya.
Saya merasa senang belajar
mata pelajaran bahasa
21
Inggris di situasi apapun
(Sekolah,rumah,masyarakat)
Saya berusaha mengerjakan
6.2 Minat soal bahasa inggris
22
meskipun jawabannya selalu
salah.
Saya malu ketika orang lain
bisa bahasa inggris tetapi 23
diri saya sendiri tidak bisa.
Saya lebih tertarik dengan
pelajaran bahasa Inggris
dengan praktek 24
dibandingkan hanya teori
saja.
Saya sudah takut duluan
ketika ditanya oleh guru
25
dengan menggunakan
bahasa Inggris.
Saya memahami materi yang
diajarkan oleh guru, tetapi
26
7.1 saya tidak bisa
Kemudahan mengutarakannya.
Kemudahan dalam Saya selalu takut salah
memahami dalam pengucapan dengan
materi bahasa Inggris karena belum 27
paham grammar dengan
baik.
Saya tidak terbiasa dalam
mengucapkan bahasa inggris
28
sehingga proses berbicara
pun tersendat-sendat.
Saya sulit menyukai bahasa
inggris karena terlalu banyak
29
vocabulary dan sulit
menghafalnya.

35
Saya tidak terbiasa
mendengar orang lain
berbicara dengan
menggunakan bahasa
30
Inggris salah satunya karena
guru jarangnya guru
berbicara dengan bahasa
Inggris di dalam kelas.
Saya merasa mempelajari
bahasa inggris penting untuk 31
masa depan kelak.
Saya senang belajar bahasa
Inggris karena bisa
menambah pengetahuan 32
bahasa selain bahasa negara
sendiri.
8.1 Memberi Saya semangat belajar
Kemanfaatan dampak pada bahasa Inggris salah satunya
33
siswa agar bisa mendapatkan
beasiswa ke luar negeri.
Saya semangat belajar
bahasa Inggris agar tidak 34
ketinggalan jaman.
Saya belajar bahasa Inggris
agar bisa memahami semua
35
teks atau bacaan yang
berbahasa inggris
Berikut merupakan kisi – kisi instrument valid dan sudah dilakukan revisi sebanyak
23 pernyataan.

Tabel 1.6 Kisi – kisi Instrumen Revisi yang sudah Valid

No Item
Variabel Aspek Indikator Pernyataan Positif Negatif Soal
(+) (-)
1. Saya
Keyakinan
berani
akan 1.1 Tampil
Percaya diri berbicara di 1, 2, 4 3
kemampuan Percaya Diri
depan orang
diri
banyak

36
2. Saya
berani
mengerjaka
n soal di
depan kelas
4.Ketika ada
mata
pelajaran
yang tidak
dimengerti,
saya
mencoba
memberanik
an diri untuk
bertanya
6. Saya
yakin kalau
2.1
belajar
Menyatakan
dengan giat
Keyakinan
Optimis maka saya 6 1
atas
akan
Kemampuan
mendapat
Diri
nilai yang
bagus
9. Saya
mengerjaka
3.1 Bertindak
Objektif n sesuatu 9 1
Independen
secara
mandiri
11. Saya
berusaha
mengemban
gkan bakat
yang saya
miliki
4.1 Memiliki 14. Saya
Bertanggung
Tantangan mempunyai 11, 14 2
Jawab
atau konflik kemauan
yang kuat
bila
mengingink
an sesuatu
supaya
nantinya

37
berjalan
dengan baik

15. Saya
mampu
bersikap
tenang saat
5.1 Mampu
mengahadap
menganalisa
i kesulitan
suatu
dalam
Rasional dan kejadian
pembelajara 15, 16 2
realitas menggunakan
n
pemikiran
16. Saya
yang sesuai
tidak
kenyataan.
memaksaka
n diri untuk
sama seperti
orang lain
17. Saya
merasa lebih
serius untuk
belajar
materi
pelajaran
bahasa
inggris
setelah
diberi
penjelasan
Pembelajaran oleh guru.
Bahasa Motivasi 6.1 Perhatian 19. Saya 17, 19 20 3
Inggris merasa
perlu
mengisi
waktu luang
dengan
belajar
materi
pelajaran
bahasa
Inggris
secara
mandiri.

38
20. Saya
sudah
memutuskan
bahwa saya
tidak bisa
belajar
bahasa
Inggris
karena sulit
dalam
memahami
materinya.
21. Saya
merasa
senang
belajar mata
pelajaran
bahasa
Inggris di
situasi
apapun
(Sekolah,ru
6.2 Minat 21 23 2
mah,masyar
akat)
23. Saya
malu ketika
orang lain
bisa bahasa
inggris
tetapi diri
saya sendiri
tidak bisa.
25. Saya
sudah takut
7.1 duluan
Kemudahan ketika 25, 27,
Kemudahan dalam ditanya oleh 28, 29, 5
memahami guru dengan 30
materi menggunaka
n bahasa
Inggris.

39
27. Saya
selalu takut
salah dalam
pengucapan
dengan
bahasa
Inggris
karena
belum
paham
grammar
dengan baik.
28. Saya
tidak
terbiasa
dalam
mengucapka
n bahasa
inggris
sehingga
proses
berbicara
pun
tersendat-
sendat.
29. Saya
sulit
menyukai
bahasa
inggris
karena
terlalu
banyak
vocabulary
dan sulit
menghafaln
ya.

40
30. Saya
tidak
terbiasa
mendengar
orang lain
berbicara
dengan
menggunaka
n bahasa
Inggris
salah
satunya
karena guru
jarangnya
guru
berbicara
dengan
bahasa
Inggris di
dalam kelas.
31. Saya
merasa
mempelajari
bahasa
inggris
penting
untuk masa
depan kelak.
32. Saya
8.1 Memberi senang
31, 32,
Kemanfaatan dampak pada belajar 4
33, 35
siswa bahasa
Inggris
karena bisa
menambah
pengetahuan
bahasa
selain
bahasa
negara
sendiri.

41
33. Saya
semangat
belajar
bahasa
Inggris
salah
satunya agar
bisa
mendapatka
n beasiswa
ke luar
negeri.
35. Saya
belajar
bahasa
Inggris agar
bisa
memahami
semua teks
atau bacaan
yang
berbahasa
inggris

F. Analisis Reabilitas
Tahap selanjutnya adalah tahap reabilitas. Uji reabilitas ditujukan
untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dengan menggunakan instrument
tersebut dapat dipercaya atau dapat diartikan sebagai derajat keajegan
(konsistensi) suatu instrument yang digunakan peneliti meskipun diujikan
kembali pada responden dan kondisi yang berbeda.
Rata – rata standar nilai minimal pada tahap reabilitas ini adalah 0,75.
Ini menunjukkan bahwa apabila instrument yang sudah diuji validitas
mendapat nilai dibawah nilai rata – rata, maka hal ini menandakan bahwa
instrument tersebut kurang layak untuk dipakai, sebaliknya jika memenuhi
nilai rata – rata di atas standar maka penelitian instrument tersebut layak
dipakai dan akan menghasilkan hasil yang sama jika diuji ulang beberapa kali.

42
Tabel 1.7 Hasil Reabilitas Instrumen

Nilai diatas adalah nilai yang didapatkan oleh penulis setelah melakukan uji
realibilitas dengan menggunakan aplikasi SPSS. Nilai 0,811 tersebut berada
pada kategori tinggi. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pernyataan yang
penulis buat sudah mencapai standar minimal yaitu 0,75. Hal ini
membuktikan bahwa data yang diolah sudah valid atau real.
Pada tahap ini, data nilai masing – masing anak dari pernyataan yang
teruji validitasnya diuji realibilitasnya. Uji realibilitas ini menggunakan
aplikasi SPSS. Adapun input data tahapan pengujian realibilitasnya adalah
sebagai berikut:
1. Blok data 22 pernyataan yang sudah valid tanpa total di excel dengan cara
copy kemudian paste.
2. Kemudian klik Analyse, lalu pilih Scale dan pilih Reliability Analysis.
3. Kemudian akan muncul kotak Reliability Analysis. Drag 22 item di dalam
kotak sebelah kiri ke kotak sebelah kanan. Lalu pilih model Alpha. Dan
terakhir klik OK.
4. Maka akan muncul nilai Reabilitas dari instrumen tersebut.

G. Pengembangan Norma
Langkah terakhir dalam mengembangkan instrumen adalah membuat
norma (peraturan). Norma digunakan sebagai pedoman pemaknaan hasil
pengukuran. Hasilnya dapat dijabarkan pada kategori rendah, sedang, atau
tinggi.

43
Kategori Hasil Pengukuran
Norma (patokan) yang telah disusun kemudian digunakan untuk
memaknai hasil pengukuran instrumen. Adapun cara membuat kriteria norma
di bawah ini yaitu dengan cara:
1. Block total ditambahkan data hasil angka yang didapat dari setiap aspek (8
aspek) pada Ms. Excel.
2. Kemudian copy data yang sudah di block lalu di paste di SPSS.
3. Kemudian klik Variable View di pojok kiri bawah dan labeling dengan tulisan
Total dan aspek – aspek tersebut.
4. Klik Analyse, pilih Descriptive Statistics, dan pilih Frequencies. Dan
kemudian akan muncul kotak Frequencies dan drag unsur di sebelah kiri ke
kotak Variable(s).
5. Kemudian klik statistic, dan akan muncul kotak Frequencies: Statistics.
Centang tulisan Percentiles dan isi dengan percentiles 25 lalu klik add,50 lalu
klik add, dan 75 lalu klik add.
6. Setelah itu centang modus, mean, median, dan sum.
7. Lalu klik OK.
8. Dan kemudian, akan muncul data Frequencies statistikanya, untuk modus,
mean, dan median hapus saja karena tidak dipergunakan dengan cara di delete
cell.
9. Terakhir, bulatkan hasil di data statistika dengan menghapus angka desimal
dibelakang koma. Dan ubah percentiles 25, 50, dan 75 dengan kategori
rendah, sedang dan tinggi.

Berikut tabel norma untuk mengukur hasil kepercayaan diri dalam menghadapi
pembelajaran bahasa Inggris.

44
Tabel 1.8 Norma Pengukuran Kepercayaan Diri Siswa dalam Menghadapi
Pembelajaran Bahasa Inggris

Statistics

Keyakinan akan Rasional


Bertanggung
Kategori Total kemampuan Optimis Objektif dan Motivasi Kemudahan Kemanfaatan
Jawab
diri Realitas

Rendah x ≤ 61 x≤8 x˂4 x≤2 x≤6 x˂6 x ≤ 13 x ≤ 10 x ≤ 12


Sedang 62-71 9 4 3 7 6 15 11 14
Tinggi x ≥ 72 x ≥ 10 x˃4 x≥4 x≥8 x ≥ 7 x ≥ 17 x ≥ 13 x ≥ 16
Norma untuk Mengukur hasil Kepercayaan Diri dalam Menghadapi Pembelajaran Bahasa Inggris

Pengkategorian seorang anak memiliki percaya diri dalam belajar bahasa Inggris atau
tidak dapat dilihat dari hasil statistik. Dalam penelitian kali ini, statistik menunjukkan
bahwa kategori tinggi (≥72), sedang (68 - 71) dan rendah (≤61) dimana masing –
masing dari setiap tingkatan ini mempunya arti masing masing:
1. Rendah (≤61)
Anak yang berada di kategori ini adalah siswa yang memiliki nilai rendah dalam
pengukuran. Terlihat dari indikator yang ada tidaklah tercapai. Hal ini
menandakan siswa yang berada pada kategori ini memiliki kepercayaan diri yang
rendah saat belajar dan berbahasa inggris. Tidak adanya semangat dan tujuan
dalam belajar bahasa Inggris karena mereka mengganggap bahasa Inggris itu sulit
dan belum terbiasanya anak dalam menggunakan bahasa Inggris dalam
kehidupan sehari – hari. Selain itu, tidak adanya dorongan dan pembiasaan oleh
orang tua di rumah maupun guru di sekolah menjadi salah satu faktor dalam
kurangnya kepercayaan diri anak dalam belajar bahasa Inggris. Anak yang berada
di kategori ini biasanya Anak yang memiliki prestasi/minat akademik yang
rendah.
2. Sedang (62-71)
Dalam kategori ini, anak memiliki nilai yang cukup dalam pengukuran. Beberapa
indikator sudah tercapai tetapi yang lainnya masih ada beberapa yang belum
tercapai. Anak yang berada di kategori ini adalah anak yang memiliki

45
kepercayaan diri yang cukup dalam belajar dan berbahasa Inggris. Anak juga
sudah memahami pentingnya belajar dan berbahasa Inggris, kurangnya
pembiasaan oleh orang tua maupun guru dalam menggunakan bahasa Inggris
menyebabkan kepercayaan diri anak mengalami fluktuatif. Perlu diidentifikasi
lebih dalam terhadap indikator yang belum tercapai, sehingga dapat diselesaikan
dengat tepat. Anak yang berada di indikator ini biasanya adalah anak yang tidak
terlalu pintar dan aktif di kelasnya.
3. Tinggi (≥72)
Anak yang berada di kategori ini adalah anak yangmemiliki nilai tinggi dalam
pengukuran. Terlihat dari indikator-indikator yang mencapai nilai yang tinggi
atau skor maksimal saat pengukuran. Anak yang sudah berada di kategori ini
adalah anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam belajar bahasa
Inggris. Menrut mereka dalam belajar dikelas khususnya bahasa Inggris, harus
dilakukan degan percaya diri baik itu salah ataupun tidak dalam pengucapan
setiap katanya, yang terpenting adalah kepercayaan diri. Karena menurut mereka
dengan kepercayaan diri akan timbul pembiasaan yang kemudian akan menjadi
bisa dalam menguasai bahasa Inggris. Dukungan dari orang tua, guru dan teman
begitu terlihat apabila anak masuk dalam kategori ini. Anak yang berada di dalam
kategori ini adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan prestasi yang cukup
tinggi.

Berikut rincian hasil pengukuran dari 8 aspek dari kepercayaan diri terhadap 51
responden anak sekolah dasar tinggi.

Tabel 1.9 Hasil Pengukuran Kepercayaan Diri

Kategori Frekuensi Persen


Tinggi 15 29,41176
Sedang 23 45,09804
Rendah 13 25,4902
Total 51 100

46
Diagram 1.1 Presentase Hasil Pengukuran Kepercayaan Diri

Kepercayaan Diri

26% 29%
1
2
45%
3

Keterangan :
 Jumlah anak dengan kategori kepercayaan diri tinggi.
 Jumlah anak dengan kategori kepercayaan diri sedang.
 Jumlah anak dengan kategori kepercayaan diri rendah.

Selanjutnya agar lebih jelas berikut rincian diagram per aspek, yaitu aspek
keyakinan akan kemampuan diri; aspek optimis; aspek objektif; aspek
bertanggung jawab; aspek rasional dan realitas; aspek motivasi; aspek
kemudahan; dan yang terakhir adalah aspek kemanfaatan.

Diagram 1.2 Hasil pengukuran Aspek Keyakinan akan Kemampuan Diri

Berdasarkan diagram aspek keyakinan akan kemampuan diri dapat diketahui bahwa
siswa yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri yang tinggi sebanyak 24

47
siswa, yang sedang sebanyak 12 siswa, dan yang rendah sebanyak 15 siswa. Jika
dipresentasekan yang tinggi sebesar 47,0588; yang sedang 23,52941; dan yang
rendah 29,41176

Diagram 1.3 Hasil pengukuran Aspek Optimis

Berdasarkan diagram aspek optimis dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki sikap
optimis yang sedang sebanyak 39 siswa, dan yang rendah sebanyak 12 siswa. Jika
dipresentasekan yang sedang 76.47059; dan yang rendah 23.52941

Diagram 1.4 Hasil pengukuran Aspek Objektif

Berdasarkan diagram aspek obejktif dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki
sikap objektif yang tinggi sebanyak 14 siswa, yang sedang sebanyak 23 siswa, dan
yang rendah sebanyak 14 siswa. Jika dipresentasekan yang tinggi sebesar 27.45098;
yang sedang 45.09804; dan yang rendah 27.45098

48
Diagram 1.5 Hasil pengukuran Aspek Bertanggung Jawab

Aspek 4
(Bertanggung Jawab)
50
40
30
F
20
%
10
0
Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan diagram aspek bertanggung jawab dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki sikap bertanggung jawab yang tinggi sebanyak 14 siswa, yang sedang
sebanyak 13 siswa, dan yang rendah sebanyak 24 siswa. Jika dipresentasekan yang
tinggi sebesar 27.45098; yang sedang 25.4902; dan yang rendah 47.05882

Diagram 1.6 Hasil pengukuran Aspek Rasional dan Realitas

Aspek 5
(Rasional dan Realitas)
50
40
30
F
20
%
10
0
Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan diagram aspek rasional dan realitas dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki sikap rasional dan realitas yang tinggi sebanyak 21 siswa, yang sedang
sebanyak 18 siswa, dan yang rendah sebanyak 12 siswa. Jika dipresentasekan yang
tinggi sebesar 41.17647; yang sedang 35.29412; dan yang rendah 23.52941

49
Diagram 1.7 Hasil pengukuran motivasi terhadap pembelajaran bahasa Inggris

Aspek 6
(Motivasi)
40
30
20 F

10 %

0
Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan diagram aspek motivasi terhadap pembelajaran bahasa Inggris dapat


diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi terhadap pembelajaran bahasa Inggris
yang tinggi sebanyak 17 siswa, yang sedang sebanyak 17 siswa, dan yang rendah
sebanyak 17 siswa. Artinya sama jika dipresentasekan yang tinggi sebesar 33.33333;
yang sedang 33.33333; dan yang rendah 33.33333

Diagram 1.8 Hasil pengukuran Kemudahan terhadap pembelajaran bahasa


Inggris

Aspek 7
(Kemudahan)
50
40
30
F
20
%
10
0
Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan diagram aspek kemudahan dalam belajar bahasa Inggris dapat


diketahui bahwa siswa yang memiliki tingkat kemudahan dalam belajar bahasa
Inggris yang tinggi sebanyak 16 siswa, yang sedang sebanyak 12 siswa, dan yang

50
rendah sebanyak 23 siswa. Jika dipresentasekan yang tinggi sebesar 31.37255; yang
sedang 23.52941; dan yang rendah 45.09804

Diagram 1.8 Hasil pengukuran Kemanfaatan terhadap pembelajaran bahasa


Inggris

Aspek 8
(Kemanfaatan)
50

40

30
F
20
%
10

0
Tinggi Sedang Rendah

Berdasarkan diagram aspek kemudahan dalam belajar bahasa Inggris dapat


diketahui bahwa siswa yang memiliki tingkat kemudahan dalam belajar bahasa
Inggris yang tinggi sebanyak 15 siswa, yang sedang sebanyak 15 siswa, dan yang
rendah sebanyak 21 siswa. Jika dipresentasekan yang tinggi sebesar 29.41176; yang
sedang 29.41176; dan yang rendah 41.17647

51
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat disimpulkan bahwa percaya diri pada
pembelajaran bahasa Inggris setiap anak berbeda – beda disebabkan oleh
beberapa hal. Hal ini tergantung dari kepercayaan mereka menghadapi
pembelajaran bahasa Inggris, serta peran dorongan orang tua dan guru sangat
membantu dalam proses pembiasaan pembelajaran bahasa inggris untuk mereka.
Karena dengan kepercayaan diri akan timbul pembiasaan yang kemudian akan
menjadi bisa dalam menguasai bahasa Inggris. Sebagai orang tua dan pendidik
haruslah tau strategi apa yang tepat untuk anak dalam mengajar bahasa Inggris
sehingga anak termotivasi dan percaya diri dalam pelaksanaanya dan suatu saat
akan sangat terpakai baik itu di dunia pendidikan tinggi ataupun dunia kerja
mendatang. Berikut adalah tips untuk meningkatkan percaya diri anak dalam
belajar bahasa Inggris:
Tips Orang tua:
 Menerapkan jam belajar pada saat prime time, agar budaya disiplin belajar
tertanam dan orang tua bisa paham sejauh mana kemampuan anaknya dalam
pembelajaran bahasa Inggris.
 Mengenalkan pronounciation dari setiap kata. Sebelum mengenalkan
pronounciation dari setiap kata, maka terlebih dahulu yang harus dilakukan
orang tua adalah mengenalkan alphabet dalam bahasa Inggris dan mengeja
kata dalam bahasa inggris tersebut. Kita bisa menempelkan alfabet dalam
bahasa Inggris di dinding sambil melatih pengucapan alfabet tersebut. Misal
nya A dibaca „ei”, I dibaca „ay‟, U dibaca „yu‟, E dibaca „i‟ dan O dibaca „ow‟
dan pembacaan huruf konsonan dalam alphabet. Kemudian, setelah anak
paham terhadap pengucapan alphabet, dilanjutkan dengan pengejaan kata

52
dalam bahasa Inggris. Misalnya mata dalam bahasa Inggris adalah eye dieja „i
way i‟ dan masih banyak kosakata yang lain yang bisa dikenalkan kepada
anak.
 Bermain dengan kata-kata lewat kegiatan yang sedang dilakukan. Agar anak
bisa mengingat kegiatan yang sering dilakukan dengan menggunakan bahasa
Inggris
 Mengenalkan Conjunction: for, as, because, but, and, or, if, although, the, dll.
Conjunction adalah kata-kata penghubung dasar yang penting dipelajari
setelah anak mengenal kosa kata sederhana bahasa inggris.
 Ciptakan percakapan yang dapat meningkatkan kemampuan verbal anak
secara sederhana lewat pertanyaan atau kalimat meminta tolong kepada anak.
Misalnya „can you bring my handphone, please?‟ atau kalimat seru seperti
„put the glass on the table‟.

Tips guru:
 Selangkan belajar bahasa Inggris dengan permainan yang menarik agar anak
yang bosan atau pun yang tidak berminat lama kelamaan akan mengikuti dan
mau belajar bahasa Inggris.
 Saat pembelajaran gunakan percakapan bahasa Inggris kepada anak agar anak
terbiasa mendengar, serta dilengkapi dengan artinya juga sehingga anak akan
paham apa yang diucapkan guru. Serta ajarkan cara pengucapannya juga.
 Gunakan kata – kata umum yang sering digunakan dalam kehidupan sehari –
hari dan yang berguna untuk mendukung proses belajar.
 Di awal pembelajaran tekankan belajar bahasa Inggris itu mudah, tidak sulit
dan beri motivasi bahwa belajar bahasa Inggris itu penting untuk masa depan
kelak.
 Guru harus sabar ketika ada anak yang memiliki kemampuan intelektualnya
rendah yang membuat proses pemahaman belajarnya butuh waktu yang cukup
lama.
 Jangan menyamaratakan kemampuan pemahaman anak di dalam kelas.

53
DAFTAR PUSTAKA
Aryanika, S. (2016). Manajemen Pembelajaran Bahasa Inggris: Studi Pada Kelas
Unggulan SMA Negeri I Metro Lampung. AL-IDARAH: JURNAL
KEPENDIDIKAN ISLAM, 6(1).
Iriani, H. (2012) Efektifitas Ludo Word Game (LGW) terhadap Peningkatan
Kosakata Bahasa Inggris pada Anak Studikasus Pada Siswa Kelas IV
Muhammadiyah 4 Pucang. Jurnal Insan Media Psikologi, 5(1), hlm 1-13.
Izzan, A. (2010) Metodologi Pembelajaran Bahasa Inggris. Bandung:
Humaniora.
Pudjiastuti, Inge A. (2010) Memperkuat Kepercayaan Diri Anak melalui
percakapan Referensial. Jurnal Pendidikan Penabur. N0 15. Hlm. 37-49.
Setyandari, A. (2014) Peranan Orang Tua dalam Memotivasi Belajar Bahasa Inggris
pada Anak Usia Sekolah Dasar. Magistra No. 90 Th. XXVI Desember 2014.
Sukarman. “KORELASI SIKAP PERCAYA DIRI DENGAN MOTIVASI
BELAJAR”. Mataram: Journal BK Islam.
Sumantri, Mulyani, dkk. (2001) Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana.
Wahyuni, Sri. 2014. “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan
Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Psikologi”. eJournal
Psikologi.
Wood, J. (2001) Can Software Support Children’s Vocabulary Development?.
Journal Of Language Learning & Technology, 5, 166-265.

54
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi Foto Pengisian Angket

55
Lampiran 2 : Angket

ANGKET KEPERCAYAAN DIRI SISWA


TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS

Nama :..........................................

Kelas :..........................................

Sekolah :..........................................

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Angket ini terdiri dari 35 pernyataan.

2. Baca dan pahami pernyataan-pernyataan berikut ini kemudian

jawablah semua pernyataan.

3. Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan, yaitu :

SS : SANGAT SESUAI

S : SESUAI

KS : KURANG SESUAI

TS : TIDAK SESUAI

4. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, sehingga jawablah

pernyataan-pernyataan dengan jujur.

5. Jawaban tidak akan mempengaruhi nilai dalam rapot.

56
No Pernyataan SS S KS TS

1. Saya berani berbicara di depan orang banyak

2. Saya berani mengerjakan soal di depan kelas

3. Saya malu apabila tampil sendirian

4. Ketika ada mata pelajaran yang tidak dimengerti,

saya mencoba memberanikan diri untuk bertanya

5. Saya merasa mampu mengerjakan sesuatu dengan

baik

6. Saya yakin kalau belajar dengan giat maka saya

akan mendapat nilai yang bagus

7. Saya merasa orang lain lebih mampu dari saya

8. Saya menghindari tugas-tugas yang sulit untuk

dikerjakan

9. Saya mengerjakan sesuatu secara mandiri

10. Saya mengikuti hal-hal yang dilakukan teman-teman

saya

11. Saya berusaha mengembangkan bakat yang saya

miliki

12. Saya merasa mudah putus asa

13. Saya lebih suka menyendiri bila ada masalah

daripada berbaur dengan teman

14. Saya mempunyai kemauan yang kuat bila

menginginkan sesuatu supaya nantinya berjalan

dengan baik

57
15. Saya mampu bersikap tenang saat mengahadapi

kesulitan dalam belajar

16. Saya tidak memaksakan diri untuk memiliki

kemampuan yang sama seperti orang lain

17. Saya merasa lebih serius untuk belajar materi

pelajaran bahasa inggris setelah diberi penjelasan

oleh guru.

18. Saya lebih suka belajar bahasa Inggris dengan

teman dibandingkan dengan guru.

19. Saya merasa perlu mengisi waktu luang dengan

belajar materi pelajaran bahasa Inggris secara

mandiri.

20 Saya merasa bahwa saya tidak bisa belajar bahasa

Inggris karena sulit dalam memahami materinya.

21. Saya merasa senang belajar mata pelajaran bahasa

Inggris di tempat manapun

(sekolah,rumah,masyarakat)

22. Saya berusaha mengerjakan soal bahasa inggris

meskipun jawabannya selalu salah.

23. Saya malu ketika orang lain bisa bahasa inggris

tetapi diri saya sendiri tidak bisa.

24. Saya lebih tertarik belajar bahasa Inggris melalui

praktek dibandingkan hanya mendengarkan

penjelasan dari guru.

58
25. Saya sudah takut duluan ketika ditanya oleh guru

dengan menggunakan bahasa Inggris.

26. Saya memahami materi yang diajarkan oleh guru,

tetapi saya tidak bisa menjelaskannya kembali.

27. Saya selalu takut salah dalam pengucapan dengan

bahasa Inggris karena belum paham cara

pengucapan (pronounciation) setiap kata dengan

baik.

28. Saya tidak terbiasa dalam mengucapkan bahasa

inggris sehingga proses berbicara pun tersendat-

sendat.

29. Saya sulit menyukai bahasa inggris karena terlalu

banyak vocabulary dan sulit menghafalnya.

30. Saya tidak terbiasa mendengar orang lain berbicara

dengan menggunakan bahasa Inggris salah satunya

karena jarangnya guru berbicara dengan bahasa

Inggris di dalam kelas.

31. Saya merasa mempelajari bahasa inggris penting

untuk masa depan kelak.

32. Saya senang belajar bahasa Inggris karena bisa

menambah pengetahuan bahasa selain bahasa

negara sendiri.

33. Saya semangat belajar bahasa Inggris salah

satunya agar bisa melanjutkan sekolah ke luar

59
negeri

34. Saya semangat belajar bahasa Inggris agar tidak

ketinggalan jaman.

35. Saya belajar bahasa Inggris agar bisa memahami

semua teks atau bacaan yang berbahasa inggris

60
Penulis pertama bernama lengkap Hanifah Fadhila,
lahir di Bandung pada tanggal 10 Juni 1998 yang
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penulis
bertempat tinggal di Komplek Permata Cimahi Blok
M2 No. 40 Kecamatan Ngamprah Kabupaten
Bandung barat.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis,
yaitu SDN Cimahi Mandiri 1 lulus tahun 2010, SMP
Negeri 2 Cimahi lulus pada tahun 2013, SMA Negeri
5 Cimahi lulus pada tahun 2016. Kemudian, masuk
Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi
PGSD pada tahun 2016 dan inshaAllah lulus pada
tahun 2020.
Hobby penulis yaitu menggambar dan mendengarkan lagu, alhamdulillah selama ini
penulis pernah mengikuti lomba paskibra dan mendapatkan juara utama 1 tingkat
jawa barat, Selain itu juga penulis pernah aktif dikegiatan karang taruna, dan
himpunan mahasiswa tingkat jurusan. Motto penulis yaitu Do‟a orang tua mantap!

Penulis kedua bernama lengkap Imelda Anandiya


Putri, lahir di Purwakarta pada tanggal 05 Agustus
1998 yang merupakan anak pertama dari dua
bersaudara. Penulis bertempat tinggal di Perumahan
Graha Marina Blok A9 No.15, Desa Maracang,
Kecamatan Babakan Cikao, Kabupaten Purwakarta.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis
yaitu SDN 2 Nagri Tengah lulus tahun 2010, SMP
Negeri 1 Purwakarta lulus pada tahun 2013, SMA
Negeri 1 Purwakarta lulus pada tahun 2016.
Kemudian, masuk Universitas Pendidikan Indonesia
Program Studi PGSD pada tahun 2016 dan inshaAllah
lulus pada tahun 2020.
Hobby penulis adalah berenang, menonton film dan berorganisasi. Alhamdulilah
selama di perkuliahan, penulis aktif dalam berorganisasi diantaranya pernah menjabat
sebagai Bendahara Departemen PSDO BE HIMAPRO PGSD tahun 2017 dan Staff
Litbang BE HIMAPRO PGSD 2018. Motto penulis yaitu Jangan menunggu waktu
luang, tapi luangkanlah waktu dengan melakukan hal yang positif.

61
62

Anda mungkin juga menyukai