Makalah PPAUD - Kel 2
Makalah PPAUD - Kel 2
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kemudahan kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta
salam semoga selalu terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini telah kami susun dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Permasalahan Perkembangan Anak Usia
Dini”. Dimana dalam Makalah ini penyusun membahas tentang “Pihak-Pihak yang
Terlibat dalam Penanganan Anak Usia Dini”.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih ada kekurangan dan kesalahan. Untuk perbaikan kedepan
penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan anak usia dini merupakan lembaga pendidikan awal bagi
anak sebelum memasuki Sekolah Dasar. Oleh sebab itu, kesuksesan
pendidikan anak di PAUD/TK cenderung berpengaruh pada pendidikan anak
selanjutnya. Anak yang pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
gangguan dan hambatan mengakibatkan timbulnya masalah pada periode
perkembangan selanjutnya. Pengalaman negatif pada masa kanak-kanak
menimbulkan dampak sampai anak memasuki masa dewasa. Dengan kata
lain, kesuksesan dan kegagalan yang dialami anak berhubungan dengan masa
depannya. Singkatnya, pengalaman pada masa anak berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangan anak periode selanjutnya, terutama pada
masa Sekolah Dasar.
1
dini atau di lembaga PAUD, karena di usia inilah masa penting perkembangan
anak.
Permasalahan pada anak usia dini adalah sesuatu hal yang akan
mengganggu kehidupan anak, yang timbul karena ketidaksesuaian pada
perkembangannya. Secara garis besar, masalah yang dihadapi anak dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu masalah internal dan masalah eksternal.
Masalah internal terdiri dari masalah fisik (kesehatan) dan psikis merupakan
masalah yang timbul dari dalam diri anak, sedangkan masalah eksternal
adalah masalah yang terdiri dari masalah sosial merupakan masalah yang
dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan-permasalahan anak usia dini ?
2. Apa faktor penyebab permasalahan anak ?
3. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan permasalahan anak
usia dini ?
4. Bagaimana cara penanganan permasalahan anak usia dini ?
5. Bagaimana syarat penanganan permasalahan anak ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan anak usia dini.
2. Untuk mengetahui faktor penyebab permasalahan anak.
3. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan
permasalahan anak usia dini.
4. Untuk mengetahui cara penanganan permasalahan anak usia dini.
5. Untuk mengetahui syarat-syarat menangani permasalahan anak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan-Permasalahan Anak Usia Dini
1. Permasalahan Internal Anak Usia Dini
a. Fisik ( Kesehatan )
Permasalahan kesehatan adalah permasalahan yang sangat
berpengaruh besar terhadap aspek perkembangan lainnya, ketika
kesehatan anak bermasalah maka perkembangan anak akan terhambat.
Perkembangan aspek fisik terkait dengan keutuhan dan kemampuan
fungsi panca indera anak, kemampuan melakukan gerakan-gerakan
sesuai perkembangan usianya serta kemampuan mengontrol
pembuangan anak yang mengalami hambatan dalam hal-hal tersebut
dapat dikatakan mengalami masalah secara fisik. Lebih lanjut
permasalahan-permasalahan fisik tersebut adalah sebagai berikut :
1) Gangguan fungsi pancaindera
a) Masalah penglihatan
Merupakan keterampilan untuk mampu melihat
persamaan dan perbedaan bentuk benda. Warna sebagai dasar
untuk mpengembangan kognitif. Masalah penglihatan yang
bisa terjadi pada anak usia dini adalah sulitnya
mengelompokkan benda berdasarkan warna, bentuk dan
ukurannya. Selain itu, mereka juga sulit mengamati benda
secara jelas. Permasalahan yang ditimbulkan dari gangguan
penglihatan juga bisa menyebabkan gangguan ingatan,
gangguan ungatan tersebut antara lain :
Tidak mampu menyebutkan benda tanpa ada bendanya
Tidak mampu menguraikan benda dari beberapa aspek
bentuk, warna, fungsi dan lain-lain
3
Tidak mampu mencari bagian yang hilang dari suatu
bentuk
Tidak mampu mengurutkakn kembali satu seri gambar
yang diacak
Tidak mampu melihat apa yang ditulis oleh guru
dipapan tulis.
b) Masalah Pendengaran
Merupakan keterampilan untuk mampu mendengar
perbedaan dan persamaan suara. Gangguan suara pada anak
usia dini bukan berarti anak-anak mengalami tuli tetapi, anak
tidak mampu menyebutkan suara yang ada disekelilingnya.
Seperti suara alam, bisikkan arah suara dan lain-lain. Anak
menjadi tidak peka terhadap suara yang ada disekitarnya.
Kemudian tidak mampu menirukan berbagai suara tertentu,
tidak mampu menyanyikan lagu sederhana, tidak mampu
menceritakan kembali sebuah kejadian, tidak mampu
mengulangi kembali urutan cerita, dan tidak mampu
mendengarkan persamaan-persamaan dalam kata-kata yang
bersajak, dan lain-lain.
Sebagian besar orangtua menganggap permasalahan
pendengaran anak merupakan hal sepele, sehingga yang
awalnya hanya ganguan kecil menjadi gangguan yang sulit
disembuhkan. Hal tersebut bisa diminimalisir jika orangtua
sedini mungkin sering melatih anak mendengarkan berbagai
suara untuk melatih kepekaan pendengarannya.
c) Indra Penciuman
Anak usia dini sering menderita sinus dan mimisan
yang menyebabkan ketidak pekaan terhadap penciuman
mereka hal ini disebabkan oleh daya tahan tubuh anak yang
sangat lemah.
4
b. Cacat tubuh
c. Kegemukkan (Obesitas)
Berguling
Menangkap
Melempar
Berlari
Senam
5
Permasalahan motorik anak terdiri dari motorik kasar dan motorik
halus. Motorik kasar merupakan keterampilan menggerakkan bagian
tubuh secara harmonis dan sangat berperan untuk mencapai
keseimbangan yang menunjang motorik halus. Selain itu, belum
sempurnanya koordinasi dalam mengontrol motorik kasar. Ketika
ditugaskan berjalan tanpa menyentuh temannya. Kemampuan motorik
lainnya yang harus dikuasai anak usia dini adalah kemampuan motorik
halus. Kemampuan motorik halus merupakan keterampilan yang
menyatu antara motorik halus dengan panca indera. Kesiapan
mengkoordinasikan keseluruhan ini diperlukan untuk kesiapan
menulis, membaca, dan lain-lain. Permasalahan yang sering terjadi
adalah anak-anak masih sulit menjiplak membentuk lingkaran, segitiga
dan persegi serta masih sulit menggenggam pensil. Dalam hal ini,
sebaiknya orang tua menstimulasi sejak dini dengan mengarahkan
anak untuk meremas-remas kertas dan sebagainya.
e. Gangguan Berbahasa
Speech delay
6
dan bahasa juga perlu stimulasi kemampuan bicara dan bahasa
sejak lahir, bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam
kandungan. Dengan stimulasi dini diharapkan kemampuan anak
dalam berbahasa, khususnya berbicara akan berjalan optimal.
Speech delay bisa disebabkan karena pemberian makan dengan
tekstur yang tidak sesuai. Penanganan keterlambatan berbicara
dilakukan dengan pendekatan medis sesuai dengan penyebab
kelainan tersebut. Biasanya anak yang mengalami speech delay ia
juga bermasalah pada gangguan pendengarannya.
Gagap (stuttering)
Cadel
f. Kidal
7
kebiasaan anak dalam menggunakan tangan kirinya. Beberapa faktor
penyebab kidal pada anak diantaranya karena hemisphere kanan dalam
otak lebih unggul daripada kiri bisa juga disebabkan karena
pembiasaan yang salah. Namun bisa saja tidak terjadi apabila sejak
dini kita arahkan. Pada umumnya anak yang mengalami kidal akan
memiliki suatu kelebihan yang tak dimiliki oleh anak lainnya.
g. Hiperaktif
8
bertambah dan mencoba untuk melepaskan pampers ia akan terbiasa
untuk buang air dimana pun ia berada karena pembiasaan penggunaan
diapers itu sendiri.
j. Kekurangan gizi
9
terlantar. Mereka hanya memberikan makanan instan (cepat saji) untuk
anak-anaknya.
a) Gangguan konsentrasi
Disleksia
Dyscalculia
10
cidera otak. Anak yang mengalami dyscalculia akan
kesulitan dalam menghafal bentuk angka dan bangun
geometri sederhana seperti (lingkaran, persegi dan
segitiga), ia juga kesulitan dalam menghitung bilangan
sederhana misalnya (1+2) dan memecahkan masalah
sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
c) Berbohong
11
akan memaafkan dan tidak menghukumnya. Mengevaluasi diri,
apakah kita terlalu keras kepada anak, sehingga tersumbat jalur
komunikasi dengan anak. Jika anak berbohong karena imajinasi
maka ajari anak untuk membedakan antara hal realistik dan
imajinasi tanpa menyalahkan sikap bohongnya tersebut.
a. Permasalahan Sosial
Anak yang memiliki daya suai kurang, cenderung tidak mau bergaul
dan beradaptasi dengan lingkungannya. Daya saing kurang diakibatkan
oleh ruang lingkup anak yang masih terbatas pada situasi rumah dan
sekolah. Apalagi sebelum anak masuk sekolah orang tua kurang memberi
kesempatan pada anak untuk mengenal lingkungan luar.
12
Ciri anak yang memiliki daya saing kurang adalah pemalu, sulit
bergaul, minder, cenderung pasif dan rendah diri. Daya suai kurang dapat
diatasi dengan cara membiarkan anak bereksplorasi, perkenalkan
lingkungan luar kepada anak termasuk teman sebaya.
c. Pemalu
Sifat pemalu akan menjadi masalah yang cukup serius karena akan
menghambat kehidupan anak, misalnya dalam pergaulan, pertumbuhan,
harga diri belajar dan penyesuian diri. Umumnya ciri anak pemalu ialah
terlalu sensitif, ragu-ragu, murung dan juga sulit bergaul. Biasanya hal ini
disebabkan oleh tekanan dari orang tuanya yang menuntut anaknya untuk
bagus dari sang anak dan kurangnya sosialisasi sehingga anak tidak
percaya diri.
d. Manja
e. Negativisme (pembangkangan)
13
f. Perilaku berkuasa
g. Perilaku merusak
14
pihak-pihak lain yang terlibat dalam penanganan permasalahan anak. Perlu
diingat, tingkatan ini bukanlah menunjukan hiraki atau kedudukan melainkan
berdasarkan intensitasnya atau kedalaman aksi menjalankan pendekatan
menejemen permasalahan anak. Beriku pihak-pihak yang terlibat dalam
penanganan permasalahan anak :
a. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Menurut Permendikbud No. 82 tahun 2015, Pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, konselor, pamong belajar,
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidik dan tenaga kependidikan wajib melindungi anak di dalam dan di
lingkungan satuan pendidikan dari tindak kekerasan fisik, psikis,
kejahatan seksual, dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan pihak lain.
b. Peran Orang Tua
Keluarga merupakan faktor utama pembentukkan kepribadian dan
tatakrama anak, jangan hanya bergantung pada Pendidikan yang ada di
sekolah. Untuk itu orang tua ikut mendidik dan mengawasi anak di rumah
agar anak dapat bisa terkontrol untuk bisa bersikap baik antar teman, dan
anggota keluarga di rumah. Penanganan orang tua dalam permasalahan
anak :
1) Sebagai pengamat
Orang tua harus bisa mengenali tanda-tanda dan permasalahan
pada anak.
2) Sebagai pembimbing
Cara menghadapi anak yang mengalami masalah :
Orang tua harus menggali perasaan anak terhadap masalah
yang dihadapinya.
Mendengarkan permasalahan pada anak
Orang tua tenang, sabar, dan menerima anak apa adanya.
Melihat masalah dari sudut pandang anak.
15
3) Sebagai Penghubung
Orang tua harus bisa memahami permasalahan dari sumber lain.
Memahami permasalahan dengan cara mencari atau memperjelas
informasi dari sumber yang dapat dipercaya (guru, sahabat/teman,
orang tua teman).
4) Sebagai pemecah masalah
Dalam penyelesaian masalah, maka sebagai orang tua harus:
Menjadi pemenuh kebutuhan anak usia dini (dari masalah yang
muncul)
Meluangkan waktu dan perhatian untuk mendampingi anak usia
dini yang bermasalah.
Menjadi agen sosial (membantu anak untuk mengembangkan
konsep diri, menanamkan disiplin diri, dan keterampilan
perkembangan).
Memberikan konsekuensi negative atau positif
Fokus pada penyelesaian bukan pada persoalan
c. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat adalah seorang masyarakat yang berpengaruh
dan ditokohkan oleh lingkungannya. Penokohan tersebut karena pengaruh
posisi, kedudukan, kemampuan dan kepiawaiannya serta segala tindak dan
ucapannya akan diikuti oleh masyarakat sekitarnya. Tokoh masyarakat
meliputi tokoh agama, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh pemuda, dan
lain-lain. Pada tahap manajemen kasus, tokoh masyarakat dapat berperan
dalam memberikan informasi pada tahap identifikasi, ikut serta dalam
proses intervensi sebagai pihak yang mengenal anak dan keluarga, dan
membantu meningkatkan dukungan masyarakat.
d. Pendamping
Pendamping yaitu Pendamping seseorang yang dididik dan dilatih
secara professional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan
penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di
16
lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di
bidang kesejahteraan sosial.
e. Psikolog
Pada proses manajemen kasus, psikolog dapat berperan dalam proses
asesmen yang komprehensif sebagai penegak diagnosa psikologis pada
anak dan keluarganya. Psikolog juga dapat membantu manajer kasus
dalam mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan anak dan keluarga
serta menentukan rencana intervensi yang tepat. Pada tahap intervensi,
psikolog juga dapat berperan sebagai penyedia layanan psikologis
berdasarkan hasil asesmen, misalnya konseling dan terapi psikologi klinis
yang dibutuhkan oleh anak dan keluarganya, termasuk anak dengan
disabilitas. Psikolog bersama dengan pekerja sosial dapat berperan pada
tahap monitoring dan evaluasi hingga terminasi dalam memastikan solusi
permasalahan dan terpenuhinya kebutuhan klien.
f. Konselor Psikolog
Konselor Psikologi/Hukum menurut Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Permen PPA) No. 4
tahun 2018, merupakan lulusan sarjana dibidang Ilmu Psikologi/Hukum
yang melaksanakan kegiatan pemberian bantuan psikologi / hukum untuk
mengatasi masalah yang dihadapi konseli sehingga dapat melakukan
kegiatan secara normal kembali.
g. Dokter atau Psikiater
Peran dari dokter dan psikiater dapat dimulai dari tahap asesmen
komprehensif dimana mereka dapat membantu manajer kasus dalam
menegakkan diagnosa medis terhadap kondisi fisik dan kejiwaan anak dan
keluarga. Misalnya pada kasus anak korban kekerasan seksual, seorang
dokter dapat melakukan visum untuk proses peradilan yang didampingi
pengacara. Sementara untuk anak dengan disabilitas, seorang dokter
rehabilitasi medik dapat mendiagnosa kondisi anak dan merujuk pada
layanan terapis yang dibutuhkan oleh anak dengan melibatkan peran
keluarga.
17
h. Terapis
Dalam tugasnya menjalankan fungsi rehabilitasi, terapis berperan
dalam melakukan asesmen terhadap kondisi anak dan mengidentifikasi
kebutuhan anak akan terapi, baik itu terapi fisik (fisio terapi), wicara,
okupasi, dll, yang mungkin timbul sebagai factor penyebab atau dampak
kekerasan pada anak. Terapis juga dapat mengidentifikasi tanda-tanda
kekerasan terhadap anak lalu melakukan rujukan pada pekerja sosial atau
manajer kasus pada lembaga perlindungan anak atau pihak terkait lainnya.
18
Khususnya karena si kecil masih berusia dini sehingga ia masih bisa
dididik dan diarahkan dengan baik. Nasihat yang diberikan kepadanya pun
lebih bisa tertanam di dalam kepala.
3. Contohkan dan Ajarkan Nilai Moral yang Baik
Setiap anak adalah seorang peniru yang ulung. Setelah melihat,
mendengar, dan merasakan hal-hal yang ada di sekitarnya, ia pun akan
berusaha menirukannya sebaik mungkin. Oleh karenanya, sebagai
orangtua Anda harus menjadi teladan yang baik untuk si kecil. Sehingga,
ia pun akan berusaha menirukan hal-hal baik yang Anda lakukan dan
menghindari masalah-masalah yang nantinya bisa muncul di kemudian
hari.
Ajarkan juga nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat dengan
cara menyenangkan, seperti melalui lagu atau cerita yang mudah dipahami
si kecil. Jelaskan juga bagian mana yang salah dari permasalahan yang ia
alami.
4. Melatih Kognitif
Yang dimaksud di sini adalah melatih aspek kognitif si kecil, yaitu
kemampuan berpikirnya. Kemampuan tersebut akan menjadikan si kecil
sanggup menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian
atau peristiwa.
Salah satu caranya adalah melatihnya untuk berpikir secara kritis dan
membuat keputusan sendiri. Sesudahnya, biasakan si kecil untuk melihat
hasil dari keputusan yang dibuatnya. Sehingga nantinya ia bisa mulai
belajar untuk mengambil keputusan berdasarkan kemampuan dan
penilaian yang logis, bukan sekedar berdasarkan emosi semata.
Dengan melatih aspek kognitifnya, Ayah dan Bunda bisa mengetahui
dan mengevaluasi sejauh mana kemampuan dan kelemahan buah hati.
Sehingga ketika sebuah permasalahan muncul, orangtua bisa langsung
mengatasi permasalahan anak usia dini yang mungkin terjadi.
19
5. Permainan
Dengan melakukan permainan yang aktif bisa membuat si kecil
menjadi lebih sehat karena banyak bergerak. Khusunya jika hal tersebut
didukung dengan pengaturan pola makan yang seimbang.
6. Bantuan Profesional
Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah
mencoba berbagai macam cara. Di mana proses yang terjadi adalah
konselor berusaha membantu anak untuk sembuh dan mengatasi
permasalahan anak usia dini. Khususnya adalah ketika masalah yang
terjadi berhubungan dengan syaraf si kecil. Karena biasanya jika
berhubungan dengan masalah tersebut, seorang dokter atau psikiater akan
lebih bisa mengidentifikasi masalah utamanya dan mengetahui cara
menanganinya.
Konseling ini bisa dilakukan pada si kecil sejak usianya sedini
mungkin. Khususnya sejak si kecil sudah bisa diajak berkomunikasi
karena salah satu tahapan dalam konseling ini adalah dengan cara
mengobrol dan mengidentifikasi permasalahan yang ada. Sesudahnya,
baru konselor bekerja sama dengan orangtua untuk tindak lanjutnya.
20
8. Adil, dapat memahami perasaan anak
9. Pemaaf terhadap anak
10. Menghargai anak dan menciptakan hubungan yang akrab dengan anak
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak usia dini sudah mulai banyak bersosialisasi dengan orang- orang
disekitarnya. Oleh karena itu permasalahan yang dihadapi anak-anak usia
dini/taman kanak-kanak sebaiknya ditangani seawal mungkin agar tidak
menganggu perkembangan anak pada tahap selanjutnya. Proses bimbingan
dan arahan saat anak usia dini/ taman kanak-kanak mengalami masalah bisa
menjadi pengalaman yang berharga bagi anak dalam menjalani kehidupan
selanjutnya. Setiap permasalahan tentu memiliki solusi, demikan pula
permasalahan yang dihadapi anak merupakan suatu cara bagi orang tua dan
guru untuk belajar memberikan solusi yang terbaik bagi proses tumbuh
kembang anak.
B. Saran
Kepada orang tua, guru, pendamping disarankan untuk memberikan
penanganan yang tepat, baik serta bijak dalam menangani permasalahan anak.
Karena pada masa perkembangannya anak butuh perhatian pendampingan
yang intens/lebih baik dari segi pendidikan, kesehatan, pergaulan, fisik atau
pun psikologis, agar menjadi seorang anak yang diharapkan.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://www.posbunda.com/parenting/permasalahan-anak-usia-dini/
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/197706112001122-
EUIS_KURNIATI/PERMASALAHAN_ANAK_TK.pdf
Sutadi R.K, Deliana, S.M. (1995). Permasalahan Anak Taman Kanak Kanak.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBING
AN/196103171987032-
AAS_SAOMAH/PERMASALAHAN_ANAK_DAN_UPAYA_PENANGAN
ANNYAx.pdf
http://ekynozi.blogspot.com/2010/07/pihak-pihak-yang-berperan-dalam-
paud.html?m=1
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal.un
esa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/4616/6913&ved=2ahUKEwiY1tXzmZL0AhVVdCsKHQK
0B-YQFnoECDYQAQ&usg=AOvVaw3SFyQokYHiwZtyBLTRxYZy
23