Anda di halaman 1dari 14

Ringkasan Materi Kimia Analisis Farmasi untuk UKAI-CBT

Edited by : Reslely Harjanti

Kimia Farmasi Analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan


metode analisis untuk tujuan kualitatif, kuantitatif dan informasi struktur
senyawa obat/bahan kimia.
Analisis kualitatif adalah identifikasi elemen, spesies dan senyawa yang
terkandung dalam sampel. Analisis kuantitatif untuk menentukan jumlah
(kadar) absolut atau relative dari suatu elemen atau spesies dalam sampel.
Sedangkan analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang
tempat atom dalam suatu elemen atau molekul, serta identifikasi gugus-gugus
fungsional dalam molekul.

Secara Umum metode Analisis untuk tujuan kuantitatif ada 2 :


1. Metode Konvensional: sensitivitas rendah sehingga hanya dapat
digunakan untuk penetapan kadar komponen dalam sampel yang
kadar/konsentrasinya tinggi (umumnya dalam satuan % atau mg/tablet atau
mg/mL).
Metode konvensional yang umum digunakan adalah volumetri.
Berdasarkan reaksi yang terjadi (reaksi kimia) selama titrasi, volumetri
dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu reaksi asam basa (asidi-alkalimetri/
netralisasi); reaksi oksidasi (iodi-iodometri, permannganometri, serimetri,
bromatometri); reaksi pengendapan (argentometri); reaksi pembentukan
kompleks (kompleksometri)
Untuk menghitung kadar suatu senyawa dalam sampel yang ditetapkan
secara volumetri dapat digunakan rumus
 Jika sampel padat (sampel ditara dengan timbangan analitik4 adk
g0,0001 g0,1 mg)
Vtitran x Ntitran x BE
Kadar (% b/b)= x 100 %
Berat sampel( mg)
 Jika sampel cair (sampel diambil secara kuantitatif misalnya
menggunakan pipet volume)Labu tentukur/labu takar/labu ukur
Vtitran x Ntitran x BE
Kadar (% b/v)= x 100 %
mL sampel x 1000
BE (berat ekivalen) adalah berat molekul dibagi dengan valensinya

Contoh Soal :
Apoteker melakukan penetapan kadar air tablet antasida dengan metode
Karl Fischer. Apa prinsip reaksi dari metode di atas?
A. Asam basa
B. Kompleksasi
C. Pengendapan
D. Redoks
E. Bebas air

Sebanyak 250 mg serbuk sampel yang mengandung asam salisilat


(BM=138,12 g/mol) ditimbang seksama. Kemudian dilarutkan dengan 15 mL
etanol 95% yang telah dinetralkan terhadap fenolftalein LP (8,2-10,0).
Campuran selanjutnya ditambah dengan 20 ml air dan dititrasi dengan NaOH
0,1 N menggunakan indikator fenolftalein. Sampai terjadi titik akhir titrasi
dibutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak 12,56 mL.
Berapa % kadar Asam salisilat dalam sampel tersebut?
a. 69,39
b. 78,32
c. 84,39
d. 88,42
e. 92,39

2. Metode Instrumental: sensitivitas tinggi sehingga dapat digunakan untuk


penetapan kadar senyawa dalam sampel dengan konsentrasi/kadar rendah
(ppm).

a. Metode Spektrofotometri
Syarat: ada upaya preparasi sampel yang berupa suatu
isolasi/ekstraksi/penyarian sehingga dalam sampel hanya ada 1 komponen
senyawa yang akan dianalisis.
Sampel yang akan dianalisis secara spektrofotometri harus memiliki kromofor
yang mencukupi, untuk kuantitatif nilai Ɛ (koefisien ekstingsi Molarnya lebih
dari 1000 M-1.cm-1. Larutan akhir sebelum diukur absorbannya harus jernih.
 Dasar analisis kuantitatif  hokum Lambert-beer
P0
A=log10 = - logT
(P¿) ¿
A=Ɛ b c
BM
Ɛ=A1%,1cm x
10
 Hukum Beer untuk larutan uji (U) dan standar/baku (S)
(1) AS =abCS
(2) AU = abCU
Au
(3) Cu=Cs
As

As = Absorbansi standar/baku
Au = Absorbansi Uji
a = daya serap
b = tebal kuvet/larutan
Cs = konsentrasi standar/baku
Cu = konsentrasi Uji

b. Metode Kromatografi
 Syarat: tidak harus ada proses isolasi/penyarian/ekstraksi sehingga
sampel bisa berupa campuran, karena prinsip kromatografi secara umum
adalah pemisahan.
 Berdasarkan fase diamnya secara umum dibagi 2:
 Kromatografi Planar fase diam bentuk planar (K.kertas, KLT)
 Kromatografi Kolom fase diam bentuknya kolom (KCKT/HPLC, KG)

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC)


 Kata kunci : polaritas
 Digunakan untuk senyawa yang tidak stabil oleh panas, yang
tercampur dengan matriks yang sangat kompleks dan dapat digunakan
secara sekaligus (simultan).
 - merupakan metode rujukan terakhir saat analis tidak bisa
menggunakan metode lain
 Senyawa dalam kolom akan keluar dari kolom atas dasar kepolaran
yang berbeda, sehingga akan mempengaruhi kekuatan interaksi
senyawa dengan fase diam dan fase gerak.
 Sampel dapat diderivatisasi dengan tujuan untuk: Menghasilkan
senyawa yang tadinya tidak bisa dideteksi menjadi bisa dideteksi
(senyawa non-kromofor senyawa berkromofor); Meningkatkan daya
deteksinya (senyawa berkromofor UVsenyawa berkromofor
fluorescensi)
o Fase normal : fase diam lebih polar daripada fase geraknya, fase
terbalik sebaliknya
o Pada Fase terbalik (Reverse Phase/RP) senyawa polar akan
terelusi lebih dahulu Semakin polar fase gerak, senyawa non-polar
lebih kuat tertahan
o Kekuatan fase gerak (Eluent strength) pada fase normal
dimodifikasi dengan n-heksan dan pada fase terbalik (RP)
dimodifikasi dengan air.

Rumus perhitungan kadar sampel :


 Kadar sampel (mg)= Creg (ppm) x F. pembuatan x F.pengenceran
Berat rata 2tablet
 Kadar dalam tablet = x kadar sampel (mg)
Berat penimbangan
kadar dalam tablet
 Kadar % = x 100 %
kadar dalam label

Contoh soal :
Apoteker di industri farmasi akan menganalisis vitamin C dalam sediaan sirup
dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase terbalik. Pada fase
gerak ditambahkan cetrimide.
Apakah tujuan penambahan zat tersebut?
A. Reagen pasangan ion untuk meningkatkan sensitivitas
B. Reagen pasangan ion untuk meningkatkan kelarutan
C. Reagen pasangan ion untuk menahannya dalam kolom
D. Pembentuk derivat agar terbentuk senyawa berflouresensi
E. Pembentuk derivat agar terdeteksi dengan UV-Vis

Apoteker di laboratorium pengujian mutu industri farmasi akan


mengembangkan metode analisis sediaan sirup yang komposisinya
pseudoefedrin, dekstrometorfan dan triplolidin. Sampel dibasakan dengan
ammonia dan ekstraksi dengan etil asetat sehingga diharapkan semua
komponen penyusunnya dalam bentuk basa bebasnya. Setelah itu dilakukan
derivatisasi dengan trifluoro asetat anhidrida
Apakah tujuan penambahan zat tersebut?
A. Mencegah terjadinya enolisasi
B. Meningkatkan sensitivitas sampel
C. Meningkatkan kelarutan
D. Memperbaiki bentuk puncak
E. Memperbaiki volatilitas

Apoteker akan menetapkan kadar serbuk Omeprazol. Ditimbang seksama


100,0 mg serbuk sampel dan dilarutkan dalam larutan pengencer hingga 50,0
ml. Sejumlah 5,0 ml larutan diencerkan lagi hingga 50,0 ml, dan dianalisis
dengan KCKT. Diketahui luas area puncak sampel adalah 5710, sedangkan
luas area puncak larutan baku 0,2 mg/ml adalah 5870.
Berapa persen kadar sampel?
A. 102,8
B. 10,28
C. 97,27
D. 48,64
E. 51,4

Parameter yang digunakan:


 analisis kualitatif dengan metode kromatografi dapat menggunakan 3
pendekatan yaitu data retensi/ tR (waktu retensi) atau jika kromatografi
planar faktor retardasi sampel dibandingkan dengan baku. Pendekatan
selanjutnya adalah dengan cara spiking dan menggabungkan
instrument kromatografi dengan spektrometer massa.
 analisis kuantitatif digunakan informasi luas area (hasil kali tinggi
puncak dengan lebar pada setengah tinggi)/ tinggi puncak (jarak dari
garis dasar ke muncak maksimum) kromatogram
 Tujuan umum kromatografi adalah pemisahan yang cukup dari suatu
campuran yang akan dipisahkan. Ada 2 parameter yg digunakan yaitu
ukuran banyaknya pelebaran puncak dari masing-masing puncak
(sampel tunggal) dan tingkat pemisahan puncak-puncak yang
berdekatan (resolusi)
 Ukuran efisiensi kolom untuk sampel tunggal (N, HETP, tf).
N merupakan nilai yang tidak mempunyai dimensi, sehingga untuk
memastikan perhitungan kita benar adalah memastikan unit-unit t R, W
atau w1/2 harus mempunyai satuan yang sama.
tR
N=16( )2
W
tR
N=5,54 ( )2
W 1/2

 Ukuran efisiensi kolom untuk sampel campuran: Resolusi/Daya pisah

(tR 1−tR 2)
Rs=2
W 1+W 2
Rs = Resolusi (syarat ≥ 1,5)
tR1 = waktu retensi puncak (yg nilainya lebih besar)
tR2 = waktu retensi puncak (yg nilainya lebih kecil)
W1 = lebar puncak 1
W2 = lebar puncak 2

Contoh soal :
Diketahui jarak yg ditempuh fenilbutazon 33 mm; jarak yg ditempuh oleh
parasetamol 52 mm. lebar bercak fenilbutazon 10 mm dan parasetamol 10
mm. Hitung daya pisahnya!

Sifat Fisika Kimia Obat


 Koefisien Partisi
Koefisien partisi (P) menggambarkan rasio pendistribusian obat ke dalam
pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik dan air dalam jumlah yang
sama. Koefisien partisi bermanfaat untuk ekstraksi dan kromatografi obat.
Co
P=
Cw
Co : Konsentasi senyawa dalam fase organik
Cw; konsentrasi senyawa dalam fase air
Nilai P seringkali dinyatakan dengan log P. Misal nilai log P 1 setara dengan
nilai P 10 (10 bagian senyawa berada dalam fase organik dan 1 bagian
berada dalam fase air).
Bila molekul semakin larut lemak, maka koefisien partisinya semakin besar
(Ansel, 1989) jadi semakin tinggi nilai log P maka senyawa/pelarut tersebut
semakin nonpolar

Contoh soal :
Apoteker sebuah industri akan menganalisis kadar tablet berisi paracetamol
dan kafein menggunakan KCKT. Diketahui log P pct adalah 0,46 dan log
kafein -0,07. Fase gerak yg digunakan adalah metanol:air dengan
perbadingan 1(20:80), 2(50:50), 3(80:20). Bagaimana urutan fase gerak yang
digunakan bila yang ingin dielusi adalah kafein?
A. 3-2-1
B. 1-2-3
C. 2-3-1
D. 3-1-2
E. 1-3-2
Seorang farmasis sedang menganalisis obat batuk tablet  yang beredar di
pasaran dengan metode KCKT. Berdasarkan etiket tablet tersebut berisi
parasetamol, kafein , ctm dan dextrometrophan. Kondisi analisis: kolom
oktadesil dan fase gerak  campuran aquadest : methanol dan ACN dengan
perbandingan 85 : 10 ; 5.  Berdasarkan pustaka log P parasetamol, kafein ,
CTM dan dextrometrophan berturut-turut adalah 0,2 ; 0,5 : 0,3 ; 0,8.
Bagaimana urutan senyawa yang akan keluar lebih dulu?
A. Parasetamol , Kafein , CTM , Dextrometrophan
B. Parasetamol , CTM ,, Dextrometrophan , Kafein
C. Dextrometrophan , Kafein , CTM , Parasetamol
D. Dextrometrophan , Parasetamol , Kafein , CTM
E. Parasetamol , CTM , Kafein , Dextrometrophan

Kromatografi Gas (KG)


 Kata kunci: Volatilitas
 digunakan untuk senyawa yang punya titik didih rendah/mudah menguap
dan stabil terhadap panas
 tujuan dilakukan derivatisasi sampel pada KG adalah untuk membuat
sampel lebih mudah menguap dan sesuai dengan detektor yg digunakan.
 Derivatisasi dapat dilakukan pre/post kolom
Misalnya :
 Asam karboksilat + diazometan menjadi senyawa ester (yg mudah
menguap)
 suatu fenol/alkohol menjadi suatu asetat yang sesuai dengan detektor FID

Persiapan Sampel:
Apoteker akan menetapkan efektivitas ekstraksi pada ekstraksi cair-cair yang
telah dilakukan. Sampel air mengandung 10 mg iodium dan 10 mg natrium
klorida, setiap 20 mL akan dipisahkan dengan cara ekstraksi iodium ke dalam
metibenzen. Diketahui rasio distribusi iodium dalam metilbenzen atau air
adalah 50. Sebanyak 20 mL air diekstraksi 3 kali dengan metilbenzen masing-
masing 10 mL (total volume metilbenzen yang digunakan untuk ekstraksi
adalah 30 mL).
Berapa % efisiensi ekstraksi?
A. 94,89
B. 95,00
C. 96,15
D. 98,68
E. 99,99
Vaq
[ ]
Xn = Xo D. Vorg+Vaq n

20
[ ]
Xn = 10 50 .10+20 3
Xn=0,0005689577
Efisiensi ekstraksi metilbenzen = (10-0,0005689577)/10 x100%
Efisiensi ekstraksi metilbenzen = 99,99%

Xn = jumlah zat yg tertinggal setelah n kali ekstraksi


Xo = jumlah zat awal sebelum ekstraksi
Vaq = volume fase air
Vorg = volume fase organik
D = rasio distribusi
n = frekuensi esktraksi

Teknik Kuantifikasi
 Single point calibration (nilai Absorbansi standar/baku dan nilai
absorbansi sampel berdekatan)
Absorban sampel
Kadar sampel= x kadar standar
Absorban standar
 Multiple point calibration (menggunakan seri konsentrasi standar yang
dapat mengkover semua kadar produk obat tersebut dan responnya
harus linier serta tidak boleh adanya ekstrapolasi)
 One Standar calibration for each strength (jika sampel tidak
menunjukkan linieritas pada rentang konsentrasi yang layak)
Sehingga pada perhitungan kadar dengan menggunakan kurva
baku/persamaan regresi linier harus memperhatikan linieritas metode
analisis yaitu kemampuan metode tersebut untuk mencapai hasil uji yang
berupa variasi data yang secara langsung proporsional terhadap
konsentrasi analit dalam sampel dengan syarat coefficient of
determination (r2) ≥ 0,997.
Contoh soal-soal:
Seorang Apoteker yang bertugas pada bagian QC suatu industri farmasi
sedang mengukur akurasi alat KCKT dalam rangka validasi penetapan kadar
CTM pada produk tablet influenza dengan indikator Simpangan Baku Relatif
(%SBR).
Berapakah kriteria penerimaan SBR yang ditetapkan pada taraf kepercayaan
99,0%?
A. <0,5%
B. <1,0%
C. <2,0%
D. <2,5%
E. <5,0%

Seorang Apoteker di industri farmasi sedang melakukan pengembangan


metode analisis untuk identifikasi vitamin B6 dalam tablet B komplek
menggunakan metode KCKT. Validasi metode analisis vitamin B6 tersebut
harus dilakukan untuk menjamin kesesuaian metode.
Apakah parameter validasi yang harus dipastikan agar yang terukur hanya
vitamin B6?
A. Akurasi
B. Spesifisitas
C. Linearitas
D. Presisi
E. Rentang

Bahan baku parasetamol datang di sebuah industri farmasi. Industri tersebut


ingin memastikan kebenaran dari kandungan bahan baku obat yang datang
tersebut benar adalah parasetamol secara kualitatif menggunakan identifikasi
gugus fungsi. Metode analisis apa yang dapat digunakan?
A. spektrofotometer UV VIS
B. KCKT
C. spektrofotometer IR
D. spektrofotometerserapan atom
E. KLT
Sebuah pabrik melakukan analisa kadar terhadap suatu zat X sebanyak 25
mg. berdasarkan standar farmakope zat tersebut harus memenuhi
persyaratan kadar 90-110%. Berapa mg zat yang harus didapatkan agar
memenuhi persyaratan sesuai standar farmakope tersebut?
A. 22,5mg-27,5mg
B. 20,5mg-25,5mg
C. 22,5mg-25,5mg
D. D.27,5mg-29,5mg
E. 25,5mg-27,5mg

Seorang apoteker di industri sedang menganalisis tablet berisi parasetamol


dan kafein secara KCKT dengan kondisi fase gerak metanol:air (40:60), RP
C-18 dan laju alir 1 ml/menit. Diperoleh resolusi 1,0. Apa cara yang harus
dilakukan untuk meningkatkan resolusi?
A. Meningkatkan laju alir
B. Menurunkan laju alir
C. Mengubah fase gerak
D. Meningkatkan konsentrasi analit
E. Mengganti fase diam

Seorang apoteker sedang merancang prosedur analisis epinefrin dengan


spektrofotometer. Ia membuat larutan baku 200 ppm dan akan diukur pada
280 nm. Diketahui nilai absorptivitas molar epinefrin adalah 2700 lebar kuvet
1 cm. Berapa nilai serapan larutan baku tersebut?
A. 0,54
B. 0,756
C. 0,193
D. 0,135
E. 0,207

Apoteker menganalisis injeksi ondansetron menggunakan KCKT. Sampel 1


ampul diencerkan 200 kali. Luas area puncak larutan ondansetron 26400
dan larutan standar 24000. Konsentrasi larutan standar yang digunakan
10µg/mL. Berapa kadar ondansetron dalam tiap ampul?
A. 22 mg
B. 2,2 mg
C. 1,8 mg
D. 18 mg
E. 11 mg

Apoteker bagian QC melakukan Validasi Metode analisa Sirup Parasetamol


menggunakan KCKT. Dibuat baku 10 ppm dan dilakukan injeksi ke KCKT
memberikan hasil 9,86 ppm; 10,1 ppm ; 9,9 ppm; 9,78 ppm ; 10,21 ppm.
Berapa % nilai Presisinya?
a. 1,79
b. 0,18
c. 0,98
d. 5,58
e. 0,17

Apoteker menentukan kadar etil asetat di dalam kolkisin dengan metode


kromatografi gas. Pada preparasi sampel dibuat larutan yang mengandung
4,361 g/100 mL kolkisin dalam pelarut air. Kemudian dibuat juga larutan baku
etil asetat dalam air dengan konsentrasi 0,5912 mg/100 mL. Hasil analisis
diperoleh data luas area puncak larutan kolkisin 13457 dan luas puncak
larutan etil asetat 14689.
Berapa ppm kadar etil asetat dalam sampel?
a. 124,2
b. 0,1242
c. 1,242
d. 12,42
e. 1242

Apoteker menetapkan kadar injeksi steroid fosfat. Lima mL sampel


diencerkan sampai 100 mL, diambil 10 mL dan diencerkan sampai 100 mL.
Hasil pengenceran tersebut diambil 10 mL dan diencerkan sampai 100 mL.
Kemudian dilakukan pengukuran dengan spektrofotometer UV dan diperoleh
hasil kadar sampel steroid adalah 0,249 mg/100 mL. Berapakah konsentrasi
awal sampel tersebut dalam mg/mL??
a. 4,98
b. 49,8
c. 0,498
d. 2,49
e. 2,249
Apoteker menganalisis sampel infus. Sampel 5 mL diencerkan sampai 200
mL, diambil 10 mL dan diencerkan menjadi 200 mL. Larutan uji ini kemudian
dianalisis dan diperoleh hasil larutan uji mengandung natrium 0,789 mg/100
mL.
Berapa % b/v konsentrasi natrium tersebut dalam sampel awal??
a. 0,631
b. 0,789
c. 1,578
d. 6,31
e. 7,89

Pada teknik kuantifikasi analit menggunakan standar dengan metode


spektrofotometri UV-Vis dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada suatu
kasus terdapat analit yang tidak menunjukkan linearitas pada rentang
konsentrasi yang layak.
Apakah teknik yang sesuai untuk kasus tersebut?
a. One standard
calibration for each
strength
b. External standard
c. Internal standard
d. Multiple-point
calibration
e. Single-point calibration
Apoteker di industri farmasi akan menetapkan kadar prednisolone dalam
tablet secara spektrofotometri UV. Sebanyak 25,0 mL larutan sampel
diencerkan hingga 50,0 mL dan diukur absorbansinya, dihasilkan absorbansi
0,420. Selanjutnya dibuat campuran 25,0 mL sampel dengan 10,0 mL larutan
baku prednisolone 25 ppm. Setelah diencerkan hingga 50,0 mL, larutan
tersebut menghasilkan absorbansi 0,520.
Berapa ppm kadar prednisolon dalam sampel tersebut?
A. 8,08
B. 10,52
C. 25,00
D. 32,31
E. 42,00

Anda mungkin juga menyukai