Anda di halaman 1dari 5

HKUM4402

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : M. DIKA KASWARA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 041105308

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4402/Hukum Perjanjian

Kode/Nama UPBJJ : 17/JAMBI

Masa Ujian : 2020/21.2 (2021.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA

1 dari 2
HKUM4402

NASKAH TUGAS MATA


KULIAH UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2020/21.2 (2021.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4402/Hukum Perjanjian
Tugas 3

No. Soal
1. Kasus Pertama

Pada hari Sabtu tanggal 1 Maret 2018, Santi dan Faizal, mendatangi kantor notaris Kamal, S.H, M.M,
M.Kn. Kedua pihak tersebut berencana membuat perjanjian sewa-menyewa atas sebidang tanah dan
2
bangunan seluas 209 m tanah
, Hak Milik Amirsyah suami Santi yang terletak di Provisi Jawa Barat,
Kota Bekasi. Tanah dan bangunan yang disewa tersebut akan digunakan oleh Faizal untuk tempat
penumpukan atau gudang furnitur dan barang- barang lainnya atau yang sejenis. Sewa-menyewa
tersebut akan dilaksanakan dalam jangka waktu 2 tahun. Untuk jangka waktu tersebut di atas Faizal,
harus membayar uang sewa kepada Santi sebesar Rp. 8.750.000,- pertahun. Dan pada saat dibuatnya
perjanjian tersebut, Faizal telah menyerahkan uang sewa kepada Santi sebesar Rp.17.500.000,-
Perjanjian sewa-menyewa yang dibuat tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan
oleh dua orang saksi yaitu Andin, S.H., dan Sapto, S.H. Namun, ada kejanggalan dari perjanjian sewa-
menyewa yang dibuat itu. Tanah yang disewakan tersebut merupakan tanah milik Amisyah suami Santi
tapi ternyata dalam klausula perjanjian tersebut tidak disebutkan bahwa Santi telah mendapat izin dari
suaminya.

Kasus Kedua

Bpk. Joni (petani buah durian) membuat perjanjian jual beli borongan atas durian yang ada di kebun
miliknya di dusun Getrak. Pembelinya adalah Bpk. Kardi yang bertempat tinggal di Desa Ciawi
Kabupaten Kuningan. Perjanjian tersebut dibuat secara omongan yang dilaksanakan sekitar 4 bulan
sebelum buah durian dipanen. Dari sekitar 15 pohon durian di kebun penjual, penjual dan pembeli
menyepakati harga seluruhnya sebesar Rp. 22,5 juta. Dibayar saat perjanjian dibuat setengah, dan
sisanya dibayarkan pada saat panen durian

Soal:
a. Berdasarkan kasus 1 dan kasus 2 diatas, mana perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama,
jelaskan pendapat saudara ?
b. Bagaimanakah penyelesaian hukum akibat adanya ada kejanggalan dari perjanjian sewa- menyewa
yang dibuat Amirsyah dan Faizal, pada kantor notaris Kamal, S.H, M.M, M.Kn ?

Jawaban:
a. Di kasus 1 dan 2 ini yang merupakan perjanjian bernama dan tidak bernama yaitu pada kasus 1
merupakan perjanjian bernama karena terjdinya perjanjian sewa menyewa di kasus tersebut dan
unsur pembentuk perjanjian sewa menyewa juga ada didalam kasus tersebut yaitu adanya
perbuatan hukum,kesepakatan/konsekuensi,objek perjanjian,para pihak yaitu penyewa dan
pemilik,dan akibat hukum
Pada kasus 2 yaitu merupakan perjanjian tidak bernama karena di kasus 2 itu pak joni
melakukan perjanjian jual beli borongan atas durian yang ada di kebunnya dan perjanjian
tersebut dibuat secara omongan yang dilaksanakan sekitar 4 bulan sebelum buah durian
dipanen.

b. Maka perjanjian sewa menyewa tanah tersebut tidak sah karena perjanjian dan peraturan sewa-
menyewa hanya sah dilakukan jika ada persetujuan atau ijin pemilik hunian Setidaknya, ada tiga
klausul yang harus tertera di dalam surat perjanjian sewa rumah tersebut, yakni klausul hak dan
kewajiban, klausul jangka waktu sewa dan klausul besarnya sewa.

2 dari 2
HKUM4402

2. Reklamasi pantai sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan lahan perkotaan menjadi kemutlakan, karena
semakin sempitnya wilayah daratan di DKI Jakarta. Kebutuhan dan manfaat reklamasi dapat dilihat dari
aspek tata guna lahan, aspek pengelolaan pantai dan ekonomi. Tata ruang suatu wilayah tertentu
kadang dibutuhkan untuk direklamasi agar dapat berdaya dan hasil guna. Untuk pantai yang
diorientasikan bagi pelabuhan, industri, wisata atau untuk kepentingan umum yang perairan pantainya
dangkal wajib untuk direklamasi agar bisa dimanfaatkan.
Upaya perwujudan reklamasi kawasan pantai di DKI Jakarta dilaksanakan melalui kerjasama
(partnership) dengan pihak swasta, yang pelaksanaannya telah menghasilkan berbagai dokumen kerja
sama, seperti Nota Kesepahaman (MoU), tertanggal 29 Juli 2019 Tentang Perjanjian Kerjasama antara
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan PT. X mengenai Reklamasi Pulau G di DKI Jakarta. Kemudian
PT. Y melalui Kerja Sama Operasi (KSO) telah menunjuk kontraktor PT Z sebagai pemenang tender
proyek tersebut. Kontrak berlangsung selama dua tahun. Namun dalam perkembangannya pelaksanaan
reklamasi tersebut, menuai banyak kritikan dan pertentangan mulai dari payung hukum reklamasi
sampai pada hak atas tanah yang telah direklamasi.

3 dari 2
HKUM4402

Soal:
a. Berdasarkan kasus diatas, menurut pendapat saudara perjanjian kerjasama termaksud perjanjian
hasil negosiasi atau perjanjian tanpa negosiasi ? jelaskan
b. Jelaskan dampak perjanjian hasil negosiasi dan perjanjian tanpa negosiasi dalam kasus diatas ?
c. Jelaskan tips negosiasi yang baik agar anda dapat mencapai kesepakatan terbaik yang
menguntungkan terhadap kasus diatas ?

Jawaban:
a) Menurut saya Pada kasus tersebut termasuk perjanjian hasil negoisasi karena perjanjian kerja
sama dikasus tersebut terdapat negoisasi dengan pihak swasta dan negoisasi tersebut
bermuara pada kata kesepkatan yang merupakan syarat sah dari persetujuan.
b) Dampak perjanjian hasil negoisasi yaitu membantu mempermudah dalam reklamasi pantai dan
saling menguntungkan. Namun dalam perkembangannya pelaksanaan reklamasi tersebut,
menuai banyak kritikan dan pertentangan mulai dari payung hukum reklamasi sampai pada hak
atas tanah yang telah direklamasi. Disitulah perlunya negoisasi kembali diantara 2 pihak.
c) Tipsnya yaitu sesuai kasus diatas adalah
 Buat Kontrak atau Perjanjian yang jelas
proses negosiasi yang panjang adalah membuat perjanjian atau kontrak secara tertulis.
Biasanya sebelum menandatangani perjanjian pokok, para pihak akan menandatangani
Memorandum of Undertstanding (MoU) terlebih dahulu sebagai kesepakatan awal.
Hindari untuk terlalu mengandalkan omongan tanpa adanya bukti secara tertulis
mengenai kesepakatan yang telah Anda buat. Tanpa adanya kontrak tertulis, hasil
negosiasi akan sia-sia dan mungkin saja akan merugikan Anda di kemudian hari
 Tentukan Batas Waktu Negosiasi
Mencapai kesepakatan dalam bernegosiasi mungkin tidaklah mudah. Negosiasi yang
berlarut tentu juga akan menyita banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Bukan hanya itu,
proses negosiasi yang berlarut-larut juga menyita biaya seperti biaya transportasi dan
Anda mungkin dapat kehilangan kesempatan untuk mencari prospek lain karena terpaku
pada negosiasi yang berlarut-larut. Karena itulah, untuk menghindari proses negosiasi
yang macet, sebaiknya Anda menyampaikan batas waktu negosiasi yang realistis sejak
 Sampaikan Sebanyak Mungkin Informasi yang Relevan awal.
Untuk mencapai tujuan bersama (win-win solution), kedua belah pihak harus
menyampaikan informasi yang relevan dan tidak ada yang ditutup-tutupi. Karena
memberikan informasi sebanyak mungkin menjadi salah satu cara untuk membuat orang
lain percaya dengan Anda. Bukan hanya itu, dengan memberikan informasi selengkap
mungkin, Anda dapat menyampaikan tujuan dan harapan yang sebenarnya Anda
inginkan.
 Jangan terburu-buru
Tips selanjutnya tentang negosiasi adalah tentang kesabaran. Terkadang bersabar
menjadi hal yang sangat sulit dan Anda ingin menyelesaikannya dengan buru
buru.Mereka tahu bahwa jika Anda terburu-buru, Anda lebih cenderung membuat
kesalahan dan membuat kerugian bisnis atas keputusan Anda. Ingatlah, dalam
bernegosiasi siapa pun yang lebih fleksibel tentang waktu akan diuntungkan.Kesabaran
Anda bisa menghancurkan negosiator lain jika mereka sedang terburu-buru karena
mereka mulai percaya bahwa Anda tidak berada di bawah tekanan untuk menyelesaikan
kesepakatan. Jadi apa yang mereka lakukan? Mereka menawarkan konsesi sebagai
cara memberi Anda insentif untuk mengatakan YA

4 dari 2
HKUM4402

3. Kasus Posisi

Suatu Perjanjian Loan Agreement tertanggal 23 April 2010. Perjanjian tersebut mengatur PT Bangun
Karya Pratama Lestari memperoleh pinjaman dana dari NINE AM LTD sejumlah AS$4,422 juta.
Perjanjian tersebut dibuat dan tunduk pada ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Sebagai
jaminan utang, para pihak membuat akta perjanjian jaminan fidusia atas benda tertanggal 27 April 2010,
benda yang dijaminkan berupa enam unit Truck Caterpillar Model 775F Off Highway. Dengan
mekanisme pembayaran tersebut selama 48 kali angsuran bulanan sebesar AS$148,5 ribu per bulan
dan bunga akhir AS$1,8 juta yang wajib dibayarkan pada tanggal pembayaran akhir angsuran pinjaman.
Setelah berjalan selama dua tahun, PT. Bangun Karya Pratama Lestari mengajukan gugatan karena
menurutnya perjanjian tersebut tidak memenuhi syarat formil. Perjanjian tersebut dinilai melanggar Pasal
31 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara
Serta Lagu Kebangsaan. Dikarenakan kontrak tersebut dibuat dalam Bahasa Inggris, tanpa
menggunakan Bahasa Indonesia.
Dalam Gugatannya PT. Bangun Karya Pratama meminta pengadilan untuk menyatakan kontrak tersebut
batal demi hukum atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak memiliki kekuatan mengikat. Gugatan Nomor
xx/Pdt.G/20xx/PN.Jkt.Bar ini dikabulkan majelis hakim yang dalam putusannya menyatakan perjanjian
tersebut memang bertentangan dengan Pasal 31 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009
tentang Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara Serta Lagu Kebangsaan, selain itu majelis juga
memerintahkan PT. Bangun Karya Pratama Lestari untuk mengembalikan semua pinjaman yang telah
diberikan NINE AM LTD karena telah membayar AS$3.504.460 ditambah deposit AS$800 ribu majelis
meminta PT. Bangun Karya Pratama Lestari mengembalikan sisa uang NINE AM LTD sebanyak
AS$115.540.

Soal:
a. Berdasarkan kasus diatas, menurut pendapat saudara apa yang menjadi pertimbangan majelis
hakim terhadap penafsiran penggunaan bahasa Inggris dalam perjanjian, mengapa bisa dibatalkan ?
b. Bagaimana menurut pendapat saudara mengenai penafsiran penerapan pasal 1320 KUHPerdata
dalam kasus diatas, mengapa bisa dibatalkan ?

Jawaban:
a) Yang menjadi pertimbangan majelis hakim adalah:
 Bahwa Pasal 31 ayat (1) UU No. 24/2009 telah secara tegas mewajibkan Bahasa
Indonesia digunakan dalam Perjanjian yang melibatkan lembaga swasta Indonesia. UU
No. 24/2009 mengikat sejak diundangkan yaitu 9 Juli 2009, karenanya setiap perjanjian
yang melibatkan lembaga swasta Indonesia yang tidak menggunakan bahasa indonesia
bertentangan dengan UU No. 24/2009.
 Bahwa kalaupun nantinya Perpres yang mengatur pelaksanaan ketentuan Pasal 31 ayat
(1) UU No. 24/2009 diundangkan, Perpres tersebut tidak dapat melumpuhkan kata
“wajib” dalam UU, mengingat Perpres memiliki kedudukan lebih rendah dari UU.
Begitupula Surat MENHUHAM, karena tidak termasuk dalam tata urutan perundang-
undangan, maka surat tersebut tidak dapat melumpuhkan kata “wajib”.
 Dengan demikian, karena Loan Agreement ditandatangani setelah UU No. 24/2009
diundangkan, maka tidak dibuatnya Loan Agreement dalam bahasa Indonesia adalah
bertentangan dengan UU No. 24/2009 sehingga merupakan perjanjian yang terlarang
karena dibuat dengan sebab yang terlarang (vide Pasal 1335 Jo Pasal 1337
KUHPerdata) dan karenanya tidak memenuhi syarat esensialia Perjanjian sebagaimana
Pasal 1320 KUHPerdata. Maka, Loan Agreement batal demi hukum.
b) Dalam pasal 1320 KUHPerdata menyebutkan adanya 4 (empat ) syarat sahnya suatu
perjanjian, yakni:
 Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya;
 Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;
 Suatu hal tertentu; dan
 Suatu sebab (causa) yang halal
Pertanyaan nya mengapa bisa dibatalkan karena dari perjanjian Loan Agreement tertanggal 23
April 2010 melanggar syarat sah perjanjian diatas

5 dari 2

Anda mungkin juga menyukai