Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

SESI 1: TAK
MENGENAL HALUSINASI

OLEH:
KELOMPOK 1

1. PUTU MEITA ARI ADRIANI (P07120019042)


2. NI GUSTI AYU YOGI ANTARI (P07120019043)
3. NI LUH MADE TEJA WAHYUNI (P07120019044)
4. GERALDO LANANG SCHELLING (P07120019045)
5. IDA AYU MADE NAMAYANTI (P07120019046)
6. NI KADEK AYU GITA PRADNYA DEWI (P07120019047)
7. NI LUH PUTU PUSPITA DEWI (P07120019048)
8. I WAYAN YAMA ADI PUTRA (P07120019049)
9. ADELIA MANDAYANI (P07120019050)
10. MUTIA ISMI SEPTINA (P07120019051)
11. AGUSTIN ZHAESARANY (P07120019052)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
PROPOSAL
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)
SESI 1: TAK
MENGENAL HALUSINASI
A. TOPIK
Mengenal Halusinasi

B. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS


1. Tujuan umum
Klien dapat mengenal halusinasi.
2. Tujuan khusus
a. Klien mengenal isi halusinasi
b. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
c. Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
d. Klien mengenal perasaannya saat terjadi halusinasi

C. LATAR BELAKANG
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2007).
Gangguan persepsi sensori halusinasi sering disebabkan karena panik, sterss
berat yang mengancam ego yang lemah, dan isolasi sosial menarik diri. Isolasi
sosial merupakan keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak.
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara
sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan
gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri
tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).

D. TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indera
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem
penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh dan baik.
Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari dalam diri individu. Dengan kata lain klien
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh
klien dan tidak dapat dibuktikan
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan. Klien
merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun
tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut
Halusinasi adalah pengalaman paska indra tanpa adanya rangsangan
(stimulus) misalnya penderita mendengar suara – suara, bisikan dari telinga
padahal tidak ada sumber dari suara bisikan itu. ( Hawari, 2001 )
Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra
tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah.(
stuart, 2007 )
Kesimpulannya halusinasi adalah presepsi klien melalui panca indra
terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.

b. Macam - Macam Halusinasi


1) Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang dapat membahayakan.
2) Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3) Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4) Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5) Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6) Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
7) Kinisthetic

Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

c. Penyebab
1) Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2005). Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
2. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
2) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah:
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
2. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup
klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi
realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai
stress.
d. Tanda dan Gejala
1) Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan
gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran
pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan
stress. Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu
mengotrol kesadarnnya dan mengenal pikirannya, namun intensitas
persepsi meningkat. Klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
2) Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain.Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom
seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik
dengan halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
3) Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien
menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam
gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau
detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4) Fase Keempat / conquering/ panic
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu
singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika
tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik,
potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang

E. PROSES KEGIATAN
1. SELEKSI PASIEN DAN KELUAGA
a. Kriteria Pasien
Pasien yang mengalami perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b. Proses Seleksi
b) Mengobservasi klien yang masuk kriteria.
c) Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
d) Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
e) Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok.

2. RENCANA TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI


PERSEPSI : PADA PASIEN HALUSINASI

A. JADWAL KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien


dengan resiko perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal : Rabu/ 17 Maret 2021

b. Waktu : Pkl. 08.00 – 08.40 WITA

c. Alokasi waktu : 1. Perkenalan dan pengarahan (5 menit)

2.Terapi kelompok (30 menit)

3. Penutup (5 menit)

d. Tempat : Ruang Arjuna RS Jiwa Bangli

B. SESI YANG DIGUNAKAN: SESI 1 MENGENAL HALUSINASI

Pasien dilatih untuk dapat mengenal halusinasi yang


dialaminya. Kemampuan persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan
pada tiap sesi. Dalam proses ini, respons pasien terhadap berbagai
stimulus dalam kehidupan diharapkan menjadi adaptif.

C. PESERTA TAK

a. Kriteria pasien

1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu


berlangsungnya Terapi Aktifitas Kelompok
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik
3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas

b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK,
meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana
kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok.

D. TATA TERTIB DAN ANTISIPASI MASALAH


1. Tata Tertib pelaksanaan TAKS
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan
selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
d. Peseta tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama
kegiatan TAKS berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta
mengangkat tangan kanan dan berbicara setelah
dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan
dari permainan
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK
selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS
telah habis, sedangkan permainan belum selesai, maka
pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk
memperpanjang waktu TAK kepada anggota.
2. Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk
menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
1. Panggil nama klien
2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan
berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat
melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada
klien yang telah dipilih
2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang
mungkin dapat diikuti oleh klien tersebut
3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk
dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut.
(Eko Prabowo, 2014).
E. SKEMA/ POSISI PELAKSANAAN TAK

L CL

F
P

P F

F P F P

Keterangan:

L : Leader
CL
: Co-Leader
P
: Pasien

F : Fasilitator

O : Observer

Nama-Nama Tim Terapis

Leader : Ida Ayu Made Namayanti


Co Leader : Mutia Ismi Septina
Fasilitator :
1. Adelia Mandayani
2. Putu Meita Ari Adriani
3. Ni Gusti Ayu Yogi Antari
4. I Wayan Yama Adi Putra
Observer : Geraldo Lanang Schelling

Berikut merupakan uraian tugas dari terapis baik sebagai leader, observer, dan
fasilitator.

a. Leader

Uraian tugas :

1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan


2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin diskusi

b. Peran Co-Leader
Uraian tugas :
1. Membantu tugas leader
2. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
3. Mengingatkan leader tentang kegiatan
4. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
c. Observer
Uraian tugas :
1. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok denga evaluasi kelompok
d. Fasilitator

Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah
kegiatan.
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4. Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

Tabel 1. Tabel Rincian Alokasi Waktu TAK ( )

No. Kegiatan Alokasi Keterangan


waktu
1. Tahap Orientasi:

• Memberi salam terapeutik:


salam dari terapis
• Evaluasi/validasi:

menanyakan perasaan
5 Menit Di pimpin oleh Leader
pasien saat ini

• Kontrak

2. Tahap Kerja:
1. Sesi I: Mengenal Halusinasi
a. Terapis meminta klien
menceritakan apa yang
dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan
bagaimana hasilnya.
Ulangi sampai semua 30 Menit Di pimpin oleh Leader
klien mendapat giliran.
b. Beri pujian setiap klien
selesai bercerita
c. Terapis menjelaskan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
halusinasi saat halusinasi
muncul.
d. Terapis memperagakan
cara menghardik
halusinasi, yaitu: “Pergi
jangan ganggu saya”,
“Saya mau bercakap-
cakap dengan…..”
e. Terapis meminta masing-
masing klien
memperagakan cara
menghardik halusinasi.
Hidupkan musik dan oper
bola sehingga yang
mendapat bola
menceritakan sampai
semua peserta
mendapatkan giliran.
f. Terapis memberikan
pujian dan mengajak
semua klien bertepuk
tangan saat setiap klien
selesai memperagakan
menghardik halusinasi.
3. Tahap Terminasi : 5 menit Di pimpin oleh Leader

a. Evaluasi

b. Rencana tindak lanjut

c. Kontrak yang akan datang


F. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
2. Evaluasi Hasil
Dari kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok, semua pasien mampu
menyebutkan jenis halusinasi, mampu menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik dan pasien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi.
Lembar Evaluasi Kemampuan Pasien
SESI 1: TAK
Mengenal Halusinasi

Evaluasi hasil klien selama melaksanakan TAK


Menyebut Menyebut Menyebut Mengikuti
Menyebut
Nama waktu situasi perasaan kegiatan
No isi
Klien terjadi terjadi saat sampai
halusinasi
halusinasi halusinasi halusinasi selesai
1 Ny.
2 Ny.
3 Ny.
4 Tn.

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengenal halusinasi: isi,
waktu, situasi, dan perasaan. Beri tanda (V) jika klien mampu dan beri tanda (X)
jika klien tidak mampu.
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan dkk,.2014. Terapi Okupasi Aktivitas Menggambar Terhadap


Perubahan Halusinasi Pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Gema Keperawatan. 7
(2) : 124-129.

Hawari, Dadang. (2001). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keliat, Budi Anna dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok.
Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta: EKG

Lilik. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mansjoer, A. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

Maramis, W.F. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Erlangga University
Press.

Stuart dan Laraia. (2007). Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. edisi 6. St.
Louis: Mosby Year Book.

Stuart, G.W.,Sundeen, S.J. 2014. Pakku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC.

Suliswati dkk,. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai