Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rizky Fathullah Hudaya

NPM : 2006590752

Kelas : Penulisan Ilmiah (E)

Tugas Annotated Bibliography

Topik : Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua dan Regulasi Emosi Terhadap Kondisi Psikis serta
Motivasi Akademis Remaja.

Cui, L., Morris, A. S., Criss, M. M., Houltberg, B. J., & Silk, J. S. (2014). Parental Psychological Control
and Adolescent Adjustment: The Role of Adolescent Emotion Regulation. Parenting, 14(1),
47–67. https://doi.org/10.1080/15295192.2014.880018

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua berupa Parental
Psychological Control terhadap kondisi mental anak remaja. Fokus dalam studi ini adalah bagaimana
Psychological Control orangtua dapat mempengaruhi keadaaan mental remaja berupa perilaku
agresif dan gejala depresi secara tidak langsung melalui kemampuan regulasi emosi remaja berupa
emosi marah dan sedih serta bagaimana regulasi emosi dapat mempengaruhi hubungan antara
Psychological Control terhadap mental remaja.

Penelitian ini menemukan bahwa Parental Psychological Control dapat mempengaruhi perilaku
agresif dan gejala depresi remaja secara tidak langsung melalui kemampuan remaja dalam
mengontrol emosi marah. Namun, tidak ditemukan pengaruh secara tidak lansung Psychological
Control terhadap kondisi mental remaja oleh emosi sedih. Selain itu, para peneliti juga menemukan
bahwa remaja dengan kemampuan regulasi emosi yang tinggi dapat melindungi mereka dari
perilaku agresif dan gejala depresi yang disebabkan oleh Psychological Control orangtua. Jadi, para
para peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan regulasi emosi remaja dapat berfungsi sebagai
moderator dan mediator pada masalah ini.

Keterbatasan dari penelitian ini adalah data yang digunakan merupakan cross-sectional data
sehingga para peneliti kesulitan memproses data tersebut. Selain itu, para peneliti juga hanya
mengambil data melalui kuesioner yang mana bisa menghasilkan data bias. Jadi, disarankan untuk
penelitian selanjutnya untuk menggunakan metode observasi untuk mendapatkan data.
McLaughlin, K. A., Hatzenbuehler, M. L., Mennin, D. S., & Nolen-Hoeksema, S. (2011). Emotion
dysregulation and adolescent psychopathology: A prospective study. Behaviour Research and
Therapy, 49(9), 544–554. https://doi.org/10.1016/j.brat.2011.06.003

Penelitian ini meneliti hubungan longitudinal dan timbal balik antara regulasi emosi dan
psikopatologi pada anak remaja. Tujuan penelitian ini menggunakan remaja sebagai subjek adalah
karena masa remaja merupakan waktu yang paling krusial untuk perkembangan kemampuan
regulasi emosi dan gejala psikopatologi.

Para peneliti mengukur tingkat regulasi emosi dan psikopatologi partisipan menggunakan metode
self-report berupa kuesioner. Untuk Psikopatologi peneliti mengukur tingkat depresi menggunakan
CDI, kecemasan dengan MASC, agresif dengan RPEQ, dan perilaku makan dengan ChEAT. Sedangkan
untuk regulasi emosi, peneliti menggunakan EESC, CSMS dan CAMS, serta CRSQ. Data-data tersebut
lalu dianalisa menggunakan software AMOS 6.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan regulasi emosi remaja sangat
berhubungan dengan psikopatologi. Lebih lanjut, penelitian ini juga mendukung hipotesis penelitian
sebelumnya yang mana menyampaikan bahwa regulasi emosi berperan sebagai faktor determinan
dari psikopatologi.

Penelitian ini sangat bermanfaat sebagai program perventif untuk permasalahan mental atau
psikopatologi remaja. Data-data yang didapat dari penelitian ini bisa dijadikan pedoman untuk
mengetahui regulasi emosi apa yang menyebabkan gelaja psikopatologi tertentu. Sebagai contoh,
dengan memperkuat regulasi emosi marah dan sedih serta mengurangi ruminasi, maka kita dapat
mencegah dan mengatasi gejala psikopatologi tertentu.
Bjureberg, J., Ljótsson, B., Tull, M. T., Hedman, E., Sahlin, H., Lundh, L. G., Bjärehed, J., DiLillo, D.,
Messman-Moore, T., Gumpert, C. H., & Gratz, K. L. (2016). Development and Validation of a
Brief Version of the Difficulties in Emotion Regulation Scale: The DERS-16. Journal of
Psychopathology and Behavioral Assessment, 38(2), 284–296.
https://doi.org/10.1007/s10862-015-9514-x

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyederhanakan Difficulties in Emotion Regulation
Scale (DERS). DERS sudah sering dipakai dalam banyak penelitian, namun karena mempunyai banyak
item jadi DERS sulit diaplikasikan pada situasi tertentu. Dalam membuat versi sederhana DERS, atau
yang mereka sebut DERS-16 para peneliti mengambil item penelitian dari versi originalnya, yang
mana nantinya akan di eliminasi. Selain itu, para peneliti juga menghilangkan instrument emotional
awareness dari penelitian ini dikarenakan mereka menganggap instrument ini tidak relevan dengan
tujuan DERS.

Para peneliti melakukan 2 studi. Studi pertama bertujuan untuk mengetahui kegunaan dan validitas
dari DERS-16, sedangkan studi kedua bertujuan untuk mendukung validitas dari item penelitian
DERS-16. Hasil studi penelitian ini menunjukkan bahwa DERS-16 valid dan dapat digunakan dalam
mengukur kesulitan regulasi emosi. Banyak keuntungan dari penggunaan DERS-16, salah satunya
adalah para peneliti dapat dengan mudah mengadministrasi data-data penelitiannya serta beban
para partisipan juga akan berkurang.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti menghilangkan instrument emotional awareness di
DERS-16. Selain itu, partisipan yang digunakan juga secara umum merupakan wanita. Jadi, di
penelitian selanjutnya diharapkan untuk memasukkan instrumen emotional awareness dan
menggunakan sampel yang lebih bervariasi atau bisa juga menggunakan sampel yang didominasi
oleh pria.
Hoang, T. (2007). The Relations between Parenting and Adolescent Motivation. International Journal
of Whole Schooling, 3(2), 1–21.

Sudah banyak penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan antara pola asuh orangtua terhadap
motivasi anak. Pada jurnal ini, para peneliti memfokuskan penelitiannya terhadap tipe pola asuh dan
keterlibatan orangtua serta dua sudut pandang motivasi, Goal Orientation dan Autonomy. Sudut
pandang Goal Orientation dibagi menjadi 3 pendekatan, yakni Mastery, Performance Approach, dan
Performance Avoidance.

Dalam penelitian ini para peneliti menggunakan metode self-report berupa survey dengan
menggunakan skala Likert. Instrumen yang dimasukkan ke survey berupa tipe pola asuh orangtua,
keterlibatan orangtua, Goal Orientation, dan Autonomy. Goal Orientation diukur dengan
menggunakan PALS sedangkan Autonomy diukur dengan ASRQ.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pola asuh yang otoritarian membuat motivasi anak cenderung
menjadi performance approach goal orientation, pola asuh yang permisif membuat motivasi anak
cenderung menjadi performance avoidance goal orientation, dan pola asuh yang otoritaif cenderung
membuat motivasi anak menjadi mastery goal orientation serta autonomi atau mandiri. Jadi dapat
disimpulkan dari penelitian ini bahwa pola asuh otoritatif berpengaruh positif terhadap motivasi dan
kemandirian anak. Kekurangan dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan analisis multivariate
sehingga mereka tidak bisa menjelaskan secara detil mengenai hubungan antar variabel yang diteliti.
Vallerand, R. J., Pelletier, L. G., Blais, M. R., Briere, N. M., Senecal, C., & Vallieres, E. F. (1992). The
academic motivation scale: A measure of intrinsic, extrinsic, and amotivation in education.
Educational and Psychological Measurement, 52(4), 1003–1017.
https://doi.org/10.1177/0013164492052004025

Penelitian ini dilakukan untuk menerjemahkan skala pengukuran tingkat motivasi dari Perancis,
Echelle de Motivation en Education (EME) ke Bahasa Inggris. EME terdiri dari 28 items yang dibagi
menjadi 7 subskala, yaitu 3 tipe motivasi intrinsik, 3 tipe motivasi ekstrinsik, dan amotivasi. Selain
menerjemahkan EME, para peneliti juga akan mengecek kevaliditasan dari terjemahan EME, yang
diberi nama Academic Motivation Scale (AMS).

Proses penerjemahan EME menggunakan 3 tahap, tahap pertama EME diterjemahkan oleh 4 orang
dwibahasa yang mana di tahap ini menghasilkan 2 versi AMS. Di tahap kedua, 2 versi AMS ini
diperiksa oleh individu yang berpartisipasi dalam proses terjemahan dan oleh penulis EME. Di tahap
kedua para peneliti akhirnya mendapatkan draft final dari AMS. Di tahap ketiga para peneliti
mencoba apakah isi dari AMS mudah dimengerti atau tidak dengan cara menyuruh 10 mahasiswa
junior untuk mengisi pretest.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa AMS mempunyai tingkat reliabilitas dan kevaliditasan
yang sama dengan EME, yang berarti bahwa AMS sudah dapat digunakan dalam sebuah penelitian.
Dengan adanya AMS, maka penelitan mengenai pengukuran motivasi dapat dengan mudah
dilakukan karena sudah tidak ada keterbatasan bahasa, sebab AMS menggunakan Bahasa inggris
yang merupakan Bahasa internasional.

Anda mungkin juga menyukai