Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWAT DARURATAN PASIEN


DENGAN ABORTUS

NAMA : LULUK YULIANA


NIM : K.015.019 002

STIKES DUTA GAMA KLATEN


TAHUN AJARAN 2019/ 2020

1
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia,tampa
mempersoalkan penyebabnya,dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan
spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus
spontan” (Manuaba, 2011).

Adapun penyebab langsung kematian ibu di Indonesia pada tahun 2007 adalah
perdarahan yang mencapai 28%, pre eklamsi dan eklamsi 24%, infeksi 11% dan
aborsi tidak aman sebesar 5%, sedangkan penyebab tidak langsung adalah rendahnya
akses pada perempuan dalam mendapatkan layanan, terlalu tua saat melahirkan
13,9%, terlalu muda 0,3%, terlalu sering melahirkan 37%, dan terlalu pendek waktu
melahirkan 9,4%.
Menurut WHO (World Health Organisation), Pada 2015 mendatang angka
kematian ibu melahirkan di Indonesia ditargetkan menurun menjadi 103 kematian per
100.000 kelahiran, karena kementerian telah menyiapkan beberapa program termasuk
juga pengawasan dan evaluasi. Namun angka kematian ibu di Indonesia saat ini pada
tahun 2010 tergolong masih cukup tinggi yaitu mencapai 228 kematian per 100.000
kelahiran. Walaupun sebelumnya Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari
angka 300 kematian per 100.000 kelahiran pada tahun 2009 (Ericca, 2011).
Penanganan yang terpenting dalam menangani masalah abortus adalah bidan
mampu mengetahui dari gejala-gejala abortus agar dalam mendiagnosa suatu masalah
tepat dan sebaiknya dalam hal ini bidan melakukan kolaborasi dengan dokter dan di
tunjang oleh fasilitas yang memadai.
Menurut WHO (World Health Organisation),, di seluruh dunia sekitar 40-60 juta
ibu yang tidak menginginkan kehamilannya melakukan aborsi setiap tahun. Sekitar
500.000 ibu mengalami kematian yang disebabkan oleh kehamilan dan persalinan,
sekitar 30-50 % di antaranya meninggal akibat komplikasi abortus yang tidak aman
dan sekitar 90 % kematian tersebut terjadi di Negara berkembang termasuk Indonesia,
(Ericca, 2011).
AKI di Indonesia tahun 2010 masih cukup tinggi bahkan tertinggi di ASEAN
(Association of Southeast Asian Nations) yakni 228 kematian per 100.000 kelahiran
hidup, AKI di Filipina 170 kemaian per 100.000 kelahiran hidup, di Thailand 44
2
kematian per 100.000 kelahiran hidup, brunai 39,0 kematian per 100.000 kelahiran
hidup dan di singapura 6 kematian per 100.000 kelahiran hidup, (Susanto, C.E, 2011).
Di Sulawesi selatan berdasarkan data yang di peroleh dari dinas kesehatan tingkat
1 dari bulan januari – desember 2007 jumlah ibu yang mengalami abortus 2478 orang
dan yang mengalami kematian 4 orang dan pada tahun 2008 jumlah ibu yang
mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang mengalami kematian 2 orang dan
pada tahun 2009 jumlah ibu yang mengalami abortus adalah 2571 orang dan yang
mengalami kematian 6 orang(Susanto, C.E, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian abortus ?
2. Apa Jenis abortus?
3. Bagaimana Patofisiloginya abortus?
4. Apa Penyebababortus?
5. Bagaimana Uji diagnostic abortus?
6. Bagaimana Penatalaksanaan medis abortus?
7. Bagaimana Asuhan keperawatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian abortus
2. Mengetahui Jenis abortus
3. Mengetahui Patofisiloginyaabortus
4. Mengetahui Penyebab abortus
5. Mengetahui Uji diagnostic abortus
6. Mengetahui Penatalaksanaan medis abortus
7. Mengetahui Asuhan keperawatan abortus

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI
Abortus(keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia sebelum 16 minggu dan 28
minggu dan memiliki BB 400-100 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400
gram itu diangggap keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).
Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau
berat janin kurang dari 500 gram, (prawirohardjo, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, (Mansjoer,dkk, 2000).
Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak diinginkan melalui metode
obatobatan atau bedah, (Morgan, 2011).
Berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar disebut abortus.Anak
baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur
kehamilan 28 minggu.Ada juga yang mengambil sebagai batas untuk abortus berat anak
yang kurang dari 500 gram. Jika anak yang lahir beratnya antara 500 – 999 gram disebut
juga dengan immature.Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau belum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diuar kandungan, (prawirohardjo, 2010).
Dari definisi diatas kelompok menyimpulkan bahwa abortus merupak suatu
keadaan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar dengan usia
kurang dari 20 minggu (Kelompok, 2019).
2.2 ETIOLOGI
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X
Abnormalitas embrio atau janin merupakan penyebab paling sering
untuk abortus dini dan kejadian ini kerap kali disebabkan oleh cacat

4
kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang
sempurna sehinga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.Endometrium belum siap untuk menerima implasi hasil
konsepsi. Bisa juga karena gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu
pendek jarak kehamilan.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan tembakau dan
alcohol.Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi
baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh
ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain
misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensimenahun.Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan
oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan
dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga
palsenta tidak dapat berfungsi.Gangguan pembuluh darah plasenta, diantaranya
pada diabetes melitus. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah palsenta
sehingga menimbulkan keguguran.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.Penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat : penyakit
menyangkut infeksi virus akut, panas tinggi dan inokulasi, misalnya pada vaksinasi
terhadap penyakit cacar . nefritis kronis dan gagal jantung dapat mengakibatkan
anoksia janin. Kesalahan pada metabolisme asam folat yang diperlukan untuk
perkembangan janin akan mengakibatkan kematian janin. Obat-obat tertentu,
khususnya preparat sitotoksik akan mengganggu proses normal pembelahan sel
yang cepat. Prostaglandin akan menyebabkan abortus dengan merangsang
kontraksi uterus.
Penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus
abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya.Toksin, bakteri, virus, atau
plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan
kematian janin, kemudian terjadi abortus.

5
Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol
metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan
resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan
insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada
trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Abnoramalitas uterus yang mengakibatkan kalinan kavum uteri atau halangan
terhadap pertumbuhan dan pembesaran uterus, misalnya fibroid, malformasi
kongenital, prolapsus atau retroversio uteri.Kerusakan pada servik akibat robekan
yang dalam pada saat melahirkan atau akibat tindakan pembedahan (dilatasi,
amputasi).
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan
abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkatus, uterus septus, retrofleksi
uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks),
robekan serviks postpartum.
5. Trauma.
Tapi biasanya jika terjadi langsung pada kavum uteri.Hubungan seksual
khususnya kalau terjadi orgasme, dapat menyebabkan abortus pada wanita
dengan riwayat keguguran yang berkali-kali.
6. Faktor-faktor hormonal.
Misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10 sampai 12 minggu, yaitu saat plasenta
mengambil alih funngsi korpus luteum dalam produksi hormon.
7. Sebab-sebab psikosomatik.
Stress dan emosi yang kat diketahui dapat mempengarhi fungsi uterus lewat
hipotalamus-hipofise.
8. Penyebab dari segi Maternal 1) Penyebab secara umum:
(1) Infeksi
a. Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
b. Infeksibakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria
(2) Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.

6
c. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
d. Penyakit kronis, misalnya : Hipertensi, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit
jantung, toxemia gravidarum
e. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
f. Trauma fisik.
2) Penyebab yang bersifat lokal:
(1) Fibroid, inkompetensia serviks.
(2) Radang pelvis kronis, endometrtis.
(3) Retroversikronis.
(4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia dan
abortus.
9. Penyebab dari segi Janin
1) Kematian janin akibat kelainan bawaan.
2) Mola hidatidosa.
3) Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi.
4) Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi
malformasi pada tubuh janin.
5) Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan
chromosomal.
6) Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan
implantasi dengan adekuat.

2.3 KLASIFIKASI
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin dapat
bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO
mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500
gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20

7
hingga 22 minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima
subkelompok, yaitu:
a.Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu, dimana
hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang pertama
kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa hari
kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di
garis tengah suprapubis.
b.Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban
yang nyata disertai pembukaan serviks.
c.Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasentabiasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara
terpisah. Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau
lambatakan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet. d.
Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in
utero selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan
pervaginam atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga
tidak. Uterus tampaknya tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi
perubahanperubahan pada payudara biasanya kembali seperti semula.
e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi
definisi yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-
turut selama tiga kali atau lebih
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar
tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis

8
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim
dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyisembunyi oleh tenaga tradisional.

9
( Sumber : Buku Aplikasi NANDA NIC-NOC, 2015 )
10
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau
meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,
tercium bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri
d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
2.6 KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 2017) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat
pula timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal
ini terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk
ke dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.

11
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera
yang hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi
memerlukan waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan
menggunakan pengaliran arus listrik.
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
2.8 PENATALAKSAAN
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan
mengurangirangsangan mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai
perdarahan benar – benar berhenti
b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau
memasukkan sesuatu ke dalam vagina)
c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme
2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :
a. Evaluasi tanda – tanda vital
b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan
servisistis : observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah,
atau bagian – bagian janin

c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta


kondisi ketuban

12
3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
untukmenentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin
untuk menenangkan wanita
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang
gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti phenobarbital
3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu
progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.

13
BAB III KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

Kasus:

Ny. “N” hamil25 tahun dilarikan ke RS UMM tanggal 07-03-2018klien


mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB menggunakan
sepeda motor. Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan terhempas dari sepeda
motornya sejauh 1 meter. Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri
dengan posisi terlentang, terlihat darah segardari daerah jalan lahir, dari keterangan
keluarga usia kehamilannya 20 minggu. Dari pengkajian di RS didapatkan : TD 90/70
mmHg, nadi 110 x/menit, suhu 36,10C, RR 29 x/menit, nafas cepat dan dangkal, akral
dingin (Gcs 7) dan terdapat suara tambahan (ronchi), CRT > 3 detik, konjungtiva
anemis, ditemukan laserasi pada ulna sinistra, contusion pada daerah inguinalis,
krepitasi pelvis (+), perdarahan pervaginam (+), hasil pemeriksaan ketuban intact.
3.1 Primary survey
a. Airway : Terdapat sumbatan jalan napas berupa darah dan lendir
b. Bretiang :
Look : Adanya pengembangan dinding dada. Frekuensi 32x/ menit
Listen : Terdengar suara nafas stidor
Feel : Terasa hembusan nafas, terlihat otot bentu pernafasan
c. Circulation : Akral dingin, kulit pucat terdapat pendarahan di telingga, hidung,
mulut, CRT > 3 detik.
d. Disability : GCS 7 (E2, M3, V2) dan kesadaran sopor
3.2 Pengkajian sekunder
A. Biodata
Data pasien :Ibu
1. Nama : Ny “N”
2. Umur : 25 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : IRT
5. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja -
Bali
Data penanggung jawab
1. Nama : Tn. W
2. Umur : 29 Tahun
3. Pekerjaan : PNS
14
4. Pendidikan : S1 PGSD
5. Alamat : Perumahan Jalak Putih V no 46 Singaraja - Bali

1. Alasan datang/dirawat
Klien mengalami kecelakaan lalu lintas ketika hendak kepasar pkl 09.00 WIB
menggunakan sepeda motor dan diboncengi suami dalam posisi duduk miring tidak
berpegangan dengan suaminya, Klien jatuh keaspal dalam keadaan duduk dan
terhempas dari sepeda motornya sejauh 1 meter.
2. Keluhan utama
Klien ditemukan saksi dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan posisi
terlentang, terlihat darah segar ke arah kaki, dari keterangan keluarga usia
kehamilannya 29 minggu
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun Siklus : 30 hari
Lama : 5 hari Teratur : teratur
Sifat darah : Cair Keluhan : Tidak ada
4. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Menikah Menikah ke : 1 (satu)
Usia menikah pertama kali : 22 Tahun Lama : 3 Tahun

5. Riwayat obstetrik : G2P1A0 Ah1

Hamil Persalinan Nifas


ke
Tangg Umur Jenis Penol Komplik JK BB laktasi komplika
al kehamila persalina ong asi lahir si
n n

1 20-3- Aterm Spontan Bidan Tidak ada L 2600 Asi Tidak ada
10 gr eks

Hamil Ini

6. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


No Jenis Pasang Lepas
kontras
epsi Tangg Oleh Tempat Keluha Tanggal Oleh Temp Alas an
al n at

15
Ibu Mengat tidak perna Menggunaka alat kontrase
akan h n psi

7. Riwayat Kehamilan Sekarang


A. ANC pertama umur kehamilan : 6 minggu
B. Kunjungan ANC
1. Trimester I
Frekuensi : 2x
Keluhan : Mual, Flek-flek
Komplikasi : Tidak ada
Terapi : Asam folat
2. Trimester II
Frekuensi :-
Keluhan :-
Komplikasi :-
Terapi :-
3. Trimester III
Frekuensi :-
Keluhan :-
Komplikasi :-
Terapi :-
C. Imunisasi TT : 1 kali
TT I : tanggal : 25 Januari 2018
D. Pergerakan janin selama 24 jam ( dalam sehari )
Ibu mengatakan belum merasakan gerakan janin.

8. Riwayat kesehatan
1. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahanun)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis),
menurun (DM, Asma, Hipertensi), menahun (Jantung, Ginjal)
2.Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan
menahanun)Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak sedang
menderita penyakit menular (PMS, TBC, Hepatitis), menurun (DM, Asma, Hipertensi

16
), menahun ( Jantung, Ginjal )
3. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari pihak keluarga suami dan ibu tidak punya riwayat
keturunan kembar. 4. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat oprasi
5. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat.

9. Pola pemenuhan kebutuhan


Sebelum Hamil Saat Hamil
a. Nutrisi
 Makan
Frekuensi : 3x sehari 3x sehari
Jenis : Nasi,sayur,lauk Nasi,sayur,lauk
Porsi : 1 piring 1 piring
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
 Minum
Frekuensi : 6-7x sehari 7-8x sehari
Jenis : Air Putih,teh Air putih,
the,susu
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Pantangan : Tidak ada Tidak ada
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi
 BAB

Frekuensi : 1x sehari 1x sehari


Warna : Kuning Kuning
Konsistensi : Lembek Lembek
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
 BAK
Frekuensi : 3-4x sehari 4-5x sehari
Warna : Kuning jernih Kuning
jernih
Konsistensi : Cair Cair
Keluhan : Tidak ada Tidak ada

17
c. Istirahat
Tidur siang
Lama : 2jam/hari 2 jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Tidur malam
Lama : 8jam/hari 8jam/hari
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
d. Personal Hygien
Mandi : 2x/hari 2x/hari
Gantipakaian : 2x/hari 2x/hari
Gosok gigi : 3x/hari 3x/hari
Keramas : 3x/minggu 3x/ming
gu
e. Pola seksualitas
Frekuensi : 3x/minggu 1x/ming
gu
Keluhan : Tidak ada Tidak
ada
f. Pola aktivitas ( Terkait kegiatan fisik, olahraga )
Ibu mengatakan di rumah melakukan kegiatan sehari- hari yaitu memasak,mnyapu,
dan menjaga anak.Ibu mengatakan jarang melakukan kegiatan olah raga.

10. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan ( merokok, minum jamu, minuman


beralkohol.)Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu-jamuan dan minum
minuman yang beralkohol.

11. Data psikososial, spiritual, dan ekonomi ( pererimaan ibu/ suami/ keluarga
terhadap kelahiran, dukungan keluarga, hubungan dengan suami/ keluarga/ tetangga,
perawatan bayi, kegiatan ibadah, kegiatan social, keadaan ekonomi keluarga )
1. Ibu mengatakan sangat senang dengan kehamilan ini.
2. Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat mendukung kehamilan ini.
3. Ibu mengatakan hubungan dengan suami,keluarga dan tetangga baik – baik saja.
4. Ibu mengatakan akan melakukan perawataan bayi dengan baik
5. Ibu mengatakan selalu taan dalam melaksanakaan sholat 5 waktu
6. Ibu mengatakan selalu aktif dalam mengikuti kegiatan social.
7. Ibu mengatakan keadaan ekonomi keluarga sangat baik.

12. Pengetahuan ibu ( tentang kehamilan,persalina, nifas )


18
g. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kehamilan
h. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang persalinan
i. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentanng nifas

13. Lingkungan yang berpengaruh ( sekitar rumah dan hewan peliharaan ) 1.


Ibu mengatakan lingkungan sekitar rumah tidak ada berpengaruh buruk
2. Ibu mengatakan tidak memeliharaan hewan peliharaan dirumah.

3.3 Data Obyektif


1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Sopor
Status emisional : Stabil Tanda
Vital :
Tekanan Darah : 120/70mmHg Nadi : 83x/menit
Pernapasan : 20x/menit Suhu : 36,50c
BB : 52kg TB : 155 cm
2. Pemeriksaan fisik
Kepala :Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal,tidak ada nyeri tekan
Wajah :Bentuk oval, tidak ada bekas luka operasi,tidak pucat,tidak ada cloasma
gravidarum.

Mata :Simetris, tidak ada secret,sclera putih konjungtiva merah muda


Hidung :Simetris. Tidak ada polip. Tidak ada secret, tidak ada gerak cuping hidung
saat bernafas

Mulut :Simetris. Tidak ada stomatitis, tidak ada karies gigi, tidak ada perdarahan
gusi, lidah bersih.
Telingga :Simetris, tidak ada serumen, Pendengaran baik.
Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis
Dada :Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada wheezing,pernafasan teratur.
Payudara :Simetris, putting susu menonjol, areola mammae hiperpigmentasi, tidak ada
benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.

Abdomen :Pembesaran sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka, tidak ada bekas
operasi, tidak ada linea nigra, tidak ada linea alba, tidak ada striae
gravidarum.
Palpasi
Leopold I : fundus tegang
19
Leopold II : belum teraba
Leopold III : belum teraba
Leopold IV : belum teraba
Osborn test : Tidak dilakukan
Pemeriksaan Mc. Donald
TFU : - cm TBJ : - gram
Auskultasi
DJJ : - x/mnt
Ekstremitas atas : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5,
tidak ada odema, tidak ada sianosis, kuku bersih warna merah muda.

Ekstremitas bawah : Simetris, gerakan aktif, jumlah jari lengkap masing-masing 5, tidak
ada odema, tidak ada varices, reflek patella ada, kuku bersih warna
merah muda.

Genetalia luar : Terjadi pengeluaran flek-flek, tidak ada odema, tidak ada bekas
luka
operasi, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini.
Pemeriksaan panggul : Tidak dilakukan
(Bila perlu)
Periksa Dalam Tanggal: 07-03-2012 Pukul:10.10WIB
Indikasi : keluarnya flek-flek
Hasil : tidak ada pembukaan serviks
3. Pemeriksaan penunjang
Tanggal:07-03-2012 Pukul:10.10 WIB
USG : Hasilnya janin masih ada di dalam uterus
4. Data Penunjang
Dilakukan pemeriksaan PP test dengan hasil postif

20
21
Gangguan rasa nyaman

Perdarahan

Kekurangan volume
cairan

3. RR 29 x/menitDS : Kejadian kecelakaan lalu Gangguan rasa


- Pasien mengatakan
lintas nyaman
nyeri pada Perut
bagian bawah dan Benturan
pada Pinggang.

DO : Perdarahan
- Pasien tampak tidak
sadarkan diri setelah
kecelakaan Abortus spontan

- TD 90/70 mmHg
Ansietas
- nadi 110 x/meni
- suhu 36,10C
- RR 29 x/menit Nyeri abdomen

Gangguan rasa nyaman

3.5. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko syok (hipovolemik) berhubungan dengan perdarahan
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan ansietas dan nyeri abdomen

22
3.6. RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
o
1 Resiko syok  Syok prevetion  Syok prevention
(hipovolemik)  Syok management 1. Monitor status sirkulasi,
berhubungan Kriteria hasil : warna kulit, suhu tubuh,
dengan 1. Nadi denyut jantung dan ritme,
perdarahan dibatas yang nadi perifer dan kapiler refill
diharapkan 2. Monitor suhu dan
2. Irama jantung pernafasan
dalam batas yang 3. Monitor tanda awal syok
diharapkan 4. Monitor tanda dan gejala
3. Irama asites
pernapasan yang 5. Berikan cairan iv dan oral
diharapkan yang tepat
 Hidrasi 6. Ajarkan keluarga dan pasien
1. Indicator : tentang tanda dan gejala
• Mata datangnya syok.
cekung tidak 7. Syok management
ditemukan 8. Monitor fungsi neurologis
• Demam tidak
ditemukan
• TD normal
1. Hematokrit DBN
2 Kekurangan  Fluid balace  . Fluid management
volume cairan
 Hydration  1. Pertahankan cacatan intake
berhubungan
dengan Nutritional status dan output yang akurat
perdarahan 2. Monitor tekanan
Kriteria hasil :
1. Mempertahankan darah pasien
urine output sesuai 3. Monitor vital sign
dengan usia, BB, BJ,  Hyovolemia management
urine normal, HT 1. Berikan cairan IV dan
monitor adanya tanda dan
normal. gejala kelebihan volume
2. Tekanan darah, nadi, cairan
suhu tubuh dalam

23
batas normal 2. Monitor tingkat HB dan
 turgor kulit baik HT
3. Dorong pasien untuk
menambah intake oral.
4. Kolaborasi dengan dokter
3 Gangguan rasa  Ansienty Anxienty reduction (penurunan
nyaman  Fear level kecemasan )
berhubungan
dengan  Comfort  Gunakan pendekatan yang
ansietas dan Kriteria hasil :
menenangkan
nyeri abdomen
2. Mampu mengontrol  Temani pasien untuk
kecemasan memberikan keamanan dan
3. Kualitas istirahat dan mengurangi takut
tidur adekuat  Bantu pasien mengenali
4. Dapat mengontol situasi yang menimbulkan
ketakutan kecemasan
5. Mengontrol nyeri  Dorong pasien untuk
 Respon terhadap mengungkapkan perasaan,
pengobatan ketakutan, persepsi
 Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
 Monitor fungsi renal
 Monitor tekanan nadi
 Monitor status cairan, input
dan ouput

24
3.7. IMPLEMENTASI
No Tanggal Diagnosa keperawatan Implementasi
1 08 -12- 2018 Resiko syok (hipovolemik) - Syok prevention
berhubungan dengan perdarahan - Memonitor status
sirkulasi, warna
kulit, suhu tubuh,
denyut jantung dan
ritme, nadi perifer
dan kapiler refill
- Memonitor suhu
dan pernafasan
- Memonitor tanda
awal syok
- Memonitor
tanda
dan gejala asites
- Memberikan cairan
iv dan oral yang
tepat
- Mengajarkan
keluarga dan pasien
tentang tanda dan
gejala datangnya
syok.
- Syok management
- Memonitor fungsi

25
2 Gangguan rasa nyaman 1. Mengunakan
berhubungan dengan ansietas
pendekatan yang
dan nyeri abdomen
menenangkan
2. Menemani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut

3. Membantu pasien
mengenali
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
4. Mendorong
pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan,
persepsi
5. Memberikan obat
untuk
mengurangi
kecemasan
6. neurologis
7. Memonitor fungsi
renal
8. Memonitor
tekanan nadi
9. Memonitor status
cairan, input dan
ouput

26
2 Kekurangan volume cairan  Fluid management
berhubungan dengan perdarahan
1. Mempertahank
an cacatan
intake dan
output yang
akurat
2. Memonitor
tekanan darah
pasien
3. Memonitor
vital sign
 Hyovolemia

27
management
1. Memberika n cairan
IV dan monitor
adanya tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
2. Memonitor tingkat
HB dan HT
3. Mendorong pasien
untuk menambah
intake oral.
4. Mengkolab
orasi dengan dokter

28
3.8. EVALUASI
N Tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi
o
1 08-12-2018 Resiko syokhipovolemi S : kelurarga
( berhubungan k) mengatakan pasien
perdarahan denga masih nampak
n panik
O : perdarahan sudah mulai
berhenti

- Pasien tampak lebih


tenang
- A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi di lanjutkan

2 Kekurangan volume caira S : Keluarga


berhubungan n
mengatakan
perdarahan denga
n darah pada
bagian
pervaginam mulai
berhenti
O : tidak ada lagi tanda-tanda
kekurangan cairan
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
3 Gangguan rasa nyaman S : Pasien mengatakan nyeri
berhubungan dengan
pada Perut bagian bawah dan
ansietas dan nyeri abdomen
padaPinggang sudah mulai
berkurang.
O : nyeri mulai berkurang
dengan skala nyeri 6
A : masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

29
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin


dapat hidup diluar kandungan.Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.


Biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Kelainan
hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan
muda.
Klafikasi abortus menurrut (Cunningham, 2013) dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan
uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang luas
digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar
tubuh

4.2. SARAN

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini
bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna
evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

30
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA


(North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta: Media
Hardy.

Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

Musliha (2010). Keperawatan Gawat Darurat nuha medika, Yogyakarta.

31
View publication stats

32

Anda mungkin juga menyukai