DEMOKRASIPANCASILASebuah Risalah
DEMOKRASIPANCASILASebuah Risalah
net/publication/319007992
CITATIONS READS
0 41,150
3 authors, including:
P. Setia Lenggono
Trilogi University
14 PUBLICATIONS 22 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by P. Setia Lenggono on 10 August 2017.
Ketentuan Pidana
Pasal 72
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)
dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/
atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
DEMOKRASI
PANCASILA
Dr. (HC) Drs. Subiakto Tjakrawerdaja
Soenarto Soedarno, M.A.
Dr. P. Setia Lenggono
Penyunting:
H. Mohamad Zaelani, M.Pd.
Penulis:
Dr. (HC) Drs. Subiakto Tjakrawerdaja
Soenarto Soedarno, M.A.
Dr. P. Setia Lenggono
Penyunting:
H. Mohamad Zaelani, M.Pd.
Artistik:
The Emzatama Institute
vi
vii
Kata Pengantar—v
Daftar Isi—ix
I. Pendahuluan—1
II. Genesis Demokrasi Pancasila—3
III. Undang-Undang Dasar 1945—21
IV. Pancasila Ideologi Indonesia
Merdeka—24
V. Negara Kekeluargaan —38
VI. Negara yang Berdasar Demokrasi
Pancasila—41
VII. Pelaksanaan Demokrasi Pancasila—92
VIII. Penutup—117
Indeks—121
Biodata Penulis—127
ix
I. Pendahuluan
1
Setiap penyebutan Undang-Undang Dasar 1945
atau UUD 1945 di dalam buku ini berarti UUD 1945
versi Proklamasi atau sebelum amandemen lengkap dengan
Penjelasannya. Penggunaaan UUD 1945 versi Proklamasi
sebagai acuan dalam buku ini karena pikiran-pikiran Bung
karno dan Bung Hatta dan para pendiri negara lainnya, serta
pikiran Pak Harto yang menjadi fokus buku ini mengacu pada
UUD 1945 versi Proklamasi.
2
Soepomo dalam Kartohadiprodjo, “Hubungan Individu
dan Masyarakat dalam Hukum Adat”, dalam Majalah Gatra
Edisi No. 30 Tahun XIX, 30 Mei - 5 Juni 2013, halaman
91-92.
3
Nasroen, Falsafah Indonesia, Jakarta: Penerbit Bulan
Bintang, 1967.
4
Sunoto. Mengenal Filsafat Pancasila Melalui Pendekatan
Metafisika, Logika dan Etika, Yogyakarta: PT Hanindita Graha
Widya. 1987.
5
Pramono R, Menggali Unsur-unsur Filsafat Indonesia,
Yogyakarta: Andi Offset, 1985.
diterbitkan), 2004.
8
Dennys Lombard, Le Carrefour Javanais (edisi
Indonesia: Nusa Jawa Silang Budaya), Jakarta: Gramedia, 1996.
9
Anhony Reid, Asia Tenggara dalam Kurun Waktu Niaga
1450 – 1680 Jilid Satu: Tanah di Bawah Angin, Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2011.
10
SarDesai, D.R, Southeast Asia: Past & Present, San
Francisco: Westview Press, 1989.
10
11
12
13
14
15
18
Ibid.
19
Ibid.
16
20
Ibid.
17
21
Pidato Bung Karno dalam rapat BPUPK, 15 Juli 1945
dikutip dari Moh. Yamin, Naskah Persiapan UUD 1945.
22
Soediman, op.cit.
18
19
20
21
23
A.B. Kusuma, “Teori Konstitusi dan UUD 1945”,
makalah presentasi.
22
23
24
25
26
24
Presiden Bung Karno, Kuliah Umum di Istana Negara,
Jakarta 26 Juni 1958, dalam 100 Tahun Bung Karno, 2001.
27
28
29
25
Ibid.
30
31
26
Ibid.
32
27
Ibid.
33
34
28
Hatta, 1946.
35
29
Bung Karno, op.cit.
30
Pidato 1 Juni 1945, pidato lahirnya Pancasila.
36
37
38
31
Prof. Dr. Kaelan, M.S, Liberalisasi Ideologi Negara
Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2015.
39
40
1. Prinsip Dasar
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang bersifat kekeluargaan sebagaimana diuraikan
di atas, para pendiri negara selanjutnya mencita-
citakan negara yang berkedaulatan rakyat. Untuk
itu, dirumuskanlah model demokrasi yang
berdasarkan Pancasila yang diartikan sebagai
sistem kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan-
perwakilan. Dalam kaitan ini, pokok pikiran ketiga
yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
menyatakan negara yang berkedaulatan rakyat
berdasar atas kerakyatan dan permusyawaratan-
perwakilan. Dengan demikian, maka Sistem
41
42
33
Hatta, Ke Arah Indonesia Merdeka, 1932.
43
44
45
2. Demokrasi Politik
Dengan landasan prinsip dasar demokrasi
Pancasila seperti diuraikan di atas, maka demokrasi
politik Indonesia mengandung dua prinsip dasar
sebagai berikut ini.
Pertama, kedaulatan sepenuhnya ada pada
rakyat dan dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia. Keanggotaan MPR terdiri dari anggota
DPR, utusan daerah dan utusan golongan.
MPR adalah locus of sovereignty yang memegang
kekuasaan dan penyelenggara negara tertinggi.
Sebagai pemegang kekuasaan dan penyelenggara
negara tertinggi, MPR dengan sendirinya menjadi
“pemegang” kekuasaan eksekutif dan legislatif.
Sedangkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
merupakan bagian dari MPR yang berfungsi
35
Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas,
dan Aktualitas Pancasila, Jakarta: Gramedia, 2011.
46
47
36
Prof. Dr. Sofian Effendi, MPIA, Sistem Pemerintahan
Negara Kekeluargaan, Pidato Dies Natalis XVIII Universitas
Wangsa Manggala, Yogyakarta : Universitas Wangsa Manggala,
2004.
37
R.M. A.B. Kusuma, Sistem Pemerintahan “Pendiri
Negara” versus Sistem Presidensiel “Orde Reformasi”,
48
49
39
Jimmly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme
Indonesia, Jakarta : PSHTN FHUI, 2004.
50
51
52
53
54
55
56
57
3. Demokrasi Ekonomi
Mohammad Hatta (Bung Hatta) mengakui
bahwa judul, pasal, dan ayat dalam UUD
1945 tentang ekonomi bersumber dari buah
pikirannya sendiri yang beliau usulkan dalam
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Bung
Hatta menyatakan bahwa “… Buah pikiran yang
tertanam di pasal 33 UUD 45 ini berasal dari saya
sendiri yang saya majukan dahulu waktu Panitia
Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan kita
sedang menyusun rancangan Undang - Undang
Dasar Republik Indonesia. Sebab itu terimalah
pernyataan saya bahwa memang koperasilah yang
dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan itu” (Bung Hatta, Jakarta 1975).
Kalau kita simak kembali situasi perekonomian
di masa penjajahan dahulu, maka akan jelas bagi
58
59
60
43
Penyebutan istilah “Koperasi Indonesia” di dalam
buku ini bukanlah koperasi dalam pengertian sistem ekonomi
mikro sebagaimana dalam konsep ekonomi liberal, namun
lebih dipahami sebagai konsep ekonomi makro berdasarkan
dan berorientasi pada konstitusi nasional, khususnya Pasal
33 UUD 1945.
61
62
63
64
65
66
67
44
Hatta, Cita-cita Koperasi dalam Pasal 33 UUD 1945,
Jakarta, 1970.
45
Ibid.
68
46
Ibid.
69
47
Hatta, “Ke Arah Indonesia Merdeka”, naskah Pidato,
1932.
70
71
72
48
Joseph E. Stiglitz dalam Sri-Edi Swasono, “Bahan Ajar
Sistem Ekonomi” Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,
11 Desember 2013.
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
52
Doktrin Ketatanegaraan Indonesia adalah prinsip-
prinsip/asas-asas ketatanegaraan Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, yang terdiri dari Pembukaan,
Batang Tubuh, Aturan Perallihan, Aturan Tambahan
dan Penjelasannya sebagai suatu kesatuan yang utuh dan
menyeluruh.
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
50.000.000 30
30
25
25
40.000.000
20
20
30.000.000
30.000.000
15
15
20.000.000
10
10
10.000.000 55
00 00
1978 1981 1984 1987
1987 1990 1993 1996 1999 2002
2002 2005
2005 2008 2011 2014
Jumlah Rakyat
Rakyat Miskin
Miskin Miskin
Persentasi Rakyat Miskin
107
108
109
55
Perencanaan Pembangunan\Edisi 23 Tahun 2001\
Prijono Tjiptoherijanto.doc. Diunduh 17 April 2015.
110
111
112
113
114
115
116
VIII. Penutup
117
118
119
121
122
123
124
125
126
127
128
Biodata Penyunting
H. Mohamad Zaelani, M.Pd. adalah seorang
penulis, jurnalis, dan akademisi. Saat ini,
dia menjabat sebagai dosen di Universitas
Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jakarta
dan Wakil Pemimpin Redaksi Jurnal Ilmu dan
Kebudayaan Ulumul Qur’an (LSAF, Jakarta).
129
okrasi_Pancasila-Subiakto Tjakrawerdaja
View publication stats _set3.indd 129 15/03/2016 5:32:41