Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Vektor
Vektor adalah arthropoda atau binatang tidak bertulang belakang
(invertebrata) lain yang dapat menimbulkan penyakit infeksi pada manusia,
dengan memindahkan bibit penyakit yang dibawanya pada manusia melalui
gigitan pada kulit atau selaput lendir, atau meninggalkan bibit penyakit yang
dibawanya pada bahan makanan atau lainnya, sehingga menyebabkan
penyakit bagi manusia yang memakan atau menggunakan bahan-bahan
tersebut (Myrnawati, 2004).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010, Vektor adalah
arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber
penularan penyaki pada manusia. Sedangkan menurut Nurmaini, vektor
merupakan arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu
infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Vektor penyakit merupakan arthropoda borne diseases atau sering disebut
vector borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan bersifat
endemis maupun epidermis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai
kematian.
Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga
merupakan penyakit endemis di daerah tertentu, seperti Demam Berdarah
(DBD), malaria, kaki gajah, chikungunya yang ditularkan melalui nyamuk
aaedes aegypti. Serta penyakit saluran pencernaan seperti dyentery, cholera,
typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan oleh lalat rumah.
Menurut Tazmirah (2012), terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya suatu penyakit, antara lain :
1. Cuaca
Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi yaitu
iklim dan musim. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis
tertentu, sebab untuk bertahan hidup dibutuhkan reservoir dan vektor
untuk hidup. Iklim dan variasi musim sangat mempengaruhi kehidupan
agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun
dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan terhadap
penyakit infeksi.
2. Reservoir
Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka
sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk
arthropods borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen
dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir
untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne
disease yang hidup di dalam reservoir alamiah.seperti tikus, anjing,
serigala serta manusia yang menjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada
banyak kasus,kuman patogen mengalami multifikasi di dalam vektor atau
reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermediate host.
3. Geografis
Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung
dengan daerah geografis dimana reservoir dan vektor berada. Bertahan
hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan
curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky
Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki
penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan
tungau yang terinfeksi.oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah
tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat.
4. Perilaku manusia
Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia.membuang sampah
secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi
penyebab penularan penyakit arthropoda borne diseases.

B. Jenis-Jenis Vektor Penyakit


Vektor merupakan arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan
suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan.
Sebagian dari Arthropoda dapat bertindak sebagai vektor, dengan ciri-ciri
kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar
jumlahnya karena hampir meliputi ±75% dari seluruh jumlah binatang.
Berikut jenis dan klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit:
Arthropoda yang dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk
Dari kelas hexapoda terdiri dari 12 ordo, antara lain ordo yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian adalah :
1. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
a. Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
b. Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
c. Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
d. Lalat kuda sebagai vektor penyakit anthrax
2. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
3. Ordo Anophera yaitu kutu kepala
Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus
exantyematicus.
Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak
sebagai binatang pengganggu antara lain:
1. Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
2. Ordo isoptera, contoh rayap
3. Ordo orthoptera, contoh belalang
4. Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat dikatakan sebagai
binatang pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Tikus besar, (Rat)
Contoh :
a. Rattus norvigicus (tikus riol )
b. Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
c. Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
2. Tikus kecil (mice),
Contoh: Mussculus (tikus rumah)

1. Nyamuk
Nyamuk adalah organisme hidup yang banyak terdapat di alam dan hampir
di semua tempat, dianggap merugikan karena gigitannya dapat menganggu
kehidupan manusia, yaitu menyebabkan dermatitis dan menularkan berbagai
penyakit. Spesies nyamuk yang dapat menularkan penyakit, diantaranya
genus Anopheles, Culex, Aedes, dan Manonia yang dapat menularkan
penyakit malaria, filaria, demam berdarah, japanese encephalitis, dan lainnya.
(Demster, 1998)
a. Siklus Hidup Nyamuk
1) Nyamuk dewasa
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk
jantan keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk
betina, dan nyamuk jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat
sarang, sampai nyamuk betina keluar dari kepompong, setelah jenis
betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung mengawini betina
sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya
sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada
beberapa faktor antara lain temperatur dan kelembaban serta species
dari nyamuk.
2) Telur nyamuk
Nyamuk biasa meletakkan telur di tempat yang berair, dan
kebiasaan meletakkan telur dari nyamuk berbeda-beda tergantung
dari jenisnya.
a) Nyamuk anopeles, meletakkan telurnya dipermukaan air satu
persatu atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles
mempunyai alat pengapung.
b) Nyamuk culex, meletakkan telur diatas permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu
untuk mengapung.
c) Nyamuk Aedes, meletakkan telur dan menempel pada yang
terapung diatas air atau menempel pada permukaan benda yang
merupakan tempat air pada batas permukaan air dan tempatnya.
Sedangkan nyamuk mansonia meletakkkan telurnya menempel
pada tumbuhan – tumbuhan air, dan diletakkan secara
bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur ini
memakan waktu 1– 2 hari.
3) Jentik nyamuk (Larva)
Jentik nyamuk akan mengalami pertumbuhan dan melengkapi bulu-
bulunya, stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Dalam
Pertumbuhan jentik dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada
tidaknya binatang predator.
4) Pupa (Kepompong)
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air,
pada stadium ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan
sayap hingga dapat terbang, stadium kepompong memakan waktu
lebih kurang 1 – 2 hari.
b. Tempat Berkembang Biak
Untuk dapat bertahan hidup, nyamuk memerlukan tiga macam tempat
yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk
mendapatkan umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat
(reesting palces).
Nyamuk mempunyai tipe breeding places yang berlainan seperti culex
dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya
dapat berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan
tanah langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam – kolam,
rawa–rawa, danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles
bermacam breeding places, sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai
berikut :
1) Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus
senang berkembang biak di air payau.
2) Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk
anopheles sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
3) Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi
anopheles vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.

4) Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles


vagus, indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
5) Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi
anopheles aconitus, vagus barbirotus, anullaris untuk berkembang
biak.
c. Kebiasaan Menggigit
Masing–masing nyamuk berbeda-beda, nyamuk anopheles dan culex
aktif pada malam hari, sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari
menggigit yaitu Aedes. Khusus untuk anopheles, nyamuk ini bila
menggigit mempunyai perilaku bila siap menggigit langsung keluar
rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah adalah nyamuk
betina.
d. Tempat Beristirahat
Perilaku nyamuk berkaitan dengan gela biologis dan selalu bervariasi.
Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dikenal
sebagai rangsangan dari luar. Sesudah nyamuk mencari darah/menggigit
mangsa maka nyamuk memerlukan tempat istirahat. Nyamuk beristirahat
pada siang hari di tempat-tempat sepi, gelap, dingin, dan basah. Dengan
mengamati perilaku nyamuk pada saat istirahat dapat memberikan
gambaran tentang kepadatan populasi nyamuk. Tempat istirahat biasa di
dalam rumah, kandang kerba, kandang ayam, dibawah
e. Penyakit yang diakibatkan nyamuk
1) Penyakit Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan di dunia. Penyakit malaria disebabkan oleh
parasit protozoa yang dibawa oleh nyamuk anopheles yang
merupakan vektor dari penyakit ini. Pada manusia terdapat 4 jenis
plasmodium yaitu plasmodium vivax, P. Ovale, P. Malariae, dan P.
Falciparum. Nyamuk anopheles dapat berkembang biak di air yang
tergenang, air payau, bahkan air-air kotor.
Penularan penyakit malaria terjadi lewat parasit plasmodium
kepada manusia dengan vektornya adalah nyamuk Anopheles betina.
Disaat nyamuk sedang menggigit seseorang yang mengalami infeksi
malaria, maka nyamuk ini kemudian akan mengisap parasit tadi yang
disebut dengan parasit gametocytes. Parasit ini biasanya
menyelesaikan siklus dari suatu pertumbuhan yang terjadi di dalam
tubuh nyamuk dan setelah itu akan merambat menuju ludah nyamuk.
Dan disaat sedang menggigit manusia, nyamuk ini selanjutnya akan
menyuntikkan masuk parasit ke dalam aliran darah. Dan kemudian
menuju masuk ke hati dan setelah itu mulai melipat gandakan
dirinya.
2) Penyakit Filariasis
Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria
bancrofti dan Brugia malayi. Nyamuk berada di lingkungan rumah
dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar
tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti
yang mempunyai periodisitas nokturnal. Nyamuk ini hidup diluar
kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang
biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah
dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai
darah
3) Penyakit Demam Berdarah
Penyakit DBD, penyakit menular yang disebabkan oleh type virus
dengue yang ditularkan melali gigitan nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak selama 2-7 hari tanpa penyebab
yang jelas, lemah lesu, gelisah, nyeri ulu hati dan disertai bintik
merah pada kulit. Nyamuk Aedes aegypti terdapat di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas
permukaan laut. Nyamuk Aedes aegypti aktif pada siang hari dan
lebih suka menghisap darah manusia daripada hewan (Eka Wati,
2009).
4) Penyakit Chikungunya
Vektor utama Chikungunya adalah jenis nyamuk, seperti: Aedes,
culex anopheles dan mansonia. Penyebaran Chikungunya tersebar
luas di daerah tropis terutama i Afrika, India, dan Asia Tenggara.
Gejala Chikungunya sesudah masa inkubasi selama 3-12 hari, gejala
awal adalah seperti flu, sakit kepala yang parah, kedinginan, demam
>400 C, sakit persendian, nausea (mual) dan muntah. Sendi-sendi
utama menjadi bengkak dan sakit bila disentuh. Sering terjadi bintik-
bintik kecil/ruam. Pasien sering menderita sakit pada persendian
beberapa bulan.
5) Penyakit Demam Kuning (Yellow Fever)
Demam kuning termasuk kelompok flavirus. Vektor penyakit ini
adalah aedes aegypti, nyamuk ini senang hidup di daerah perkotaan
dan berkembang biak di air-air yang bersih serta menggigit manusia
pada waktu siang hari. Gejala demam kuning 3-16 hari, mortalitas
bervariasi dari 5% sampai 40% bahkan 50%.
Demam kuning dapat dibagi dalam tiga tingkatan, antara lain:
tahapan awal dengan gejala sakit kepala, gatal pada otot, demam,
kehilangan nafsu makan, dan muntah. Demam tingkatan kedua
(remission) yaitu demam dan gejala lain teratasi, banyak penderita
akan sembuh hingga 15%, dan tingkatan ketiga yaitu tingkatan
paling berbahaya(intoksifikasi) dengan gejala antara lain: demam,
sakit kepala, sakit otot, muntah, lidah menjadi merah, koma hingga
meninggal.

DAFTAR PUSTAKA

Demster, J.P., Mclean, I.F.G. 1998. Insect Populations in Theory and in Practice.
Boston. Kluwer Academis Publisher, Dordrecht.

Eka Wati, Widia. 2009. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kelurahan Ploso Kecamatan Pacitan
Tahun 2009. Skripsi. Surakarta:UMS.

Kemenkes RI. 2010. Pengendalian Vektor. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan


RepublikIndonesia.http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peratu
ran-menteri-kesehatan-nomor-374-menkes-per-iii-2010-tentang-
pengendalian-vector.pdf

Kemenkes RI. 2012. Pentingnya Pengendalian Vektor. Jakarta:

Komariah., Seftiani P., Tan M. 2010. Pengendalian Vektor. Palembang. Jurnal


Kesehatan Bina Husada Vol. 6 (1)

Munaya Fauziah.,Mulia Sugiarti., Ela Laelasari. 2002. Pengolahan Aman Limbah


Layanan Kesehatan. Jakarta. EGC

Myrnawati. 2004. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Bagian Ilmu


Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi.

Anda mungkin juga menyukai